Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT I LOVE YOU HANDSOME part II : REBELION [by Arczre]

Status
Please reply by conversation.
Waktu Malang masih pagi. :p
Ini aja baru bangun tidur. :p
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
salah satu tokoh dari Samurai X kesukaan ane kalo bertarung..Saito Hajime
 
BAB DUA PULUH EMPAT


Asyifa melihat berita tentang kekacauan yang terjadi di Rumah Sakit Syaiful Anwar. Hal itu membuat dia cemas. Apa yang terjadi dengan suaminya nanti? Dia tahu bahwa suaminya ada di sana, karena tadi dia ingin menjenguk ibunya yang tewas karena dibunuh oleh orang-orang tak dikenal.

Dia kemudian bermaksud untuk menelpon Arci, tetapi ada sesuatu yang menggelitiknya. Ponsel Diva. Asyifa mencoba menghubungi Diva tapi tak diangkat. Aktif tapi tak diangkat. Berkali-kali ia mencoba untuk menelpon Diva tapi tetap sama, tersambung tapi tak diangkat. Asyifa pun mulai khawatir. Apakah terjadi sesuatu dengan Diva? Dia pun berpikir yang aneh-aneh, jangan-jangan Diva ikut di dalam kerusuhan itu. Tidak, mungkin. Menurut Asyifa Diva tidak menyukai hal-hal seperti itu, buat apa ia membahayakan dirinya sendiri? Itu tidak masuk akal.

Asyifa menghela nafas. Dia mengambil ponselnya dan tangannya terhenti ketika melihat ponsel Diva yang dititipkan kepadanya. Ia penasaran, kenapa ponsel itu dititipkan kepadanya. Apa isinya? Asyifa kemudian menghidupkan ponsel milik Diva. Ponsel tanpa kartu SIM itu kemudian dibedah isinya. Ada sesuatu yang menggelitik Asyifa. Dia pun membuka folder penyimpanan. Ada video. Asyifa melihat videonya, ternyata video mesum Diva dengan kliennya. Asyifa buru-buru mematikannya. Dia meletakkan ponsel itu. Ia bingung mau melihat atau tidak. Akhirnya ia mengambil ponsel itu lagi dan memeriksa file lainnya. Ada audio. Di audio inilah ada sebuah file yang ia penasaran. Karena file ini satu-satunya yang ada di folder audio. Dia pun memainkannya.

"Mustafa..., mana Miller?!"

"Ah, dia sedang menggarap cewek itu, ada apa Ryuji?"

"Tampaknya kita harus mulai sekarang."

"Aku sudah siap."

"Rio datang dan sepertinya dia sangat benci kepada adik iparnya. Dia sekarang bekerja sama dengan polisi."

"Baguslah, jadi kita tak perlu kerja dua kali."

"Kamu punya rencana untuk berhadapan dengan Arci bukan? Aku punya rencana untuk keluarganya."

"Haruskah seperti itu?"

"Harus benar-benar selesai. Aku tak mau hanya sampai di sini saja kita melakukan ini. Aku sama sekali tak mau. Harus tuntas."

"Aku tak mau ikut-ikut soal itu."

"Kamu tak perlu khawatir. Aku sudah siapkan rencana yang sedikit licik."

"Ah, masa bodoh. Itu urusanmu. Aku mau ke kamar dulu. Rugi aku udah bayar banyak untuk cewek ini."

"Siapa namanya?"

"Diva. Highclass."

"Boleh ikut?"

"In your dreams. Kamu sudah dapat Bianca, masih ngincer ini?"

"Hahahaha, terus terang aku pura-pura tidak kenal dengan dirimu waktu itu sungguh tidak enak."

"Sudahlah, aku pergi dulu. Nikmati segala yang kamu mau di sini."

"Ya, tenang saja. Aku juga ingin kembali."

"Baiklah kalau begitu..."

"...."

"...."

"...."

"Halo? Dr. King? Tanaka Yoshida ingin kamu membayar apa yang dulu kami berikan kepadamu. Aku punya tugas untukmu. Aku tahu kamu sangat suka dengan organ manusia, terutama anak-anak. Aku akan berikan kamu alamat, culik anak itu, bunuh siapapun yang mengganggumu dan...aku ingin agar kamu melakukannya tanpa meninggalkan jejak. Seperti sebelumnya...."

"...."

"Ya, tentu saja. Lakukan tanpa membuat kecurigaan."

"...."

"Aku akan kirimkan foto anak itu."


Asyifa kaget. Dia benar-benar tak menyangka apa yang baru saja didengarnya. Ia segera mengambil ponselnya dan menelpon suaminya.

"Ya?" sapa Arci.

"Mas,...a...aku, aku...," Asyifa tergagap.

"Ada apa? Katakanlah!"

"A-aku baru saja .... melihat file di dalam ponsel Diva... aku tahu siapa yang membawa Alex."

"Apa? Kamu tahu?"

"Coba dengarkan!"

Asyifa memainkan ponsel milik Diva dekat ke ponselnya. Arci mendengarkan seksama sampai rekamannya habis. Setelah itu Asyifa bicara "Kamu dengar? Kemungkinan Ryuji yang mengetahui di mana Alex berada! Mas, mas ada di mana sekarang?"

TUUT! TUUT! TTUUT! Arci menutup teleponnya.

Asyifa khawatir sekarang apa yang terjadi dengan suaminya. Belum sempat Asyifa mengambil nafas dan ingin menelpon suaminya kembali tiba-tiba dia dikejutkan dengan sesuatu.

BRAAAKK!

Pintu terbuka beberapa orang masuk. Jeritan-jeritan terdengar. Anak buah Ryuji masuk kemudian Asyifa yang ada di sana kaget. Ryuji masuk ke dalam Panti Asuhan.

"Mau apa kalian?" tanya Asyifa.

"Ingin mengambil sesuatu yang berharga," jawab Ryuji. Dia memukul ulu hati Asyifa hingga ia tak bisa bernafas. Asyifa pandangannya langsung kabur dan ia pun pingsan. Ryuji langsung membawa Asyifa.

Kejadian itu sangat cepat. Bahkan para penghuni Panti Asuhan hanya bisa melihat saja tanpa bisa berbuat apa-apa.


oOo


Tak hanya Alex yang diculik, ternyata Asyifa juga. Setelah kekacuan hari itu Arci dihubungi oleh pihak Panti Asuhan kalau Asyifa diculik. Ryuji masuk ke dalam panti Asuhan dan menculik Asyifa tanpa adanya perlawanan. Ryuji berhasil menculik Asyifa dan sekarang tak tahu ada di mana rimbanya.

Ghea tampak merenung. Dia berada di kamarnya, memandangi cermin. Seminggu yang lalu ia berada di rumah tahanan, tapi sekarang ia sudah ada di rumah. Komisaris Basuki membebaskannya dengan alasan "Tak ada bukti" tapi sebenarnya bukan itu. Dia menganggap urusan dia dan Ghea impas karena Arci. Mereka telah melumpuhkan teroris yang membuat kota ini jadi berantakan. Paling tidak sang preman dapat balas jasa dan Arci meminta istrinya untuk kembali.

Selama seminggu tidak ada kabar dari Alex membuat hati Ghea gundah. "Aku tak bisa hidup tanpa Alex" itulah yang selalu ada di pikiran Ghea. Sudah seminggu ini pula Ghea tak nafsu makan. Kantung matanya terlihat, ia tak pernah menyentuh make-up, rambutnya tak pernah disisir. Kondisi yang mengerikan ini membuat Arci tak tahu harus bagaimana.

"Ghe, kamu harus makan!" kata Arci.

Ghea menggeleng.

"Ayolah, kamu sudah tiga hari ini tak menyentuh makanan sama sekali," kata Arci membujuk Ghea.

"Alex, aku ingin Alex," kata Ghea.

"Kita masih berusaha. Ryuji harus ditemukan," kata Arci. "Semuanya dikerahkan untuk mencari Alex, fotonya sudah disebar di seluruh penjuru kota. Pasti akan ada hasil setelah ini."

Arci kemudian memeluk Ghea dari belakang. Dia mendekap erat istrinya.

"Bagaimana Asyifa? Sudah ketemu?" tanya Ghea.

Arci menggeleng. "Tidak ada tanda-tandanya."

"Ini sudah satu minggu dan seluruh kota sudah dijelajahi, tapi tak ada tanda-tandanya. Kamu sudah perluas pencariannya?"

"Hilangnya Alex sudah viral, seluruh media masa sudah menyebarkan foto Alex, tak mungkin satu orang saja di negeri ini tidak akan mengenali Alex," hibur Arci.

"Tapi tetap saja tak ada kabar, aduh...," Ghea meringis sambil memijit kepalanya.

"Kenapa?" tanya suaminya.

"Migrain," kata Ghea.

"Kamu berbaringlah, biasanya kamu minum apa? Aku akan ambilkan."

"Tak usah. Aku hanya ingin Alex."

Ghea kemudian berbaring di atas ranjangnya.

"Ghe, aku pasti akan mendapatkan Alex. Kamu tak perlu khawatir."

"Bagaimana aku tak khawatir? Ryuji tega membunuh pamannya sendiri, apalagi Alex?! Kalau sampai dia membunuh Alex, aku akan cincang tubuhnya."

"Aku juga akan melakukannya."

"Oh suamiku, aku...aku... aku rindu Alex. Ambilkan aku bajunya!"

Arci kemudian beranjak menuju ke sebuah lemari kecil dan mengambil sebuah jaket kecil milik Alex. Kemudian dia kembali ke samping Ghea dan memberikan jaket kecil itu kepada istrinya. Ghea memeluk jaket itu, diciuminya jaket kecil itu. Arci mencium kening Ghea.

"Kamu bisa temani aku malam ini?" tanya Ghea.

"Tentu saja," jawab Arci.

"Peluk aku!" kata Ghea lirih.

Arci kemudian memeluk Ghea. Dia menaikkan kakinya hingga berbaring di samping istrinya yang sekarang sedang memeluk jaket anak semata wayangnya. Arci sudah menyebar semua anak buahnya untuk mencari Ryuji, tapi Ryuji seperti hilang ditelan masa. Tak ada kabar sama sekali, tak ada jejak. Ia seperti lenyap. Begitu juga dengan Asyifa.

Selama seminggu ini polisi hanya bilang, "Kami berusaha, kami berusaha" tapi tak pernah ada hasilnya. Arci seminggu ini disibukkan dengan memakamkan ibunya, mengurus adiknya yang sekarang sedang berduka, ditambah dengan kehilangan istri dan anaknya. Semua beban persoalan seakan-akan datang silih berganti. Sekalipun begitu, Arci tetap ingin terlihat tenang. Pemakaman ibunya memberikan kesan mendalam pada dirinya. Di mana di hari itu Putri seharian menangis dalam dekapannya.

"Aku nggak mau kehilangan Kakak, aku nggak mau. Kak Safira pergi, ibu juga pergi, aku nggak mau kalau kakak sampai pergi juga. Ibu satu-satunya temanku, aku hanya punya kakak sekarang," tangis Putri hari itu.

Arci bahkan dua hari harus minta ijin kepada Ghea untuk menenangkan Putri. Ghea tahu bagaimana perasaan Putri sekarang. Tinggal sendiri juga tidak baik baginya. Akhirnya Ghea memutuskan "tinggalah bersama kami sampai perasaanmu tenang". Akhirnya Putri tinggal pula bersama Ghea dan Arci. Dan selama seminggu pula Putri mengunci diri di kamar, ia hanya keluar kalau Arci menyuruhnya keluar. Kini tinggal bertiga bersama Ghea dan Putri, Arci harus menjadi babysitter mereka seolah-olah mereka anak remaja yang galau sulit untuk dikendalikan.

Selama satu minggu ini pula Arci mencoba melacak keberadaan Ryuji. Tapi sepertinya Ryuji hilang ditelan bumi.

"Sayang?!" bisik Ghea.

"Ya, ada apa?" tanya Arci.

"Kepalaku pusing sekali, ajak aku bercinta! Mungkin dengan begitu aku bisa menghilangkan rasa pusing ini."

"Sungguh? Aku khawatir dengan kondisimu."

"Tak apa, pusingnya benar-benar tak tertahankan lagi. Cium aku, peluk aku!"

Arci tak tinggal diam. Dia pun mencium dan memeluk istrinya. Ghea saat itu hanya memakai tanktop dan celana dalam. Tak begitu sulit untuk membukanya. Dalam sekejap Arci sudah menelanjangi Ghea. Bibirnya sudah menjelajah leher wanita itu. Ghea pun melepas satu per satu kancing baju suaminya. Arci juga tak kalah cepat, ia segera melepas celananya. Ghea memeluk perut suaminya dan langsug melahap batang penis yang setengah tegang.

"Aaahhh....," desah Arci.

Ghea menghisap penis itu dengan gemas, bahkan ia masukkan penuh sampai mentok ke kerongkongannya. Ia ingin bisa melahap batang itu, Arci membiarkan Ghea melakukan apa yang menurutnya baik. Ghea beralih ke telurnya, menggelitiki dan menghisapnya. Adalah hal biasa ketika mereka melakukan itu tapi ini jadi luar biasa ketika Ghea ingin menghilangkan stress, terlebih sekarang Arci ingin bisa membalas cinta Ghea.

Arci kemudian menarik tubuh Ghea agar wanita ini terlentang.

Arci mendorong Ghea, ia lalu menindih istrinya dan memasukkan penisnya ke dalam liang senggama wanita kaukasia ini. Kulit Ghea yang putih kini menempel di kulit Arci, bahkan kedua bibir mereka sekarang menempel dan saling menghisap.

"Ci, hisap aku, hisap aku!" pinta Ghea.

Ghea memutar-mutar pinggulnya, seolah-olah meminta agar penis suaminya mengadu-aduk isi vaginanya. Arci menggenjot tubuh istrinya yang benar-benar ingin dipuaskan. Saat ini yang ingin dilakukan olehnya sebagai suami adalah menyenangkan istrinya. Mereka benar-benar menghabiskan waktu di kamar itu dengan penuh birahi. Saat Ghea memeluk tubuh suaminya dengan pahanya yang menekuk ke atas. Tubuh Ghea melengkung ketika dia mencapai puncaknya, rasa migrainnya pun berangsur hilang, walaupun mungkin saat ini Arci belum mencapai puncaknya.

"Aaahh....aahhh..., kamu belum?" tanya Ghea.

Arci menggeleng. "Belum."

"Rasa pusingku sudah hilang," kata Ghea. "Ahh...ahhh.."

Arci mencabut penisnya perlahan-lahan. Ghea melihat kemaluan suaminya masih tegang dan menantang. Arci tersenyum sambil mengusap rambut istrinya.

"Kamu belum, kenapa dicabut?" tanya Ghea.

"Tidak, aku sudah cukup. Yang penting kamu tidak pusing lagi," jawab Arci.

"Sayangku...," Ghea memeluk tubuh suaminya dengan erat. Dia kemudian memeluk Arci dalam tidurnya. Tak terasa Ghea pun sudah terlelap dalam dekapannya.

Selama seminggu ini Arci menggeledah seluruh tempat di mana Ryuji biasanya berada. Tapi tak ada hasilnya, bahkan sampai di bandara, juga kereta api. Semua CCTV diperiksa oleh pihak kepolisian tapi tak ada hasilnya. Arci kembali merenung tentang kata-kata Ryuji. Dr. King. Siapa Dr. King?

Hari menjelang tengah malam dan Arci masih belum tidur. Sementara Ghea sudah mendengkur halus. Mungkin karena letih, akhirnya Ghea terlelap. Bahkan ketika Arci bergerak pun dia tidak terjaga. Biasanya kalau sudah begini dibangunkan dengan cara apapun Ghea tak akan terjaga. Arci beranjak dari tempat tidurnya, ia menuju ke dapur untuk mengambil minum karena ia sedikit haus. Rumahnya sepi, ruangannya gelap dengan cahaya hanya mengandalkan serpihan-serpihan cahaya yang berasal dari luar rumah. Cahaya itu menembus masuk melalui tirai-tirai yang sedikit tersingkap.

Kakinya tak bersuara bahka dalam temaram gelap ia sudah hafal letak dan rute dari kamarnya menuju dapur. Saat itulah ia melihat sesosok perempuan ada di sana. Ia hampir saja kaget ketika baru ingat kalau itu adalah Putri. Iya, ia baru ingat kalau Putri ikut dengannya tinggal di rumah ini. Arci kemudian beringsut ke dapur. Putri sedikit kaget ketika melihat Arci datang.

"Kakak?!"

"Aku kira siapa di dapur, ternyata kamu."

"Hehehe, barusan bertempur ya?"

"Maksudnya?"

"Tuh!" Putri menunjuk ke arah Arci. Arci melihat ternyata ia tak memakai pakaian.

"Oh, iya," katanya.

Entah kenapa malam itu perasaan horni datang saat melihat Putri. Apalagi Putri saat itu hanya memakai baju kaos dan celana dalam. Kemalun Arci menenang. Mungkin karena ia sudah pernah meniduri adiknya ini, atau bisa jadi karena dia belum tuntas tadi bersama Ghea. Arci mendekat ke arah Putri, adiknya pun menyambutnya. Keduanya berpelukan dan berpagutan. Nafas Putri memburu, Arci melepas kaos Putri sehingga kedua payudara kencangnya terlihat. Arci dengan gemas meremas keduanya. Ia pun dengan sedikit kasar memelorotkan celana dalam Putri. Kemudian kedua pantat Putri di angkat. Arci kemudian menusukkan penisnya ke liang senggama Putri.

"Aaaahhkk!" pekik Putri.

Arci menggendong Putri sambil menggenjotnya. Putri merintih keenakan, sekali lagi kemaluan lelaki yang dicintainya mengoyak miliknya yang paling berharga. Mereka pun terlena dalam lautan birahi. Putri sedikit bingung, bukankah kakaknya nggak ingin bercinta dengannya lagi? Lalu ini apa? Hal ini sangat complicated.

Arci menaruh Putri di atas meja, sehingga mereka saling memandang kemaluan mereka sekarang. Putri menatap kemaluannya yang dimasuki batang keras kakaknya, Arci juga melihat kemaluannya yang keras, keluar masuk liang senggama Putri. Keduanya saling bertatap muka sekarang.

"Kaak... kalau Kak Ghea tahu aku bisa dibunuhnya," kata Putri.

Arci menciumnya sebentar, lalu beralih ke payudaranya dan menghisap putingnya. Sepertinya Arci tak peduli ia ingin menuntaskan apa yang belum selesai tadi. Kali ini goyangannya makin cepat dan Putri hampir keluar. Saat itulah Arci dikagetkan dengan Ghea yang sudah ada di sampingnya. Ghea menciumnya, Putri sedikit kaget ketika Ghea sudah ada di sana, tapi melihat Ghea tak marah ia pun hanya diam dan pasrah menikmati orgasme yang akan datang. Arci pun akan meledak, goayangan pinggulnya makin dipercepat. Kemudian Arci membenamkan penisnya sedalam-dalamnya di rahim Putri. Putri memeluk erat tubuh Arci, Ghea pun memeluk erat tubuh suaminya. Mereka bertiga berpelukan sekarang.

"Aku tahu kamu belum tuntas, maafkan aku," kata Ghea.

"Kak Ghea, maaf ya. Kakak nggak marah?" tanya Putri.

"Kali ini aku maafkan," kata Ghea.

Arci mencabut batangnya. Ia menghadap ke Ghea, istrinya itu kini menungging dengan menjadikan meja sebagai tumpuannya. Arci mengerti apa maksudnya. Kemudian ia bersiap untuk menusuk istrinya dari belakang. Hentakan pertama, hentakan kedua, hentakan ketiga. Mereka pun bercinta lagi sampai keduanya meraih orgasme secara bersamaan.


oOo


Arci diapit oleh Ghea dan Putri. Mereka sekarang sedang duduk dan bersandar di sofa setelah bercinta hebat di dapur tadi.

"Aku sudah tahu permasalahan keluarga kalian, tak perlu bingung dengan ini, Put!" kata Ghea.

"Aku tak enak," kata Putri.

"Kakakmu punya masalah sister complex, kamu dan Safira punya masalah brother complex. Aku tak bisa mengatakan bahwa apa yang kalian lakukan salah. Aku sudah tahu semuanya. Sebagian Arci yang cerita sebagian aku tahu sendiri. Yang jelas, aku tak akan marah atau bagaimana karena kamu sangat mencintai kakakmu, dia juga sangat mencintaimu. Walaupun mungkin ia merasa tak enak kepadaku. Ketahuilah, dia lelaki yang paling baik yang pernah ada di bumi."

"Kamu terlalu memuji," kata Arci. "Aku ini pada dasarnya kotor."

"Tidak menurutku," kata Ghea.

Arci ingin membantah Ghea, tapi ia tak meneruskannya. Ghea benar-benar melihat dia seperti seorang lelaki sempurna. Memang mungkin bisa dibilang bahwa cinta itu buta. Dan Ghea salah satu yang mendapatkannya.

Ponsel Arci berdering. Malam-malam ada yang menelpon? Arci beranjak mengambil ponselnya yang berada di meja. Dari nomor lokal. Dia pun menelpon.

"Ya? Siapa?" tanya Arci.

"Arci, di sini Basuki. Aku menemukan Dr. King," jawab orang yang ada di telepon.


WARNING! Bagian ini sedikit menjijikkan dan bikin mual. Jangan makan klo baca yah. You've been warned
oOo


Ryuji terbangun dari tidurnya. Ia pun mencoba untuk menggeliat, tapi aneh. Ia tak bisa menggerakkan tangannya. Dia terikat? Tidak, ia melihat ke tangannya. Tak ada ikatan apapun. Ia bisa menggerakkan tubuhnya? Tidak. Hanya bola matanya yang bergerak. Aneh. Kenapa bisa begini??

Dia melihat sekeliling tempat dia berada. Sebuah ruang makan. Dining Room. Ruangan ini ada sebuah meja panjang lengkap dengan lilin yang berada di atasnya. Piring-piring sudah disiapkan oleh orang-orang. Tapi siapa? Ryuji kembali mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi. Dia menculik Asyifa, setelah itu dia menyekapnya di rumah Dr. King. Lalu apa yang terjadi setelah itu?

Ah, dia ingat. Ia makan bersama Dr. King. Anak buahnya pun ikut makan bersama. Setelah itu ia tak ingat lagi. Ia mengeja-ejapkan mata. Tubuhya benar-benar mati rasa. Ia bahkan tak tahu sekarang jam berapa.

Seseorang masuk ke ruangan itu. Tidak, dua orang. Ada dua orang. Dr. King tersenyum kepada Ryuji. Dan orang satunya lagi membuat Ryuji tersentak. ASYIFA???

"Ryuji, apa kabar? Maaf, aku terpaksa membuatmu begini," kata Dr. King.

"Dia tidak bisa bicara," kata Asyifa.

"Oh iya, aku lupa. Aku sudah menyuntikkan obat paralisis ke tubuhnya beberapa hari yang lalu. Bagaimana kabarmu Sarah Trunojoyo?" tanya Dr. King.

"Aku baik-baik saja. Hari ini aku merasa hidup kembali," jawab Asyifa? ataukah Sarah Trunojoyo?

Ryuji kebingungan.

"Oh, iya. Kamu pasti bingung kenapa aku ada di sini. Aku di sini untuk membalas dendam kepada orang yang telah membunuh ayahku. Dan terima kasih, engkau pion yang sempurna," kata Sarah Trunojoyo.

"Sebentar! Bukankah kita ada makan malam?" tanya Dr. King.

"Ah, kamu benar. Kamu punya masakan baru?" tanya Sarah.

"Sebentar!" kata Dr. King.

Dia berdiri. Lalu mengambil sebuah pisau bedah dari sakunya. Ryuji yang mematung tak bisa berbuat banyak. Kemudian Dr. King menyayat pisau bedah itu tepat di tempurung kepalanya bagian atas. Darah mengucur dari sayatannya. Ryuji melirik ke atas. Ia merasakan sakit tapi tak bisa menjerit. Ia hanya melotot dan merasakan rasa sakit yang tak tertahankan. Dr. King terus menyayat seperti mengambil sebagian kecil dari batok kelapa hingga kemudian tempurung kepala Ryuji terpotong sempurna. Kemudian dengan rambut Ryuji Dr. King menariknya. Unik sekali, karena sekarang ia bisa melihat otak Ryuji di sana.

"Bagian termanis dan terlezat, otak manusia," kata Dr. King.

Ia kemudian mengambil secuil otak Ryuji. Ryuji benar-benar ingin berkata, "FUUUCKK! FUUUCCK! HENTIKAN! HENTIKAAAN! HHHRRRGGGAAAAAGGHHHH!" ia tak bisa bersuara. Terlebih sebagian kecil otaknya kini ada di sebuah nampan, kemudian Dr. King menaburinya dengan minyak wijen, saus tiram dan memasaknya. Setelah matang dihidangkan di piring Sarah Trunojoyo dan juga di piring Dr. King.

Dr. King kemudian memotong otak goreng itu sedikit lalu merasakannya. "Caramelize!"

Sarah pun memakannya, "Enak sekali. Kamu mau mencobanya Ryuji??"

Ryuji yang tak bisa berbuat apa-apa hanya termangu. Ia ingin berkata, "KALIAN GILA! KALIAN GILAAA!"

Rahang Ryuji dipegang oleh Sarah, kemudian sarah menyuapi Ryuji dengan otaknya sendiri.

o o o bersambung o o o

Happy Twist everybody. Gimana twistnya??
Ini udah ane rencanain sejak dulu. :pandaketawa:

:mami: :papi:


:ngacir:
 
Lho ono apdet
:baca:

Edun......
Trunojoyo muncul
Ternyata se tim, ama si dr sableng
Sama2 sableng pula
Ampun dije
:ampun: :ampun:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hee?? Kok jadi gini?? Siapa sarah?kok tiba2 banyak pertanyaan ya??
Sumpah ceritanya skrg sukar di tebak.. Nice update suhu
 
penjelasannya bab berikutnya atau dua bab lagi atau beberapa bab lagi.
 
"Aku baik-baik saja. Hari ini aku merasa hidup kembali," jawab Asyifa? ataukah Sarah Trunojoyo?

asyifa=sarah trunojoyo? tapi kenapa bisa mirip dengan andini, cangkok organ kah?
 
Bimabet
Wah sadis update twistnya
Gk nyangka ternyata assyfa clan nya trunojoyo
Gk sabar nunggu update berikutnya, sama pov assyfa, dari dia kecil ampe bsa nyamar ke panti
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd