Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Memaafkan untuk kedamaian hati

Sebut saja namanya Cinta. Beberapa tahun silam dipersunting seorang aktor serba bisa yang sedang berada puncak kariernya. Walau usia keduanya berbeda 10 tahun dan Cinta baru saja lepas SMA, namun karena hati telah berbunga asmara, maka mereka pun kemudian memutuskan menikah di usia Cinta yang masih muda.

Di usia yang sedang mekar–mekarnya, madu kasih dan manisnya kehidupan rumah tangga segera mengisi hari – hari sepasang suami-istri ini. Keduanya nampak serasi walau bentang jarak umur keduanya cukup jauh. Mereka berdua berusaha untuk saling mengimbangi dan saling mengisi. Hingga akhirnya buah cinta mereka berdua terwujudkan dalam kelahiran seorang bayi perempuan yang membuat kehidupan rumah tangganya semakin berwarna.

Menjadi ibu di usianya yang relatif muda dan bersuamikan seorang publik figur yang selalu menjadi sorotan media, bukanlah hal yang mudah bagi seorang Cinta. Walau dia sendiripun juga seorang pekerja seni dan lakon di berbagai sinetron serta film, namun menjadi seorang ibu, telah mengubah ritme kesehariannya. Cinta berusaha menjadi ibu yang baik, istri yang sempurna di mata suami, sekaligus tetap menjalankan tugas keartisannya. Tiga hal yang harus dijalani Cinta sehari–hari semenjak kelahiran bayi perempuan buah cinta dengan suaminya.

Upaya manusia takkan pernah bisa mengalahkan ketetapan takdir Sang Illahi. Demikian juga dengan semua yang telah diupayakan oleh Cinta dalam semua ikhtiarnya sebagai perempuan, istri dan ibu dalam keseharian yang dijalaninya. Titik balik takdir dan perubahan skenario hidup itu dialaminya saat mengetahui perselingkuhan sang suami dengan seorang perempuan lawan main suaminya dalam sebuah acara drama komedi populer di layar kaca.

Perselingkuhan itu menjadi awal kehancuran rumah tangga Cinta yang sudah dijalani bertahun-tahun bersama sang suami. Mereka berdua pun akhirnya berpisah karena kehadiran orang ketiga yang merebut utuh hati suami Cinta. Dalam luka hati, kecewa, kekalutan dan kegundahan, Cinta pun menjalani hari-harinya dengan anak perempuannya yang kala itu masih balita. Cinta tetap berusaha bersabar dan tabah menghadapi musibah ini dan menganggapnya sebagai jalan terbaik yang dipilihkan Tuhan untuknya.

'Tafakur', demikian Cinta menyebut upaya ‘perdamaian’ antara dirinya dengan hatinya yang luka. Mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, menjadi langkah yang dipilih di antara banyak cara lainnya. Cinta pun kini telah mendapatkan kedamaian yang sebenar-benarnya karena ia terbukti dengan rela, ikhlas dan mampu mengasuh anak mantan suaminya yang dititipkan kepadanya sementara waktu untuk diasuh olehnya. Anak yang terlahir dari mantan suaminya dengan perempuan yang telah ‘merebut’ cinta dari dirinya.

Bisakah orang lain melakukan 'tugas' seperti ini, jika berada pada posisi yang persis sama dengan seorang Cinta? Tentu saja dengan sebuah syarat dan ketentuan jika semua orang yang mengalami perceraian mencapai sebuah tahapan yang disebut penerimaan mutlak. Dimulai dengan kemarahan, setiap orang pasti akan murka saat mengetahui dirinya dikhianati oleh orang yang selama ini dicintainya. Kemudian seseorang akan menyangkal musibah yang dialaminya, menganggapnya kejadian yang biasa-biasa saja. Jika kondisi ini berlanjut maka frustasi berkepanjangan akan dialaminya. Tanpa pertolongan orang lain, dan yang lebih penting lagi adalah upaya untuk menolong diri sendiri, maka keterpurukan ini akan berlangsung selamanya atau setidaknya akan menghantui hidupnya di masa depan.

Apa yang dialami oleh Cinta sehingga mampu dengan ikhlas mengasuh anak mantan suami yang telah mengkhianatinya adalah jalan panjang yang susah payah telah dilaluinya. Ia bergerak menyeret diri dalam upaya penyelamatan dari kubangan nestapa menuju cahaya. Dengan segenap daya dan upaya, Cinta berhasil meraihnya. Pelajaran hidup soal kedamaian dalam penerimaan total akan takdir yang dianugerahkan padanya oleh-Nya telah ia rasakan.

Saat manusia bisa berdamai dengan ‘lawan terberat’ dan menerima seluruhnya, maka semua akan dianggap sebagai sesuatu yang ‘mencerahkan’ hidupnya dan asalnya dari Tuhan.



"Peace comes from the acceptance of the part of you that can never be at peace."

semoga bermanfaat :rose:

merah_delima
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Menikmati setiap moment

Adakalanya tiba masa-masa sulit, yang membuat hidup terasa penuh kepedihan dan keluh kesah.

Namun pada saatnya jua tibalah masa kegembiraan, yang membuta hidup terasa ringan dan terang. Tanpa sadar bibir kita basah dengan senyuman.

Sesungguhnya kesedihan, kegembiraan, kekecewaan, keriangan, dan emosi-emosi lain hanyalah sementara. Sebagaimana sesaatnya malam ditelan siang.

Tak selamanya kesedihan dan kegembiraan melanda kita. Semua itu datang silih berganti, tanpa dapat selalu dinanti.

Yang perlu kita pahami adalah kesementaraan ini.

Kesementaraan menunjukkan bahwa emosi-emosi itu bukanlah milik kita.

Ia hanya sebuah tawaran dari alam yang menuntun tindakan dan sikap kita Ia bukanlah kita.

Saat gembira sadarilah kegembiraan itu.

Saat sedih, pahamilah kesedihan itu.

Saat kita penuh dengan kesadaran akan emosi kita, saat itu kita bersentuhan dengan jiwa yang tenang milik kita.

Semoga bermanfaat. Terima kasih :rose:

MD
 
Luka yang Abadi

Saya adalah seorang laki-laki yg sehat dan chubby ketika kecil. Selalu menjadi orang luar diantara teman-teman saya. Saya begitu minder tentang penampilan saya, apalagi di depan cewek yang aku suka, bilang saja mbak "A".

Saya sejak SD sudah menyukai "A" hingga saat ini. Awalnya, saya masuk SD pertama kali dengan perasaan cemas dan takut. Dengan pikiran kalang kabut duduk diam di kelas mendengarkan guru dengan perasaan anxious, hingga "A" tiba-tiba menyapa dibangku sebelah saya, "penghapusmu jatuh" seraya menyodorkan barang yg saya tidak tahu kapan jatuhnya. Hingga saat ini saya tidak akan pernah melupakannya.

Saya selalu berusaha mencari perhatian si "A" dengan cara apapun, namanya juga anak kecil. Saya pernah sekali mencoba mencari gara-gara dengannya dengan mencorat-coret buku catatannya sebagai balasan karena dia secara tidak sengaja mencatat pr-nya di buku tulis saya. Dia menangis, dan hati saya sakit sekali melihat dia menangis. Sejak saat itu saya berjanji tidak akan pernah membuat dia menangis lagi.
Saya suka melihatnya beraktifitas seperti biasa ditengah kegiatan membaca buku-buku novel saya, dia riang dan ceria. Sedangkan saya, anak aneh yg suka menyendiri di perpus. Kegiatan tsb berlangsung hingga saya SMP.

SMP kami satu sekolah, masih menyukai dia. Tapi bedanya saya tidak berani dekat-dekat dia karena saya merasa minder dan takut membawa banyak masalah, ya saya korban bullying ketika SMP. Hingga ada satu cewek yg merawat saya ketika saya menangis dibully, panggil saja "B". Sampai sekarang saya sangat merasa bersalah menjadikan "B" sebagai pelarian.

Pengalaman saat SMP membuat saya sangat trauma dan kesehatan mental saya memburuk. Saya mencoba untuk menyatakan perasaan saya pada dia saat kelulusan SMP, disaat kita sedang duduk berdua. Saya tidak mendapat balasan, A langsung melengos pergi. SMA saya berbeda dengan "A", saya mendapat kesan buruk dimata guru SMA saya hingga tiba "C" yang dimana saya curhat semuanya. Menjadi pribadi yang sangat tertutup tentu tidak enak kan?. "C" dan saya menjalin hubungan yang buruk hingga akhirnya "C" meninggalkan saya, saya sangat terpukul dan depresi berat karenanya, membuat saya tinggal kelas dan guru saya menyerah menghadapi saya. Saya diantar untuk terapi ke psikolog, dan pindah sekolah.

Di sekolah baru saya, saya menjadi pribadi yang sangat tertutup, berat badan saya menurun drastis (hingga sangat kontras melihat saya dulu chubby dan nerd), saya minum-minum, mencoba memakai narkoba ditengah-tengah rasa depresi saya. Sangat sinis terhadap wanita, sebaik apapun dia. Hingga akhirnya "A" hadir kembali. Saya masih sangat menyukainya. Hari itu saya mabuk sambil menyesali telah mengkhianati perasaan saya ketika masih kecil, semua wanita adalah pelarian saya, itulah mengapa semua hubungan saya tidak pernah berjalan baik. "A" dan saya bertemu dirumahnya, dia kecelakaan.

Saya sadar dia tidak menyangka akan bertemu saya yang berbeda sama sekali ketika saya mengutarakan cinta dulu saat SMP. Saya berubah, menjadi lebih atletis karena saya ikut suatu cabang olahraga, saya bermusik karena sejak SD saya ikut kelas musik, dan saya pada saat itu sangat siap untuk berhadapan dengannya, dengan PD dan tidak ada rasa minder lagi, saya sudah berhenti minum dan obat.

Namun kesempatan itu tidak pernah datang. Cinta saya tetap untuk dia, dan saya siap menyatakan itu kembali. Namun saat berkuliah, dan kami berada di kota berbeda tentu sangat susah untuk merealisasikan rencana saya. Saya sempat bermain-main dengan gadis lain tapi saya dengan sangat sadar bahwa saya tidak mencintai semua gadis yang lain. It's just a game for me. Sampai saya bertemu gadis ini, "D". Awalnya cuma ketertarikan biasa hingga saya merasa nyaman berada didekatnya, saya mulai berani menceritakan masa lalu saya, membuka luka lama, namun tidak pernah benar-benar menceritakan soal "A". Hingga akhirnya kami pacaran. Hingga berita tentang "A" sampai ditelinga saya.
"A" terkena kanker.

Saya shock, malam itu saya berbaring dan membeku menatap langit-langit. Saya meminta maaf terhadap diri saya yang masih kecil, saya tidak bisa melindungi "A" dari tangisan. Namun tragedi tidak lengkap tanpa tragedi lain, selama dia terbaring, saya sempat mengunjunginya.

She"s a mess. I mean fucked up. A lot

Terbaring tidak bisa apa-apa karena kanker. Cedera tulang belakang akibat kecelakaan dahulu, kanker payudara? Saya tidak benar-benar ingat apa penyakitnya, karena saya selalu lari dari kenyataan. Tidak ingin dengar dia dalam kondisi seperti ini. Saya benar-benar patah hati. Hati saya sangat kosong, hingga saya tidak berani menceritakan kepada "D" pacar saya. Sejak saat itu saya sadar bahwa selama ini saya kehilangan kemampuan untuk mencintai orang lain kecuali dia.

Ditengah keadaan seperti itu, ayahnya meninggal. Dan kankernya semakin parah. Orang tuanya tidak sanggup membiayai operasi.

Di saat seperti itu saya merasa seperti mayat berjalan. Tidak sanggup merasa apa-apa. Hingga perkuliahan saya terbengkalai. Lagipula saya tidak begitu peduli atas kuliah saya. Kemudian saya dikeluarkan dari kampus.
It's a mess for both of us.
Hingga akhirnya saya berdoa, untuk pertama kalinya saya berdoa dengan tulus. Saya ingin derita kami diangkat dan dosa-dosa kami diampuni. Hingga Tuhan menjawab doa saya.
"A" meninggal. Dia tidak perlu menderita kanker berlama-lama, dan segera menyusul bapaknya yang sangat dia cintai. Saya mendapat pekerjaan, hingga saya memiliki kemampuan finansial yang stabil.
Hingga saat ini saya merasa sangat bersalah terhadap "D" pacar saya. "D" mampu membuat saya jatuh cinta berkali-kali. Dan tiap saya jatuh, saya selalu gelisah malam harinya. Saya tidak bisa meninggalkan rasa cinta saya terhadap "D", tiap ada kejadian saya selalu DM "D" di Instagram. I know it sounds crazy, but it always help me through my depression.
Kedengarannya bohong banget ceritanya ya? Tapi begitulah yang terjadi. Dan saat ini saya siap meninggalkan perasaan ini, karena itu saya ingin mengabadikannya di suatu tempat. Setidaknya saya ingin cerita ini didengar dan bukan hanya saya saja yang mengingat perasaan ini.
What made it hurt the most is not the unrequited love. Tapi bagaimana rasanya melihat kematian orang yang kalian cintai sangat kecil dimata orang lain padahal dia begitu besar untuk kita.
(Sampai September lalu saya masih suka DM akun orang yang sudah mati)
main-qimg-49a265ec1cd98f942ef2d61d9df8c97c


entahlah.. sedih, nyesek, semoga ada sedikit pelajaran yg bisa kita petik dari kisah ini.

MD
 
My Mom My Superhero

Mamah yang memiliki beban berat, seperti berjalan dengan satu kaki. Mencari nafkah untuk kehidupan kami berdua, selanjutnya dan meluangkan waktu untuk merawatku dengan baik. tanpa sosok papah, mamah kehilangan sayap berjuang sendiri untuk tetap terbang dan kami kehilangan separuh hati kebahagiaan.
Bersyukurlah kalian bagi yang masih memiliki kedua orang tua yang utuh. Jangan sia sia kan mereka karena kalian tidak pernah merasakan hidup dengan orang tua tunggal. Kehilangan papah menjadikan patah hati terbesar dalam hidupku.

MD
 
Istri Adalah Cermin Suami

Kisah ini diambil dari sebuah thread di twit**ter seorang wanita bernama Riya dengan akun (edited). Ia menceritakan kehidupan rumah tangga sahabatnya, Dilla.

Riya mengunggah foto percakapannya dengan Dilla lewat chat. Saat itu, Dilla tengah hamil besar. Ia mengadu ke Riya lewat direct message di Instagram setelah mengalami KDRT. Ia dipukuli suaminya, Daud. Ternyata, itu bukan kali pertama Daud melayangkan tangannya ke tubuh Dilla.
Kisah Pilu Seorang Istri Diselingkuhi dan Jadi Korban KDRT Saat Hamil


Meskipun Dila kerap kali merasa tak melakukan kesalahan apa-apa, sang suami tetap memukulnya. Tak cuma itu, nomor telepon dan akun media sosial Dilla semuanya diblokir.

Riya pun geram dan juga heran atas perbuatan sang suami, ia menyarankan Dilla untuk mengadu ke mertua. Namun, sedihnya Dilla juga ternyata dibenci oleh mertuanya. Ini karena pengaruh sang suami yang menceritakan hal buruk tentang Dilla pada orang tuanya.

"Mau ngadu mertua, mertua juga enggak senang sama aku Ri. Gimana enggak mau peduli, dia (Daud) aja sering bicarain aku sama orang tuanya. Apa enggak tambah dipojokkan aku di sana?" tulis Dilla.

Bahkan Dilla mengaku menjadi istri yang penurut, tak pernah macem-macem, pun juga tak pernah mencoba untuk bersekatan dengan lawan jenis. Ia menerima semua perlakuan yang suaminya berikan padanya.
Kisah Pilu Seorang Istri Diselingkuhi dan Jadi Korban KDRT Saat Hamil


"Aku digimanain manut aja, meski dikata-katain sama mertuaku, Ri, aku bertahan demi suamiku di Lumajang. Aku pulang minta jemput gara-gara Bapak sama Ayah tengkar gara-gara masalah ini. Ayahnya bilang kalau Daud sudah enggak betah sama Dilla. Bapakku enggak terima Ri pas aku dijemput," jelas Dilla.

Tak memberikan perhatian pada istri dan selingkuh

Kepedihan semakin dirasakan Dilla saat ia mengatakan, sang suami sering main game hingga jam 2 malam. Masuk kamar ketika Dilla sudah tidur. Dilla yang sedang hamil besar juga tak disentuh.

Ia hanya ingin sebuah pijatan karena kesakitan, namun sang suami menolak. Apa pun yang Dilla keluhkan, dianggap seperti anak kecil. Padahal sudah sewajarnya ibu hamil butuh perhatian lebih apalagi dari pasangannya.
Kisah Pilu Seorang Istri Diselingkuhi dan Jadi Korban KDRT Saat Hamil


Saat ngidam pun tak dituruti. Dilla juga tak bisa ke mana-mana karena kandungannya lemah. Sementara Dilla diabaikan, sang suami asyik selingkuh. Ia mengantar makanan hingga ke Jember bersama wanita lain.

"Cewek itu enggak minta padahal dan dia enggak bilang kalau punya istri. Parahnya lagi adik iparku yang ngenalin cewek itu ke suamiku. Adik iparku bilang, 'Aku enggak tega lihat masku stres gara-gara mbak,"ujar Dilla.

Tak menafkahi dan melakukan KDRT pada sang istri

Tak hanya sampai di situ, rasa sakit yang Dilla rasakan masih terus berlanjut saat ia menceritakan selama ini suami tak menafkahinya. Barang-barangya juga dijual oleh suami. Dilla masih bingung kenapa suaminya bisa stres. Ditambah, sudah ketiga kali sang suami mendekati wanita lain tanpa ngaku sudah punya istri.
Kisah Pilu Seorang Istri Diselingkuhi dan Jadi Korban KDRT Saat Hamil


Saat pergoki pertama kali, Dilla malah digebuki. Bajunya sampai robek, tubuhnya memar. Tak tega mendengar kisah sahabatnya, Riya pun menyarankan Dilla untuk segera bercerai dengan Daud.

"Udah cukup kamu dibuat sakit, udah cukup dia bikin berantakan hidup kamu, karir kamu, pendidikan kamu. Stop ya stop plis jangan diterusin lagi, Dil," kata Riya.

Suami tak mau menceraikan sang istri

Tak lama setelah Dilla melahirkan, rupanya Dilla masih bersikukuh untuk rujuk dengan suaminya. Ia merasa tak bisa lepas. Namun Riya kembali meyakinkan untuk tetap cerai demi kebaikan anak Dilla, Fatimah.

Dilla terpaksa harus bekerja untuk menghidupi dirinya dan putrinya, Fatimah. Gajinya hanya cukup untuk beli susu dan diapers. Sementara sang suami masih tak mau mengajukan gugatan cerai.
Kisah Pilu Seorang Istri Diselingkuhi dan Jadi Korban KDRT Saat Hamil


Begitu sampaikan ingin rujuk, Dilla malah diminta kembali ke Lumajang. Padahal si kecil Fatimah masih belum cukup umur untuk diajak berpergian.

Sang sahabat meyakinkannya untuk jangan rujuk, karena ia tidak bisa mengharapkan apa-apa lagi dari pria yang telah berkali-kali menyakitinya tersebut. Bahkan tak hanya kekerasan fisik yang kerap kali diterimanya, namun kekerasan verbal juga acapkali diterima Dilla.

"Aku ngerasa direndahin banget pas bilang gitu. Malah dia juga bilang kita serumah tapi aku enggak ada perasaan apa-apa lagi sama kamu. Jujur sakit sama aku ditahan," kata Dilla.

Memutuskan untuk menjadi single mother

Dilla akhirnya mau mendengarkan saran dari sahabatnya tersebut. Ia kini bertahan menjadi single mother dan bekerja demi putrinya, Fatimah. Sementara itu, ia tak pedulikan suami. Ia hanya ingin suami menceraikannya dengan baik-baik.
Kisah Pilu Seorang Istri Diselingkuhi dan Jadi Korban KDRT Saat Hamil


Ia juga berterima kasih pada Riya karena ceritanya menjadi pelajaran dan banyak simpati tertuju padanya.

"Aku kira dengan statusku gini aku dikucilkan dan dipandang sebelah mata. Ternyata aku salah. Riya kamu baik banget. Terima kasih semuanya, aku jadi lebih semangat lagi buat bangkit dan nata kembali mimpi-mimpi aku," ujarnya.

----------

Hati wanita mana yang tak senang bila dihujani perhatian oleh sang suami? Pastinya kita akan menjadi lebih semangat dalam menjadi aktivitas sehari-hari. Saat suami bisa membahagiakan istri, sang istri pun akan secara sadar untuk menjadi lebih baik di hadapan suami.

Namun, banyak suami tak menyadari hal tersebut. Maraknya kasus kekerasan pada anak atau menyakiti diri sendiri biasanya terjadi sebagai bentuk pelampiasan sang istri karena kerap mendapat perlakuan tak pantas dari suaminya. Tidak dipungkiri, kadang seorang suami sering lupa, sang istri adalah cerminan dirinya.

semoga bermanfaat :rose:


MD
 
Pagi itu saat merapikan dagangan di etalase toko, ada seorang pria berdiri memperhatikan lalu menghampiri, “Kamu, Eda kan?”

Saya mengangkat wajah dan menatapnya, mencoba mengingat.

“Kak Jun” Ia menyebutkan nama.

Oh, saya tersenyum. Saya ingat ia dulu adalah salah seorang pembina Pramuka saat saya SMP dan SMA.

“Iya, Kak.”

“Hm... kamu dulu kuliah?”

Saya mengernyit, mencoba menebak arah pembicaraannya.

“Kuliah, Kak.”

“Lulus?”

“Alhamdulillah, lulus sampai wisuda.”

“Kok?” Kak Jun tidak melanjutkan kalimatnya tetapi menatapku dan kartu-kartu perdana yang tengah saya susun di etalase.

Duh, rasanya ingin menepuk jidat saat menyadari arah pertanyaannya. Jujur ada rasa malu dan sedikit tidak percaya diri. Bagaimana tidak, saat SMP dan SMA saya termasuk murid yang berprestasi dan mendapat beasiswa. Mungkin dalam bayangannya dengan prestasi itu dan pendidikan sarjana, saya bekerja kantoran dengan posisi yang lumayan. Bukan penjual kartu perdana dan pulsa beserta alat kantor serta beberapa buku bacaan.

Dari percakapan pendek itu saya semakin sadar di lingkungan yang bekerja menjadi tujuan akhir pendidikan keputusan saya berdagang dianggap aneh. Namun, itu menjadi tantangan sendiri karena tujuan saya membuka toko adalah untuk membantu keponakan saya melanjutkan pendidikan dan mengajarinya berdagang agar ia bisa mandiri.

Berdagang di rumah juga memberi saya kesempatan untuk lebih memperhatikan ibu dan dekat dengan keluarga besar. Punya kesempatan melakukan hal-hal yang saya suka seperti membaca, menulis, mencoba resep-resep kue dan masakan.

Siapa mengira dari menulis dan membuat kue, saya pun dapat tambahan penghasilan. Yang lebih menyenangkan waktu terasa begitu fleksibel. Saya bisa melakukan banyak hal yang menyenangkan, bertemu teman-teman lama, mengobrol dengan tetangga, ikut kegiatan sosial di lingkungan, membantu mengajar, dan ikut pengajian rutin. Semua yang dulu saat bekerja begitu sulit dilakukan. Rumah di Ciputat kantor di Pulomas, berangkat sebelum matahari terbit pulang setelah matahari terbenam, aduh.

Sekarang, nggak ada lagi rasa minder atau nggak nyaman setiap bertemu teman atau siapa pun yang mempertanyakan, kenapa saya tidak bekerja di perusahaan atau jadi ASN, karena ini pilihan saya dan saya bahagia.

Percaya diri, tekun, adalah separuh langkah menuju kesuksesan. Tidak perlu malu, tidak perlu minder dalam memulai usaha, sekecil apapun.

semoga bermanfaat. :rose:

MD
 
Nilai Kehidupan

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Semoga bermanfaat :rose:

MD
 
Suara Hati Bunda

Aku seorang istri yang merasa stres karena suami. Mungkin banyak ibu yang tak mau mengakui ini, tapi sungguh, suami adalah penyebab stres yang tinggi. Jika dibandingkan dengan usilnya anak, suami memberi efek stres yang lebih besar.

Anak yang usil dan menuntut durus sepanjang 24 jam memang melelahkan dan bikin kita ini, para istri, kelelahan dan pengin cuti mengasuh anak. Perasaan seperti itu pasti pernah muncul di benak, meski sekali atau dua kali.

Terlebih jika anak baru berusia satu sampai dua tahun, dan anak pertama. Pengalaman pertama jadi ibu yang belum punya banyak bekal sangup merontokkan daya tahan tubuh ibu. Ambruk.

Tapi percayalah, meski anak sangat bandel, suami tetap jadi faktor pertama yang bikin stres. Saya memikirkan ini cukup lama, siapa yang bikin saya merasa stres, suami atau anak?

Dan jawabannya jatuh ke suami tercinta. Iya, saya masih cinta, tapi boleh kan mengeluh soal dirinya. Barangkali ibu-ibu di luar sana juga stres karena suami dan butuh tempat ngobrol bersama.

Kau bisa sangat mencintai suamimu, tetapi kalau dia mengabaikanmu di sore hari dan tidak menanyakan kabarmu, kau akan kehilangan minta pada orang yang paling kau cintai itu.

Bagaimana tidak, suamiku sangat tidak peka seakan-akan tidak melihatku. Tentu istri yang diperlakukan demikian merasa sangat tersinggung. Sakit hati. Rasanya suami jenis ini pantas dimarahi tujuh hari tujuh malam.

Aku merasa seluruh pengorbananku untuk dia dan anak terasa sia-sia. Kalaulah mengurus anak memang melelahkan, aku bisa terima. Tapi kalau setelah lelah suami tak mau menghargai, seakan tutup mata, itu menyakitkan.

Kelelahan yang kurasakan dari hari ke hari dan menumpuk dalam tubuh lemah ini kian terasa berat. Tidak dapat dihapus membuta diriku stres.

Aku ingin suami menanyakan kabarku dan memberi apresiasi atas pekerjaan yang sudah kulakukan. Mungkin memuji istri sendiri dengan kata-kaa singkat, tak usa panjang-panjang.

Aku tahu suami pendiam dan tak ada masalah dengan semua itu. Tapi kalau sepatah kata pun tidak keluar darinya, itu keterlaluan.

Lihatlah istrimu ini, sudah merasakan stres akibat tingkah lakumu sendiri. Aku sendirian mengurus anak dan rumah sementara engkau bersantai di kantor yang ber-ac.

Iya, kamu memang bekerja di sana dan memberi nafkah buat keluarga. Itu cuman delapan jam lho. Selebihnya masih banyak kesempatan buat menemani dan membantu istrimu ini.

Tapi kau memang tidak mau peduli. Bukan karena lelah, tetapi karena tidak ingin.

Rumah kita terasa selalu gelap dan sepi buatku. Terlalu lama tinggal di rumah dan tidak diperhatikan suami itu rasanya menyebalkan. Stres karena tidak menemukan jalan keluar untuk membuat rumah tangga jadi lebih membahagiakan seperti saat pengantin baru dulu.

Aku khawatir, rasa stres yang menempel di kepalaku suatu saat nanti meledak. Entah bagaimana, aku merasa semakin sedih dan kesepian. Tidak jarang aku menangis sendirian setelah menidukan si kecil di malam hari.

Kenapa hidupku gini banget sih, kayak dikurung di rumah dan dipaksa mengerjakan tugas yang enggak pernah selesai. Sekali-kali suami kek ngurus anaknya, biar aku bisa jalan-jalan keluar buat belanja atau ketemu temen-temen.

Semakin lama aku tinggal di rumah mengerjakan semuanya sendirian, semakin aku merasa tidak semangat. Aku hidup tanpa semangat, hal yang rata-rata dirasakan semua ibu rumah tangga yang tak punya banyak kesibukan.

Jenuh dan lelah yang terus menumpuk menghancurkan bangunan semangat dalam hdiupku. Hariku kelabu tertutup awan stres yang menhantui. Aku pengin beristirahat sejenak dari kewajiban mengurus anak dan rumah.

Kapan aku bisa jalan-jalan dan meniikmati waktu sendirian, tidak ada.

Sampai kapan suamiku akan terus begini, mengabaikan istri seakan menganggapnya tidak ada.

Aku merasa berjuang sendirian, tidak ada satu pun oran yang mengerti keadaanku. Mungkin aku bisa cerita pada teman, tapi hal itu tak akan membantu. Aku selalu merasa menghadapi semua pekerjaan ini sendirian, tak ada dukungan dari orang lain.

Nasib ibu rumah tangga kadang semenyedihkan ini, sendirian di tengah keramaian. Aku mencintai anak dan suamiku, tetapi aku juga tak bisa mengendalikan rasa stres ini, aku tak bisa menghindarinya.

Sedikit pengertian akan sangat membantu meringankan beban sang bunda. Berbagi tugas seperti menjaga sang buah hati, atau mungkin mencuci piring, membuatkan sarapan pagi, dan hal kecil lainnya. Hal yang terlihat spele, namun sangat berarti, sangat bernilai untuk perjalanan keharmonisan dan kenyamanan dalam rumah tangga. Kebahagiaan sang bunda adalah bagian dari kebahagiaan keluarga.

Semoga bermanfaat :rose:

MD
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Nilai Romantisme Dari Sebuah Kesederhanaan

Pada suatu hari, tersebutlah obrolan sepasang suami istri…

“Yah, kalau nanti aku tambah tua, keriput, gak cantik lagi gimana? Tanya sang istri manja sambil nguwel-uwel ujung baju.

Pertanyaan yang mengandung pancingan sekaligus harapan.

Sang istri berharap suaminya akan memberikan jawaban semisal: “Santai aja dear, cintaku takkan pudar meski rambut hitammu mulai memudar, sayangku takkan luntur sekalipun kulitmu telah mengendur. Trus nyanyi lagunya So7, saat aku lanjut usia…. kau tetap yang termuah di hati lanjut all of me nya john legend, cause all of me loves all of you, love your curves and all your edges, all your perfect imperfections…

Aah… Ind….ia banget… dikit dikit nyanyi. Gak sedih gak seneng, tarik terus maang…

Namun, seperti halnya menunggu godot yang tiada kunjung datang, jawaban itu pun tak pernah muncul dari mulut sang suami. Dengan lempeng, datar dan tanpa rasa bersalah suaminya hanya menjawab singkat, “Aku juga udah lebih tua Mah.”

Istrinya tersenyum kecut. Entah harus merasa nggondok, geli atau bahagia. Please deh pak, kaya gitu mama-mama yang lagi nungguin anak TK nya sekolah juga tahu.

R o m a n t i s.

Iya, salah satu hal yang didamba hampir semua wanita di muka bumi bulat ini, entah kalau di muka bumi datar. Istri mana sih yang gak melting saat dinyanyiin lagu “mana mungkin selimut tetangga hangati tubuhmu…” (gak sekalian dikoploin buk, buka sithik joss!)

Kadang kita terlalu muluk-muluk membayangkan wujud keromantisan itu hingga mengabaikan keromantisan-keromantisan kecil yang sederhana dan masuk akal. Romantis itu tak selalu harus yang semacam candle light dinner berdua, ngasih bunga, jalan-jalan keliling dunia, atau naik gondola di Venesia. Romantis bisa terwujud asalkan kita mampu memahami pasangan kok.

Romantis itu sederhana. Ya…

Sesederhana menyilakkan anak rambut yang jatuh di kening istrinya yang tengah asyik memasak.

Sesederhana ngasih air putih buat istrinya yang lagi kepedesan ngemil cabe rawit.

Sesederhana bantuin istri goreng geblek, biar nggak kejeblugan minyak panas.

Sesederhana memberi hadiah anniversary dengan alat kerokan 10ribuan untuk si istri yang gampang masuk angin.

Sesederhana mencuil daging di piringnya untuk selanjutnya diletakkan di piring istri.

Sesederhana membagi dua satu-satunya tempe goreng yang tersisa di dalam piring.

Sesederhana mengambilkan krupuk istri saat sedang makan di warung soto.

Sesederhana pertanyaan “Bodrex nya udah diminum belum Ma?”

Sesederhana memanggulkan karung belanjaan istri (istrinya itu juragan telo, jadi kalau kulakan pakai karung dong)

Sesederhana menyajikan minuman hangat buat suami saban pagi.

Bahkan hanya sekedar saling bersitatap dalam diam kemudian bersamaan mau mengatakan sesuatu yang ternyata sama itu juga romantis (macam teleportasi gitu, eh… telepati maksudnya)

Banyak sekali hal-hal kecil yang sebenarnya bisa dikatakan romantis namun jarang kita sadari. Sudah kadung terpatri di pikiran jika romantis itu harus seperti kapten Yoo Shi Jin dan dokter Kang Mo Yeon, Tao Ming Se dan Sancai, Olive dan Popeye, AHY dan Anisa Pohan, pak BY dan Bu Ani, Marimar dan Sergio, Sidik dan Siti (tetangga saya) dan lain-lain.

Kembali ke cerita ‘pada suatu hari’ di depan. Akhirnya si istri menerima dengan legowo jawaban suaminya itu. Dan setelah melalui perenungan 40 hari 40 malam yang melelahkan, akhirnya istri pun bisa melihat keromantisan dari kalimat “Aku juga udah lebih tua mah” tadi.

Keromantisan dalam kesederhanaan dan keheningan. Keromantisan yang logis lagi manis.

‘Aku juga lebih tua’ bisa berarti aku juga sama seperti kamu, tambah tua, tambah keriput, tambah jelek. Perasaan kita sama. Jadi kita tahu sama-sama ingin diperlakukan seperti apa. Gak usah terlalu kuatir dengan keniscayaan itu.

‘Aku juga lebih tua’ bisa berarti tenang aja ma, kemungkinan wanita lain naksir sama aku semakin mengecil. Wong pas aku belum tua aja cuma kamu yang mau naksir aku (eaaa… nek iki menghibur diri sendiri banget)

‘Aku juga lebih tua’ bisa berarti aku bisa menerimamu apa adanya seperti halnya kau akan menerimaku apa adanya pula. Mari kita menua bersama.

From: Y. Astid, Jogja
 
Dimanapun, kapanpun, ada saja hal-hal kecil (yang mungkin luput dari perhatian kita) yang bisa memberikan sedikit pelajaran tentang kehidupan.

Minggu lalu, karena suatu kepentingan saya harus kembali mengunjungi salah satu kota favorit saya. Bukan apa-apa, kota yang terkenal dengan gudegnya ini sudah memberi banyak hal dalam kehidupan saya. Susah, senang, tawa bahagia, tangis, bahkan sampai kenangan paling manis pun terjadi di kota ini.

Pesawat yang saya tumpangi mendarat tepat jam 1 siang, dan wwwwoowwww… bandara barunya kereennn! Oke..cukup, bukan itu yang ingin saya sampaikan.

Untuk menuju ke hotel tempat saya menginap, saya memakai jasa transportasi yang ditawarkan oleh seorang ibu. Usianya mungkin sudah diatas setengah abad, namun masih cukup cekatan dalam mengendari mobil. Disinilah cerita bermula.

Karena jarak antara bandara dan hotel tempat saya mwnginap cukup jauh, akhirnya mulailah kami ngobrol ngalor ngidul. Si ibu cukup ramah, dan hhmmm… cukup asyik sebagai teman ngobrol. Karena penasaran akhirnya saya bertanya pada si ibu, mengapa di usia yang terbilang tua masih saja bekerja, bukannya duduk manis dirumah, momong cucu, atau melakukan kegiatan lain yang bisa menyenangkan hatinya sendiri, alias pensiun.

Dan, jawaban beliau cukup memberi pukulan keras, tepat ke jidat saya. Beliau bekerja karena tak ingin menjadi beban bagi kedua anaknya. Sang suami seorang pensiunan PNS, dan uang pensiun bulanan itu terlalu kecil jumlahnya, apalagi si suami kerap sakit-sakitan, mau tak mau, beliaulah yang harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Kalo kata temen2, rata2 supir angkutan kayak gitu banyak bohongnya, sengaja ngarang cerita sedih, cerita melow biar yg denger tersentuh, iba, trus ujung-ujungnya duit.. bagaimana dengan cerita si ibu? Okey, kita lanjut.

Gk terasa, akhirnya saya sampai di hotel tempat saya menginap. Setelah membayar ongkos sewa mobil, si ibu memberi saya selembar kertas berruliskan nomor telfonnya. Dan, noted.. kertas itu saya selipkan di dompet. Esok hari, ngurusin sesuatu sampe sore. Hari kedua, ngurusin sesuatu sampe setengah hari, selebihnya ngalor ngidul di malioboro sampe kaki lecet. Dan… hari ketiga, pagi2 udah harus ngurusin sesuatu.

Trus keinget kalo si ibu ngasih no.tlp. jadilah si ibu supir dengan deal harga yang lumayan murah dibandingkan kalo harus rental mobil ato naik ojol. Pagi sekitar jam 6, si ibu udah nunggu. Bener2 ontime dah. Saat menelusuri jalan yang mulai rame, si ibu minta ijin untuk membeli sarapan buat sang suami karena saat ia berangkat, sang suami belum bangun dan ia belum sempat membuatkan sarapan untuknya. Okelah ya.. toh gk makan banyak waktu kalo cuman sekedar beli makanan buat sarapan satu orang.

Dan, lagi-lagi, saat kembali melanjutkan perjalanan, si ibu minta ijin buat nganterin sarapan yang udah dia beli kerumahnya, supaya sang suami gak telat sarapan pagi. Hhmmm.. masih cukup waktu kalo cuman sekedar nganterin sarapan doang. Gak berapa lama, kami sampai di daerah mag*woharjo, keluar masuk gang, dan sampailah di rumah si ibu. “ini rumah saya mbak” kata si ibu. “maaf ya mbak, saya kedalam dulu, nyiapin sarapan buat suami saya” Saya hanya mengangguk.

1 menit
2 menit
3 menit

Dan rasa penasaran menuntun saya keluar dari mobil. Saya mendekati rumah si ibu, dan dengan pintu yang masih terbuka, saya melihat si ibu tengah menyiapkan sarapan untuk suaminya di ruang tengah rumah itu. Si ibu melihat kedatangan saya dan langsung menghampiri saya. Ia meminta maaf jika terlalu lama berada disitu. Duuuhhhhhhh… pagi2 udah melow aja dibuatnya.

Saya mempersilahkan si ibu untuk menyelesaikan tugasnya dengan tenang. Karena urusan kepentingan saya masih bisa ditunda beberapa menit, atau mungkin beberapa jam. Dan si ibu pun kembali kedalam rumah untuk melanjutkan tugasnya. 2 menit 4 menit 5 menit Dan si ibu kembali. Ketika sampai ditujuan saya, si ibu segera pamit, dan saya sampaikan nanti akan saya telfon kalo urusan saya sudah selesai. Dan gak terasa, udah sore, hampir jam 4. Saatnya pulang, mandi, makan, tidoorrrrrrr sampe besok pagi. Saya telfon si ibu, supaya menjemput saya. Done. Si ibu dateng dan seperti tadi pagi, on time.

===

Satu lagi pelajaran hidup dari kota gudeg, pengalaman berharga untuk saya. Untuk ibu driver.. terima kasih banyak untuk obrolannya, untuk pelajaran hidup yang bisa saya petik. Selalu sehat disana dan tetap semangat ibu!
 
Bimabet
Suatu hari, tampak seorang pemuda mendatangi guru bijak. Penampilannya lusuh. Bajunya compang-camping, sepatunya sobek, dan tubuhnya penuh luka.

Dia berkata, “Guru, saya datang dari jauh dan telah menempuh perjalanan yang berat. Saya menderita, kesepian dan sangat letih. Ini semua saya lakukan demi mencari jawaban atas penderitaan saya. Kenapa saya belum menemukan cahaya petunjuk sedikit pun?”

Orang tua bijak itu melihat si pemuda datang kepadanya membawa sebuah buntelan besar. “Apa isi buntelanmu itu?”

Jawab si pemuda, “Isinya sangat penting bagi saya. Di dalamnya ada barang-barang yang mengingatkan saya pada setiap tangisan, ratapan, dan air mata saya. Benda-benda ini menjadi penyemangat saya dalam menempuh perjalanan berat mencari jawaban.”

“Baik, sekarang ikutlah denganku,” kata sang guru dengan tegas.

Mereka berjalan sebentar dan tiba di tepi sebuah sungai kecil. Di tepi sungai itu, ada sebuah perahu sampan kecil. Sang guru bergegas naik ke atas sampan tersebut. Maka pemuda itu pun naik ke atas sampan, dan mereka menyeberangi sungai tersebut.

Ketika tiba di tepian, orang tua itu lantas berkata, “Kita sudah sampai. Sekarang pikul sampan ini, dan kita akan melanjutkan perjalanan kita!”

Pemuda itu sangat terkejut. “Tapi.. sampan ini begitu berat, mana kuat saya memikulnya? Lalu apa gunanya nanti?”

Orang tua itu tersenyum mendangar protes si anak muda. “Benar sekali katamu itu. Ketika kita menyeberangi sungai, sampan ini sangat berguna dan besar artinya bagi kita. Namun ketika kita sudah siap meneruskan perjalanan kita berikutnya, sampan ini hanya akan menjadi beban saja. Kita harus meninggalkannya di tepi sungai, kalau tidak sampan ini hanya akan memberatkan langkah kita.”

Ia meneruskan kata-katanya, “Begitu juga dengan kehidupan kita. Penderitaan, kesepian, kegagalan, tangisan, air mata, dan bencana, semuanya berguna dalam kehidupan kita. Semua itu membuat kita tabah dan kuat menghadapi tantangan hidup di masa depan! Namun pada saat kita ingin melangkah maju, kalau kita tidak bisa melepaskannya, maka hal-hal tersebut hanya akan menjadi beban saja.”

Akhirnya, ia berkata pada pemuda itu, “Letakkan barang bawaanmu itu di sini, dan mari kita melanjutkan perjalanan”.

Si pemuda mengikuti perintah tersebut. Ia meletakkan buntelan besarnya, kemudian melanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian, sang guru menanyakan perasaan si pemuda.

Jawab si pemuda……

“Kini langkahku begitu ringan dan cepat. Aku baru sadar, kehidupan sebenarnya bisa dijalani dengan begitu sederhana…”
🙂

source: love and light by Gracie L.
 
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd