Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT I LOVE YOU HANDSOME part II : REBELION [by Arczre]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
ghea :galau:


ini rio brio kurang ajar ini, kagak tau apa apa tapi memutuskan dan bikin kesimpulan sendiri :galak: sekarang ghea yang jadi korbannya.

ghea :kangen:
 
Gw merasa bagai melihat dan menantikan lagi ceria silat to liong to...........dahsyat nya cerita ini membuat sangat ingin mengcengkeram krah baju sang penulis......" lanjutkan cerita ini dan update dengan cepat " hehehehehe
 
gagal trisum, om arci.
Apa diva ini yg nyembuhin dr50 y?atau sebalik nya.. hiii
 
ya mungkin siambil pov orang ketiga atau siapa waktu Arci cerita, trus langsung ke saat Arci selesai cerita...gimana reaksi si Rio
 
cerita dr.king wajib di skip..ngentot berjiwa psikopat sama sekali bikin kontel dak mau negak.. :nangis
 
BAB LIMA BELAS


Arci menceritakan semua yang dialaminya, dari mulai ketika dia tak punya apa-apa, keadaan ibunya, keadaan kakaknya, hingga terakhir akhirnya ia bertemu dengan Andini. Bertemu dengan Bu Susiati, bertemu dengan Iskha. Tentang dia yang menjadi saksi mata bagaimana Safira dibunuh, juga ketika Andini dibunuh. Dia tumpahkan seluruh perasaannya, seluruh sakit hatinya. Yang mendengar cerita itu menangis, terutama Asyifa.

"Sudah cukup! Sudah cukup!" berkali-kali Asyifa berkata seperti itu.

Rio gemetar. Dia juga sebenarnya tak kuat mendengar penjelasan saudara iparnya ini. Tapi Arci terus menceritakan tentang detik-detik Andini tewas dan dia hanya bisa memeluknya. Rio beranjak dari tempat duduknya lalu merangkul Arci.

"Sudah cukup!" kata Rio. Air matanya meleleh.

"Aku belum bercerita tentang Ghea," kata Arci.

"Aku bilang cukup!" kata Rio.

Wajah Arci menunduk. Dia juga memeluk Rio. "Aku tetap merasa bersalah sebenarnya, tidak bisa menyelamatkan Andini..."

"Kamu bicara lagi aku akan memukulmu!" ancam Rio.

Tak ada kata yang tepat untuk menilai Arci selain simpati. Demi seorang Andini, dia seperti ini. Dan sekarang demi Asyifa dia pun telah rela melepaskan jabatan Big Boss-nya. Tapi untuk itu ia harus kehilangan Ghea. Rasanya tidak adil.

"Aku mau pulang ke rumah," kata Arci.

"Kenapa?" tanya Asyifa.

"Alex pasti sendirian di rumah. Aku tak ingin dia tahu tentang mamanya. Asyifa, kamu mau menemaniku?"

Asyifa mengangguk.

"Sebentar!" cegah Rio. Dia kembali melihat Asyifa. Benar-benar tak pernah terpikirkan dia seperti melihat Andini. Tapi kalau ia membiarkan ini terus, rasanya sakit sekali. "Baiklah, pergilah! Temani suamimu."

"Baik kak," kata Asyifa.

Rio hanya bisa melihat kepergian Arci dan Asyifa. Bu Susiati kemudian merangkul Rio. "Anak ibu, sini!" Rio menyandarkan kepalanya di pundak sang ibu. Air matanya berderai lagi. Mungkin sekarang ia tahu bagaimana rasa kehilangan yang dirasakan oleh Arci. Dia hanya bisa berharap bahwa semuanya hanya mimpi dan adiknya membangunkan dia. Tapi tidak. Rio makin erat mendekat ibunya, ada rasa bersalah di dalam dirinya sekarang.

"Antarkan aku ke makam Andini ma!" kata Rio.

"Iya anakku, ibu akan antarkan kamu," kata ibunya sambil mengusap kepala anaknya.


oOo


Lebih dari satu dekade dulu, ketika Ghea menikah dengan Arci. Banyak hal yang telah berubah dalam dirinya. Tapi sekalipun begitu dia masih Ghea, putri seorang Zenedine. Keluarga mafia yang cukup ngeri ketika namanya disebut ini telah memiliki pengaruh yang tidak biasa. Bahkan hampir setiap orang mengenal siapa keluarga Zenedine. Bagaimana sepak terjangnya dan juga bagaimana pengaruhnya di dunia hitam.

Ghea sekarang ini memang sedang dalam perjalanan menuju Polres, tapi pikirannya menerawang jauh. Matanya terpejam memikirkan segala hal yang telah ia lalui. Kalau teringat bagaimana ia pertama kali mencium suaminya ketika di taman itu. Mungkin itulah untuk pertama kalinya dia merasakan jatuh cinta. Perasaannya yang tak menentu, perasaannya yang ingin sekali mengutarakan maksud hati kepada suaminya kala itu bahwa dia juga bisa merasakan jatuh cinta. Walaupun perasaan itu akhirnya terungkap ketika Arci menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, tapi Ghea masih belum bisa merasakan yang namanya cinta yang sesungguhnya dari Arci. Arci tetap memikirkan Safira dan Andini. Dua wanita yang menjadi pesaingnya yang tak akan pernah bisa ia kalahkan walaupun secara nyata Ghea lebih kuat dari kedua wanita itu.

Ghea masih teringat apa yang Arci ajarkan tentang cinta ketika di pondok itu. Ketika mereka pertama kali bercinta. Ketika Ghea pertama kali merasakan bagaimana Arci memasukinya. Ghea sangat mencintai lelaki itu, tapi ia sadar cinta tak bisa dipaksakan. Tapi apakah sekarang ini artinya Arci tak mencintai dia lagi? Kalau misalnya demikian, betapa sangat hancur dia. Dia tak akan mungkin membunuh orang yang dicintainya itu sekalipun sanggup. Ia terlalu cinta kepada suaminya, sangat cinta. Sejak awal suaminya melihat Asyifa, Ghea sudah punya firasat buruk. Dan firasatnya pun benar.

"Aku hanya ingin suamiku," batin Ghea.

Kini tak ada Arci di sampingnya ketika mobil patroli polisi ini mengantarnya. Ghea semakin stress apalagi suara sirine yang meraung-raung. Ia tak pernah ditangkap oleh polisi sebelumnya. Ini baru pertama kali ia merasakan pengalaman ini. Tapi sekalipun ia sudah seribu kali lebih siap dari siapapun untuk masuk ke dalam mobil aparat yang berwajib, tetap saja ia masih merasa galau.

Semua ini adalah ide Ghea ketika seluruh usaha ini diatasnamakan dengan dirinya. Sebagai sarung pedang seorang Big Boss, dia melakukannya dengan sempurna. Setiap pengiriman atas nama dia, setiap tempat yang disewa semuanya atas nama dia. Tempat penampungan mobil curian, atas nama dia juga. Seluruh transaksi semuanya lewat dirinya. Tak ada satu pun di dalam bisnis keluarga Zenedine atas nama Arci. Semuanya atas nama Ghea. Itu semua memang ide dari Ghea. Arci tak pernah tahu dan tak pernah diberitahu. Kalau saja Arci tahu, ia akan marah kepada Ghea. Ghea sebenarnya bingung, memang Arci lebih mencintai Andini, tapi dilain pihak Arci juga sangat perhatian kepada Ghea. Ia ingin bertanya kepada suaminya itu, siapa di antara Andini dan dia yang paling dicintainya sekarang. Hanya saja kesempatan itu tak pernah ada.

Ghea mengusap tangannya. Tangan itu yang telah menampar wajah Arci. Ia baru kali ini menampar suaminya. Ia menyesal. Ia pun menangis. Air matanya meleleh dan jatuh ke punggung tangannya. Ia sangat menyesal telah menyakiti Arci. Bahkan sebenarnya ia tak pernah sungguh-sungguh untuk menodongkan senjatanya ke arah Arci atau bahkan berniat menarik pelatuknya. Tatapan mata suaminya sangat dalam setiap melihatnya. Itulah yang menyebabkan dia tak akan kuasa kalau melihat wajah suaminya. Ia pasti takluk.

Ghea ingat saat di masa ketika sebelum Alex lahir. Sebagaimana Arci sangat perhatian kepadanya. Seolah-olah hanya satu wanita saja yang dikenal Arci. Mereka bercinta hebat hari itu. Pagi, siang, sore, malam.

"Kamu tak capek sayang?" tanya Arci kepada Ghea.

"Aku akan meladenimu kapan pun kamu mau," jawab Ghea.

"Ghe..., seharian ini rasanya aku ingin terus dan terus."

"Sama Ci...uhhh... masih keras aja ya?"

"Iya nih..."

Kali itu mereka bercinta di karpet ruang tamu. Mereka bercinta tak kenal tempat. Mau di wastafel, di dapur, di meja makan, di ruang kerja, di kamar, di toilet, terus mereka lakukan. Bahkan ketika lelah mereka hanya tidur berdampingan tanpa busana. Sungguh itu seminggu yang sempurna bagi Ghea. Di mana ia waktu itu benar-benar bisa mencurahkan rasa cintanya kepada Arci. Ia suka, ia senang, ia ingin mengulang saat itu lagi. Agaknya telah lama menjadi satu-satunya wanita bagi Arci membuat ia yakin, bahwa Arci tak akan pernah meninggalkannya.

"Arci, apakah kamu mencintaiku?" tanya Ghea ketika tubuh mereka sedang menyatu satu sama lain. Arci mengisap puting susu Ghea yang berwarna pink dengan lembut.

Arci mendekatkan wajahnya ke Ghea, lalu melumat bibirnya. "Iya, aku mencintaimu."

"Mencintaiku sampai maut memisahkan kita?"

"Iya"

"Ohh... sayangku, entot aku lagi. Yang keras, aku ingin punya anak darimu," bisik Ghea.

Malam itu Ghea ingat, adalah malam di mana masa suburnya datang. Suaminya menanam saham di dalam rahimnya. Ghea tak ingin lepas dari suaminya mereka lengket seperti perangko. Dan tak perlu ditanya lagi, Ghea pun hamil. Tentunya ada rasa yang aneh di dalam dirinya. Ia hamil. Ia akan menjadi seorang ibu.

Hari-hari sebagai seorang ibu hamil, bisa jadi adalah hari-hari terbahagia dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Arci memberikan dia perhatian yang berlebih. Bahkan total selama dia hamil, ia tak pernah mengurusi pekerjaannya. Semuanya ditinggalkan. Dari mempersiapkan baju, menyiapkan makanan, bersih-bersih rumah semuanya jadi tanggungan Arci. Ghea senang, serasa menjadi ratu diperlakukan seperti itu. Bahkan banyak orang-orang bertanya tentang kehamilannya, sehat ataukah tidak? Berapa berat badannya dan sebagainya.

Ngomong-ngomong soal berat badan, pasti sangat sensitif bagi wanita, tapi Ghea masa bodoh dengan berat badan. Asalkan Arci tetap ada di sampingnya ia pun rela menambah sekitar satu atau lima kilo lagi. Ia sama sekali tak terbebani oleh itu semua. Ghea mulai mengkhawatirkan keadaan janin di dalam kandungannya. Terlebih ketika mulai aktif menendang.

Sentakan-sentakan kecil si mungil yang ada di dalam perutnya membuat ia bahagia. Kadang juga merasa jengkel karena calon jabang bayi ini menendang di saat yang tidak tepat. Terkadang juga bikin dia kaget. Arci yang lebih suka menempelkan pipinya di perut istrinya yang sudah membesar. Sesekali kaki mungil itu muncul membuat tonjolan kecil di permukaan perut mulus Ghea. Ia bahagia ketika Arci mengajak bicara calon anaknya itu.

"Hai kamu di dalam sana. Cewek apa cowok nih?" tanya Arci yang akhirnya sebuah hentakan kecil menendang perut Ghea.

"Dia jawab lho," kata Ghea.

"Oh ya?"

Sekali lagi Ghea tersentak ketika perutnya disentil oleh si jabang bayi. "Duh, makin keras aja."

"Hahahaha, baiklah. Cepat keluar ya nak. Papa nggak sabar ingin gendong kamu," kata Arci. "Makasih ya Ghe, aku mencintaimu."

Ghea melayang. Apalagi yang ingin didapatkan seorang wanita selain ini? Rasanya ia tak butuh apa-apa lagi. Ya, tak butuh apa-apa lagi. Dia ingin sekali bicara, "Arci, plis. Jangan hapus kebahagiaan ini dariku. Aku rela melakukan apapun demi ini. Jangan pergi dariku." Tapi rasanya tak perlu. Wajah bahagia dari lelaki yang dicintainya sudah cukup menunjukkan bahwa Arci bahagia.

Hal yang paling bahagia lagi adalah saat kepala bayi itu muncul. Kemudian bidan memberikan ucapan selamat kepadanya, bayinya laki-laki. Bayi itu bergerak-gerak di atas dadanya mencari puting susu ibunya, lalu minum ASI di sana. Ghea sedikit geli ketika bayi kecil itu masih berbalut dengan air ketuban. Terlebih sekarang ASI pertamanya kini dihisap oleh sang bayi. Arci ada di sampingnya. Air matanya meleleh. Ia terharu melihat perjuangan Ghea. Berkali-kali ia mencium istrinya sambil bersama-sama melihat Alex. Indahnya dunia kala itu. Apa yang bisa ditukar dengan kebahagiaan ini?

Mengurus bayi. Susah. Ghea baru menjadi seorang ibu, ia akan melakukan apapun untuk anaknya. Arci baru saja menjadi seorang ayah, ia juga akan melakukan apapun untuk anaknya. Mulai dari belajar memandikan, belajar memakaikan baju, semuanya mereka lakukan. Mencari artikel tentang tumbuh kembang anak. Ghea, makin jatuh cinta kepada Alex, ia juga makin cinta kepada Arci yang selalu berkorban untuknya.

Ghea mulai berpikir lagi. Kalau Arci tidak ada, apa yang ia punya sekarang? Alex. Iya, Alex.

Ghea masih ingat ketika tangan kecil itu menggenggam jari telunjuknya. Ah, ibu mana yang akan tega menyakiti anak lucu seperti itu? Ghea menyerah. Dia akan melakukan apa saja untuk Alex. Melindungi dia dari semua mara bahaya. Ghea satu-satunya wanita yang dekat dengan Alex. Semenjak Arci sibuk lagi di kantor, dialah yang selalu bermain bersama Alex. Mengajaknya jalan-jalan, menemaninya liburan, Arci kemudian hanya bisa menemaninya kalau senggang. Perhatian Arci ke Alex agak sedikit berkurang. Tapi dia tahu Arci sangat mencintai Alex.

Alex suka memakai baju yang dibelikan oleh papanya. Sebuah baju karakter super hero Sipederman. Dia memakainya hampir seminggu. Ghea harus berusaha membujuk Alex untuk melepaskan baju itu untuk dicuci, tapi dasar anak-anak, susah sekali. Sampai kemudian Arci memberikan tawaran menarik kepada Alex.

"Aku akan membelikan kamu baju super hero lainnya kalau baju ini dicuci dulu," bujuk Arci. Maka Alex menurut. Ghea sampai tertawa melihatnya. Arci mendekat ke Ghea dan membisikkan sesuatu. "Aku baru lihat kamu tertawa sayang, dan aku suka."

Bulu kuduk Ghea merinding mengingat peristiwa itu. Bibir Arci dekat sekali ke lehernya sampai nafasnya bisa berhembus di tengkuknya. Akhirnya Alex ganti baju setelah itu pergi bermain bersama teman-temannya, sedangkan Ghea dan Arci berlanjut beradegan ranjang. Arci menyodoknya dari belakang sambil meremas buah dada Ghea yang lebih besar.

"Cepat sebelum Alex balik lagi!" kata Ghea.

Arci berpacu, keduanya berusaha memberikan kenikmatan puncak. Ghea menggerakkan pantatnya kiri kanan, Arci menyodoknya dan hal ini membuat Arci lebih cepat keluar. Suaminya itu menyemburkan seluruh spermanya ke rahim Ghea. Keduanya melenguh. Arci meremas buah dada Ghea lagi.

"Kalau kamu tersenyum terus setiap ketemu aku, rasanya aku tak tahan lagi ingin menyentuhmu," bisik Arci.

"Maunya, udah sana!" usir Ghea.

Mereka berpagutan setelah itu Arci pergi. Ghea tersenyum sendiri mengingat kejadian itu. Memori indah yang tak akan terlupakan olehnya.

Ghea melihat jalan raya, ia teringat dengan Alex. Semoga babysitternya bisa menjaga Alex ketika dia tidak ada. Dan semoga suaminya perhatian dengan Alex.

"Apapun akan aku lakukan untuk Alex. Aku bisa kehilangan hartaku, papaku, suamiku, bahkan nyawaku sekalipun. Tapi aku tak mau kehilangan Alex," kata Ghea dalam hati.

Inilah tekat seorang ibu. Hanya saja. Ghea tak tahu, Arci tak tahu ketika semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing, sebenarnya ada yang mereka lupakan yaitu Alex. Entah kini dia ada di mana.


oOo


Arci mendapati babysitternya tewas. Wanita itu duduk disofa, dengan mulutnya tersumpal vas bunga yang berasal dari meja di ruang tamunya. Melihat itu Asyifa histeris. Arci segera mengeledah seluruh sisi rumah mencari-cari Alex.

"Alex!? Alex?!" panggilnya, tapi tak ada jawaban.

Arci mulai panik. Dia menelpon ibunya.

"Ibu, Alex di sana?" tanya Arci.

"Nggak, nggak ada," jawab Lian. "Kenapa?"

"Oh, tidak apa-apa," jawab Arci. "Makasih."

Arci kemudian punya satu jawaban. Ia harus menemui Ghea. Ia tak tahu apa yang akan terjadi dengan Ghea ketika disampaikan berita kepada istrinya itu bahwa Alex hilang. Atau Alex diculik. Bisa-bisa Ghea histeris. Tapi, Arci tetap harus mengatakannya. Ghea bukan wanita biasa, setidaknya itu yang ada di pikiran Arci. Dan Arci berpikir secara logika, ia tak pernah bertanya perasaan Ghea, semoga saja salah.

(bersambung.....)

Interesting? Penasaran? Off course. :papi:
This is gonna be rough. Moga agan dan suhu di mari nggak bakal nyesel baca cerita ini nanti.

:ampun: :ampun:
 
ghea kabur dari mobil polisi.. arci ga jadi berhenti jadi boss..

semoga begitu.. :beer:
 
ini rencana rio sebelumnya lahya? Apa ada orang lain?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd