Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Hanya Cerita

Part 3.


Selama berjalan kaki menuju ruas tol Kebon Jeruk aku merasakan sekali lagi keanehan. Kalian tahu jalan menuju pintu tol kebon jeruk yang dekat dengan stasiun TV RCTI? Betul, disitu.. kalian tahu kan kita harus menyebrang dulu untuk menuju ke arah terminal bayangan kebon jeruk? Kalian tahu, bapak tua ini begitu tenangnya menyebrang tanpa tengok kiri kanan dulu. Dia lurus saja nyebrang gak pake mikir, apalagi ini baru jam setengah tujuh malam yang artinya aktifitas jalan sedang ramai ramainya. Aku bahkan sampai ketar ketir dibuatnya. Tapi anehnya semua mobil dan motor seperti lolos dan lewat begitu saja.

Di pinggir ruas tol bapak tua ini berkata kepadaku, "Kita naek Elf dari sini. Kamu tenang saja ya. Jangan banyak tanya."

Meskipun bingung aku angguk angguk kepala saja. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya mobil angkutan berjenis minibus dan terlihat bobrok itu akhirnya datang juga. Kamipun bergegas naik dan bapak tua ini memilih duduk di deretan bangku belakang. Dia menyuruhku untuk duduk disampingnya. Tak banyak penumpang yang ada di minibus ini, total semua hanya berjumlah tujuh orang penumpang termasuk aku. Perkiraanku perjalanan dari Jakarta ke Serang memakan waktu kurang lebih dua setengah jam. Kulihat si bapak menundukkan kepalanya, mungkin tidur. Kucoba untuk ikutan tidur juga tapi ternyata sulit, karena ingatan ingatan tentang Satya dan Qia terus datang dan datang lagi. Hatiku kembali sakit dan amarahku kembali datang. Hampir saja aku menangis lagi sebelum akhirnya tangan keriput si bapak ini menepuk nepuk lenganku.

"Hayu.. sudah sampai.." katanya sambil beranjak turun dari minibus bobrok ini.

Kawan.. kuberi tahu sesuatu, lagi lagi ada keanehan lain yang kualami sepanjang perjalanan ku dengan bapak tua ini. Bukankah sudah kubilang tadi kalau aku memperkirakan perjalanan Jakarta - Serang memakan waktu dua setengah jam? Bukankan sudah ku ceritakan bagian itu? Tapi saat bapak tua ini mengatakan sudah sampai, bahkan belum ada satu jam pun kami di minibus itu!!! Jujur aku bingung, bahkan bertambah bingung setelah kami berdua turun, tiba tiba saja minibus bobrok itu melanjutkan perjalanannya.

Hei.. kami bahkan belum membayar ongkos perjalanan ini !!

Terlalu banyak keanehan yang melekat pada orang tua ini..

Kamipun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki keluar masuk gang dan kampung kampung, sampai akhirnya kami tiba di sebuah rumah sangat sederhana, dinding bagian bawahnya terbuat dari tembok semen setinggi kira kira satu meter dan bagian atasnya dilanjutkan oleh bilik bambu.

Bapak tua itu mempersilahkan aku untuk masuk. Di dalam kuperhatikan bentuk rumah ini selagi si bapak tua itu pergi ke dapur belakang. Ada tiga kamar dimana hanya satu kamar yang mempunyai pintu dari kayu dan itupun tertutup, sementara kamar yang dua lagi hanya mengandalkan gorden tipis dan lusuh sebagai penutupnya. Bagian plafonnya pun hanya terbuat dari bilik bambu. Di ruang tengah tempatku berdiri saat ini tidak ada satupun kursi yang tersedia, hanya tikar lusuh dan beberapa lembar karpet berbahan kain dan ada tiga lemari kecil yang tersusun menyamping di sudut ruangan. Banyak buku buku di dalam lemari itu. Entah buku apa..
Si bapak kembali dari dapur sambil membawa dua gelas kopi hitam, segelas kopi susu, dua gelas teh dan segelas air putih.

Banyak amat bikin minumannya fikirku.. toh kami cuma berdua disini.

Diletakannya nampan berisi minuman minuman itu dan beliau memintaku untuk duduk, akupun menurutinya.

"Silahkan diminum..pilih aja kamu maunya minum apa. Makanya Abah bikinnya banyak Heheheh.."

Merinding bulu kudukku mendengar beliau ketawa. Bagaimana tidak, dari awal ketemu sampai terakhir tiba di rumah ini beliau jarang sekali bicara, sangat misterius sekali auranya dan tiba tiba kini dia tertawa terkekeh kekeh?? Seram kawan..
Dan aku benar benat serius berfikir seperti itu.

Akhirnya aku memilih kopi hitam karena menurutku aromanya sangat nikmat. Ku seruput kopi panas itu dan ku cecap bibirku. Pahit... ini kopi pahit tanpa gula. Tapi entah kenapa sangat enak sekali. Akupun menghirup aroma kopi pahit itu melalui hawa panas yang keluar dari gelas.

Untuk sepersekian detik, jiwaku tenang.

"Sudah merasa baikkan? Boleh Abah nanya kalo gitu?"
Mendengar dia menyebut dirinya dengan sebutan Abah, membuatku berasumsi bahwa dia lebih senang dipanggil Abah ketimbang Bapak.

"Sedikit baikkan Bah, tapi belom sembuh total.." jawabku mengerti akan kemana arah obrolan ini.

"Ceritain dari awal. Nama kamu siapa?" Lanjut Abah bertanya sambil mengambil bungkus rokok kretek dari saku kemejanya yang lusuh, menyulutnya sebatang kemudian diletakkan bungkus rokok itu di hadapanku seraya menawarkan untuk ikut merokok juga. Sriwedari.. itulah merk yang kubaca dari bungkus rokok itu. Mungkin tujuan si Abah agar membuatku lebih nyaman dan santai saat bercerita tentang masalah yang kuhadapi. Akupun mengambil sebatang dan menyulutnya dengan korek api batangan berbungkus warna kuning dan biru itu. Kuhisap dalam dalam asap yang masuk ke dalam tenggorokanku, sekali lagi.. kurasakan begitu nikmatnya rokok ini. Padahal aku bukanlah type perokok kretek, tapi anehnya rasa rokok ini sungguh enak.

Besok beli ah fikirku...

Akhirnya kuceritakan semuanya dari awal, sama seperti yang sudah kuceritakan padamu kawan..
Dari mulai bagaimana aku berawal, bagaimana aku dan Qia berawal sampai kejadian tadi sore yang membuatku terpuruk. Pada titik ini aku tak sanggup lagi menahan emosi dan mulai menangis. Nangis sejadi jadinya dihadapan orang tua yang bahkan belum kukenal sama sekali. Tapi rasa rasanya saat ini hanya Abahlah sosok yang tepat untuk kucurahkan perasaan sakit hatiku pada Satya dan Qia istriku. Abah tak berusaha untuk mendiamkan tangisanku, dia membiarkanku meluapkan seluruh emosiku.

Setelah tangisanku reda aku mulai ingin memastikan tentang apa yang sudah kutanyakan pada Abah petang tadi di Jakarta.

Tapi kok rasanya ada yang aneh.. apa ya?

Gini.. pernahkah kalian terlalu fokus pada satu hal sampai sampai melupakan hal lainnya? Inilah yang terjadi kepadaku. Karena terlalu fokus pada rasa dendamku untuk menyantet adik dan istriku, aku mengiyakan saja ajakan si Abah saat itu dan mengikutinya berjalan kaki. Aku benar-benar lupa pada motorku.

Pada titik ini aku langsung merasa panik dan setengah teriak kukatakan pada si Abah,
"Bah !! Motor saya gimana Bah?? Motor saya ketinggalan di Jakarta.. aduuhh gimana ini Bah.."

Tapi justru Abah hanya tertawa terkekeh kekeh yang mana itu kembali membuatku bergidik dan mengatakan padaku bahwa motorku sudah aman.

"Abah tau dari mana kalo motor saya udah aman? Motor mahal itu.."

"Udah tenang aja, percaya sama abah.." jawabnya sambil kembali menyulut sebatang Sriwedari.

Meskipun aku ragu tapi aku pasrah saja dengan kondisi motorku saat ini. Lagipula sudah banyak keanehan yang kualami dengan si Abah, jadi kucoba untuk percaya saja dengannya.

"Bah.. tadi kan Kemal nanya pas di Jakarta, abah bisa nyantet apa ngga, kalo bisa, abah mau gak nyantet Istri Kemal sama Satya.."

Meskipun ini adalah bentuk tagihanku atas jawaban beliau yang mengatakan akan menjawab soal santet di rumahnya, tetap saja aku berhati hati ketika mengutarakan soal itu.

"Coba buka kamar yang ditutup itu Mal." Bukannya menjawab pertanyaanku, si Abah malah memintaku untuk membuka kamar yang tertutup pintu dari kayu.

Bercampur rasa heran akupun berdiri dan beranjak ke arah kamar yang dimaksud oleh beliau. Tapi tiba tiba..

BRAK !! BRAK BRAK BRAK !!!!

"HUAAAAAHHHHRRGGG.. KARTAAAA !!!!"

BRAK !! BRAK BRAK BRAK !!!!

Aku sampai loncat saking kagetnya. Pintu kamar itu ada yang menggebraknya dari dalam. Kencang sekali gebrakannya. Dan suara itu, itu suara berat seorang wanita. Siapa yang ada di balik pintu kamar itu? Aku menoleh ke arah Abah dengan wajah takut. Terlihat pula wajah si Abah sedikit serius menatap pintu kemudian dia melihat ke arahku dan berkata,

"Gapapa.. buka pintunya."

Dengan setengah ketakutan akupun mendorong pintu yang tidak ada handlenya itu seraya bersiap siap untuk kabur kalau kalau ada makhluk menyeramkan yang tiba tiba keluar dari dalam.
Tapi ternyata tidak terjadi apa apa.
Ku longok ke dalam kamar itu, aroma pengap dan lembab tercium jelas dari dalam.

Eh.. siapa itu? Ada seorang wanita di dalam. Tangannya diikat dan di rentangkan ke samping. Pakaiannya lusuh bahkan cenderung compang camping. Kakinya tertekuk kebelakang seperti duduknya para sinden, wajahnya tertunduk ke bawah dengan rambut yang acak acakkan. Tiba tiba saja wanita itu kembali berteriak dan menyebut nama Karta. Siapa Karta? Wanita inikah yang tadi menggebrak pintu? Kalau iya, bagaimana mungkin bisa menjangkau pintu sementara dia diikat kencang seperti itu. Aku kembali melihat ke arah Abah.

"Sudah lihat? Kalau sudah, tutup pintunya terus duduk lagi kesini."
Pinta Abah kepadaku. Akupun menurutinya dan kembali duduk bersila dihadapan Abah.


Kawan, apa kau tahu apa maksud Abah menunjukkan wanita yang dipasung itu kepadaku?

Dengarkan.. karena ceritaku belumlah usai....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd