begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 619
- Like diterima
- 10.845
MILIK IBU MERTUAKU BASAH KUYUP
PADAHAL bukan musim hujan. Sekarang baru bulan Juni. Tiba-tiba byuuu...uuurrr... air hujan seperti ditumpahkan dari langit.
Pengendara sepeda motor kalang kabut masing-masing mencari tempat untuk menyelamatkan diri, termasuk aku dan ibu mertuaku yang baru keluar dari rumah sakit belum setengah jam yang lalu menengok adiknya yang kemarin operasi usus buntu.
Beruntung aku dan ibu mertuaku mendapat tempat berteduh di sebuah ruko yang sudah tidak terpakai.
Aman, pikirku karena pakaian ibu mertuaku kulihat hanya basah sedikit, sedangkan aku hanya basah di celana jeansku saja, sedangkan kaosku aman, karena aku memakai jaket.
Tiba-tiba dhuuuuaaa...aarrrr... petir menyalak suaranya seperti bom atom meledak disertai suara gemuruh halilintar seperti lidah api yang ingin menyambar kami.
IM : Awwwh... Mirin, Mama takut...
Ibu mertuaku mendekatkan dirinya padaku. Mula-mula kutolak.
A : Nggak usah takut, Ma... nggak apa-apa...
Tetapi suara menggelegar itu tidak hanya sampai di situ saja. Belum satu detik berhenti, meledak lagi. Dhuuuuuaaa...aaarrr.... disertai cipratan nyala api....
Kali ini akupun merangkul pinggang ibu mertuaku lalu menariknya dalam dekapanku.
Siapa yang mau iseng memperhatikan kami, di tempat yang gelap begitu pula dan sudah hampir jam 8 malam, hujan deras pula.
Dhuuuaa...aarrr... berikutnya, aku bukan ingin melindungi ibu mertuaku lagi, melainkan aku terangsang dengan payudaranya yang besar yang tergencet di dadaku, apalagi ibu mertuaku belum tua, baru 44 tahun lebih sedikit dan masih punya anak kecil yang sekolah di SD kelas 5, adik dari istriku.
Setelah petir tidak menyambar hanya hujan saja yang masih deras ibu mertuaku baru menyadari dirinya.
IM : Sudah ah, lepaskan Mama, jangan seperti disengaja, kalau ada tetangga lewat malu kita kalau dilaporin ke rumah.
A : Biarin aja, kecuali kalau kita berbuat mesum, kan nggak...
IM : Siapa berani jamin nggak, laki-laki dimana-mana sama saja.
A : Karena Mama merasa sexy ya, lalu takut sama aku, uugghh... gampang Ma.. kalau aku mau mencari wanita, untuk apa aku sama Mama...
IM : Kenapa kita jadi cekcok sih...
A : Mama juga sih sok suci...
IM : Mama bukan sok suci, Mirin... Mama hanya jaga-jaga, mulut orang siapa yang tau... kalau kita lagi ketemu sial... kamu kedinginan, Rin...? Mama dingin sekali...
A : Ini... jaket... Mama pakai saja...
Aku melepaskan jaketku.
IM : Kamu pakai apa nanti...?
A : Aku nggak apa-apa, untuk Mama saja...
Aku membantu ibu mertuaku memakai jaket parasutku yang dulu kubeli di London waktu bulan madu dengan istriku.
Ibu mertuaku memandang aku. Aku sengaja mendekatkan bibirku.
IM : Mama ngomong apa tadi, sengaja kan kamu...?
A : Aku kan ngomong Mama sexy, apa saya salah?
IM : Mmm... cium aja, tapi lihat sekeliling dulu, nggak ada orang baru cium...
Haaa... aku tertawa dalam hati. Mula-mula ia jual mahal, akhirnya banting harga.
PADAHAL bukan musim hujan. Sekarang baru bulan Juni. Tiba-tiba byuuu...uuurrr... air hujan seperti ditumpahkan dari langit.
Pengendara sepeda motor kalang kabut masing-masing mencari tempat untuk menyelamatkan diri, termasuk aku dan ibu mertuaku yang baru keluar dari rumah sakit belum setengah jam yang lalu menengok adiknya yang kemarin operasi usus buntu.
Beruntung aku dan ibu mertuaku mendapat tempat berteduh di sebuah ruko yang sudah tidak terpakai.
Aman, pikirku karena pakaian ibu mertuaku kulihat hanya basah sedikit, sedangkan aku hanya basah di celana jeansku saja, sedangkan kaosku aman, karena aku memakai jaket.
Tiba-tiba dhuuuuaaa...aarrrr... petir menyalak suaranya seperti bom atom meledak disertai suara gemuruh halilintar seperti lidah api yang ingin menyambar kami.
IM : Awwwh... Mirin, Mama takut...
Ibu mertuaku mendekatkan dirinya padaku. Mula-mula kutolak.
A : Nggak usah takut, Ma... nggak apa-apa...
Tetapi suara menggelegar itu tidak hanya sampai di situ saja. Belum satu detik berhenti, meledak lagi. Dhuuuuuaaa...aaarrr.... disertai cipratan nyala api....
Kali ini akupun merangkul pinggang ibu mertuaku lalu menariknya dalam dekapanku.
Siapa yang mau iseng memperhatikan kami, di tempat yang gelap begitu pula dan sudah hampir jam 8 malam, hujan deras pula.
Dhuuuaa...aarrr... berikutnya, aku bukan ingin melindungi ibu mertuaku lagi, melainkan aku terangsang dengan payudaranya yang besar yang tergencet di dadaku, apalagi ibu mertuaku belum tua, baru 44 tahun lebih sedikit dan masih punya anak kecil yang sekolah di SD kelas 5, adik dari istriku.
Setelah petir tidak menyambar hanya hujan saja yang masih deras ibu mertuaku baru menyadari dirinya.
IM : Sudah ah, lepaskan Mama, jangan seperti disengaja, kalau ada tetangga lewat malu kita kalau dilaporin ke rumah.
A : Biarin aja, kecuali kalau kita berbuat mesum, kan nggak...
IM : Siapa berani jamin nggak, laki-laki dimana-mana sama saja.
A : Karena Mama merasa sexy ya, lalu takut sama aku, uugghh... gampang Ma.. kalau aku mau mencari wanita, untuk apa aku sama Mama...
IM : Kenapa kita jadi cekcok sih...
A : Mama juga sih sok suci...
IM : Mama bukan sok suci, Mirin... Mama hanya jaga-jaga, mulut orang siapa yang tau... kalau kita lagi ketemu sial... kamu kedinginan, Rin...? Mama dingin sekali...
A : Ini... jaket... Mama pakai saja...
Aku melepaskan jaketku.
IM : Kamu pakai apa nanti...?
A : Aku nggak apa-apa, untuk Mama saja...
Aku membantu ibu mertuaku memakai jaket parasutku yang dulu kubeli di London waktu bulan madu dengan istriku.
Ibu mertuaku memandang aku. Aku sengaja mendekatkan bibirku.
IM : Mama ngomong apa tadi, sengaja kan kamu...?
A : Aku kan ngomong Mama sexy, apa saya salah?
IM : Mmm... cium aja, tapi lihat sekeliling dulu, nggak ada orang baru cium...
Haaa... aku tertawa dalam hati. Mula-mula ia jual mahal, akhirnya banting harga.