Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Hamilin Aku Mas

Chapter 6. Memadu Kasih

Setelah berhasil membuatnya orgasme, aku pun kini terhanyut dengan ciumannya yang begitu hot. Bibirnya yang merah menyimpan beribu kenikmatan. Ciuman kami berlangsung selama beberapa saat. Hingga di suatu saat ia melepaskan bibirnya dari bibirku.

Tanpa kuduga, Rini mendorongku kesamping hingga aku terbaring di sampingnya. “Mas Deva udah gak tahan yah?” tanyanya dengan nada meledek sambil menatapku yang terbaring di sampingnya.

Yaelah pake nanya,” keluhku dalam hati. Mana mungkin aku bisa tahan ngeliatin dia orgasme seperti tadi, ditambah lagi dengan ciumannya yang hot itu. Karena itu aku pun sudah tidak mau basa-basi lagi. Aku pun menjawabnya secara terang-terangan. “Masukin dong Rin,” pintaku.

Rini pun bangkit dan naik ke atasku. Namun dia ternyata hanya diam duduk di atas pahaku sambil memegang penisku. “Ih ada yang udah ga tahan yah? Coba mintanya gimana?” mencoba meledekku sambil menyunggingkan senyum di bibir merahnya.

“Rin masukin dong,” ulangku lagi mengikuti permainan Rini.

“Masukin apa mas?” tanyanya dengan gaya nakal.

“Masukin punyaku ke punya kamu.”

“Apa sih? Aku ga ngerti mas, kalau ngomong yang jelas.” kata Rini yang memasang muka sebal.

Ya ampun, aku benar-benar dikerjain sama Rini. Tapi, karena aku sudah terbawa nafsu apa pun akan aku lakukan. “Masukin kontolku ke dalam memek kamu Rin.”

“Ih Mas Deva nakal deh. Tapi kok mintanya kaya gitu sih? Pliss nya mana?” ucap Rini yang terus saja berusaha mengerjaiku.

“Rin, masukin kontolku ke dalam memek kamu plis.” ucapku mengikuti apa yang Rini minta. Harga diriku pun aku kesampingkan. Saat itu aku benar-benar terbutakan oleh nafsu.

Aku pun terdiam sesaat dan mulai berpikir, “Bukankah seharusnya Rini yang meminta-minta kepadaku? Bukannya dia yang memerlukan bantuanku untuk membuatnya hamil? Lantas kenapa aku yang memohon kepadanya? Apa sih yang aku pikirin? Bisa-bisanya aku dipermainkan olehnya. Tapi sudahlah, yang terpenting sekarang aku ingin merasakan kenikmatan bercinta dengannya.”

Rini pun menyunggingkan senyuman kemenangan seraya ia mengarahkan penisku ke vaginanya. Ia kemudian menurunkan pinggulnya secara perlahan dan menggesek-gesekkan bibir vaginanya di kemaluanku. Ia benar-benar berhasil membuatku gila. Rasa penasaranku semakin meningkat.

Akhirnya, setelah beberapa saat Rini mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke vaginanya. Ia kemudian menurunkan pinggulnya hingga akhirnya dapat kurasakan penisku masuk perlahan ke dalam vaginanya. Penisku pun masuk semakin dalam dan makin dalam lagi seiring dengan turunnya pinggul Rini hingga akhirnya penisku masuk sepenuhnya ke dalam vaginanya yang terasa sempit.

“Rin enak. Punya kamu sempit banget,” komentarku saat pertama kali merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya.

“Ahhhh… iya mas, rasanya penuh banget.” ucap Rini sambil mendesah. Meski begitu, Rini tidak diam begitu saja. Ia mulai menggoyangkan pinggulnya dan menikmati penisku yang bergerak-gerak di dalam vaginanya.

Untuk urusan ini Rini tidak kalah dari Maya. Namun, aku tidak menyangka kalau ia tidak pernah melakukan oral seks sebelumnya. Sepertinya Rini dan Abi sangat berbeda dengan aku dan Maya yang selalu penasaran dengan hal-hal berbau seksual. Kami malah ingin mencoba berbagai macam hal dan kami selalu berfantasi macam-macam. Namun demikian, malam ini aku sangat menikmati kepolosan Rini. Selain itu, aku merasa perlahan-lahan sisi nakalnya mulai terbuka secara perlahan. Semua itu dapat kulihat ketika ia menggodaku tadi. Aku tidak pernah melihat Rini yang seperti itu sebelumnya.

Rini pun terus bergoyang di atasku. Ia terlihat begitu menikmatinya. Desahannya memenuhi kamar ini.

“Aahhh… yes… ahhhhh”

Sambil menikmati goyangan Rini yang begitu hot di atasku, aku pun tak mau diam saja. Tanganku meraih kedua payudaranya dan meremas-remas kedua payudara indahnya yang tersaji di hadapanku. Tubuh Rini pun menggeliat kala aku memilin putingnya.

“Ahhhhh… Mas Deva… enak banget… ahhhh… Rini… gak tahan…”

Seiring dengan ucapannya itu aku pun merasakan goyangngannya di atasku menjadi semakin cepat. Sepertinya dia keenakan dan akan mencapai orgasme.

“Aaaahhhh… Mas… Rini gak tahan… Aaaakkkkhhhh…” desahan panjang pun keluar dari mulutnya mengiringi orgasmenya yang kedua. Cairan cintanya keluar dari celah sempit vaginanya yang masih dipenuhi oleh penisku. Tubuhnya menggelinjang hebat. Ia kemudian menjatuhkan tubuhnya di atasku dan langsung menciumku dengan mesra. Aku bisa mendengar suara nafas Rini yang tidak beraturan. Ia tampak mencoba untuk beristirahat di atas tubuhku.

Sayangnya birahiku sudah mencapai puncak. Melihat Rini dua kali orgasme membuatku sangat bergairah. Hasratku pun tak terbendung lagi. Aku langsung mengubah posisi tanpa mencabut penisku dari vagina miliknya.

“Eh… Mas Deva… aaawww…” jerit Rini terkejut saat aku secara tiba-tiba membalikkan tubuhnya. Kini aku sudah berada dalam posisi misionaris.

Aku yang sudah tak tahan lagi langsung menggerakkan tubuhku dan membuat penisku yang masih keras itu bergerak maju mundur di dalam vagina Rini.

“Mas jangan… Rini masih… aahhh…” ucapan Rini pun terpotong oleh desahannya. Tangan Rini pun mencoba menahan tubuhku. Rupanya Rini bermaksud untuk menghentikanku. Mungkin hal itu Rini lakukan karena ia baru saja orgasme dan pastinya masih sangat sensitif di bawah sana.

Sayangnya aku sudah tak dapat lagi menahan nafsuku. Kuraih kedua pergelangan tangan Rini dengan kedua tanganku. Kemudian tangannya kuangkat ke atas dan kuposisikan di samping kepalanya. Kedua tangannya kutahan dalam posisi tersebut hingga ia tidak dapat melakukan apa-apa lagi. Rini mencoba menggerakkan tangannya bermaksud untuk melepaskannya dari cengkeramanku, tapi sayang ia tidak cukup kuat.

“Aaakkkhhh… Mas Deva ampun… aaahhh… mas… udah…”

pintanya sambil memalingkan wajahnya ke kiri dan kanan secara bergantian. Sepertinya rasa sakit dan nikmat sedang menderanya.

Aku mendengar Rini meminta ampun kepadaku, namun aku tak menghiraukannya. Bukannya melambat, aku malah melakukan hal sebaliknya. Kupompa penisku lebih cepat lagi. Bisa kurasakan penisku seperti mentok di dalam vaginanya.

“Mas besar banget… Rini ga sanggup lagi…”

“Iya Rin, punya kamu juga sempit banget. Enak banget, mas mau nyampe nih” bisikku.

“Ahhh… Rin, mas mau keluar…”

“Iya mas… ahhhh… aku juga ga tahan… aaahh terus mas… keluarin yang banyak di dalem…” ucap Rini kepadaku sambil memohon.

Benar saja, hanya dalam hitungan detik Rini pun mencapai orgasme untuk ketiga kalinya.

“Mas Deva… aaaakkkhhhh…” tubuh Rini menggelinjang hebat.

Aku yang mendengar dan melihatnya orgasme seperti itu langsung tak kuasa lagi menahan orgasmeku, meskipun sebenarnya aku masih ingin bermain lebih lama lagi. Akhirnya, aku segera mencium Rini dan bersamaan dengan itu penisku pun menyemburkan semuanya di dalam vagina Rini.

Spermaku memenuhi vaginanya. Untuk beberapa saat aku mendiamkan penisku berada di dalam vaginanya. Cairan spermaku pun mulai rembes keluar dari celah sempit antara penisku dan dinding vaginanya.

Nafas kami berdua saling memburu. Akhirnya kami berdua dapat merasakan kenikmatan secara bersamaan. Rasanya begitu nikmat. Aku tak pernah menyangka dapat melakukan ini bersama Rini, adik iparku sendiri.

Setelah itu aku membaringkan tubuhku di sebelah Rini. Tanganku kusisipkan ke belakang tengkuknya, kupeluk dirinya dan kukecup pipinya. Rini pun menatapku dan tersenyum manis. Ia kemudian bersandar di pundakku dan memelukku.

“Terima kasih yah mas, udah mau bantuin aku.” matanya menatapku dengan lembut.

Aku pun menggangguk sambil membelai rambutnya. “Iya Rin, semoga aja berhasil yah.”

“Iya mas, mudah-mudahan aja. Kalau ngga, Rini nggak tau lagi harus bagaimana.” wajahnya seketika berubah menjadi muram membayangkan apa yang akan terjadi jika usaha yang kami lakukan ini tidak membuahkan hasil.

Untuk mengalihkan pikirannya dari pikiran negatif aku pun melemparkan sebuah pertanyaan, “Tapi tadi gimana? Kamu suka Rin? Atau kurang enak yah karena punyaku pendek?”

Rini langsung menatapku, “Nggak kok mas, tadi enak banget. Kalau ngga enak, mana mungkin aku sampe bisa nyampe tiga kali.” Terlukis di wajahnya perasaan malu-malu saat ia mengatakan hal tersebut. Namun, itu justru membuatnya tambah manis. Jujur saja, Rini sudah berhasil memikatku malam ini.

Rini kemudian balik bertanya kepadaku, “Mas sendiri bagaimana? Enak gak mas? Maaf yah kalau aku ga bisa muasin mas kaya Kak Maya.”

Aku menyunggingkan senyuman, “Jelas enak dong. Sori yah kalau aku maksa kamu buat ngisepin punyaku. Tapi jujur tadi itu enak banget. Punya kamu juga enak banget Rin.”

“Ih Mas Deva, jangan gitu. Aku kan malu.” tutur Rini malu-malu.

“Abi ga pernah kaya gitu yah Rin?” tanyaku penasaran. Entah kenapa aku jadi penasaran dengan aktivitas mereka di ranjang selama ini.

“Kaya gitu gimana mas? Abi jilatin punyaku? Kalau itu aku ga kasih mas, aku gak pede. Lagian kan itu tempat buat pipis mas.”

“Gak apa-apa padahal Rin, cowok ga peduli sama kaya begitu. Mereka malah senang kalau boleh ngelakuin itu. Tapi, enak kan Rin dijilatin di sana?” tanyaku kembali. Rini hanya membalas dengan anggukkan.

“Terus Abi gak minta diisepin?” tanyaku kembali.

“Minta sih mas, tapi gak aku turutin juga. Aku gelian mas orangnya. Jadi aku gak pernah mau. Kalau mas tadi gak maksa, aku gak bakal pernah deh nyobain kaya gitu.”

“Sori yah kalau tadi aku maksa kamu,” menyesali perbuatanku yang telah memaksa Rini, meskipun sebenarnya aku sangat menyukainya.

“Gak apa-apa mas, ternyata gak seburuk yang aku bayangin sebelumnya.” balas Rini berusaha menenangkanku. Ia kemudian memelukku erat.

Kami pun terdiam selama beberapa saat dalam posisi saling berpelukkan seperti itu. Kunikmati kehangatan tubuhnya. Sebuah momen langka yang menurutku perlu kurekam dalam ingatanku karena belum tentu hal ini dapat terulang kembali.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd