Terkadang bias ..antara emosi dan logika karena situasi itu berubah sesuai keadaan..Ane belum pernah ngalamin, jadi komen ane lebih berdasar pemahaman ane ttg perkawinan.
Ane setuju dgn pendapat suhu di atas, yaitu cerai pasti ada alasanya. Nah, alasan ini sebenarnya bisa dikelompokkan jadi 2: alasan yang masuk akal & alasan yang nggak masuk akal alias cuma emosi belaka.
Kalau alasannya masuk akal, yaitu tindakan suami yang tidak termaafkan dan terus-menerus, misalnya KDRT atau suami melarikan diri, maka alasan ini perlu diperjuangkan dengan semua risikonya. Jadi cerai adalah keputusan yang perlu diambil.
Tapi kalau alasannya cuma emosi aja, mending nggak usah cerai. Nanti bisa nyesel
Makanya mau minta share..dorongan dan pemikiran seperti apa yang membuat mereka berani dan kuat melakukannya...Buktinya banyak kog Ibu2 yg tetep bercerai meskipun "cuman" IRT. Dan mereka bisa survive, bahkan sebagian juga sanggup membesarkan anak seorang diri.
Nah itu yg bikin saya sebut butuh keberanian utk ambil keputusan itu.. .apalagi ini sudah pacaran sejak smp sampe sekarang sudah punya 3 anak. Yg plg tua sudah mahasiswiBanyak yg milih bercerai dg harapan bisa hidup lebih baik tetapi yg jelas mah kehidupan sesuadah perceraian akan terasa lebih sulit karena yg biasanya dilakukan bersama, sekarang dihadapi sendiri. Kalau ada yg membantah dan bilang "fine-fine aja" , sebenarnya dia bilang begitu adalah untuk membesarkan hatinya sendiri. Tapi ya mangga eta mah, kalau memang keputusan itu muncul dari diri sendiri, bukan karena hasutan dlsb, Mamang doakan semoga Kebaikan akan senantiasa menyertai setelah hidup sendiri.
Soal rejeki ? Itu urusan ybs dengan Gusti Allah .....
Nah itu yg bikin saya sebut butuh keberanian utk ambil keputusan itu.. .apalagi ini sudah pacaran sejak smp sampe sekarang sudah punya 3 anak. Yg plg tua sudah mahasiswi