Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Hilangnya Perawanku

inez53k51

Tukang Semprot
Daftar
19 Mar 2012
Post
1.356
Like diterima
743
Lokasi
Diatas suka, dibawah suka juga
Bimabet
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang ketika kami berdua
sampai di perumahan tempat kakak laki-laki mas Ari, cowok yang
sedang mendekati aku, yang sedang kosong itu. Dia ganteng dan
badannya keker, aku suka dia mendekatiku walaupun beda
umurnya jauh denganku. Setelah menutup pagar depan, segera dia
mengajakku untuk masuk ke dalam rumah. Dia segera memeluk
tubuhku dan dengan sedikit bernafsu segera disosornya pipiku
dengan bibirnya. Aku sangat terkejut melihat ulahnya, "Eeeh Mas,
kok gitu sih " kataku memandangnya sambil melotot. Namun sambil
tersenyum dia segera meraih tanganku dan ditariknya masuk ke
dalam rumah. Setelah menutup pintu terasa sekali di dalam
suasana agak remang-remang karena gorden masih tertutup.
Sambil tetap memegang tanganku erat-erat, dia menatap wajahku,
wajahku masih cemberut dan kelihatan marah. Sambil tetap
tersenyum dia berkata "Nes, itu tadi berarti aku sayaang sama
kamu, apa nggak boleh aku ngasih sun sayang?" rayunya. "Mas
gitu sih",aku tetap merajuk kepadanya, aku menarik lepas tanganku
dari genggamannya dan berjalan menuju ke sofa ruang tamu. Saat
itu aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis
berwarna putih sehingga bentuk bokongku yang bulat padat
begitu kentara, dan bahkan saking ketatnya CDku sampai kelihatan
sekali berbentuk segitiga. Atasannya aku mengenakan baju kaos
putih ketat dan polos sehingga bentuk toketku yang membulat
terlihat jelas, kaosku yang cukup tipis membuat braku yang
berwarna putih terpampang jelas sekali. Aku menghempaskan
pantatku di sofa, dia menyusulku segera dan duduk rapat di
sampingku, "Ines sayang" rayunya. "Aku boleh kan cium bibir
kamu, say" Aku semakin merajuk. "Ines sayang, terus terang, hari
ini aku kepingin bersama kamu, aku ingin memberikan rasa kasih
sayang ke kamu, asal kamu mau memberikan apa yang aku
inginkan, mau kan sayang?" rayunya lebih lanjut. Aku membelalak
kaget ke arahnya, "Maasss" Hanya kata itu yang kuucapkan,
selanjutnya aku hanya memandangnya lama tanpa sepatah
katapun. Dia mengambil inisiatif dengan menggenggam erat dan
mesra kedua belah tanganku. "Ines sayang, percayalah apapun
yang kukatakan, itu bentuk rasa cinta dan kasih sayang aku sama
kamu say, percayalah. Aku menginginkan bukti cintamu sekarang",
Selesai berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku,
dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami
bersentuhan lembut, aku kaget sehingga sama sekali tak
memberontak. Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit.
Lima detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari
bibirku. Aku saat dikecup tadi memejamkan mata, "Bagaimana
sayang, kau bersediakah?", rayunya lebih lanjut. Dia berusaha
mengecup bibirku lagi, namun dengan cepat aku melepaskan
tangan kananku dari remasannya, dadanya kutahan dengan lembut.
"Mass" bisikku lirih. "Ines sayang, percayalah sama aku", rayunya
lagi. "Tapi mass, Ines takut Mas", jawabku. "Takut apa sayang,
katakanlah", bisiknya kembali sambil meraih tanganku. "Anu, Ines
takut Mas nanti meninggalkan Ines", bisikku. Dia menggenggam
kuat kedua tanganku lalu secepat kilat dia mengecup bibirku.
"Ines sayangku, aku terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa
sama kamu tapi percayalah aku akan membuktikannya kepadamu,
aku akan selalu sayang sama kamu", bujuknya untuk lebih
meyakinkanku. "Tapi Mas" bisikku masih ragu. "Ines, percayalah,
apa aku perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru
beberapa hari kenal sayang tapi percayalah, yakinlah sayang
kalau Tuhan menghendaki kita pasti selalu bersama sayang",
rayunya lagi. "Lalu kalau Ines sampai hhaamil gimana mass?"
ujarku sembari menatapnya."Aah, jangan khawatir sayang, aku
akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu sampai hamil, yah
aku pasti mengawini kamu secepatnya, bagaimana sayang?"
bisiknya.

Tangannya bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas
jemari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari
pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke bahu lalu
diremasnya dengan lembut. Dia memandangi toketku dari balik
baju kaosku yang ketat, "Mas harus janji dulu sebelum..." aku tak
melanjutkan ucapanku. "Sebelum apa sayang, katakanlah", bisiknya
tak sabar. Kini jemari tangan kanannya mulai semakin nekat
menggerayangi pinggulku, ketika jemarinya merayap ke belakang
diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas.
"aahh... Mas", aku merintih pelan. "Mas aah mmas.. Ines rela
menyerahkan semuanya asal Mas mau bertanggung jawab
nantinya", aku berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan
kanannya bergerak semakin menggila, menelusup ke pangkal
pahaku, dan mulai mengelus gundukan bukit memekku. Diusapnya
perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, dua detik kemudian
dia memaksa masuk jemari tangannya di selangkanganku dan bukit
memekku itu telah berada dalam genggaman tangannya. Aku
menggelinjang kecil, saat jemari tangannya mulai meremas
perlahan. Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku hendak
mencium, namun aku menahan dadanya dengan tangan kananku,
"eeehh Mas.. berjanjilah dulu Mas", bisikku di antara desahan
nafasnya yang mulai sedikit memburu. "Oooh Ines sayang, aku
berjanji untuk bertanggung jawab, aahh aku menginginkan
keperawananmu sayang", ucapnya. Sementara jemari tangannya
yang sedang berada di sela-sela selangkangan pahaku itu
meremas gundukan memekku lagi. "Ba.. baiklah Mas, Ines percaya
sama Mas", bisikku. "Jadi?" tanyanya. "hh. lakukanlah mass, Ines
milik Mas seutuhnya.. hh.." jawabku. "Benarkah? ooh.. Ines
sayanggg." Secepat kilat bibirku kembali dikecup dan dikulumnya,
digigit lembut, disedot. Hidung kami bersentuhan lembut. Dengus
nafasku terdengar memburu saat dia mengecup dan mengulum
bibirku cukup lama. DIa mempermainkan lidahnya di dalam
mulutku, aku mulai berani membalas cumbuannya dengan
menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku. Lidah
kami bersentuhan, lalu dia mengecup dan mengulum bibir atas dan
bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan
kecil saat bibir kami saling mengecup. "aah Ines sayang, kamu
pintar sekali, kamu pernah punya pacar yaach?" tanyanya curiga.
"Mm Ines belum pernah punya pacar Mas, ini ciuman Ines yang
pertama kok Mas", sahutku. "Kok ciumanmu pintar sekali, jangan-
jangan Ines sering nonton film porno yaa?" godanya. Aku
tersenyum malu, dan wajahku pun tiba-tiba bersemu merah, aku
menundukkan mukaku, malu. "I...iya Mas, beberapa kali", sahutku
terus terang sambil tetap menundukkan muka. "Ines sayang, kamu
nggak kecewa khan karena aku benar-benar sangat menginginkan
keperawananmu sayang?" tanyanya. "Ines serahkan apa yang bisa
Ines persembahkan buat Mas, Ines ikhlas, lakukanlah Mas kalau
Mas benar-benar menginginkannya", sahutku lirih. Jemari tangan
kanannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak
menekan ke gundukan memekku yang masih perawan, lalu diusap
-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas. Aku memekik kecil
dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat, sementara
wajahku nampak sedikit berkeringat. Dia meraih kepalaku dalam
pelukannya dengan tangan kiri dan dia mencium rambutku.
"Oooh masss", bisikku lirih. "Enaak sayang diusap-usap begini",
tanyanya. "hh... iiyyaa mass", bisikku polos. Jemarinya kini bukan
cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku dengan
sangat gemas. "sakit Mas aawww" aku memekik kecil dan
pinggulku menggelinjang keras. Kedua pahaku yang tadi menjepit
pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat
wajah dan daguku kearahnya, sambil merengkuh tubuhku agar
lebih merapat ke badannya lalu kembali dia mengecup dan
mencumbu bibirku dengan bernafsu.

Puas mengusap-usap bukit memekku, kini jemari tangan kanannya
bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas
menelusuri pinggang sampai ujung jemarinya berada di bagian
bawah toketku yang sebelah kiri. Dia mengelus perlahan di situ lalu
mulai mendaki perlahan, akhirnya jemari tangannya seketika
meremas kuat toketku dengan gemasnya. Seketika itu pula aku
melepaskan bibirku dari kuluman bibirnya, "aawww... Mas sakitt,
jangan keras-keras dong meremasnya", protesku. Kini secara
bergantian jemari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih
lembut. Aku menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah
dan meremas-remas kedua toketku. "Auuggghh.." tiba2 dia
menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Aku yang tadinya
sedang menikmati remasannya pada toketku jadi ikutan kaget.
"Eeehh kenapa Mas?" "Aahh anu sayang...kontolku sakit nih",
sahutnya sambil buru-buru membuka celana panjangnya di
hadapanku.

Aku tak menyangka dia berbuat demikian hanya memandangnya
dengan terbelalak kaget. Dia membuka sekalian CDnya dan
"Tooiiing", kontolnya yang sudah tegang itu langsung mencuat dan
mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun .
"aawww... Mas jorok", aku menjerit kecil sambil memalingkan
mukaku ke samping dan menutup mukaku dengan tangan. "He...
he..." dia terkekeh geli, batang kontolnya sudah kelihatan tegang
berat, urat-urat di permukaan kontolnya sampai menonjol keluar
semua. Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, dan besar.
Sementara aku masih menutup muka tanpa bersuara, dia
mengocok kontolnya dengan tangan kanannya, "Uuuaahh...
nikmatnya". "nes sebentar yaa... aku mau cuci kontolku dulu yaa...
bau nih soalnya", katanya sambil ngibrit ke belakang, kontolnya
yang sedang "ON" tegang itu jadi terpontang-panting sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika dia
berlari. Aku masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya
keluar berlari tanpa pakai celana jadi terkejut lagi melihat kontolnya
yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun.
"aawww..." teriakku kembali sembari menutup mukaku dengan
kedua jemari tanganku. "Iiihh...Ines... takut apa sih, kok mukanya
ditutup begitu", tanyanya geli. "Itu Mas, kon tol Mas", sahutku lirih.
"Lhoo... katanya sudah sering nonton BF kok masih takut, kamu
kan pasti sudah lihat di film itu kalau kon tol cowok itu bentuknya
gini", sahutnya geli. "Iya... m..Mas, tapi kon tol Mas besar sekalii",
sahutku masih sambil menutup muka. "Yaach... ini sih kecil
dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat, kon tol
mereka jauh lebih gueedhee... kalau kontolku kan ukuran orang
Indonesia sayang, ayo sini dong, kontolku kamu pegang sayang,
ini kan milik kamu juga", sahutnya nakal. "Iiih... malu aah Mas,
jorok." "Alaa.. malu-malu sih sayang, aku yang telanjang saja nggak
malu sama kamu, masa kamu yang masih pakaian lengkap malu,
ayo dong sayang kon tol Mas dipegang biar kamu bisa merasakan
milik kamu sendiri", sahutnya sembari meraih kedua tanganku yang
masih menutupi mukaku.

pada mulanya aku menolak sambil memalingkan wajahku ke
samping, namun setelah dirayu-rayu akhirnya aku mau juga.
kedua tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya, namun
kedua mataku masih kupejamkan rapat. Jemari kedua tanganku
mulai menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng. Mulanya
jemari tanganku hendak kutarik lagi saat menyentuh kontolnya yang
ngaceng namun karena dia memegang kedua tanganku dengan
kuat, dan memaksanya untuk memegang kontolnya itu, akhirnya
aku hanya menurut saja. Pertama kali aku hanya mau memegang
dengan kedua jemariku. "Aah... terus sayang pegang erat dengan
kedua tanganmu", rayunya penuh nafsu. "Iiih... keras sekali Mas",
bisikku sambil tetap memejamkan mata. "Iya sayang, itu tandanya
aku sedang ngaceng sayang, ayo dong digenggam dengan kedua
tanganmu, aahh..." dia mengerang nikmat saat tiba-tiba saja aku
bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat. Aku terpekik
kaget, "Iiih sakit mass..." tanyaku. Aku menatapnya gugup.
"Ooouhh jangan dilepas sayang, remas seperti tadi lekas sayang
oohh..." erangnya lirih. Aku yang semula agak gugup, menjadi
mengerti lalu jemari kedua tanganku yang tadi sedikit merenggang
kini bergerak dan meremas kontolnya seperti tadi. Dia melenguh
nikmat. Aku kini sudah berani menatap kontolnya yang kini sedang
kuremas, jemari kedua tanganku itu secara bergantian meremas
batang dan kepala kontolnya. Jemari kiri berada di atas kepala
kontolnya sedang jemari yang kanan meremas kontolnya. .dia
hanya bisa melenguh panjang pendek. ".sshh...nes...terusss
sayang, yaahh... ohh... ssshh", lenguhnya keenakan. Aku
memandangnya sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju
mundur, setelah itu kugenggam dan kuremas seperti semula
tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok kontolnya itu
maju mundur. "Aakkkhh... ssshh" dia menggelinjang menahan
nikmat. Aku semakin bersemangat melihatnya merasakan
kenikmatan, kedua tanganku bergerak makin cepat maju mundur
mengocok kontolnya. Dia semakin tak terkendali, "nes...ahhgghh...
sshh... awas pejuku mau keluarr" teriaknya keras. aku meloncat
berdiri begitu dia mengatakan kalimat itu, aku melepaskan remasan
tanganku dan berdiri ke sebelahnya, sementara pandangan mataku
tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok. "Kamu kok lari sih..."
bisiknya lirih disisiku. "Tadi pejunya mau keluar mass... kok nggak
jadi?" tanyaku polos. Rupanya dia gak mau ngecret karena aku
kocok makanya dia bilang pejunya mau keluar. Dia meraih tubuhku
yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas, aku
menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga
toketku yang bundar montok menekan dadanya yang bidang. Aku
merangkulkan kedua lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba ia pun
mengecup bibirku dengan mesra, kemudian dilumatnya bibirku
sampai aku megap-megap kehabisan napas. Terasa kontolnya
yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian pusarku, karena
memang tubuhnya lebih tinggi dariku. Sementara bibir kami
bertautan mesra, jemari tangannya mulai menggerayangi bagian
bawah tubuhku, dua detik kemudian jemari kedua tangannya telah
berada di atas bulatan kedua belah bokongku. Diremasnya
dengan gemas, jemarinya bergerak memutar di bokongku. Aku
merintih dan mengerang kecil dalam cumbuannya.

Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga
mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku
lalu menghadap ke atas. Aku tak memberontak dan diam saja.
Sementara itu dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang
tegang itu di perutku. Namun baru juga 10 detik aku melepaskan
ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa kecil, "Kamu apaan sih
kok ketawa", tanyanya heran. "Abisnya... Mas sih, kan Ines geli
digesekin kaya gitu", sahutku sambil terus tertawa kecil. Dia segera
merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya, dan aku tak
menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti
tadi. Segera jemari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus
kontolnya dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang nikmat.
"aagghh... nes... terus sayang..." bisiknya mesra. Wajah kami
saling berdekatan dan aku memandang wajahnya yang sedang
meringis menahan rasa nikmat. "Enaak ya mass..." bisikku mesra.
Jemari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya
bahkan mulai kukocok seperti tadi. Dia melepaskan kecupan dan
pelukanku. "Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang",
katanya sambil terus mencopot kancing kemejanya satu persatu
lalu dilemparkan sekenanya ke samping. Kini dia benar-benar
polos dan telanjang bulat di hadapanku. Aku masih tetap
mengocok kontolnya maju mundur. "Sayang... kau suka yaa sama
kontolku", katanya. Sambil tetap mengocok kontolnnya aku
menjawab dengan polos. "suka sih Mas... habis kon tol Mas lucu
juga, keras banget Mas kayak kayu", ujarku tanpa malu-malu lagi.
"Lucu apanya sih?" tanyanya. Aku memandangnya sambil
tersenyum, "pokoknya lucu saja", bisikku lirih tanpa penjelasan.
"Gitu yaa... kalau memek kamu seperti apa yaa... aku pengen liat
dong", katanya. Aku mendelik sambil melepaskan tanganku dari
kontolnya. "Mas jorok ahh..." sahutku malu-malu. "Ayo, aku sudah
kepengen ngerasain nih... aku buka ya celana kamu", katanya lagi.
Dan dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya
meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya. Pada mulanya aku
agak memberontak dan menolak tangannya namun begitu aku
memandang wajahnya yang tersenyum padaku akhirnya aku hanya
pasrah dan mandah saat jemari kedua tangannya mulai gerilya
mencari ritsluiting celana ketatku yang berwarna putih itu. Mukanya
persis di depan selangkanganku sehingga dia dapat melihat
gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku. Dia semakin tak
sabar, dan begitu menemukan tali ritsluitingku segera ditariknya ke
bawah sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga
dengan mudah dia meloloskan dan memplorotkan celanaku
sampai ke bawah. Sementara pandangannya tak pernah lepas dari
selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya CDku yang
berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya.
Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman,
jembutku. Waahh... dia memandang ke atas dan aku menatapnya
sambil tetap tersenyum. "Aku buka ya.. CDnya", tanyanya. Aku
hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jemari
kedua tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua
betisku terus ke atas sampai kedua belah pahak, dia mengusap
perlahan dan mulai meremas. "Oooh... Masss" aku merintih kecil.
kemudian jemari kedua tangannya merayap ke belakang ke
belahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu.

Ketika jemari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian
atas, sreeet... secepat kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan
gemas dan kini terpampanglah sudah daerah 'forbidden' ku.
Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil
mulai dari bawah pusarku sampai ke bawah di antara kedua belah
pangkal pahaku, sementara di bagian tengah gundukan bukit
memekku terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah
ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku.
Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat. "Oohh.. nes,
indahnya..." Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu. Dia
mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah
melemparkan kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke
belakang punggungnya hendak membuka braku dan tesss... bra
itupun terlepas jatuh di mukanya. Selanjutnya aku melepas juga
celana dan CDku yang masih tersangkut di mata kakiku, lalu
sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis kepadanya,
walaupun wajahku sedikit memerah karena malu. Toketku
berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua
kali bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja
yang tampak berwarna merah muda kecoklatan. "kamu cantik
sekali sayang", bisiknya lirih. Aku mengulurkan kedua tanganku
kepadanya mengajaknya berdiri lagi. "Mass...Ines sudah siap,
Ines sayang sama Mas, Ines akan serahkan semuanya seperti
yang Mas inginkan", bisikku mesra. Dia merangkul tubuhku yang
telanjang. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit
nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya yang
bidang. Jemari tangannya tergetar saat mengusap punggungku
yang telanjang, "Aahh.. nes kita ke kamar yuk, aku sudah kepingin
sayang", bisiknya tanpa malu-malu lagi. Aku hanya tersenyum
dalam pelukannya. "Terserah Mas saja, maunya dimana", sahutku
mesra.

Dengan penuh nafsu dia segera meraih tubuhku dan
digendongnya ke dalam kamar. Direbahkannya tubuhku yang
telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah,
tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus
berdempetan. Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena
semua gorden tertutup agar tak kentara dari luar, walaupun kamar
ini sama sekali tidak menghadap ke jalan umum namun
menghadap ke kebun di belakang, jadi sebenarnya sangat aman.
Dia segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat
masuk, dan benar saja begitu disibakkan sinar matahari dari arah
barat langsung menerangi seluruh isi kamar. Dia memandangi
tubuhku yang telanjang bulat di ranjang. Segera dia menaiki
ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum. Dia merayap ke
atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak
sabar ingin segera memasuki memekku. "Buka pahamu sayang,
aku ingin memasukimu sekarang", bisiknya bernafsu. "Mass..." aku
hanya melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan
kontolnya yang tegang itu mulai menusuk celah memekku,
tangannya tergetar saat membimbing kontolnya mengelus
memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku. "Sayang,
aku masukkan yaah... kalau sakit bilang sayang..kamu kan masih
perawan." "Pelan-pelan Mas", bisikku pasrah. Lalu dengan jemari
tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku. Aku
memeluk pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang
memekku di antara belahan bukit memekku. Dia mencoba untuk
menelusup celah bibir memekku bagian atas namun setelah
ditekan ternyata jalan buntu. "Agak ke bawah Mas, aahh kurang ke
bawah lagi Mas... mm.. yah tekan di situ Mas... aawww pelan-pelan
Mas sakiiit", aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan. Akhirnya
dia berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku
menuntunnya, diapun mulai menekan ke bawah, kepala
kontolnyadipaksanya untuk menelusup ke dalam liang memekku
yang sempit. Dia mengecup bibir ku sekilas lalu berkonsentrasi
kembali untuk segera dapat membenamkan kontolnya seluruhnya
ke dalam liang memekku. Aku mulai merintih dan memekik-mekik
kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil menerobos
liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali. "Tahan
sayang...aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh", erangnya
mulai merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya
berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku.
"aawwww.... masss sakiit..." teriakku memelas, tubuhku menggeliat
kesakitan. Dia berusaha menentramkan aku sambil mengecup
mesra bibirku dan dilumat dengan perlahan. Lalu, "tahan sayang,
baru kepalanya yang masuk sayang, aku tekan lagi yaah", bisiknya.
Tiba2 dia mencabut kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya
saja itu dengan perlahan. "Ah... sayang, aku masukin nanti saja
deh, liang memekmu masih sangat sempit dan kering sayang."
"memekku sakit Mas", erangku lirih. "Yahh... aku tahu sayang kamu
kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, aku kepingin
melihat Ines nyampe", bisiknya bernafsu. Segera dia merebahkan
badannya di atas tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang,
"Ines... hh.. bagaimana perasaanmu sayang", bisiknya mesra. Aku
memandangnya dan tertawa renyah. "mm... Ines bahagia sekali
bersama Mas seperti ini, rasanya nikmat ya Mas berpelukan sambil
telanjang kaya gini", ujarku polos. "Iyaa sayang, anggaplah aku
suamimu saat ini sayang", bisiknya nakal. "Iih.. Mas, Mas cumbui
isterimu dong, beri istrimu kenik...mmbhh", belum sempat aku
selesai ngomong, dia sudah melumat bibirku. Aku membalas
ciumannya dan melumat bibirnya dengan mesra.Dia menjulurkan
lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung mengulumnya
hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan kirinya merayap ke bawah
menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak terus ke
bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas. Ketika
tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai
menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil
terutama pada bagian selangkangan dimana kontolnya
yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit
memekku. Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar sambil
menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir
memekku sambil sesekali ditekan-tekan. Aku ikut-ikutan
menggelinjang kegelian, beberapa kali kepala kontolnya yang
tegang salah sasaran memasuki belahan bibir memekku seolah
akan menembus liang memekku lagi. Aku hanya merintih kesakitan
dan memekik kecil, "Aawwww... Mas saakiit", erangku. "Aahh..nes...
memekmu empuk sekali sayang, ssshh", dia melenguh keenakan.
Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia
menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di
atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya yang menekan
memekku. Jemari kedua tangannya secara bersamaan mulai
menggerayangi gunung "Semeru" milikku, dia mulai
menggesekkan ujung-ujung jemarinya mulai dari bawah toketku di
atas perut terus menuju gumpalan kedua toketku yang kenyal dan
montok. Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat.
"Mass, geli", erangku lirih. Beberapa saat dia empermainkan kedua
pentilku yang kemerahan dengan ujung jemarinya. Aku
menggelinjang lagi, dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut. "
Mas..." aku semakin mendesah tak karuan. Secara bersamaan
akhirnya dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan
sepenuh nafsu. "Aawww... Mas", aku mengerang dan kedua
tanganku memegangi kain sprei dengan kuat. Dia semakin
menggila tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua
toketku secara bergantian. Lidahnya menjilati seluruh permukaan
toketku itu sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah
ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku secara bergantian
sambil diremas-remas dengan gemas sampai aku berteriak-teriak
kesakitan. Lima menit kemudian lidahnya bukan saja menjilati kini
mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya.
Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali
kedua jemari tanganku memegang dan meremasi rambutnya,
sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi
kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya. Bibir
dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan
menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin
dengan lidahnya sambil terus dihisap. Aku hanya bisa mendesis,
mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika giginya
menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran kalau di
beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna
kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas
gigitannya.

Cukup lama dia mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya
kini merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas
pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia
mengecup dan membasahi seluruh perutku. Ketika dia bergeser
ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirnya telah berada di atas
gundukan bukit memekku. "Buka pahamu Nes.." teriaknya tak
sabar, posisi pahaku yang kurang membuka itu membuatnya
kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu. "Oooh... masss",
aku hanya merintih lirih. Dia membetulkan posisinya di atas
selangkangan ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar,
aku sudah sangat terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap
memegangi kain sprei, aku kelihatan tegang sekali. "Sayang...
jangan tegang begitu dong sayang", katanya mesra. "Lampiaskan
saja perasaanmu, jangan takut kalau Ines merasa nikmat, teriak
saja sayang biar puass...." katanya selanjutnya. Sambil
memejamkan mata aku berkata lirih. "Iya mass eenaak sih mass",
kataku polos. Dia memandangi memekku yang sudah ditumbuhi
jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu tidak tampak
keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Bibir
memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit
kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua
bibir memekku itu tertutup rapat. "MAs...ngapain sih kok ngelamun,
bau yaa Mas?" tanyaku sambil tersenyum. Wajahku sedikit kusut
dan berkeringat."abisnya memekmu lucu sih, bau lagi", balasnya
nakal. "Iiihh...jahat", Belum habis berkata begitu aku memegang
kepalanya dan mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli.
Selanjutnya aku menekan kepalanya ke bawah, sontak mukanya
terutama hidung dan bibirnya langsung nyosor menekan memekku,
hidungnya menyelip di antara kedua bibir memekku. Bibirnya
mengecup bagian bawah bibir memekku dengan bernafsu,
sementara jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan
meremas bokongku yang bundar dengan gemas. Dia mulai
mencumbui bibir memekku yang tebal itu secara bergantian seperti
kalau dia mencium bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir
bagian atas, dia berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir
memekku bagian bawah. Karena ulahnya aku sampai menjerit-jerit
karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang
meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit
kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir
memekku. Dia memegangi kedua belah bokongku yang sudah
berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak
rela melepaskan pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku
mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking
nikmatnya. Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai kacau,
sambil menggoyang-goyangkan pinggulku. Kadang pantat
kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan
memutar seirama dengan jilatan lidahnya pada seluruh permukaan
memekku. aku berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang
menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang
diciptakannya pada memekku. Tubuhku menggeliat hebat,
kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil
mengerang tak karuan. Dia semakin bersemangat melihat
tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah
memburu disibakkannya bibir memekku dengan jemari tangan
kanannya, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh
air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah
terlihat celah liang memekku yang amat sangat kecil dan berwarna
kemerahan pula. Dia mencoba untuk membuka bibir memekku
agak lebar, namun aku memekik kecil karena sakit. "aawww mass..
sakiit", pekikku kesakitan. "maaf sayang, sakit yaa..." bisiknya
khawatir.

Dia mengusap dengan lembut bibir memekku agar sakitnya hilang,
sebentar kemudian lalu disibakkan kembali pelan-pelan bibir
memekku, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang
memekku yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar
kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah itil, bagian
paling sensitif dari memek wanita. Lalu secepat kilat dengan rakus
lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil
daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil menyentak-
nyentakkan kedua kakiku ke bawah. Aku mengejang hebat,
pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi
luput. Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah
pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas
celah kedua bibir memekku, dia menjulurkan lidahnya keluar
sepanjang mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus
jepitan bibir memekku dan kembali menyentil nikmat itilku dan, aku
memekik tertahan dan tubuhku kembali mengejan sambil
menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke atas
sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan
menyentil-nyentil itilku. Begitu singkat karena tak sampai 1 menit
aku terisak menangis dan ada semburan lemah dari dalam liang
memekku berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. Dia
masih menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah
dan akhirnya pantatku pun jatuh kembali ke kasur. Aku melenguh
panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan,
sementara dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika
aku nyampe. Seluruh selangkanganku tampak basah penuh air liur
bercampur lendir yang kental. Dia menjilati seluruh permukaan
memekku sampai agak kering, "Sayaang... puas kan..." bisiknya
lembut namun aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam
rapat namun mulutku tersenyum bahagia. "Giliranku sayang, aku
mau masuk nih... tahan sakitnya sayang", bisiknya lagi tanpa
menunggu jawabannya.

Dia segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku
yang telanjang berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya.
Dengan agak kasar dia menarik kakiku ke atas dan
ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga
kini selangkanganku menjadi terbuka lebar. Dia menarik bokongku
ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas
memekku yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala
kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu beberapa saat
kemudian dengan nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas
ke memekku. Aku menggeliat manja dan tertawa kecil, "Mas... iiih..
gelii..aah", jeritku manja. "Sayaang, kontolku mau masuk nih... tahan
yaa sakitnya", bisiknya nakal penuh nafsu. "Iiihh... jangan kasar ya
mass... pelan-pelan saja masukinnya, Ines takut sakiit", sahutku
polos penuh kepasrahan. Sedikit disibakkannya bibir memekku
dengan jemari kirinya, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang
besar ke liang memekku yang sempit. Dia mulai menekan dan aku
pun meringis, dia tekan lagi... akhirnya perlahan-lahan mili demi mili
liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran
kepala kontolnya. Aku menggigit bibir. Dia melepaskan jemari
tangannya dari bibir memekku dan plekk... bibir memekku langsung
menjepit nikmat kepala kontolnya. "Tahan sayang..." bisiknya
bernafsu. Aku hanya mengangguk pelan, mata lalu kupejamkan
rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei.
Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa
lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Dia memajukan pinggulnya
dan akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang
memekku. Dia kembali menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan.
Dia tak peduli, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak
ke dalam liang memekku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4
centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala kontolnya
untuk terus masuk, dia terus menekan dan aku melengking keras
sekali lalu menangis terisak-isak. selaput daraku robek. Dia terus
menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang
memekku yang luar biasa sempit itu. Dia memegang pinggulku,
dan ditariknya kearahnya sehingga kontolnya masuk makin ke
dalam. Aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara dia
sendiri malah merem melek keenakan. Dan dia menghentak keras
ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang
memekku. dia mengerang nikmat. Dihentakkan lagi pantatnya ke
bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah tenggelam
sampai kandas terjepit di antara bibir memekku. dia berteriak keras
saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat
memekku yang luar biasa. Sementara aku hanya memekik kecil lalu
memandangnya sayu. "Mass... Ines sudah nggak perawan lagi
sekarang", bisikku lirih. "Ines sayang, Mas sekarang juga nggak
perjaka lagi", balasnya mesra. Kami sama-sama tersenyum.
Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku
memeluknya penuh kasih sayang, toketku kembali menekan
dadanya. Memekku menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah
amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra,dia
mengusap mesra wajahku yang masih menahan sakit menerima
tusukan kontolnya. "Mas... bagaimana rasanya", bisikku mulai
mesra kembali, walaupun sesekali kadang aku menggigit bibir
menahan sakit. "Enaak sayang..dan nikmaat...oouhh aku nggak
bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang... selangit
pokoknya", bisiknya. "MAs, bagaimana kalau Ines sampai hamil?"
bisikku sambil tetap tersenyum."Oke...nanti setelah ini kita cari obat
di apotik, obat anti hamil", bisiknya gemas. "Iihh...nakal..." sahutku
sambil kembali mencubit pipinya. "Biariin..." "Maasss..." aku agak
berteriak. "Apaan sih..." tanyanya kaget. Lalu sambil agak bersemu
merah dipipi aku berkata lirih. "dienjot dong..." bisikku hampir tak
terdengar. "Iiih Ines kebanyakan nonton film porno, kan memeknya
masih sakiit", jawabnya. "Pokoknya, dienjot dong Mas..." sahutku
manja. Dia mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun
membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan
lama sekali, lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang
pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku
dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat
mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Aku memeluk
punggungnya dengan kuat, ujung jemari tanganku menekan
punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menembus kulitnya.

Tapi dia tak peduli, dia sedang menikmati tubuhku. Aku merintih
dan memekik kesakitan dalam cumbuannya. Beberapa kali aku
sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli. Dia hanya
merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu
menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging
memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa
ikut keluar. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit
pinggangnya. "Awww... aduuh Mass... sakit ... . ngilu Mas" aku
berteriak kesakitan. "Maaf sayang... aku mainnya kasar yaah? aku
nggak tahan lagi sayang aahhgghghh", bisiknya. "pejuku mau
keluar, desahnya sambil menyemprotkan peju yang banyak di liang
memekku. Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan
tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat
karena kecapaian dalam permainan tadi.

Kami tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di
dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Dia
minta aku jongkok. Dia mengajariku untuk menjilati serta
mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri lagi. Kontolnya
kukulum sambil kukocok pelan-pelan naik turun. "Enak banget
yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang", erangnya.
Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki satunya
ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan
oralnya. Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang
menari-nari kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang
sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih
dalam ke memekku. Dia tahu apa yang kumau, lalu dijulurkannya
lidahnya lebih dalam ke memekku sambil mengorek-korek itilku
dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku
rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar
tanpa bisa dibendung. Dia menjilati dan menelan semua lendirku
itu tanpa merasa jijik. "Mas, nikmat banget deh, Ines sampe
lemes", kataku. "Ya udah kamu istirahat aja, aku mau cari
makanan dulu ya", katanya sambil berpakaian dan meninggalkan ku
sendiri di rumah itu. Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe
ketiduran lagi. DIa membangunkanku dan mengajakku makan
nasi padang yang sudah dibelinya. "Nes, malem ini kita tidur disini
aja ya, aku masih pengen ngerasain peretnya memekmu lagi.
Kamu mau kan", katanya sambil membelai pipiku. "Ines nurut aja
apa yang mas mau, Ines kan udah punyanya mas", jawabku
pasrah.

Sehabis makan langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan
direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku sangat bernapsu
meladeni ciumannya. Dia mencium bibirku, kemudian lidahnya
menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus menuju
keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar
menerima rangsangan itu yang terasa nikmat. "Mas enak sekali.."
nafasku terengah2. Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku.
Itilku dijilatinya, dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat.
Pantatku kuangkat supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun
merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku
yang sudah dibukanya sedikit dengan jari. Ketika responsku sudah
hampir mencapai puncak, dia menghentikannya. Dia ganti dengan
posisi 69. Dia telentang dan minta aku telungkup diatas tubuhnya
tapi kepalaku ke arah kontolnya. Dia minta aku untuk kembali
menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar masuk
mulutku dari atas. Setelah aku lancar melakukannya, dia menjilati
memek dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami
melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk menancapkan
kontolnya di memekku lagi.

Aku ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku
diganjal dengan bantal. "buat apa mas, kok diganjel bantal segala",
tanyaku. "biar masuknya dalem banget yang, nanti kamu juga
ngerasa enaknya", jawabnya sambil menelungkup diatasku.
Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah banyak lendirnya
lagi karena itilku dijilati barusan. "Ayo Mas cepat, Ines sudah tidak
tahan lagi" pintaku dengan bernafsu. "Wah kamu sudah napsu ya
Nes, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget
sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke me mek kamu",
jawabnya. Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke
memekku. "Pelan2 ya mas, biar gak sakit", lenguhku sambil
merasakan kontolnya yang besar menerobos memekku yang
masih sempit. Dia terus menekan2 kontolnya dengan pelan
sehingga akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga
dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep
dalem sekali. "Mas enjot yang cepat, Mas, Ines udah mau nyampe
ach.. Uch..Enak Mas, lebih enak katimbang dijilat mas tadi",
lenguhku. "Aku juga mau keluar, yang", jawabnya.Dengan hitungan
detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan,
terasa memekku berkedutan meremes2 kontolnya. Lemas dan
capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.

Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku mengemut
kontolnya lagi. "Aku belum puas yang, mau lagi, boleh kan?"
yanyanya. "Boleh mas, Ines juga pengen ngerasain lagi nyampe
seperti tadi", jawabku sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang
langsung ngaceng dengan kerasnya. Kemudian kepalaku mulai
mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Dia
mengerang kenikmatan, "Enak banget Nes emutanmu. Tadi
memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat
banget deh malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2". Aku diam
tidak menjawab karena ada kontolnya dalam mulutku. "NEs, aku
udah mau ngecret nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu",
katanya sambil minta aku nungging. "MAu ngapain mas, kok Ines
disuru nungging segala", jawabku tidak mengerti. "udah kamu
nungging aja, mas mau ngentotin kamu dari belakang", jawabnya.
Sambil nungging aku bertanya lagi, "Mau dimasukkin di pantat ya
mas, Ines gak mau ah". "Ya gak lah yang, ngapain di pantat, di
memek kamu udah nikmat banget kok", jawabnya. dengan pelan
diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe
amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi
ketika pantatku diganjel bantal. kontolnya mulai dikeluarmasukkan
dengan irama lembut. Tanpa sadar aku mengikuti iramanya dengan
menggoyangkan pantatku. Tangan kirinya menjalar ke toketku dan
diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin
cepat. Aku mulai merasakan nikmatnya dientot, sakit sudah tidak
terasa lagi. "Mas, Ines udah ngerasa enaknya dientot, terus yang
cepet ngenjotnya mas, rasanya Ines udah mau nyampe lagi",
erangku. Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin
cepet dan keras, nikmat banget deh rasanya. Akhirnya dengan satu
enjotan yang keras dia melenguh, "Nes aku ngecret, aah",
erangnya. "Mas, Ines nyampe juga mas, ssh", bersamaan dengan
ngecretnya pejunya aku juga nyampe. Kembali aku terkapar
kelelahan. Nikmatnya diprawanin...
 
siapa yg masih perawan?
 
Halo sis (bener nggak nih ya...? Entar disangka sok akrab lagi) 'inez53k51',
ceritanya mengasyikkan... sungguh beruntung banget sang do'i... salam kenal dari McD. Nice story, sis!
 
yg mrawanin, yg diprawanin, sama2 nikmat

kalo sama sis ines udh pasti jempolan dahh ceritanya... :konak: :semangat:

siapa yg masih perawan?

ines oh ines... bikin lemes aja :beer:

Halo sis (bener nggak nih ya...? Entar disangka sok akrab lagi) 'inez53k51',
ceritanya mengasyikkan... sungguh beruntung banget sang do'i... salam kenal dari McD. Nice story, sis!
makasi ya buat yang dah ngasi komentar
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd