Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

HYPNOTHERAPY

Hypnotherapy
by MirzaAli
Chapter 2

Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.

Rencana gw berjalan lebih mulus dari yang gw kira. Awalnya gw berencana untuk mindahin sesi hypnotherapy Syifa ke kosan gw, karena ga mungkin juga gw bebas ngapa-ngapain tubuhnya Syifa kalo masih ada Mamanya di rumah. Tapi malah Mamanya Syifa sendiri yang minta gw hipnotis kemarin, jadilah hari ini gw kembali dateng ke rumah Syifa untuk sesi hypnotherapy lagi.

"Fokusin pandangan Tante ke liontin ini." Ucap gw sembari menggerakkan liontin ke kanan dan kiri.

"Iya Rif."

Pandangan Tante Ratih mengikuti gerak liontin ke kanan dan kiri. Ga butuh waktu lama sebelum pandangannya mulai tak fokus dan ngeblank.

"Tante bisa denger suaraku?"

"Bisa."

"Apa yang Tante sekarang rasain?"

"Relaks." Tante Ratih merespon datar. "Gugup."

Gw mulai sesi hypnotherapy ini dengan pertanyaan simpel seperti makanan favorit, kemarin pake baju apa, dan pertanyaan bodoh lainnya. Tante Ratih adalah orang kedua yang gw hipnotis dan gw pengen pastiin bener-bener kalo Tante Ratih udah masuk deep trance.

Setelah gw yakin kalo Tante Ratih udah kehipnotis, gw memulai rencana gw.

"Kenapa Tante minta aku untuk hipnotis Tante?"

"Karena Tante pengen nurunin berat badan."

Gw akui walaupun Tante Ratih punya badan yang montok plus semok kayak Syifa, tapi badannya emang bisa dibilang gemuk, lebih daripada Syifa. Walaupun sisi plusnya ya toketnya Tante Ratih ini lebih gede, lebih brutal. Jadi disamping gw akan membuat Tante Ratih jadi ketagihan kontol, gw juga akan mencoba agar Tante Ratih bisa beneran menurunkan berat badannya.

"Kenapa Tante pengen nurunin berat badan?"

"Biar jadi lebih sehat."

"Cuma itu alasannya?"

"Enggak."

Gw berharap kalau Tante Ratih sama kayak Syifa yang pengen jadi kurus agar bisa tampil lebih cantik, mungkin gw bisa menggali jati diri Tante Ratih yang lebih liar.

"Alasan lainnya?"

"Biar badan Tante keliatan lebih bagus."

"Kenapa Tante pengen badannya jadi bagus?"

Hening.

"Tante?"

"Iya."

"Kenapa Tante pengen badannya jadi bagus?"

Hening lagi.

Aneh. Tante Ratih ga ngejawab pertanyaan gw.

"Tante pengen nurunin berat badan kan?"

"Iya."

"Aku disini ngebantu Tante untuk nurunin berat badan, jadi Tante harus percaya sama aku."

"Iya..." Tante Ratih kelihatan ragu.

Gw menggaruk-garuk rambut gw yang sebenernya ga gatel. Sesi hypnotherapy Tante Ratih ga berjalan semulus Syifa kemarin.

"Umm... Tante kenapa ga mau jawab pertanyaan aku tadi?"

"Yang mana?" Tante balik nanya.

"Yang kenapa Tante pengen badannya jadi bagus?"

"Oh. Itu privasi. Tante gamau cerita sama kamu."

Gw mengangguk-angguk. Masuk akal juga. Hubungan gw dengan Tante Ratih selama ini juga sebatas percakapan singkat, basa basi gitu doang waktu gw main sama Syifa.

"Tapi Tante Ratih kalo pengen nurunin berat badan jawab jujur semua pertanyaan aku. Kalo ngga nanti aku gabisa bantu Tante untuk nurunin berat badan."

"Iya. Tante bakal jawab pertanyaan kamu."

"Oke. kenapa Tante pengen badannya jadi bagus?"

Hening.

Gw perkosa juga dah lama-lama elu. Gw mengelus-elus dada gw, berusaha tetep tenang. Tante Ratih ini ga kayak Syifa yang langsung iya-iyain semua kata-kata gw.

"Katanya Tante bakal jawab semua pertanyaan aku?"

"Iya emang. Tapi kan untuk nurunin berat badan gaperlu nanya hal yang privasi gitu."

Gw menghela nafas panjang. Memang kayaknya gabisa disamain kayak gw sugesti Syifa kemarin. Pasti butuh waktu lama biar Tante Ratih untuk percaya sama gw, itupun juga nanti belum mesti dia mau jawab pertanyaan gw.

Kecuali Tante Ratih gw sugesti berulang-ulang sampai alam bawah sadarnya gw paksa untuk percaya sama gw.

"Tante pengen kurus kan? kalo begitu Tante harus percaya sama aku."

"Iya."

"Ulangi kata-kataku."

"Tante percaya sama kamu."

"Ulangi lagi."

"Tante percaya sama kamu."

"Ulangi lagi."

"Tante percaya sama kamu."

"Lagi."

"Tante percaya sama kamu."

Gw menyuruh Tante mengulang kata-kata itu berulang kali lamanya sampai bener-bener tertancap dalam memori dan alam bawah sadarnya bahwa Tante Ratih itu percaya sama gw.

"Tante ikuti kata-kataku, 'Tante akan jawab semua pertanyaanku tanpa terkecuali.' "

'Tante akan jawab semua pertanyaanku tan- tanpa... tan..p-"

Tante Ratih ngga menyelesaikan kalimatnya. Walaupun mulutnya berusaha berbicara tapi ada perlawanan dalam hatinya.

Gw menghela nafas panjang. Ga ada cara lain, Tante Ratih harus gw paksa.

"Tante ikuti kata-kataku, 'Tante akan jawab semua pertanyaanku tanpa terkecuali.' "

'Tante akan jawab semua pertanyaanku tan- tanpa... tanpa ter..kecuali."

Kali ini walaupun masih terbata-bata Tante Ratih menyelesaikan kalimatnya.

"Ulangi lagi."

"Tante akan jawab semua pertanyaanku tan- tanpa... tanpa ter-kecua...li."

"Ulangi lagi."

"Tante akan jawab semua pertanyaanku t-tanpa... ter.. terkecuali."

"Lagi."

"Tante akan jawab semua pertanyaanku t-tanpa... terkecuali."

Seperti sebelumnya, gw menyuruh Tante untuk mengulang kata-kata itu berulang kali hingga Tante Ratih mengucapkannya dengan lancar dan penuh kepercayaan. Belasan menit gw habiskan hanya untuk menanamkan sugesti ini ke dalam diri Tante Ratih.

"Tante percaya sama aku?"

"Iya. Tante percaya sama kamu."

"Tante akan jawab semua pertanyaanku dengan jujur."

"Iya. Tante akan jawab semua pertanyaanmu dengan jujur"

Ga ada keraguan lagi dalam ucapan Tante Ratih.

"Kenapa Tante pengen badannya jadi bagus?" Untuk kesekian kalinya gw bertanya lagi soal ini.

"Karena Tante pengen pamer badan Tante ke laki-laki diluar sana. Tante pengen kontol mereka ngaceng ngeliat badan sexy Tante."

Untuk bilang kalo gw terkejut adalah understatement. Gw ga salah denger nih?

"Tan-Tante suka kalo laki-laki ngeceng liat badan Tante?"

"Iya."

Apa jangan-jangan kemarin Tante sengaja ga pake beha karena dia pengen gw ngeliat toket jumbonya itu?

Gw geleng-geleng sendiri saking susahnya untuk mencerna jawaban Tante Ratih ini. Pantesan anaknya punya fantasi binal kayak gitu, lha wong nurun dari Mamanya ternyata.

"Tapi Tante Ratih ngerasa sekarang badannya udah ga sexy dulu lagi makanya pengen nurunin berat badan?"

"Iya."

Kalo begini nih, bisa aja gw ngentot Mamanya duluan daripada Syifa.

Gw melirik jam dinding. Hampir setengah jam udah lewat. Sugesti yang gw suruh Tante Ratih itu ulang-ulang tadi memakan cukup banyak waktu. Jadi walaupun gw masih punya seribu pertanyaan yang pengen gw ajuin, dengan terpaksa gw harus segera mengakhiri sesi hypnotherapy kali ini, kalo terlalu lama Tante Ratih nanti akan curiga.

Sebelum membangunkan Tante Ratih gw mensugesti bahwa semua yang Tante dengar tadi hanya akan diingat dalam alam bawah sadarnya sedangkan ketika ia bangun, Tante gaakan ingat apa-apa.

"Gimana Tante?" Gw melambai-lambaikan tangan gw di depan muka Tante.

"Udah selesai hipnotisnya?" Tante Ratih perlahan-lahan mulai sadar. "Tante kok ga inget apa-apa ya."

"Iya Tante, emang biasanya gitu."

Tante Ratih mengangguk-angguk tanpa rasa curiga. "Ohh, gitu yaa."

"Tante boleh minta tolong panggilin Syifa? gantian Syifa mau dihipnotis juga sekalian."

"Iya Rif, Tante panggilin. Makasih ya."

"Iya Tante."

Tante Ratih lalu pergi untuk memanggil Syifa di kamarnya.

*****

Beberapa saat kemudian, gantian Syifa yang duduk di sofa ruang tamu, dengan ekspresi wajah yang sama seperti Tante Ratih tadi. Ngeblank.

"Kamu udah colmek kemarin?"

"Udah." Jawab Syifa tanpa ragu.

"Hari ini?"

"Udah juga."

"Kapan?"

"Tadi waktu kamu hipnotis Mama."

Dasar binal, Mamanya lagi dihipnotis di ruang tamu malah colmek.

"Apa yang kamu bayangin sewaktu colmek?"

"Badan aku kurus."

"Lebih spesifik." Ucap gw.

"Aku bayangin aku bakal jadi cantik kalo aku kurus. Rifki bakalan selalu seneng tiap liat aku. Kontolnya bakalan ngaceng tiap liat badan aku yang sexy. "

"Tapi badan kamu gemuk sekarang."

"Iya."

"Kamu tau berapa berat badan kamu sekarang?"

"Iya tau."

"Berapa?"

Syifa lalu menyebutkan berat badannya. Emang lebih tinggi sedikit dibandingin berat badan ideal cewek setinggi dia. Tapi dari hasil googling yang gw lakuin, toket Syifa yang gede itu bisa seberat beberapa kilo sendiri. Jadi malah bisa aja berat badannya Syifa itu sebenernya dibawah angka ideal BMI nya.

"Mulai hari ini kamu ga boleh nimbang berat badan kamu."

"Iya."

"Kamu tau kenapa?"

"Engga."

Alesan sebenernya adalah gw ingin ngontrol persepsinya Syifa ketika melihat berat badannya sendiri. Gw pengen Syifa berpikir, ketika dia patuh sama gw, berat badannya akan turun, dan kalo dia ngelakuin hal yang gw gasuka, berat badannya akan naik. Gw pengen kendali penuh soal progress penurunan berat badannya.

Tapi ya ga mungkin gw ngomong kayak gitu ke Syifa.

"Kamu tau water weight? Misal kamu nimbang badanmu pas pagi sama sore, pasti beratnya beda kan? Itu karena berat badanmu terpengaruh sama air yang kamu minum sepanjang hari. Jadi nimbang badanmu tiap hari, atau seminggu sekali, atau cuma sebulan sekali pun itu salah karena bisa ngebuat kamu ngira bahwa kamu itu lebih kurus atau lebih gemuk, padahal sebenernya engga."

Syifa mengangguk-angguk paham.

"Kamu percaya aku itu disini ngebantu kamu untuk nurunin berat badan kan?"

"Iya."

"Jadi seharusnya aku tau dong cara efektif untuk nurunin berat badan."

"Iya."

"Berarti aku bisa menilai dietmu itu seberapa sukses, tanpa kamu perlu untuk nimbang berat badan. Ulangi kata-kataku."

"Kamu bisa nilai dietku..."

Duh, Syifa kelihatan ragu.

Sebelum Syifa sempet mikir bahwa alesan yang gw bikin tadi ga masuk akal sama sekali, gw langsung nanya lagi ke Syifa.

"Kenapa kamu pengen turunin berat badan?"

"Biar jadi lebih sehat, lebih cantik."

"Dan biar cowokmu ngaceng liat badanmu kan?"

"Iya."

"Kamu kalo niimbang di rumah sama di tempat lain kadang beda kan hasilnya?"

"Iya."

"Berarti timbangan bisa salah kan?"

"Heem."

"Kamu apa tau kalo otot itu lebih berat daripada lemak?"

"Engga."

"Otot itu punya massa yang lebih berat daripada lemak." Yang gw katain ini bener. Selain melakukan research tentang hipnotis, gw juga ngelakuin banyak research soal weight-loss. "Jadi water weight, terus timbangan yang bisa salah, juga otot, itu semua bikin angka yang ada di timbangan itu ga bisa diandelin untuk tau apakah kamu itu lebih sehat sama lebih cantik."

"Heem."

"Dan juga perasaanmu itu bisa salah. Semisal malem tadi kamu tidur nyenyak, kamu bakalan ngerasa kalo tubuhmu lebih sehat, moodnya lebih bagus. Tapi sebaliknya kalo lagi bad mood kamu bakalan ngerasa kamu itu jelek, jadi males gerak. Jadi satu-satunya cara untuk tau sukses atau engga dietmu adalah menilai seberapa cantiknya kamu."

"Okay..."

Syifa masih kelihatan ragu lagi, tapi dibandingkan Tante Ratih yang susah nurut dan harus dipaksa, gw yakin Syifa bakalan nurut ke gw walaupun ada keraguan dalam dirinya.

"Tujuanmu untuk diet itu agar kamu tampil cantik dan sexy didepan pacarmu kan? Daripada timbangan yang bisa salah, aku, sebagai pacarmu, lebih bisa dong menilai seberapa cantik dan kurusnya kamu?"

"Iya." Syifa merespon setuju. "Tapi..."

"Kenapa?"

"Cowok kan biasanya kalo ditanya gitu, bohong jawab cantik, buat ngehibur doang."

Hadeh. Gw tarik pernyataan gw yang tadi. Syifa ternyata sama bandelnya kayak Mamanya.

"Ulangi kata-kataku, 'Pake timbangan untuk ngukur berat badan itu ga akurat,'" Ucap gw. "Ulangi sampe aku bilang stop."

"Pake timbangan untuk ngukur berat badan itu ga akurat," Ucap Syifa. "Pake timbangan untuk ngukur berat badan itu ga akurat, Pake timbangan untuk ngukur berat badan itu ga akurat, Pake timbangan untuk ngukur berat..."

Setelah beberapa menit mencari alesan omong kosong yang baru, gw akhirnya menyuruh Syifa untuk diam.

"Stop." Gw menyuruh Syifa. "Ketika aku hipnotis kamu itu aku disini untuk ngebantu kamu kan?"

"Iya."

"Dan kamu percaya sepenuhnya sama aku kan?"

"Iya."

"Berarti semua yang aku bilang selama kamu dihipnotis itu benar. Ulangi kata-kataku."

"Semua yang kamu bilang selama aku dihipnotis itu benar."

"Jadi, kalo aku lagi ngehipnotis kamu, aku bisa nilai seberapa cantik kamu dengan objektif, karena aku disini tujuannya hanya untuk ngebantu kamu."

"Iya."

"Mana yang lebih objektif, timbangan atau penilaianku?"

"Kamu."

"Kenapa?"

"Karena angka di timbangan bisa salah, sementara kamu menilai dengan netral."

"Kamu selanjutnya bakal nimbang berat badan kamu lagi?"

"Ngga."

Gw tersenyum lebar. Mulai saat ini mau Mamanya, temennya ataupun dokter yang bilang ke dia itu bahwa dia itu kurus atau cantik, Syifa gaakan percaya. Karena yang tau dan ahli dalam menilai seberapa cantik dan kurusnya dia adalah gw.

Seperti biasa, sebelum Syifa bangun, gw sugesti alam bawah sadarnya agar dia ga merasa aneh kalo setelah ini ia gak pernah lagi nimbang di timbangan.

***

Next Chapter : Page 17
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd