BAB 4
Sudah waktunya untuk melakukan perubahan dan aku harus meyakini diriku sendiri untuk tidak ragu-ragu seperti semboyan “Jika anda ragu lebih baik mundur”
Aku melangkahkan kaki keluar dari kamar tidur tamu menuju kamar tidur utama kami kemudian memegang gagang pintu dan menekan dan menarik kearah dalam kamar terdengar bunyi tap-tap dari sepatu hak tinggiku menyusuri jalan menuju kekamar tidur kami. Mau tak mau aku merasa seperti seseorang pemimpi yang sedang berbaris menuju medan pertempuran. Sebuah khayalan yang konyol, tapi saya merasakan momen itu dengan sempurna.
Aku membuka pintu kamar tidur kami dan aku lliat luki duduk telanjang bulat di tengah tempat tidur king-size dengan yang memiliki empat tiang disana aku melihat kemaluan yang tegak dengan penuh hasrat birahi. Setelah melihat penampilanku mulutnya terbuka lebar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Aku suka melihat bagaimana matanya bergerak ke atas dan ke bawah memindai seluruh tubuhku, memperhatikan dengan seksama setiap detail pakaian dominatrixku. Putingku susuku menegang tegak dan memekku banjir di selangkangan dari G-String. Aku tidak menyangka akan bersemangat seperti ini, hal yang sudah lama hilang dari kehidupanku.
Setelah beberapa saat, mata kami bertemu ketika dia dengan gugup untuk mengatakan sesuatu kepadaku tapi aku tidak memberikannya kesempatan untuk berbicara "Turunkan matamu Luki.” Ujarku.
Dia tersentak dan kaget atas perintah sederhanaku, lalu dia dengan cepat menurut. "Ya Nyonya."
Aku diam dan memberinya waktu untuk menurunkan pandangannya kemudian menungguku memberikan instruksi selanjutnya dengan diam tanpa sepatah katapun. Aku merasa senang bahwa aku tidak perlu mengajarinya tentang cara yang benar, dan menganggap hal ini serius.
" Mulai sekarang Aku ingin kamu mendengarkanku dengan baik-baik., jika kamu berlaku baik dan menghormatiku serta tidak membuatku kesal maka aku akan mengizinkanmu untuk melihat tubuhku, kamu akan mendapatkan hadiah karena mematuhiku dan dihukum berat jika tidak menurutiku."
Matanya tetap menunduk ke tempat tidur dan tangannya mulai gemetar dengan lembut.
"Apakah kamu mengerti?"
"Ya, Nyonya," katanya lembut.
Aku menunggu selama satu menit untuk memastikan dia tidak mengangkat kepalanya dan mengintipku. Aku ingin mulai melatihnya untuk dapat menungguku. Mulai sekarang, semua yang kita lakukan bersama, baik di dalam maupun di luar kamar, akan dilakukan sesuai jadwalku, dan itu bukan jadwalnya.
"Berbaring telentang, tetapi dengan kaki di kepala tempat tidur."
Untuk sepersekian detik aku melihat ekspresi kebingungan muncul di wajahnya dan kemudian dia dengan cepat melaksanakan intruksiku. Aku menyukai bagaimana matanya melihat ke dinding di kepala tempat tidur dan bukan ke diriku.
"Ulurkan tanganmu."
Sekali lagi dia dengan tanggap melakukan perintahku.
Mengambil waktu sejenak aku mengambil sesuatu di bawah tempat tidur yaitu berupa dua manset kulit besar yang melekat pada rantai. Kemudian memasang pada tiang ranjang, sambungan rantai dengan manset terpasang dengan aman ke tiang ranjang tepat di atas karpet.
"Apakah kamu pernah dikekang?"
"Tidak,pernah Nyonya," ujarnya dengan gugup.
Aku mulai memasangkan manset kulit tebal ke pergelangan tangannya saat aku berbicara.
"Kamu telah menghabiskan begitu banyak waktu di internet untuk mengetahui kehidupan seks orang lain, namun hanya mempunyai sedikit waktu untuk pengalamanmu sendiri, apakah kamu setuju dengan yang aku katakan?"
Aku melihat wajahnya berubah menjadi merah. "Ya Nyonya."
Matanya mengikuti gerakanku ke tangannya yang lain saat aku melakukan hal yang sama ke tangannya yang lain. Aku perhatikan bahwa dia berhati-hati untuk tidak menatap mataku.
Dia menarik pengekang, mengujinya, tetapi semuanya dalam kondisi kuat dan aman. Ada sedikit kelonggaran, tapi tidak cukup baginya untuk menggerakkan tangannya terlalu jauh.
"Apakah kamu pernah berpikir bahwa kamu akan bisa pergi dariku?"
Dia menarik napas dalam-dalam dan aku tahu dia pasrah dengan situasi saat ini. "Sama sekali Tidak Nyonya."
"Saya percaya tentang itu."
Aku mengambil waktu sejenak untuk melihat kondisi suamiku. Dadanya naik dan turun dengan setiap napas cepat yang dia ambil dan penisnya yang berdenyut-denyut seiring dengan detak jantungnya. Aku juga memperhatikan bahwa pada lubang kepala penisnya keluar tetesan precum dan dengan lambat mengalir ke bawah batangnya .
"Kamu sangat terangsang, ya?"
"Ya, Nyonya," jawabnya di sela-sela tarikan napas yang pendek dan dangkal.
Aku mengulurkan tanganku dan menarik kukuku ke dadanya, yang menyebabkan dia terkesiap dan menarik napas dalam-dalam.
"Aku pikir akan sangat menyenangkan untuk menonton TV dan kemudian kembali dalam satu jam atau lebih untuk memeriksa keadaan."
Dia terkesiap. "kumohon Nyonya jangan lakukan itu ..."
Ekspresi kecemasan di wajahnya lansung terlihat ketika aku menggodanya tentang meninggalkan ruangan, hal ini membawa kesenangan lain di pikiranku.
"Aku memilki perasaan bahwa kamu masih berpikir malam ini tentang perubahanku."
Ekspresi bingung muncul di wajahnya. Aku tahu dia tidak tahu ke mana aku akan pergi dengan ini. Aku hanya bisa tersenyum.
"Sekarang kamu ada hanya untuk melayaniku." Aku berhenti sejenak untuk membiarkan kata-kata ku meresap kepikirannya. "Kamu akan mendapatkan kenikmatan jika aku mengizinkan, semuanya hanya akan bergantung pada seberapa mampu kamu melayani dan memenuhi kebutuhan serta memenuhi harapanku dengan baik. Apakah kamu mengerti itu? "
"Ya, Nyonya," jawabnya cepat.
"Mulai malam ini dan setiap malam berikutnya adalah tentang aku dan apa saja yang ku inginkan ... apakah kamu mengerti?"
"Ya Nyonya."
Aku berhenti lagi dan membiarkan semua yang aku katakan padanya dapat dipahami dengan baik. Pandanganku melirik ke penisnya dan aku melihat gumpalan precum dari lubang kencing di penisnya yang membetuk genangan air pada pangkal penisnya.
"Kamu membuat kekacauan di bawah sana."
Dia menatap penisnya. "Ya Nyonya."
Aku duduk di tempat tidur di sampingnya dan mengusapkan dua jari ku ke genangan precumnya, mengumpulkan semuanya kemudian memeriksa cairan bening yang mengkilat di ujung jariku.
"Lihat aku." Matanya dengan cepat langsung menatap mataku.
Slurp……. Saat aku menjilati dan menghisap precum yang ada di jariku. Aku selalu menyukai bagaimana dia keluar tapi malam ini aku memberanikan diriku untuk menelan precumnya untuk pertama kali.
Mulutnya terbuka lebar saat melihatku melakukan semua itu. Aku menatap matanya saat sebuah pikiran jahat memasuki pikiranku.
"Tidak sopan bagiku untuk tidak berbagi, bukan?"
Matanya melebar.
Aku menggenggam kemaluannya, memberikan tarikan yang lambat dan keras, sehingga menghasilkan lebih banyak precum mengalir kepangakal penisnya. Aku mengusapkan jariku ke genangan tersebut, mengumpulkan lebih banyak precumnya, dan kemudian mendekatkannya ke mulutnya. Dia tahu apa yang saya inginkan, namun aku melihat ada beberapa detik keraguan, kemudian aku mmenatap matanya sambil melotot.
"Apa yang akan kamu lakukan dalam beberapa detik ke depan akan menentukan bagaimana kita bisa melewati sisa malam ini."
Tidak pernah terlintas dipikiran Luki melakukan hal itu, tapi sekarang dengan kalimat yang mengundang untuk kenikmatan yang lebih jauh dari Mitha dia melupakan keraguannya. Dan mencoba melakukannya, dia berpikir pasti ada hal untuk pertama kali seperti istrinya melakukan untuk pertama kali tanpa ada keraguan sedikit pun.
Dia mengambil napas dalam-dalam dan dengan lapar mengisap jari-jari ku ke dalam mulutnya, membersihkan semua precumnya. Aku tersenyum.melihatnya dengan keseriusannya menjalankan semua ini.
"Anak baik. Saya pikir kamu pantas mendapatkan hadiah atas kepatuhanmu, apakah kamu menginginkan hadiah mu?"
"Ya, Nyonya," jawabnya cepat.
Aku memegang salah satu payudara 36D di tangan ku lalu mencondongkan ke depan, memasukkan putingku yang tegang ke dalam mulutnya, kemudian mulai mengisapnya dengan keras.
"Tenang ...... kamu punya waktu sepanjang malam."
Hisapan Luki mereda dan mulai memutar lidahnya pada putingku di dalam mulutnya, yang membuatku mengeluarkan erangan kecil. Setelah beberapa saat, aku mengeluarkan putingku dari mulutnya.
'Anak baik ... sekarang yang lain.
Dia segera mengambil puting ku yang lain ke dalam mulutnya dan memberikan perlakuan yang sama. Luki selalu menyukai payudara ku, yang masih sangat kencang meskipun ukuran ini jauh lebih baik daripada malam pertama kami ketika foreplay terdiri dari meremas atau jentikan lidah. Dia seperti menyembah sepasang payudaraku sekarang, seperti yang ku inginkan. Setelah sekitar satu menit aku menarik puting tegak dari mulutnya dan berdiri.
"Apakah kamu pikir kamu berhak untuk mencicipi memekku?"
"Kumohon, Nyonya, tolong," ujar Luki merengek.
"Kamu harus berpikir bagaimana memohon dengan benar."
"Tolong, Nyonya, izinkan hamba mencicipi memek Nyonya yang nikmat dan basah."
Sejujurnya, aku sangat ingin merasakan mulutnya pada memek ku, mungkin lebih dari pada yang dia ingin lakukan. G-Stringku benar-benar basah dan banjir didalam sana, cairan lendir kewanitaanku mulai mengalir di bagian dalam paha ku. Aku yakin aku belum pernah terangsang seperti ini sebelumnya sepanjang hidupku dan benar-benar membuat memek ku sangat gatal.
Memekku lengket, dan banjir, aku hampir yakin bahwa baunya bisa tercium di pintu depan kami. Aku kemudian pindah ke kaki tempat tidur kami.
"Buka mulut mu dan keluarkan lidah mu."
Luki menuruti setiap perkataanku dan menganggap itu sebagai perintah bukan permintaan, menjulurkan lidahnya sejauh yang dia bisa. Menghadap jauh darinya, aku menurunkan memekku ke mulutnya yang menunggu. Ketika lidahnya menyentuh memekku, rasanya seperti sambaran petir menyambar tubuhku membuat ku bergetar
Dia menggerakkan lidahnya ke atas dan ke bawah celah memekku, lalu ke dalam, lalu kembali ke luar, berulang-ulang. Aku merasakan dia bergerak di bawahku, menarik kekangnya saat aku memberikan lebih banyak tekanan ke wajahnya. Rasanya seolah-olah mulut dan lidahnya secara bersamaan berada di seluruh memekku, meskipun aku tahu itu tidak mungkin.
Orgasme ku hampir datang aku berusaha mencoba menahannya, tetapi semuanya sia-sia. Lidahnya terus menyapu klitoris ku, saat cairan lendir meluncur melalui bibir memekku dan kemudian gelombang itu datang dengan kuat melepaskan semua cairan orgasme, aku gemetar hebat di atas mulutnya yang terbuka kedua kaki goyah seakan tidak mampu menahan berat badanku dia menelan orgasmeku sebanyak yang dia bisa.
Akal sehatku kembali kemudian mengangkat memekku dari mulutnya. Aku terdiam beberapa saat menikmati sisa orgasme yang datang dengan hebat sehingga klitorisku menjadi sensitif.
Tuhan, aku puas sekali. Di masa lalu, dia selalu melakukan oral sex kepadaku. Tapi ini adalah sesuatu yang berbeda dan sepenuhnya sangat berbeda. Kali ini aku yang mendudukan wajahnya. Menggunakan mulutnya untuk menyenangkan diri, sehingga membuatku menjadi liar. Itu adalah kenikmatan yang membuatku lupa diri.
Aku melihat ke bawah, wajah dan sebagian rambutnya menjadi berkilat oleh cairan orgasmeku.
"Jaga lidahmu kali ini, dan jangan bergerak. Apakah kamu mengerti?"
Dia masih terengah-engah, mencoba mengatur napas. Aku meyakini bahwa ada saat-saat ketika dia tidak banyak mendapatkan udara. Aku melihat dan menekan mentalnya.
"Ya, Nyonya," katanya berusaha menenangkan diri dan bernafas dengan teratur.
Aku mengulangi lagi menurunkan memekku di wajahnya berusaha menekan agar lidahnya bisa masuk lebih jauh kedalam memekku. Dengan perlahan aku menggerakkan kembali pantatku ke atas dan ke bawah merasakan dia menjilat dinding memekku sambil berusaha dapat menghirup udara. Menggerakkan kembali memekku di mulutnya aku menginginkan lidahnya berada pada tempat yang kuinginkan; di dalam memekku, lalu di atas bibir memekku, lalu ke klitoris. Rasanya seperti memiliki mainan yang menyenangkan untuk diriku.
Sesekali lidahnya masuk kembali ke dalam mulutnya. Untuk ketiga kalinya, aku menarik rambutnya dengan keras. "bangsat keluarkan lidah itu," teriakku.
“Maafkan saya Nyonya,………..saya mohon ampuni saya” katanya dengan nafas yang terengah-engah.
Kemudian aku bergeser kedepan sedikit untuk mengarahkan lidahnya terus menyusuri ke lubang duburku setelah di posisi yang tepat aku merenggangkan kedua buah pantat ku, lidahnya menyentuh dan mejilat naik turun lalu berputar selanjutnya keluar masuk kedalam lubang pembuanganku.
Lidahnya dengan kuat terus menjilat dan berputar ransangan ini sangat kuat bagiku karena ini pertama kalinya aku merasakan anusku mendapat ransangan yang menimbulkan rasa nikmat tidak tertahankan “ohhh……..ohh…… ini nikmat sekali” sehingga memekku kembali bergetar aku dengan cepat mengarahkan kembali lidahnya ke memekku dia menjilat dan menghisap dengan kuat, aku sudah tidak kuat, orgasme yang datang untuk kedua kalinya sehingga tubuhku kelojotan dan melengkung, bergetar dengan hebat nafasku kembali memburu sehingga ruangan di dalam kamar ini tidak cukup untuk memberikan aku udara untuk bernafas.