Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

HANGATNYA SURGA DUNIA - kisah nyata


Pada satu saat Mama memegang batang kemaluanku sambil berkata lirih, “Iiih...kontolmu jauh lebih panjang gede daripada punya ayahmu, Ton...”

Aku cuma tersenyum. Ada perasaan bangga mendengar pernyataan ibu tiriku itu. Lalu dengan sepuasnya kuelus-elus memek ibu tiriku, terkadang kucolok-colok liangnya, sampai akhirnya Mama berbisik, “Ayo masukkan aja, Ton...mama juga jadi kepengen nih...”

Dengan berpura-pura bodoh kuminta agar Mama memegang batang kemaluanku dan mengarahkan ke tujuannya. Mama memang memegang batang kemaluanku, lalu mencolek-colekkan moncongnya ke antara sepasang bibir kemaluannya. Lalu ia memberi isyarat agar aku mendesakkan batang kemaluanku....blesssssss....melesak masuk ke dalam liang memek Mama yasng sudah basah itu...disusul dengan pelukan Mama di leherku, diiringi rintihan histerisnya, “Ooooh...sudah masuk sayang....iiihhh...kontolmu kok gede sekali Ton...”

“Terus gimanain?” tanyaku berpura-pura bodoh terus. Seolah-olah baru sekali itulah aku memasukkan batang kemaluanku ke dalam vagina wanita.

Ketika batang kemaluanku melesak ke dalam liang kemaluan ibu tiriku, ada nilai plus yang aku pendam di dalam hati. Ini seakan-akan suatu “prestasi yang luar biasa”. Suatu kejutan yang tidak terduga. Karena batang kemaluanku sedang meluncur masuk ke dalam liang kemaluan seorang wanita yang tadinya sangat kusegani, sebagai pengganti ibu kandungku yang telah tiada. Dan mimpiku telah menjadi kenyataan. Bahwa kini batang kemaluanku sudah mulai kugerak-gerakkan maju mundur seperti pompa manual.

Pada waktu aku mulai mengentotnya, Mama tidak mau berpandangan mata denganku. Setiap aku berusaha menatap matanya dari jarakl yang hampir tak terpisahkan itu, selalu saja Mama menarik kepalaku, agar hanya bertemu pipi dengan pipi saja. Sehingga aku hanya bisa memandang bantal.

Mungkin Mama malu pada dirinya sendiri. mungkin juga untuk mengusir perasaan bersalah, karena telah mengijinkan aku, anak tirinya, mulai menyetubuhinya laksana suami istri.

Tapi, tahukah Mama bahwa aku mulai teringat pada seseorang yang telah mengajariku bersetubuh dan telah merenggut kebujanganku 2 tahun yang lalu?

Oh, wajah wanita itu terkilas-kilas terus di pelupuk mataku. Membuatku jadi ingat semuanya....

Tapi terawanganku buyar seketika, karena Mama membisiki telingaku, “Kok diem? Enjot lagi seperti tadi...”

Aku terhenyak, tadi aku malah melamun. Lagi ngentot kok malah ngelamun.

Aku pun lalu memompakan lagi batang kemaluanku, bergeser-geser maju munduir di dalam liang kemaluan Mama. Elahan-elahan napas Mama pun mulai merajalela. Mendesah-desah seperti habis makan kepedasan.

Dalam keadaan seperti ini, Mama tetap tidak mau saling pandang denganku. Dia tetap memeluk kepalaku agar cuma saling tempelin pipi. Walaupun masih remaja, saat itu aku mengerti apa sebabnya. Mungkin Mama merasa bersalah, karena membiarkan aku menyetubuhinya.

Dan kalau kubanding-bandingkan dengan Mbak Ning, bersetubuh dengan ibu tiriku ini mendatangkan kesan tersendiri. Ada perasaan aneh menjalar di dalam hatiku. Tapi yang jelas, memek ibu tiriku ini enak sekali. Lebih sempit daripada memek Mbak Ning.

Desahan-desahan Mama pun semakin merajalela, “Ton...oooh....enjot terus Ton...ini enak sekali, sayang...oooh...kamu nakal tapi enak sekali....”

Meski sedang asyik-asyiknya ngentot Mama, aku masih sempat membisiki ibu tiriku, “Mimpiku jadi kenyataan Mam. Ternyata Mama lebih enak daripada dalam mimpiku...”

“Aduuh Ton...Tooon... adududuh...mama sudah mau keluar Ton...percepat entotannya Ton... dudududuuuh..... Toooooniiiii........ aaaahhhhhhhhhhhhh.......”

Mama berkelojotan seperti ayam sekarat. Pelukannya begitu kencang, seperti mau meremukkan tubuhku. Lalu ia mengejang sambil melepaskan napas panjang....dan memeknya mulai terasa banjir....terasa ada yang berkejut-kejut di dalam liang surgawinya. Tapi aku pun tak bisa bertahan lama. Beberapa menit setelah Mama mencapai orgasmenya, kutekankan batang kemaluanku sedalam-dalamnya. Lalu terasa air maniku menyemprot-nyemprot di dalam liang memek Mama.

“Ooooh....air manimu banyak sekali, sayang...sampai meluap ke luar,” bisik Mama sambil mencium pipiku.

Aku pun mencabut batang kemaluanku yang mulai melemas, sementara Mama turun dari tempat tidur, lalu terdengar bunyi kecipak-kecipak air, mungkin sedang membersihkan kemaluannya yang berlepotan dengan air maniku.

Mama menghampiriku lagi dengan tubuh dibelit handuk.

“Gimana? Sudah puas sekarang?” tanya Mama sambil duduk di sampingku.

“Puas sekali,” sahutku sambil tersenyum, “Tapi kalau Papa sudah pulang, aku susah dapetinnya lagi ya Mam.”

“Iya, harus hati-hati, Ton. Di depan ayahmu jangan memperlihatkan sikap lain ke mama. Seperti biasa saja. Pokoknya harus serapi mungkin.”

Aku cuma mengangguk, sambil memperhatikan wajah ibu tiriku. Sorot pandangannya memang jadi lain dari biasanya. Seperti mengandung arti yang mendalam. Senyumnya pun jadi lain. Mungkin itulah senyum seorang wanita yang telah mencapai kepuasan seksual.

Ketika aku mau mengenakan celana dalam, Mama memegang tanganku dan berkata dengan nada agak centil, “Kenapa udah mau pakai celana lagi? Emang gak mau lagi?”

“Mau...tapi aku lapar, Mam. Kita makan dulu gimana?”

“Kalau perut penuh, nanti bisa sembelit,” Mama memelukku dengan hangatnya, “Mending kita bikin ronde kedua dulu yuk. Nanti kalau udahan, baru kita makan malam.”

Aku mengangguk dengan senyum. Celana dalam tak jadi kupakai, lalu kulemparkan begitu saja ke lantai.

Mama pun membuka lilitan handuknya, sehingga tubuhnya bugil lagi di depan mataku. Sejenak kuamati tubuh ibu tiriku yang masih muda itu. Mulus sekali. Buah dadanya memang tidak semontok buah dada Mbak Ning. Tapi kulit Mama mulus dan bersih. Tidak ada noda setitik pun di tubuhnya. Hebat juga ayahku bisa mendapatkan wanita secantik dan semulus ini. Padahal saat itu usia ayahku sudah di atas 50 tahun, sementara ibu tiriku 20 tahun lebih muda darinya.

Mama langsung menelentang, seperti mengharapkan terkamanku. Dan aku memang menerkamnya. Meremas buah dadanya yang masih kencang dan bahkan mengemut putingnya seperti bayi yang sedang menyusu pada ibunya. Mama tersenyum-senyum sambil mengelus rambutku dengan lembut.

Batang kemaluanku pun mulai menegang lagi. Mama tahu itu, karena tangannya terus-terusan memegang batang kemaluanku, terkadang meremasnya dengan lembut. Lalu kudengar suara ibu tiriku, “Ayo... masukkan lagi Ton....”

“Katanya perempuan bisa main di atas, Mam,” kataku.

“Nggak ah,” Mama menggeleng sambil merenggangkan kakinya, “Kata orang, kalau perempuan suka main di atas, setelah tua perutnya suka buncit.”

“Oya?” kataku sambil membiarkan batang kemaluanku diraih oleh Mama dan diarah-arahkan ke sasaran yang tepat di antara kedua pangkal pahanya.

Mama lalu memberi isyarat agar aku mendorong lagi batang kemaluanku. Kuikuti isyaratnya itu. Kudorong batang kemaluanku sekuat mungkin, membuat Mama meringis, “Oooh... sedikit-sedikit, Ton... jangan disekaliin... sakit... kontol kamu gede sekali sih.... nah... gitu.. .kocok-kocok dulu.... iya... .iya.... oooh... Tooon... enak Ton...”

Wow, sulit melukiskannya dengan kata-kata, betapa nikmatnya waktu batang kemaluanku sudah mulai dienjot-enjot dalam jepitan liang kemaluan ibu tiriku yang cantik dan mulus itu.

Tanpa meghentikan ayunan batang kemaluanku, iseng kubisiki Mama, “Sama papa enakan mana Mam?”

“Jauh Sayang. Kamu jauh lebih enak… soalnya punyamu keras sekali… gede sekali lagi… aaah…. aku bisa ketagihan nanti Ton… ”

Dalam persetubuhan yang kedua ini, Mama tidak lagi menyembunyikan wajahnya. Mama membiarkan aku menatap wajahnya yang hampir tiada jarak. Bahkan ketika kucium bibirnya, ia menyambut dengan jepitan bibirnya yang hangat. Lalu kami pun mulai saling lumat.

Ketika bibirku lepas dari lumatan Mama, terdengar lagi desahan-desahan histeris ibu tiriku, “Toon…. oooh… enak sekali Ton…. ooh… kayaknya mama sudah mau keluar… enaknya dibarengin keluarnya Ton….”

“Gimana caranya?” tanyaku pura-pura tak mengerti.

“Percepat entotannya. Biar kita bareng-bareng keluarnya. Ayo Ton… ayo sayang…. iiih… iiih… ini enak sekali sayang….”

Lalu kuikuti keinginan ibu tiriku. Kupercepat gerakan batang kemaluanku, maju mundur maju mundur maju mundur... dan… ooh… aku berhasil mengikuti keinginan Mama. Kutancap batang kemaluanku sekuat mungkin, sampai terbenam sepenuhnya… pada saat itu pula Mama mengejang sambil mendekapku erat sekali… !

“Oooh Toooniiii…” rintih Mama di puncak orgasmenya. Pada detik yang sama aku pun mendekap Mama sekencang mungkin, karena batang kemaluanku tengah menyemprot-nyemprotkan air mani di dalam liang memek ibu tiriku !

Kami saling dekap sekencang-kencangnya, seperti mau saling remukkan tubuh. Kemudian kami terkapar di alam kepuasan yang tiada taranya.

“Kontol kamu terlalu panjang gede, Ton,” bisik Mama setelah aku mencabut batang kemaluanku, “Memek mama seperti mau jebol rasanya. Oooh… belum pernah mama merasakan bersetubuh yang senikmat tadi…”

Aku cuma tersenyum dengan perasaan bangga. Kemudian mengikuti langkah ibu tiriku ke dalam kamar mandi. Sama-sama mencuci kemaluan kami. Kemudian mengenakan pakaian kembali. Dan sama-sama melangkah ke ruang makan.

“Mau dibikinin nasi goreng?” tanya Mama sambil melingkarkan lengannya di leherku, dengan sikap yang mesra sekali.

“Boleh, kalau Mama gak capek sih,” sahutku sambil tersenyum.

Mama mencium bibirku dengan mesra, membuat hatiku berdenyut. Karena malam ini sangat lain dari biasanya.

“Kuat berapa kali lagi malam ini?” tanya Mama dengan lengan tetap melingkari leherku. Dengan tatapan yang bergoyang.

“Nggak tau Mam. Biasanya kalau cowok sebaya aku kuat berapa kali?”

“Empat atau lima kali juga bisa. Tapi mama pasti kepayahan. Mama kan bukan remaja lagi. Satu kali lagi aja ya.”

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Kemudian Mama melepaskan rangkulannya dan melangkah ke dapur.

Waktu Mama sedang membuatkan nasi goreng untukku, lagi-lagi wajah wanita itu terkilas dalam ingatanku. Wajah Mbak Ning… aaah… semuanya masih tergambar dengan jelas di dalam ingatanku.





-----------------------------


 
Semoga update nya kaga lama... kentang nih sumpah heheheh
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd