Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Hanya Cerita

Part 12.

Tenanglah.. tak perlu kau membangunkanku.. aku bukanlah type yang mudah untuk tidur dan sulit untuk bangun.

Lelapkah tidurmu kawan? Syukurlah kalau begitu..

Bangun dan seduhlah teh manis atau kopi hitam itu sesuka hatimu, makan dan cicipilah sajian sajian yang sudah tersedia di hadapan kalian sebagai sarapan untukmu.

Sudah? Maka kembalilah kesini.. duduk dan bersila lah kalian dihadapanku untuk kembali mendengar ceritaku.
Bukankah itu yang kau mau wahai kawan? Bukankah itu yang kau mau?


Dengarkan dan pahami ceritaku selanjutnya..


________________

Petang tepat setelah kumandang adzan Ashar aku beranjak dari masjid. Kuniatkan dalam hati tujuanku selanjutnya saat ini.

Rumahku..

Aku merasa bahwa waktuku tak lagi tersisa banyak, aku merasa kejadian saat Eca bertemu pandang denganku adalah semacam 'tanda' bagiku untuk segera menuntaskan tapak tilasku.

Dari masjid ini kuarahkan langkah kakiku menuju barat laut, dalam hitungan ratus meter aku tiba di sebuah jembatan kayu. Kutelusuri jembatan kayu yang melintang diatas sungai itu dengan tenang dan perlahan demi menikmati rasa kenangan akan masa lalu.
Baru saja sepertiga jembatan, kulihat dua anak remaja tanggung yang berjalan dengan saling rangkul didepanku. Aku tersenyum melihat cara mereka yang saling merangkul seperti itu, mengingatkanku pada Nya'ung sahabatku dulu, dengan cara seperti itulah kami berjalan dan menikmati hari hari dulu sebelum kami terkontaminasi oleh deru balap liar, oleh minuman, oleh tongkrongan, oleh lintingan ***** dan terkontaminasi oleh pelukan wanita.
Ketika aku berpas pas-an dengan kedua remaja tanggung ini, salah satu dari mereka menegurku menggunakan bahasa Jawa,

"Arep nengdi mas?"

Lucu sekali fikirku, mungkin mereka mengira aku ini orang Jawa. Dengan santai kujawab sapaan mereka,

"Ngarep..".

Kira kira tiga atau empat langkah selanjutnya, aku berfikir untuk sekali lagi melihat kedua remaja tanggung yang saling merangkul itu. Aku suka sekali pemandangan yang baru kujumpai itu. Kuputar tubuhku dan kembali menatap kedua remaja tanggung itu dengan senyum mengembang di bibirku. Namun anehnya, ketika salah satu dari anak Itu menengok ke belakang-yang artinya kembali melihat ke arahku-, dia langsung berbisik kepada teman yang sedang dirangkulnya dan tiba tiba mereka lari sekencang kencangnya meninggalkanku.

Kenapa mereka?

Tak ku gubris sebab apa mereka berdua lari. Kulanjutkan langkah kakiku menuju rumahku, aku menimbang nimbang selama perjalanan apakah aku harus mampir ke rumah Nya'ung dan mengintip keadaannya? Bagaimana kabar dia dan Melly yang sudah menjadi istrinya kini? Nya'ung menikahi Melly jauh sebelum aku menikah dengan Qia, bahkan dia sudah mempunyai anak perempuan yang bernama Lydia, usianya dua tahun. Kalau sekarang setelah kepergianku artinya putri mereka sudah berumur tujuh tahun, hatiku hangat.

Entah karena aku harus melewati rumah sahabatku itu sebelum akhirnya sampai di rumahku beberapa ratus meter kemudian, atau karena Melly dan Lydia yang membuat akhirnya aku memutuskan untuk singgah dan mengintip mereka dari kejauhan.

Dan disinilah aku, dibawah besarnya pohon angsana yang tumbuh disekitar rumah sahabatku. Sebenarnya Nya'ung tinggal di rumah orang tuanya dan tetap tinggal disitu meskipun sudah menikah dengan Melly. Dia enggan meninggalkan ibunya yang sudah menjanda semenjak Nya'ung lulus STM dulu dengan alasan tak ada lagi saudaranya yang mau mengurus ibunya itu kecuali dirinya.

Nya'ung pernah mencurahkan seluruh perasaan di hatinya soal ini kepadaku, dia bilang 'saudara itu cuma judulnya saja tapi tak ada cerita dan isinya.' Aku paham maksudnya, Nya'ung mempunyai empat saudara laki laki dan dan satu saudara perempuan. Dimana semuanya sudah menikah dan memilih untuk 'keluar' dari rumah orang tua mereka. Ketika ibunya menjanda, Nya'ung baru saja lulus sekolah. Dia paham bahwa dia harus bekerja demi mengisi perutnya dan demi perut ibunya, seringkali dulu Nya'ung kuajak masuk kerja di kantorku sebelum aku putus kontrak dari perusahaan tempat ku bekerja dulu dan jauh sebelum aku bekerja di Farmasi.
Kalian tahu? Jawabannya selalu sama..

"Gw gak cocok kerja kantoran. Gw anak tekhnik, jari jari gw lebih fasih megang kunci kunci daripada megang komputer."

Dia lebih memilih bekerja di salah satu bengkel motor di perkampungan kami. Selama dia bekerja di bengkel motor itu, dia sama sekali tak pernah ada masalah, bahkan kelihaiannya dalam meng'oprek' mesin motor menjadi cukup diakui dibengkel itu dan bahkan dikampungku. Sampai pada akhirnya ada seseorang yang tertarik dengan keahlian Nya'ung dalam hal permesinan motor dan mengajaknya untuk join di bengkel balap miliknya tak jauh dari perkampunganku dengan sistem bagi hasil. Nya'ung setuju setuju saja karena menurutnya lumayan untuk tambahan biaya hidup, apalagi dia hanya diwajibkan datang di hari sabtu, dimana biasanya pada malam minggulah balapan liar akan diadakan. Hari hari selain sabtu terserah Nya'ung mau masuk atau tidak.

____________________________

Kawan.. diamlah sejenak, jangan kau potong ceritaku, karena ada alasan kenapa aku menceritakan soal latar belakang sahabatku ini.

...
_____________________________

Dan begitulah Nya'ung setelahnya, dia menjadi montir di bengkel balap liar. Dari yang awalnya hanya setting setting mesin motor RX King yang biasa digunakan untuk balap liar saat itu sampai akhirnya dia merakit motor balapnya sendiri. Dia merakit motor Satria 120R miliknya menjadi motor yang 'galak' disetiap balapan liar. Dia yang awalnya hanya merakit dan menyerahkan urusan balap liarnya pada joki kenalannya sampai akhirnya dia ikut terjun ke jalan dikarenakan joki kenalannya itu 'disambar' oleh bengkel balap lain.
Nya'ung berubah menjadi seorang pembalap saat itu, tentu saja balap liar yang ilegal. Namanya cukup dikenal di beberapa bengkel motor balap dan lumayan banyak juga joki yang enggan balapan motor dengannya, karena motor Satria 120R settingan miliknya sangatlah galak. Dia berhasil mematahkan stigma bengkel bengkel lain yang percaya 'motor itu bagaimana joki, kalau jokinya jelek mau secepat apapun motornya pasti bakal kalah'. Cukup berhasil menurutku, karena dia termasuk baru di dunia balap liar dan menurut dirinya sendiri dia bukanlah seorang joki yang handal.

Semua kejayaan Nya'ung berakhir ketika malam minggu itu dia memutuskan untuk balapan dengan joki yang belum pernah dia lihat dan dia kenal sebelumnya. Saat semua sudah dipersiapkan, saat semua sudah matang, saat dia telah siap diatas motornya yang sudah panas dan suara knalpot kolongnya sudah membelah udara malam, tiba tiba dia dihampiri oleh dua orang dan langsung memeganginya.

Ya.. Nya'ung ditangkap ditengah jalan ketika dia baru saja ingin memulai balapannya. Dia ditangkap oleh polisi yang memakai pakaian biasa, wajahnya ditodong senjata oleh polisi itu bersamaan dengan datangnya puluhan mobil dan motor polisi yang menggerebek jalan ini. Joki yang menantangnya itu ternyata intel polisi, karena dialah yang menodongkan senjata itu ke wajah Nya'ung. Saat itu Nya'ung menoleh menatapku dipinggir jalan yang masih kaget melihat dia dipegangi dan ditodong senjata, bibirnya bergerak memberi tanda dan menyuruhku 'kabur'. Aku loncat ke atas motor revo ku dan ngebut sengebutnya menghindari cegatan polisi dan kejaran motor para petugas yang mengincar siapapun yang berada di jalan ini.

Kutinggalkan Nya'ung malam itu.

Nya'ung ditahan enam bulan karena perbuatannya. Jangan tanya bagaimana marahnya saudara saudara Nya'ung kepadanya kala itu, Nya'ung sempat memohon kepada mereka agar bersedia menebus dirinya dan berjanji akan berhenti dari dunia balapan liar, tapi tak ada satupun dari mereka yang mau mengeluarkan uang untuk menebus Nya'ung meskipun mereka termasuk orang orang yang lumayan berada. Aku ingat ketika Nya'ung bercerita padaku bahwa ada satu kata kata dari kakak laki lakinya yang membuat dia sakit hati.

"Ngapain gw nebus elu, biar mati aja lu sekalian dipenjara sono. Bukannya ngurusin emak malah jadi begundal lu. Sekarang lu pikir siapa yang mao ngurusin emak? Tega bet lu jadi anak, kaga bisa diandelin lu."

Kawan, Nya'ung menceritakan hal ini tepat satu hari setelah dia bebas dari penjara kepadaku dengan uraian air mata. Dia langsung datang ke rumahku sore itu. Aku ingat sekali, bahkan aku masih ingat kata kata curahan hatinya tentang bagaimana perasaannya diperlakukan seperti itu oleh saudaranya sendiri.

"Coba lu fikir Mal, bisa bisanya abang gw ngomong 'lu pikir siapa yang mau ngurus emak sekarang?' Anjing kan abang gw?! Gapapa dah abang gw mau nyumpain gw mati kek, mau bejat bejatin gw kek, tapi jangan ninggalin emak sendiriian anjiing!! Maksud gw, bawa dulu niihh emak ke rumahnya dia, ntar kalo gw bebas gw bawa lagi emak gw balik ke rumah. GUE YANG NGURUS!! Yang jadi anak emak tuh bukan gw doang Mal.. dia juga sama kaya gw, dia juga anaknya, masa giliran gw dipenjara, dia malah ngomong kaya gitu?" Nya'ung menepuk dadanya dengan emosional ketika mengucap 'gw yang ngurus'.

Aku hanya bisa menepuk nepuk bahunya tanpa bisa memberi komentar apa apa saat itu, karena aku bahkan keluargakupun tahu bagaimana karakter saudara saudara Nya'ung yang memang seperti acuh kepada orang tuanya sendiri. Selama Nya'ung dipenjara, ibunya Nya'ung seolah menjadi barang titipan yang di oper kesana dan kesini diantara lima anaknya.

Sejak itulah dia tak lagi berharap bantuan dari lima saudaranya meskipun hanya sebesar dua ratus perak sekalipun, najis baginya untuk menengadahkan tangan ke saudara saudaranya. Makanya wajar kalau Nya'ung sangatlah menyayangi ibunya dan menjaganya dengan sungguh sungguh.

Untungnya Melly memahami hal itu dan ikut tinggal di rumah mertuanya dimana jarang sekali ada seorang istri yang betah untuk tinggal serumah dengan mertua.

Dan aku terlibat dalam cerita dibalik Melly yang mau tinggal di rumah mertuanya itu.


Kembali kediriku yang sedang berada di bawah pohon angsana dan menatap bengkel kecil milik sahabatku ini.

Bengkel ini didirikan oleh Nya'ung dengan hasil keringatnya sendiri dan sedikit bantuan dari Melly yang masih menjadi pacarnya saat itu. Nya'ung menepati janjinya kepada dirinya sendiri bahwa dia akan berhenti dari dunia balapan liar. Bengkel itu terletak di samping rumah Nya'ung. Tidak terlihat ramai namun tidak juga sepi, ada beberapa motor yang sedang di service disana. Nya'ung selalu membuka bengkel ini sampai malam, dulu aku jadi salah satu langganan bengkelnya dan juga menjadi juru iklan bagi bengkel ini, kupromosikan bengkel ini dari mulut ke mulut, dan itu masih berhasil sampai saat ini sepertinya. Terlihat dari meskipun menjelang Magrib seperti ini masih ada orang orang yang mampir untuk meminta jasa perbaikan kepadanya.

Dari jauh kulihat Nya'ung begitu asyiknya memperbaiki sebuah motor matic berwarna hitam. Satu hal yang membuatku tersenyum melihat Nya'ung adalah rambutnya tak lagi mohawk, rambutnya gondrong sebahu dan diikat menyerupai buntut kuda. Wajahnyapun memiliki kumis sekarang, aku tertawa melihat perubahan wajahnya yang drastis itu.

Selagi aku menertawakan perubahan wajah Nya'ung, Melly keluar dari pintu utama rumah membawa segelas kopi, kopi susu sepertinya. Ditaruhnya kopi susu itu diatas etalase kaca yang berisi sparepart sparepart motor. Wajahnya tak jauh berubah begitupun juga dengan bentuk tubuhnya, masih sama seperti waktu dulu sebelum dia menikah dengan Nya'ung dan sebelum dia mengandung Lydia.

Mell.. banyak cerita antara aku kau dan bekas pacarmu yang kini menjadi suamimu itu dan juga Qia.

Ingatanku langsung kembali ke masa lalu.

..........


Kawan, sekedar memberitahu kalian bahwa aku sudah menjalin hubungan dengan Qia saat itu, kami sering jalan jalan berempat dan menghabiskan waktu mulai dari sabtu sore sampai minggu dinihari. Seandainya kami sedang ada uang lebih, tak jarang kami pergi ke Ancol dan menikmati udara panas pantai Marina di dalam tenda sewaan yang kami sewa sendiri sendiri, namun jika kami sedang bokek Kebun Binatang Ragunan menjadi alternatif tempat pacaran bagi kami bahkan Hutan Kota Srengseng pun sering kami jadikan tempat mojok untuk kami berempat dikala kami sedang benar benar bokek sebokek bokeknya. Aku dan Nya'ung bukanlah type orang yang gemar menghabiskan waktu berpacaran di dalam Mall atau Pusat Perbelanjaan macam Blok M Plaza, Taman Anggrek maupun Citraland, kelas kami terlalu di bawah untuk berada di tempat itu.

Meskipun begitu, kami tahu bahwa Melly dan Qia sering keluar masuk tempat tempat itu tanpa kami temani. Kami paham bahwa dunia wanita selalu berkaitan dengan shopping dan alat alat kecantikan dimana hal itu tidak bisa mereka dapatkan di pantai Marina, Ragunan apalagi di Hutan Kota Srengseng. Beberapa kali juga aku sering menemani Qia belanja baju atau apapun itu di Citraland atau yang sering disingkat menjadi CL, meskipun aku bukanlah type cowok Mall, bukan berarti aku tak pernah masuk ke dalamnya bukan?

Kawan, uniknya hubungan kami berempat adalah andai salah satu dari kami sedang bertengkar, maka kami harus membantu menyelesaikan masalah pertengkaran itu dengan cara jalan berdua tanpa adanya pacar yang bertengkar itu. Jadi kalau aku sedang ribut dengan Qia, maka biasanya Melly akan mengajakku jalan berdua ke CL dan mencoba mencari jalan keluar tentang masalahku dengan Qia. Sama hal nya denga Melly, Nya'ung akan membawa Qia entah kemana dengan tujuan mencari solusi juga tentunya.
Begitu juga sebaliknya, kalau mereka sedang ribut maka aku akan membawa Melly kemanapun dia mau dan Qia akan membawa Nya'ung kemanapun Nya'ung mau dengan tujuan yang sama.
Kami gunakan cara ini agar kami bisa mengerti isi hati kami yang sedang bertengkar dengan pandangan objektif dan adil. Kalau aku yang menemani Nya'ung, bisa saja aku ikut terpengaruh oleh kata kata emosional dari Nya'ung tentang Melly dan bisa saja bukannya memberi solusi aku malah memperburuk keadaan. Begitu juga andai Qia yang menemani Melly ketika sedang bertengkar dengan Nya'ung, bukan tak mungkin sisi kewanitaan Qia akan lebih melihat dari sudut pandang Melly yang juga seorang wanita dan lagi lagi bisa saja itu malah memperburuk keadaan. Kami juga sepakat untuk tidak menceritakan apapun tentang apa yang sudah kami bicarakan dan solusi apa yang kami berikan kepada pasangan kami masing masing ketika 'sesi curhat' kecuali apa yang menjadi masalah pertengkaran itu. Sesi curhat adalah sesi paling private bagi kami dan juga menjadi hal paling rahasia untuk diceritakan diantara kami.

Setidaknya cara itu berhasil bagi kami berempat.

Aku ingat dua minggu sebelum Melly dan Nya'ung menikah, Melly menelpon Qia disaat aku sedang bercumbu dengan Qia di kamar kost kost-an nya.

"Hmm.. Mal.. terus Mal, sshh.. jilatin itilnyaaah..akh..."

'Tulidudid.. tulidudit..tulidudituuut...'

Kawan, dapatkah kau dengar dering polyphonic yang menjadi ciri khas Nokia itu?

Awalnya kami tak menghiraukan nada panggilan masuk dari HP Qia, namun setelah lima kali panggilan itu terus berbunyi, Qia memintaku untuk berhenti menjilati vaginanya sebentar untuk melihat siapa yang sudah menggangu waktu bercumbu kami ini.

"Melly..." Kata Qia sambil menjawab teleponnya.

Mengetahui Melly yang telepon, kudekati lagi pacarku ini dan menjilati puting payudaranya. Aku sering mencumbu Qia disaat Qia sedang ngobrol dengan Melly di telepon, desahan desahan yang keluar dari mulut Qia ketika aku menggenjot vaginanya seperti tidak menjadi ganguan untuk obrolan mereka berdua, bahkan Qia sering me-loadspeaker HP nya agar Melly bisa meledekku dengan nada seperti menyemangati,

"Terus Maall.. hajar teruss.. jangan kasih kendor.. hahahah"

Tapi rupanya tidak untuk malam ini, karena Qia langsung mendorong kepalaku dan memintaku untuk diam sejenak, aku langsung paham. Qia beranjak ke dapur bertelanjang bulat selagi aku mengenakan kembali celana boxerku. Kalau sudah begini, artinya Melly sedang ribut dengan Nya'ung pacarnya, dan biasanya kalau Melly sudah telepon Qia, maka tak lama Nya'ung akan menelponku juga.

Benar saja, HP ku yang ada di dalam saku celana jeansku berbunyi. Kuambil dan langsung kuangkat telepon dari Nya'ung. Aku sudah paham dengan apa yang akan dibicarakan olehnya.

"Ya..?" Tanyaku langsung.

"Gw pinjem Qia ya. Mau gw ajak ke bengkel rumah. Puyeng gw ama Melly, kaga ada pahamnya ama maksud omongan gw. Dia kan punya otak Mal....."

Langsung kupotong omelan yang belum selesai itu,

"Huuususususuhhh.. diem diem diem... jan ngomel ama gw lu, ngomel aja ama Qia ntar, oke??"
Aku tak mau mendengar cerita dari Nya'ung dan lebih mempercayakan Qia sebagai mediator untuk Nya'ung dan aku akan menjadi mediator untuk Melly.

"Hadeeuhh.. yaudah, Qia gw jemput dimana?" Kata Nya'ung menyerah dan menanyakan padaku mau dijemput dimana pacarku ini.

Kukatakan padanya bahwa nanti Qia yang akan mengabarinya langsung.

"Ntar Qia nelpon lu Ung. Lagian gapapa lu bawa Qia ke bengkel? Nyokap lu salah paham gak ntar?" Tanyaku tentang keputusannya untuk curhat kepada Qia di bengkel rumahnya.

"Gapapa Mal, kan emak gw juga udah tau kalo dia cewe lu.." jawab dia dengan nada lesu dan memanggilku 'Mal' dimana biasanya dia memanggilku dengan sebutan 'Nyet'

Itu artinya, masalah kali ini lumayan berat.

"Yaudah.." Jawabku singkat.

"Oke Mal, tengkyu ya.."

"Selloow C-S" Jawabku sambil mematikan HP.

Qia keluar dari dapur dan berkata,

"Yah keganggu deh.." Katanya pasang muka lesu.

"Gapapa lah.. kan bisa diterusin besok atau nanti malem kalo kita udah kelar ngurusin Melly ama Nya'ung. Kasian juga mereka, tinggal dua minggu lagi mau nikah malah ribut mulu." Kataku berusaha memberinya pengertian.

Kulirik jam dinding, setengah sepuluh malam.

"Iya sih.." Kata Qia sambil mengenakan kembali semua pakaiannya.

"Kamu disuruh jemput di kost-an nya Melly ya Mal" Kata Qia memberi tahu.

"Oke.. kamu telpon Nya'ung deh Qi, dia mau ajak kamu ke bengkelnya, tapi dia barusan nanya ke aku, kamu mau dijemput dimana, aku bilang nanti kamu yang ngabarin dia." Kataku balas memberi tahu Qia sambil menarik resleting celana jeansku.

Qia langsung menelpon Nya'ung dan mengatakan padanya agar tak perlu menjemputnya, dia akan langsung menemui Nya'ung di bengkel rumahnya. Beginilah cara kami menyelesaikan masalah kami dengan pasangan kami masing masing. Kami tetap meminta izin dahulu kepada pasangan yang akan kami ajak curhat mengenai apapun masalah yang tengah kami hadapi.
Akhirnya aku dan Qia pun pergi menggunakan sepeda motor masing masing.

_______________________

Kawan, masih bergunakah jika kuberi nasehat tentang ujian calon penganten kepada calon penganten itu sendiri?
_______________________

Karena Qia ngekost tak jauh dari kost kost-an nya Melly, maka hanya butuh sekitar sepuluh menit bagiku untuk sampai ke tempatnya. Kuparkir motorku di depan kost nya dan mengetuk pintu sambil memanggil namanya.
Tak lama, Melly membuka pintu dengan wajah sembab dan isak yang masih terdengar. Aku langsung masuk ke dalam sementara Melly menutup pintu dan menguncinya. Setelah mengunci pintu, Melly memelukku dan mulai menangis sesenggukan di bahu kananku, kuusap rambut dan punggungnya yang hanya berbalut tanktop berwarna ungu dengan tujuan memberinya rasa tenang.

Aku diam sebentar dan menunggu sampai tangisnya mereda.

Sekitar lima menit kemudian, barulah Melly mau membuka suaranya sambil tetap bersandar di bahu kananku, posisi kami masihlah berdiri.

"Nya'ung anjing.. Nya'ung bangsat.."

"Dari dulu.. baru tau lu?" Kataku bercanda.

Terdengar sedikit tawa yang keluar dari mulutnya meskipun tangan kanannya memukul pelan bahu kiriku.

"Seumur umur gw pacaran sama Nya'ung, baru kali ini gw dikatain anjing sama dia Mal..hiks.." Melly mulai membuka topik pembicaraan masalahnya dengan Nya'ung.

"Gara garanya apa?" Tanyaku lebih lanjut zambil tetap membelai rambutnya.

"Gara garanyaa..." Melly tak sempat meneruskan ceritanya karena terpotong oleh kata kataku, kakiku mulai pegal menahan pelukan Melly.

"Mel.. berat bet luu.. duduk aja deh ngobrolnya yaa.."

Melly menghentakkan satu kakinya ke lantai dan menatapku dengan wajah kesal.

"Ih Kemal mah.. gw serius nih.."

"Iyaa gw juga serius, lu beraat.." Jawabku bercanda sambil mencubit pelan hidungnya.

Akupun beringsut turun dan duduk bersandar dinding diatas kasur busa tempat kali pertama kami bercinta dulu. Melly ikut duduk di samping kiriku sambil merangkul lenganku erat erat di sebelah payudaranya yang ehm ehm itu sementara kepalanya kembali bersandar di bahuku.

"Ngapa si lu berdua? Tinggal dua minggu lagi aja pake acara ribut segala.." Kataku pada Melly mulai bertanya masalah apa yang tengah dihadapi oleh mereka berdua.

"Nya'ung ga mau sodara sodaranya dateng di pesta kawinan kita Mal.." Kata Melly tanpa merubah posisinya.

Meskipun aku tahu maksudnya, tetap ku jawab dengan jawaban yang sifatnya bercanda. Tujuanku murni untuk membuat hatinya tak lagi sedih.

"Kita? Kok jadi pesta kawinan kita Mel? Kan elu yang mau kawin ama Nya'ung.."

"Astagfirullah Kemal.." Melly langsung menggigit bahuku dengan keras.

"Aaaawwwww.. iya iya iya... maap maap..."

Sakit sekali gigitan setan cantik ini.

"Haduuhh.. tapi lu tau kan kenapa Nya'ung bisa ambil sikap kaya gitu?" Tanyaku dengan serius kali ini.

"Tau.." Jawab Melly.

"Terus?" Tanyaku lagi.

"Yaa.. masalahnya gw ini anak rantau Mal, apa jadinya nanti kata keluarga gw begitu dateng kesini tapi gak ngeliat satupun sodara kandungnya Nya'ung.. sodara dia ada lima, masa iya dia ga mau kedatengan sodara? Ini acara sekali seumur hidup Mal.. gw maunya semua keluarga hadir n ikut seneng. Tapi dia kekeuh ga mau ngasih tau sodaranya, tahan sedikit doong ego nya.. Tai kan tu anak.." Melly terlihat emosional ketika membahas konflik antara Nya'ung dan saudara saudaranya.

"Terus, gw ngomong ke Nya'ung kalo udah nikah gw maunya misah aja biar bisa belajar mandiri. Kita ngontrak dulu deh, jangan nyampur atau numpang di rumah orang tua. Kita kumpulin uang bareng bareng biar bisa kebeli tanah kaya elu." Lanjut Melly kemudian.

Meskipun bukan saat yang tepat, tapi tetap saja aku merasa GR karena dia menjadikan diriku sebagai contoh dalam hal membeli tanah.

"Eh malah marah marah gajelas dia. Ya gak terima dong gw Mal.. niat gw bae kok ngajak dia rumah tangga secara mandiri, malah ngomel, ya gw ngomel balik lah. Gw ribut omongan ama dia Mal. Terakhir dia ngomong gini ama gw, 'Lu mau nikah sama gw gak? Anjing!!' Sakit hati gw Mal.." Terlihat mata Melly mulai berkaca kaca lagi, Melly tak menceritakan kenapa Nya'ung bisa sebegitu marah kepada dirinya ketika dia mengajak Nya'ung untuk keluar dari rumah orang tuanya setelah mereka menikah nanti.

Sebenarnya disini aku sepakat dengan Melly, memang seyogyanya rumah tangga itu haruslah dibangun berdua sedari nol, kalaupun belum punya rumah setidaknya kita bisa usaha bareng untuk mewujudkan itu, tak perlu bantuan orang tua dan tak perlu bantuan saudara. Tapi untuk kasus mereka berdua memang harus ada pengecualian khusus. Akhirnya kucoba untuk memberi pengertian kepadanya.

"Gini deh.. tanpa membela siapa siapa yaa Mel, untuk urusan sodara sodaranya Nya'ung, gw gak bisa kasih masukan banyak ke elu. Tapi kalo soal urusan misah rumah setelah kalian nikah nanti, lu udah tau kenapa dia gak terima?"

Kucoba untuk mengajaknya diskusi agar dia paham dengan sendirinya kenapa Nya'ung enggan meninggalkan rumah orang tuanya.

"Karena mama kan, dia ga mau ninggalin mama nya sendirian disitu." Kata Melly malas.

"Nah itu lu tau.." Kataku sambil mencubit hidungnya.

"Tapi kan masih ada sodaranya yang laen Maal.. masih ada lima sodaranya yang jelas jelas lebih mampu buat ngurusin mamanya mereka." Melly masih bersikeras dengan argumentasinya.

"Betul, tapi 'mampu' belum tentu 'sanggup'.." Kataku memberi sedikit perbedaan antara mampu dan sanggup.

"Maksudnya..?" Tanya Melly yang kini duduk dengan tegap.

Kujelaskan apa maksud dari mampu dan sanggup yang barusan kukatakan padanya sekaligus kujelaskan secara penuh kenapa Nya'ung tak mau meninggalkan ibunya dengan alasan apapun, bahkan kuceritakan perlakuan saudara saudara Nya'ung kepada ibu mereka selagi Nya'ung dipenjara waktu itu. Kukatakan juga pada Melly agar bisa lebih sabar menghadapi Nya'ung karena hanya dialah harapan satu satunya sang ibu agar tetap terurus dengan baik.

"Au ah Mal.. males gw bahasnya.." Kata Melly yang sepertinya masih sulit menerima kondisi Nya'ung dan ibunya.

"Emaknya Nya'ung itu orang baik loh, gak bakal di apa apain juga lu sama diaa.." Ini adalah usaha terakhirku memberi pengertian kepada Melly.

Melly diam untuk sesaat sebelum akhirnya bicara dengan pelan.

"Iya gw tau.. tapi gw gak mau kita tuh jadi ketergantungan sama orang tua. Lu paham kaan?" Katanya tetap membela argumen nya.

"Paham.. yaudah pelan pelan ajaaa yaa, nanti lu bakal liat sendiri gimana aslinya Nya'ung pas di rumah emaknya.. gw yakin lu juga bakal betah disana. Percaya ama gw.." Kataku sambil mengecup kening calon istri temanku ini.

"Hhmmm.. maen cium aja luu, udah mau kawin niih gw, hehehe... baydeway makasih yaa buat masukannya.. cup." Kata Melly yang awalnya seolah protes kukecup keningnya namun justru memberiku kecupan di pipi sebagai ucapan terima kasih.

"Nikah woy, kalo kawin mah tiap minggu lu.. iyaa sama sama" Kataku tersenyum sambil menoyor dahinya dengan ujung telunjukku dan direspon oleh tawa dari Melly.

"Eiya Mal, tadi pas gw telpon Qia, lu lagi di kost an dia ya?" Tanya Melly.

"Iyaa.. makanya gw cepet kesininya, mumpung deket." Jawabku.

"Lagi ngewe ya lu?" Tembak Qia langsung sambil senyum senyum.

"Belom sempet.. gara gara lu nelpon batal dah acara bokep gw.." Kataku sambil merebahkan diri. Aku rebahan bukan karena apa apa, hanya ingin saja.

"Kasian.. hahaha.."

"Tawa lu Mel.." Kataku judes.

"Bodo amat.. Mal gw mo minta penilaian dong dari lu, gw kan minggu kemaren beli pakean nih di Blok M Plaza barengan sama Qia, kata dia sih cocok, tapi gw masih belom puas kalo belom dinilai sama elu."

"Sejak kapan lu minta penilaian soal pakean sama gw?

"Sejak sekarang.. kenapa? Gak suka?"

"Diihh.. biasa aja kali.. pakean apaan?"

"Bentar gw pake dulu. Menurut lu cocok apa ngga.."

Melly beranjak menuju ruang belakang kost an nya dan membuka lemari. Suara pintu lemarinya cukup keras dan cukup terdengar sampai di ruang depan. Lima belas menit kemudian Melly keluar dari ruang belakang dan menunjukkan pakaian yang tengah dia kenakan saat ini.

"Gimana? Cocok gak?" Tanya Melly sambil setengah berputar ke kiri dan ke kanan.

Aku menelan ludah.. bagaimana tidak, pakaian yang dia maksud itu ternyata adalah lingerie berwarna hitam yang sangat seksi. Hanya seutas tali di bahu yang menahan lingerie itu agar tidak jatuh kebawah. Bagian dadanya sangat sangat terbuka, terlihat sekali belahan gundukan payudara Melly yang ehm ehm itu. Puting payudaranya hanya tertutupi oleh secarik kain polos tipis berwarna senada. Dari dada sampai pinggul Melly juga hanya tertutup selembar bahan yang menyerupai jaring, sementara penutup bawahnya berupa G - String ketat berwarna serupa, G - String itu mempunyai semacam pengait yang tersambung dengan stocking yang berupa jaring juga di sepanjang tungkai kakinya.

"Anjir.. Seksi bet lu Mel.." Kataku spontan melihat penampilan Melly.

"Hehehe.. ma'aciii.. berarti cocok dong?" Tanya Melly sambil senyum senyum.

"Cocok kok.. cocok banget malah, makin cantik makin seksi makin aduhai deh lu.." Kataku sambil menahan nafsu. Aku tak mau larut dalam memandangi tubuh indah milik Melly, bagaimanapun juga dia adalah calon istri sahabatku.

Aku harus pulang.

"Yaudah gw balik ya Mel, udah malem nih." Kataku sambil berdiri dan bersiap siap.

"Jangan balik dulu.."
Melly menghampiriku dan memegang kedua tanganku.

"Gw mau nebus acara lu yang gagal tadi sama Qia.. cuph.. cuph.."
Melly mencium leherku beberapa kali. Aku merinding, aku merinding menahan nafsu.

"Mel.. jan gila. Lu udah mau nikah.. hufft.."
Kataku tanpa berusaha menyingkirkan kepala Melly di leherku.

"Masih dua minggu lagi Mal, gw mau ngasih kenangan terakhir buat lu sebelum gw nikah.."

"Mel.. stop.. inget Ny..."

Belum sempat kusebut nama Nya'ung sebagai pengingat baginya, Melly malah menyambar bibirku dan menciumku dalam dalam dan lembut. Aku sempat terbuai sampai akhirnya kutarik bibirku dan berkata,

"Jangan Mel,, jangan bikin gw ngerasa gak enak.."

Melly merangkul leherku dan berkata,

"Justru gw mau bikin lu ngerasa enak malem ini Mal.. hhhmmm.. cuuph..cuph.."
Leherku kembali menjadi sasaran ciumannya.

Jujur saja kawan, setelah perselingkuhanku dengan Melly yang pertama kali dulu, kami tetap melakukan seks secara sembunyi sembunyi di belakang Nya'ung beberapa kali. Sebab itulah dia tahu bahwa leherku adalah titik yang membuat nafsuku naik dengan cepat.

"Hhuufft.. Meellhh.." Kutahan sebisa mungkin agar nafsu yang terlanjur menggantung bersama Qia tadi tak perlu naik kembali.

"Hmmm? Apa sayang??"
Jawab Melly dengan suara yang dibuatnya menjadi lebih seksi. Melly meraih tanganku, ditempatkan tanganku itu tepat diatas payudaranya. Pandanganku nanar melihat bulatan payudara Melly yang ehm ehm itu, dengan pelan kuremas remas meskipun sedikit ragu.

"Aaahh.. enak Mal.."

Desahan Melly membuat remasan tanganku di payudaranya semakin kencang.

"Aakhh.. Maaalllhhh..."

Wajahnya... wajahnya bersemu merah menatap sayu kepadaku. Leher jenjangnya menjadi pusat perhatian mataku dan seperti mengundang bibirku untuk mendarat disana. Kurasakan sedikit tekanan di penisku yang masih terbungkus celana jeans, kuturunkan pandanganku dan kulihat tangan Melly meremas dan membelai belai lembut celana jeanku tepat di bagian penis.

"Hhh...hhhh.. Gw buka yah Mal.."

Tanpa menunggu persetujuan dariku Melly membuka kancing celana jeansku dan menurunkannya sebatas paha. Kembali dia meremas remas dan membelai belai penisku yang kini hanya terhalang selembar celana boxer. Semenit kemudian boxer itupun ikut dia turunkan dan Melly meremas serta membelai penisku yang sudah semakin tegang dengan nafas yang semakin cepat.

Mel.. jangan.. inget Nya'ung.. suara hatiku meminta mulutku mengeluarkan kata kata itu.

"Mell..."
Tapi ternyata hanya sebatas itu saja kata kata yang keluar dari mulutku.

"Iyaahh.. tenang sayang, gapapa kok.."

Wajahnya di mataku... Belai tangannya di penisku... kecup bibirnya di leherku... desahnya di telingaku...

Aku kalah...

Ku raih kepala Melly dan mencium bibirnya dengan buas.

Kawan...
Aku lupa bibir milik siapa seharusnya yang sedang aku cium sekarang, aku lupa payudara milik siapa seharusnya yang sedang aku hisap sekarang, aku lupa mulut milik siapa seharusnya yang sedang menghisap penisku sekarang, aku lupa tubuh milik siapa seharusnya yang sedang kutelanjangi sekarang, aku lupa clitoris milik siapa seharusnya yang sedang kujilati sekarang, aku lupa lubang vagina milik siapa seharusnya yang sedang kugenjot dengan berbagai posisi sekarang, aku lupa dinding rahim milik siapa seharusnya yang sedang kusemburkan dengan spermaku bertubi tubi sekarang.

Satu satunya yang kuingat hanyalah rasa nafsu yang belum terselesaikan beberapa jam sebelumnya, satu satunya yang kuingat bahwa wanita ini sudah sering bercumbu dan bercinta denganku, satu satunya yang kuingat kini adalah dia menginginkan penisku malam ini.


Aku melupakan hal penting bahwa wanita ini adalah sahabat kekasihku dan juga calon istri dari sahabatku sendiri.




Kawan... perlukah kuteruskan cerita ini?

Karena ceritaku belumlah usai...

___________________________
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd