Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT I LOVE YOU HANDSOME part II : REBELION [by Arczre]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Gila ceritanya jadi hardcore gini om ci
Semuanya dibunuh
:ampun: :ampun: :ampun:
 
Hmm....
Coba seh ntar aku tanya2 ama org kepolisian. :D

Bener kalau itu artinya meninggal dunia. Kalau pembunuhan biasa di sandikan dengan angka 6-3 model mirip mirip 86 gan.....kalau 86 kan di mengerti...

Adalagi timor kupang pati yakni TKP...
 
BAB DUA PULUH DUA

3a73a7432362456.jpg

Hari itu adalah hari mencekam berikutnya. Bagaimana mungkin preman biasa bisa menghancurkan mobil panser, meluncurkan roket dan bersenjatakan AK-47? Semuanya tak lain adalah karena pengaruh Mustafa yang telah dibantu oleh orang-orang dari Timur Tengah. Mustafa sangat berambisi untuk menguasai kota, karena ia merasa dirinya adalah bagian dari Habib. Ketika Arci menguasai kota, hal itu membuat dia semakin kecil. Bagaimana mungkin kota yang harusnya dia kuasai malah dikuasai oleh darah Zenedine. Ini sangat tidak masuk akal. Dia iri dan dengki. Ia pun bekerja sama dengan Miller sang ahli strategi.

Ada sesuatu di dalam diri Miller yang membuat ia mau bekerja sama dengan Mustafa. Miller juga menginginkan sesuatu yang Mustafa sampai sekarang tidak mengetahuinya. Kali ini para pasien berhamburan keluar dari gedung rumah sakit, tapi begitu mereka keluar dari rumah sakit, mereka diberondong peluru oleh para gangster yang kini telah mengepung rumah sakit.

Sementara itu di MAPOLRESTA MALANG, pihak kepolisian dikejutkan dengan para polisi yang tiba-tiba saling serang. Orang-orang berpakaian polisi menembaki teman mereka sendiri. Sekarang mereka kebingungan siapa lawan siapa kawan.

Seorang reporter wanita tampak bersama kameramennya melaporkan dari kejauhan.

"Saudara-saudara terjadi kekacauan di Malang. Rumah Sakit Syaiful Anwar disandera oleh sekelompok orang-orang yang tidak dikenal. Mereka bersenjata lengkap dan telah membuat lumpuh jalan protokol. Beberapa pasukan yang berusaha melumpuhkan mereka pun tak berkutik. Pihak kepolisian di MAPOLRESTA MALANG terjadi baku tembak antara anggotanya sendiri. Sampai berita ini diturunkan tidak diketahui jumlah korban. Tadi juga kami sempat melihat sebuah helikopter yang sepertinya dari aparat terjatuh dan menghantam gedung rumah sakit. Kami berharap tidak bertambah lagi korban jiwanya," kata sang reporter.

Di saat sang reporter melaporkan beritanya tampak dari arah yang lain muncul truk-truk pasukan Angkatan Darat. Salah seorang komandannya tampak turun dari truk dan memimpin pasukan. Sang reporter memberi aba-aba agar kameramennya meliput pasukan itu. Mereka bukan pasukan biasa, pasukan elit angkatan darat yang biasa disebut KOSTRAD.

"Kita sekarang dihadapkan pada situasi pelik. Tugas kita menyelamatkan warga sipil yang terkepung di dalam RSUD Syaiful Anwar. Dan kita habisi semua musuh yang kita lihat. Ingat, jangan sampai kita salah sasaran!" kata seorang perwira.

"SIAP KOMANDAN!" seru semuanya.

"Tim Bravo, kalian maju dulu sebagai penyapu ranjau. Tim Alfa kalian sebagai pelindung. Tim Charlie kalian sebagai backup. Pasukan sniper, ambil posisi di gedung terdekat tembak semua target dan lindungi warga sipil!"

"SIAP KOMANDAN!"

"Semuanya bersiap!"

Kemudian para prajurit TNI itu bergerak. Mereka membagi pasukan menjadi empat. Ada lima orang menenteng sniper bergerak menjauh, sedangkan pasukan Bravo bergerak maju menelusuri jalan raya yang sekarang telah disterilkan oleh aparat yang berwajib. Pasukan ini berhati-hati dan di sepanjang jalan mereka lebih banyak merayap di pinggir jalan sambil sembunyi-sembunyi. Beberapa sniper menyebar masuk ke dalam bangunan hotel dan gedung-gedung yang tinggi. Mereka mencoba mencari tempat yang sempurna untuk menembak.

Begitu jarak mereka 1 km dari rumah sakit mereka langsung disambut dengan tembakan-tembakan. Pertempuran sengit pun tak terelakkan. Para prajurit TNI berlindung dengan apa saja. Terlebih senjata musuh adalah AK-47 yang bisa menembus rompi anti peluru. Mereka semua saling serang, saling tembak. Tapi sepertinya pertahanan musuh lebih kuat.

"Komandan, sepertinya mereka cukup kuat. Kita tak berhasil mendesak mereka!" ujar salah seorang prajurit dari tim Bravo.

"Kita tak bisa bertindak gegabah. Bagaimana tim sniper?" tanya komandan.

"Kami tak bisa melihat dengan jelas. Mereka cukup cerdik dengan membakar ban di jalan, sehingga pandangan kami tak bebas," ujar salah satu pasukan sniper lewat radio.

"Tetap berusaha menekan, aku yakin mereka tak akan selamanya di sana!"

"Siap!"


oOo


Arci, Komisaris Basuki dan Rio kini berada di sebuah lorong yang sepi. Mereka telah lolos dari serangan para gengster, sekarang mereka tak tahu harus kemana lagi. Keluar mungkin salah satu cara yang tepat tapi menyelamatkan orang-orang yang tidak bersalah di dalam rumah sakit ini juga adalah kewajiban. Terutama bagi Komisaris Basuki. Ia kehabisan peluru dan sialnya ia tak membawa cadangan.

"Sekarang sepertinya kita tak bisa keluar dari tempat ini dengan selamat," ujar Komisaris Basuki.

"Anda tak perlu khawatir," kata Arci.

"Maksudmu?"

"Orang-orangku akan datang menolong. Kita cuma butuh waktu saja. Yang jelas sekarang siapa musuh kita, dia adalah Mustafa dan Ryuji. Motif Ryuji dia ingin menghabisiku dan keluargaku, sedangkan Mustafa dia lebih ingin mengambil posisiku sekarang," jelas Arci. "Itulah sebabnya kekacauan ini ada. Dan besar kemungkinan di antara keduanya tahu di mana anakku berada."

"NGIIIIIINNGGG!" terdengar lengkingan suara speaker.

Mereka bertiga langsung menoleh ke arah speaker yang terpasang hampir di semua sudut ruangan.

"Selamat siang semuanya," terdengar sebuah suara di speaker itu. "Hari ini adalah hari tersial bagi kalian semua mungkin, tapi tenang saja. Kalian tak akan kenapa-napa, para pasien, para dokter, para perawat kalian tak akan kami apa-apakan. Hanya saja, kita akan melakukan permainan. Di rumah sakit ini tentu saja ada Si Raja Preman. Big Boss katanya. Aku ingin siapa saja yang melihatnya bunuh dia dan seret mayatnya ke atas gedung. Kalau tidak, maka setiap lima menit nyawa orang tak bersalah akan aku habisi."

"What the fuck!" umpat Arci.

"Jadi, buat Arci kalau kamu tak ingin semua nyawa orang tak berdosa ini tewas di tanganku, kamu harus menembak kepalamu sendiri di hadapan orang-orangku. Kalau tidak..... DORR!" terdengar suara pistol ditembakkan. "Seperti orang yang baru saja aku tembak. Dia mati. Dan waktu kamu cuma satu jam dari sekarang. Ingat waktu tetap bergerak."

"Dia ada di rumah sakit ini?" gumam Rio.

"Mustafa telah merencanakan semuanya. Ia tahu kalau aku akan datang ke rumah sakit ini," kata Arci. "Komisaris, ikut?"

Polisi itu menghela nafas. Ia tak pernah menyangka akan seperti ini akhirnya. Dia menyimpan revolvernya, kemudian mengambil sebilah pisau yang ada di pinggangnya. "Kamu kira aku punya pilihan lain? Aku akan tangkap keparat itu."

"Kalian tak merasa aneh?" tanya Rio.

"Aneh kenapa?" Arci balik bertanya.

"Kenapa Mustafa ada di tempat ini? Dan siaran itu, bukannya itu dari salah satu ruangan di rumah sakit? Dan dia pasti melihat kita sekarang," kata Rio sambil menunjuk ke sebuah kamera CCTV.

"Kamu benar, dia tidak berada di vilanya. Dia ada di tempat ini sejak pertama kali dan sudah mempersiapkan semuanya. Dia memang sengaja menggunakan para pasien di rumah sakit ini sebagai tameng," ujar Arci.

"Rumah sakit ini milik pemerintah, untuk bisa menguasai rumah sakit ini berarti butuh orang dalam yang bisa berhubungan dengan Mustafa, tapi siapa?"

Arci mengangkat tangan. "Aku tak tahu. Tapi yang aku tahu kalau kita tetap di sini, akan banyak korban yang berjatuhan."

"Kau benar, ayo!?" ajak Rio.

Arci mengacungkan jari tengah ke kamera CCTV. Setelah itu ia bergegas pergi. Tujuannya, jelas naik tangga atau lift. Namun ketika mereka melewati lift tampak benda itu tak berfungsi. Mungkin sengaja dimatikan. Akhirnya Arci dan yang lain menuju ke tangga. Sesaat ketika mereka akan ke tangga, tampak di depan mereka sudah ada orang-orang suruhan Mustafa dan Ryuji. Mereka menghadang. Jumlahnya cukup banyak. Arci sudah terlatih untuk bertarung dengan orang-orang sebanyak ini, tapi tidak tahu untuk Rio dan Komisaris Basuki.

Arci sudah siap memegang dua kapak di kedua tangannya. Rio juga sudah siap dengan pemukul bat-nya. Tak ketinggalan komisaris Basuki juga sudah siap dengan belati di tangannya. Tentu saja mereka bertiga sudah tahu apa resikonya, mereka akan terluka atau yang terparah bakal mati.

"Arci, kalau aku tewas hari ini jaga mamaku!" ujar Rio.

"Jaga sendiri saja, aku saja capek menjaga istriku sendiri," kata Arci.

"Brengsek kau!"

Arci tersenyum. "Kita tak akan apa-apa, selama kamu menyerang, mereka tak akan berani menyentuhmu."

"The best defence is attack!" ujar Komisaris Basuki.

"Kalau aku tewas sekarang, kalian bisa mencari Alex untukku?" tanya Arci.

"Cari saja sendiri!" kata Rio dan Komisaris Basuki secara bersamaan.

Ketiganya tertawa.

Rio bergumam, "Kamu kenapa tak memakai katana itu?" Rio menunjuk ke katana yang ada di pinggang Arci.

"Karena sang pemiliknya sebentar lagi datang ke sini," jawab Arci.

Rio tak mengerti maksudnya. Tentu saja ia tak mengerti. Katana hitam buatan masamune ini adalah pedang kesayangan Ghea. Dan Arci punya firasat Ghea akan bersama lagi dengannya, sebagaimana yang telah mereka lakukan satu dekade yang lalu.

"Kalian siap?" tanya Arci.

"Bring it on!" kata Rio.

Seketika itu ketiga orang yang bertemu di saat yang genting ini pun berlari menerjang kerumunan para gengster yang menghadang mereka. Orang-orang suruhan itu juga maju. Kedua kelompok pun bentrok. Rio memukul-mukul bat-nya dengan membabi buta. Para tukang pukul itu mundur untuk menghindari sabetan bat milik Rio. Arci lebih jauh maju setelah berhasil melukai beberapa orang dengan kedua kapaknya. Komisaris Basuki dengan lihat memainkan belatinya. Lumayan untuk pria yang sudah udzur.

Arci mulai menyentuh tangga, sementara dia harus berjibaku menyabetkan kedua kapaknya kiri kanan, terkadang pertahanannya terbuka sehingga seseorang berhasil menyabet punggungnya. Tapi Arci segera membalasnya dan sebuah sabetan kapak berhasil membelah dadanya. Arci memutar-mutarkan kedua kapaknya dan membuat sebuah gerakan indah, gesit dan cepat. Orang-orang bahkan tak berani mendekat. Sekali mendekat mereka langsung terkena sabetannya, seorang tukang pukul mendekat dengan katananya tapi dengan mudah Arci menghantam katana itu dan membuatnya terlepas dari tangan tuannya, karena tertegun sang tukang pukul terkena bagian tajam dari kapak, tepat mengenai dagunya, hingga mulut dan dagunya terbelah. Arci kemudian menendangnya hingga ia terjun ke bawah.

Rio mengikuti Arci dari belakang dan mulai mengejar Arci. Demikian juga Komisaris Basuki yang berkelahi dengan orang-orang yang lain. Ia cukup kewalahan ketiga golok-golok menyabetnya, lengannya terkena sabetan tapi ia terus menuju ke tangga menyusul Arci dan Rio. Sementara itu para tukang pukul masih mengerumuni mereka seperti semut. Perkelahian ini sangat seru, sebagaimana Arci yang telah dilatih oleh raja Preman sebelumnya, dia bisa bertahan bahkan terus mendesak sampai ke atas. Sabet kanan, sabet kiri, kapaknya seolah-olah benar-benar membutuhkan mangsa. Beberapa tukang pukul jatuh dari atas setelah terkena serangan Arci. Rio juga demikian, tongkat bat-nya telah menelan banyak korban. Dan hasilnya sudah dipastikan orang sebanyak itu tadi yang mengeroyok tiga orang ini harus mundur ke atas. Mereka sendiri kalang kabut.

Arci, Rio dan Komisaris Basuki tampak ngos-ngosan melihat orang-orang Mustafa menjauh. Darah mengalir dari luka-luka mereka. Khususnya punggung dan bahu. Tapi Arci tak peduli. Ia pernah merasakan rasa sakit seperti ini. Perjalanan ke atas lagi masih jauh dan di lantai ini mereka melihat orang-orang pergi dan tersisa seseorang. Orang ini memakai ikat kepala hitam. Badannya gempal dan di kedua tangannya terdapat nuchaku. Arci akan maju tapi Rio mencegahnya.

"Dia bagianku, kamu ke atas saja!" ujar Rio.

"Kamu yakin?" tanya Arci.

"Yakin sekali," jawab Rio.

Arci kemudian meninggalkan Rio dan naik ke tangga disusul Komisaris Basuki. Rio berjalan mendekat ke orang yang membawa nuchaku. Baginya ini perkelahian yang menarik, dia tahu pasti lawannya bukan orang sembarangan, tapi dia nekad untuk melakukannya. Rio ada alasan melakukan ini semua. Ia sebenarnya tak ingin terlibat dalam perang antar gangster, tapi apabila ini sudah menyangkut mama-nya, maka ia akan melakukan apa saja.

"Namaku Yami," pria pembawa nuchaku memberi hormat.

"Aku Rio," jawab Rio.

"Jadi kamu lawanku?"

"Ya, aku lawanmu."

Yami kemudian perlahan-lahan memainkan nuchakunya. Ia memutar-mutar double stick itu seperti Bruce Lee. Rio sempat tertegun dengan kemampuan Yami, tapi soal stick... punya dia lebih besar, panjang dan lebih powerfull tentu saja. Sekali pun begitu ia spekulasi akan bisa menjatuhkan Yami dengan mudah.


oOo


Arci dan Komisaris Basuki naik ke lantai atas. Di lantai atas ini, sepi. Karena sangat lengang mereka pun mencoba naik lagi ke lantai atas, namun dari tangga turun seseorang membawa pisau. Bajunya hitam, dengan celana baggy dan sepatu boot seperti militer. Dia memakai kacamata hitam. Dia memainkan pisaunya, memutar-mutar kiri dan kanan.

"No no no boys, nobody can pass trough!" katanya.

Arci dan komisaris Basuki berpandangan. Mereka berdua mundur. Orang yang menjadi lawan mereka berjalan dengan santai maju hingga mereka bertiga berada di tengah lorong.

"Arci, sang raja preman. Bayaranmu cukup mahal. Untuk kepalamu dihargai 500 juta," kata orang itu.

"Kamu siapa?" tanya Arci.

"Aku seorang mercenery. Sebut saja namaku Joe," ujarnya.

Arci membuka tangannya ia sudah bersiap untuk menyerang Joe, tapi Komisaris Basuki melangkah ke depan. "Pergilah, dia bagianku."

"Hmm?? Satu orang? Yakin?" tanya Joe.

Arci menurunkan kapaknya. "Baiklah, kalau itu kemauanmu. Jangan mati ndan!"

Komisaris hanya tersenyum sinis. Arci melewati Joe kemudian naik ke tangga. Arci terus melangkah naik, ia masih merasakan nyeri di punggungnya akibat sabetan pedang dan golok. Dia sekarang tinggal satu lagi naik ke anak tangga berikutnya untuk sampai di atap. Di lantai ini ia melihat seseorang sedang duduk di tengah lorong. Arci tak mengenalnya. Dia seorang berperawakan ramping, ia memakai jas abu-abu dan kemeja warna biru laut. Rambutnya sedikit cepak. Orang ini adalah Miller.

"Hello, Arci Zenedine," sapa Miller.

"Siapa kamu?" tanya Arci.

"Ah iya, kita belum berkenalan. Namaku Miller. Aku adalah mastermind dari kekacauan ini. Mustafa memintaku, karena permintaannya menarik maka aku menyanggupinya," jawab Miller.

DOR! terdengar suara tembakan di atas.

"Ah, satu korban lagi tewas," ujar Miller.

"Apa maumu sekarang?"

"Tentu saja menghalangimu untuk ke atas. Tinggal selangkah lagi kamu akan dibantai."

"Oleh siapa? Kamu?"

"Bukan, tapi oleh mereka!" Miller memberikan aba-aba. Seketika dari dalam ruang-ruang kamar yang ada di lorong muncul orang-orang berpakaian hitam ala ninja dengan bersenjatakan katana. "Ryuji meminjamkan aset terbaik dari Tanaka Yoshida. Pasukan Ninjanya."

Arci tersenyum sinis. "Oh ya? Yang benar saja"


oOo


Sementara itu pasukan TNI Angkatan Darat sedang berusaha menerobos pertahanan bandit-bandit bersenjatakan AK-47. Mereka cukup kewalahan. Pasukan Bravo dan Alpha tak mampu untuk bisa menembus pertahanan musuh.

"Pak, kalau kita begini terus, kita tak akan bisa bergerak!" ujar salah satu prajurit.

Peluru-peluru tetap berhamburan ke sana kemari. Mereka masih bertahan di balik tembok dan bersembunyi di antara mobil-mobil yang terparkir.

JREG! JREG! JREG!

"SERBUUUU!" terdengar teriakan seseorang.

Para prajurit TNI AD yang mendengar itu sempat kaget. Dari belakang mereka tampak orang-orang membawa besi-besi bekas seperti tameng maju berlari. Jumlah mereka sangat banyak, ribuan. Mereka adalah para preman yang masih loyal kepada Big Boss. Di antara mereka ada Janten yang berada di depan membawa pelindung dari besi-besi bekas. Ada juga dari pintu-pintu mobil. Sebagian mendorong sebuah mobil untuk berlindung dari tembakan AK-47.

"TAWUUUUURRRR!" seru yang lain.

"Ayo ayo ayo! Ikuti mereka!" seru pemimpin regu.

Para prajurit TNI AD pun segera berbaur dengan para preman. Ironis memang, kini para preman bahu-membahu dengan aparat untuk menghantam kekuatan musuh yang ada di depan mereka. Ketika melihat kekuatan masa yang besar para anak buah Mustafa dan Ryuji pun bergabung, mereka mengeluarkan senjata mereka masing-masing. Ada golok, parang, katana, tongkat, linggis, rantai apapun mereka bawa.

Sesaat kemudian bertemulah dua pasukan besar. Mereka saling serang, saling bunuh, saling hantam, saling pukul. Ribuan preman ini kini berusaha menyerbu ke rumah sakit di mana Arci berada.

"Komandan, para preman mulai maju. Mereka bertempur satu sama lain. Kami mulai masuk," ujar pemimpin tim Bravo.

"Roger!"

Hari itu kembali menjadi hari kekacauan yang dulu pernah terjadi. Tapi kali ini berbeda. Kali ini kekuatan kedua kubu punya maksud dan tujuan yang berbeda. Satu untuk menghadang siapapun mendekat ke Rumah Sakit. Yang satu harus bisa membuka jalan ke rumah sakit. Mereka semuanya bertempur satu sama lain, mereka sudah tak peduli lagi apa yang akan terjadi dengan tubuh mereka. Mereka saling bantai, saling serang. Darah mengalir, jeritan dan jeritan membahana sebagian orang bahkan kabur karena tak menyangka akan terjadi perang seperti ini. Yang kabur di kejar kemudian dibunuh di tempat.


oOo


Yami bermain-main dengan nuchakunya, sebelum kemudian dia mengayunkannya ke arah Rio. Rio menahan serangannya, kemudian dia menyerangnya dengan ayunan tongkat bat.

WWHUUUTT!

Serangan-serangannya bisa di hindari. Rio agak kesulitan untuk bisa bergerak di lorong yang sempit. Beberapa kali tongkat batnya membentur tembok, hal itu dimanfaatkan oleh Yami untuk menyerang. Akibatnya, lengan, bahu dan kepalanya terkena pukulan cepat dari nuchaku Yami. Rasa nyeri yang dirasakan Rio membuat dia menggosok-gosok tempat di mana Yami mengenainya tadi.

"Sakit sakit sakit!" gerutu Rio.

"Hahahaha, cuma segitu?" tanya Yami.

"Fuck!" Rio kembali menerjang Yami. Dia mengayun-ayunkan tongkat batnya. Yami bisa menghindar dan dengan nuchakunya, ia bisa mengarahkannya ke kaki Rio. Akibatnya kembali Rio mengaduh, karena kali ini kayu dari nuchaku itu menghantam tulag keringnya. Siapapun yang terkena tulang keringnya pasti akan merasa sakit.

Rio kembali menyerang dengan tidak menghiraukan rass sakitnya. Kembali tongkat bat itu mengayun dengan cepat. Tapi secepat-cepatnya Rio mengayun masih saja bisa dihinari oleh Yami dan dengan cepat Yami bisa memberikan serangan kepada Rio. Kemudian Yami menusuk ujung nuchakunya ke perut Rio sebelah kiri. Tepat di lambungnya. Rio langsung lemas, telak sekali serangan dari Yami. Ia mengangkat tangannya.

"Sebentar! Sebentar!" kata Rio.

Yami tersenyum, "Hahaha, aku punya banyak waktu, santai saja."

Rio meletakkan tongkat batnya. Rasanya tongkat itu makin berat. Bagaimana caranya mengalahkan orang yang selincah Yami? Rio harus mengurangi beban yang ada pada tubuhnya. Karena Yami bisa bergerak lincah dengan senjata nuchakunya, yang pasti ia juga harusnya bisa. Rio pun bergumam, "Bagaimana kalau tangan kosong?"

TAP! TAP! TAP! Terdengar suara langkah ki di belakangnya. Rio menoleh ke arah itu. Tampak seorang wanita sedang berjalan naik ke tangga.

"Ghea?!" Rio menyapanya.

Ghea tak menoleh, ia terus menaiki tangga menuju ke atas. Yami dan Rio saling berpadangan. Kemudian Yami hampir saja berlari untuk mengejar Ghea tapi Rio menghalanginya dengan tendangan berputar. Karena terkejut Yami lengah dan tendangan itu mengenai dadanya. Yami tersungkur.

Ghea terus menaiki anak tangga. Dia sampai di lantai di mana komisaris Basuki dan Joe saling berhadapan. Komisaris Basuki tampak juga kaget ketika Ghea melintasi dirinya dan Joe, kemudian naik ke tangga. Tapi komisaris Basuki tak mempedulikannya, dalam keadaan yang seperti ini nyawa orang-orang yang tidak berdosa lebih penting. Dan kemudian keduanya pun terlibat pertarungan pisau.

Madam terus naik hingga ia sampai di lantai di mana Arci berada. Miller terkejut melihat Ghea. Arci menoleh ke arah istrinya yang baru saja datang. Dia kemudian mengambil katana yang ada di pinggangnya kemudian melemparkannya kepada Madam. Ghea menangkapnya dengan mantab. Matanya menyapu ke arah para ninja yang berjejer di belakang Miller.

"Bagus sekali, kita ketambahan peserta. Apa kabar Ghea?!" sapa Miller.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Arci.

"Never better," jawab Ghea. "Katakan kepadaku di mana Alex!"

"Wow, wow, wow, tunggu dulu!? Kamu kira aku yang membawa anakmu? Tidak, salah besar!" kata Miller. "Aku tidak ada urusan dengan Alex. Kamu bisa tanya langsung kepada Mustafa atau Ryuji. Mumpung kamu juga ada di sini, sekalian aku ingin memberitahu sesuatu kepadamu Ghea. Alasan kenapa aku menerima tugas ini."

"Kau kira aku peduli?" tanya Ghea.

"Ya, seharusnya. Kamu masih ingat ketika melakukan pelatihan SAS di mana kamu mengebiri salah satu prajuritnya? Dia adalah saudaraku. Aku kemari ingin sekali menghancurkan kehidupanmu sebagaimana kamu telah menghancurkan kehidupan kakakku. Nama John Bastow, mungkin tak berharga bagimu, tapi dia adalah kakakku satu-satunya. Dan aku rela menerima tugas ini karena aku tahu Arci Zenedine adalah suami dari Ghea Zenedine."

"Sekali lagi, kau kira aku peduli?" lanjut Ghea.

Arci dan Ghea berhadapan kemudian keduanya berciuman sejenak. "Damn, I missed you so much!" kata Arci sambil mengusap pipi Ghea.

"Sama seperti waktu dulu?" tanya Ghea.

"Yeah, like the old times," jawab Arci.

"Ah, fuck. Bunuh mereka!" ujar Miller yang benci ia tak pernah dianggap.

Sepuluh orang pasukan ninja itu segera menyerbu ke arah Arci dan Ghea. Kedua suami istri ini pun tak tinggal diam dan mereka telah bersiap. Ghea melepaskan sarun katananya dan maju bersama Arci dengan kedua bilah kapaknya. Pertarungan pun tak bisa dihindari lagi sekarang. Mungkin hanya mereka yang benar-benar kuat saja yang sanggup bertahan dari kegilaan ini.

oOo

Rio bergerak lincah dengan tendangannya. Kali ini tendangannya selalu mengenai Yami. Saat Yami terkena tendangan di perutnya, Rio mendekat dan mencoba merebut nuchaku dari tangan lawannya. Rio menyikut perut Yami dan saat Yami mundur, ia tambahkan tendangan. Yami terdorong ke belakang. Double stick di tangan Yami terjatuh, Rio segera mengambilnya.

"Aku akan mengajarkanmu cara menggunakan nuchaku dengan benar!" kata Rio.

Dia lalu memutar-mutar nuchakunya dengan cepat. Gerakan lincahnya sama seperti Bruce Lee memainkan senjata itu. Yami berdiri dengan susah payah, Rio kemudian maju dan memberikan hadiah beberapa pukulan di perut, wajah, lutut, kemudian nuchakunya menghantam wajah Yami berkali-kali. Sebuah tendangan keras mendorong tubuh Yami menghantamnya hingga ia ambruk ke tanah. Belum cukup, Rio menghadiahinya lagi dengan tumit yang menekan perutnya. Yami mengerang kesakitan. Dia kemudian di akhiri dengan hantaman nuchaku dengan keras.

DHUEESS! Yami pun tak sadarkan diri.

Rio lalu berdiri, ia kemudian beringsut ke dinding dan bersandar. Ia kelelahan setelah tadi harus berjibaku dengan banyak orang lalu bertarung dengan Yami. Yah, ia tak ada pengalaman dikeroyok, semua pertarungannya selama ini one on one. Ternyata pertarungan dikeroyok itu sangat melelahkan. Ia mengambil nafas sebentar, mengumpulkan energinya baru setelah itu ia akan ke atas. Setidaknya kegilaan ini akan segera berakhir. Tapi sebentar biarkan aku mengambil nafas dulu, batin Rio.

oOo

Sebagai salah satu orang yang sudah terlatih memainkan pisau, maka Komisaris Basuki tak akan ragu untuk sekedar menyabetkan pisaunya kepada Joe. Keduanya benar-benar bertarung dengan pisau. Hanya saja Joe lebih tangguh dari dugaannya. Polisi ini beberapa kali terkena sayatan pisau Joe. Seperti sekarang Joe berhasil melukainya, sedangkan dia hanya berusaha menghindar, tapi sia-sia, baju coklat yang dikenakannya robek dan mengalirkan darah dari lukanya.

Joe menyerang lagi dan kali ini terjadi pertempuran jarak dekat, Joe mencoba menusuk sang polisi. Komisaris Basuki menahan pisau lawannya. Kemudian dia menyerang Joe dari jarak dekat dengan tusukan pisau, tapi Joe bisa berkelit dan kini mengunci leher sang polisi. Komisaris Basuki menahan pisau yang akan ditusukkan Joe ke matanya. Kaki Komisaris Basuki di masukkan ke dalam kaki Joe, kemudian ia memundurkan kepalanya hingga sejajar dengan Joe. Hal itu membuat tubuh Joe tak seimbang, kekuatan tangannya mengendur karena kakinya sekarang didorong ke depan oleh Komisaris Basuki, sehingga ia hampir saja jatuh ke belakang. Joe bergerak mundur.

Komisaris Basuki memutar pisaunya sehingga mata pisaunya kini menunjuk ke Joe, kemudian dengan cepat menyergap sang Mercenery, tapi tentara bayaran itu tak tinggal diam. Tahu dirinya akan diserang Joe berguling ke belakang. Komisaris Basuki terus mencoba mendekat dan keduanya kini saling memegangi baju masing-masing. Di depan keduanya ada sebuah pintu terbuat dari kaca yang cukup tebal.

DUNGG! benturan keduanya membuat terpental. Kedua pisau mereka jatuh. Komisaris Basuki kemudian bergulat dengan Joe. Tenaga sang polisi cukup kuat, walaupun usianya sudah tak bisa dibilang muda. Joe berusaha mengunci sang polisi, tapi Komisaris Basuki tahu bagaimana lolos dari kuncian. Akhirnya Joe lebih memilih untuk membanting sang polisi. Dengan tenaga besarnya ia melempar Komisaris Basuki hingga menghantam sebuah pintau kamar pasien hingga pintu itu jebol.

Komisaris Basuki mengerang ketika ia jatuh dengan posisi yang sangat tidak enak. Pinggangnya terkena handle pintu. Joe kemudian hampir saja menginjak dengan sepatu bootnya kalau saja polisi ini tidak cepat refleknya. Dia berguling, kemudian berdiri. Komisaris Basuki baru menyadari dia di dalam kamar pasien. Ada seorang pasien yang tampaknya tertidur. Dia harus keluar dari kamar ini, tapi sepertinya Joe tak peduli, ia langsung menerkam Komisaris Basuki hingga menghantam meja. Mereka berdua terjun bebas dan membuat meja yang terbuat dari kaca itu pecah. Kemudian Komisaris Basuki dilempar lagi hingga menghantam lemari.

Komisaris Basuki berdiri dengan susah payah. Ia mengambil pecahan kaca dari meja yang juga hancur karena bantingan dari Joe. Saat Joe mendekat, Komisaris Basuki menancapkan kaca itu ke leher Joe. Joe cukup terkejut, karena tak melihat sang polisi mengambil beling itu. Ia memegangi kaca itu dan menariknya dari leher. Darah langsung muncrat seperti air mancur. Joe mengerang. Kesempatan ini tak disia-siakan oleh Komisaris Basuki. Ia kemudian mendorong Joe hingga menghantam jendela yang ada di kamar pasien. Maksud hati dia ingin agar Joe terdorong ke jendela itu hingga jatuh dari atas. Tapi sepertinya butuh dorongan. Joe masih berusaha menutupi darah yang mengalir dari lehernya. Komisaris Basuki melihat pemadam kebaran di tembok, ia mengambilnya lalu dengan cepat menghantamkannya ke kepala Joe. Lalu dia menendang Joe dengan kedua kakinya sehingga beban Joe makin berat membuatnya terdorong di kaca jendela. Kaca jendela remuk dan pecah, Joe kemudian terjun bebas ke bawah.

BRUUKK! Tamatlah riwayatnya.

Nafas Komisaris Basuki terengah-engah. Ia tak pernah merasakan begini capeknya bertarung. Ia kemudian menoleh ke arah pasien yang sedang tidur. Untunglah tak terjadi apa-apa dengan pasien ini, pikirnya. Polisi ini kemudian duduk di sofa yang ada di kamar itu. Sambil sesekali ia meringis menahan sakit karena luka di tubuhnya.

o o o bersambung o o o
 
Terakhir diubah:
....:baca:
'
'​


maap bang abons.... ane udah ada di rumah sakit ini sebelum ledakan terjadi hihihihihi:lol:
|
|
|​
 
Terakhir diubah:
pertamax gak ya?

____________________=____________
ah.. sial.. padahal tadi masih gak ada orang! :galak: :hua:
 
Jadi inget film crow zero 2 pas pertempuran suzuran vs housen

Detail pertempurannya digambarkan jelas banget suhu, serasa nonton film.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Makin seru aja neh..

Kopassus.. Mana kopassus? Malang rusuh neh..

Waktu Arci, kumendan dan Rio mw mulai perang, harusnya teriak 'COWABUNGA!' Pas tuh.. :D
 
Nice :beer:

BTW dibagian mana Ghea bisa tahu Alex diculik ya? Bukannya dia lg dikurung dan lom tahu perkembangan hari itu???
 
Bimabet
Ilustrasi diawal updatenya keren,, :jempol:

Habis ini ke Dr.King dulu kah? Uda kelamaan ketinggalan di Dr. nya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd