"Bang, leptopnya dipake nggak?" tanya Yulia menelepon saya.
"Leptop kamu kenapa?" tanya saya.
"Panas Bang, kipasnya rusak, kata orang bengkel."
"Suka diisi film begituan, sih..."
"He.. he... Abang kali..."
"Leptopnya mau ambil kapan?"
"Sesegera mungkin! Nanti ada di rumah gak, Bang...?"
"Khusus buat kamu... ada dong...." jawab saya.
Yang ditunggu, akhirnya datang juga. Yulia kemana-mana naik sepeda motor. Tubuhnya agak gemuk, alias chubby. Ia memakai kacamata minus.
Yulia melepaskan sepatu sneakersnya di depan pintu, lalu masuk ke rumah saya dengan kaki masih memakai kaos kaki. Jaketnya ia buang begitu saja di kursi ruang tamu.
"Bang, kalo leptop aku sudah selesai direparasi, bayarin ongkosnya, ya..." kata Yulia pada saya.
"Kamu sudah mau ngambil laptop Abang?" tanya saya.
"Ya Bang, tugas aku numpuk di rumah, nih..."
"Kamu sekarang tidur sekamar sama Papa, ya...?" tanya saya.
"Siapa bilang?"
"Mama... kamu gantiin Mama, ya...?"
"Tega-teganya Abang nuduh aku begitu sama Papa..." kata Yulia.
"Kalau ya, kenapa? Abang akan lapor kamu ke polisi, gitu...?" kata saya. "Kalau nggak ada paksaan, lakukan saja. Kecuali paksaan, kamu tersiksa... buka dulu tuh leptopnya..." suruh saya.
Yulia berjalan menuju ke kamar. Sambil berdiri ia menyalakan leptop yang saya letakkan di di atas meja.
Saya memeluk Yulia dari belakang. Tubuh chubby Yulia yang terbalut kaos ketat dan celana jeans, wangi parfumnya yang sudah basi, karena sudah tercampur dengan bau keringatnya yang sedikit berbau kecut. Justru aku suka dengan bau itu.
"Nggak ada film unyilnya, kan?" tanya saya.
"He.. he.."
Kucium pipinya. "Boleh aku pinjem berapa hari, Bang...?"
"Buat ganti kamu yang rusak," jawab saya. "Punya kamu yang rusak, kasih Abang."
Yulia membalik tubuhnya menghadap saya seperti tidak percaya. "Bener, Bang...?"
"Memang Abang pernah bohongin kamu?"
Ah... Yulia memeluk saya untuk leptop seharga 20 juta, saya mencium bibirnya.
Plakk... Yulia melayangkan telapak tangannya menampar pipi saya. Akhirnya ia menyesal dengan apa yang ia lakukan. Ia menunduk dan berkata sedih pada saya, "Maafkan aku, Bang..."
"Nggak apa-apa, laki-laki yang nakal kayak Abang, wajib kamu tampar." jawab saya.
Telapak tangan Yulia yang mulus mengelus pipi saya yang ditamparnya, lalu ia mencium bibir saya. Saya tidak menampik tentu saja.
Mula-mula kami berciuman dengan lembut, lidah Yulia dengan lidah saya saling menjilat dan saling melilit. Napas Yulia mulai tidak teratur.
Ia menarik saya ke kasur. Semenit kemudian, Yulia sudah mengocok penis saya sambil saya berbaring telanjang bulat di kasur, Yulia juga telanjang.
Saya tidak yakin kalau Yulia masih perawan dengan cara tadi ia berciuman dan cara ia mengocok penis saya.
Saya tidak memberikan ia mengocok penis saya terlalu lama. Saya merobohkannya di tempat tidur, menindihnya dan mencium bibirnya.
Pada saat yang sama kaki saya berusaha melebarkan pahanya mempersiapkan jalan bagi penis saya untuk memasuki vaginanya.
Sambil berciuman, ketika mendapat kesempatan, penis saya pun menyodok lubang vagina Yulia.
Yulia tidak menolak. Mula-mula lubang itu terasa sempit. Tetapi sewaktu penis saya sudah terbenam di dalam lubang yang basah itu, rasanya sangat lega.
"Kamu sudah tidak perawan, ya...?" tanya saya.
"Jika aku masih perawan, aku tidak segampang itu menyerahkannya padamu, Bang." jawab Yulia. "Papa yang memulai, Bang. Tapi aku harap, Abang tidak membocorkan rahasia ini pada siapapun. Biarkan saja aku tidak perawan, Bang."
Saya memeluk Yulia erat-erat. Sudah saya duga waktu ibu mertua saya bercerita pada saya.
Ya sudahlah, saya juga bukan orang yang bersih. Entah sudah berapa kali aku sudah bersetubuh dengan ibu mertua saya sejak siang itu.
Segera saya lepaskan air mani saya di dalam vagina Yulia. Pelan-pelan aku tarik penis saya pergi dari lubang itu.
Lubang vagina Yulia tampak menganga dan air mani saya mengalir keluar perlahan.
Hubungan gelap saya dengan kedua wanita itu masih berlangsung sampai sekarang.
Yulia lulus Sarjana Hukum, ia kerja di kantor notaris. Pulang kerja, saya sering menjemputnya.
Kami bercinta sepuasnya di sebuah hotel bebas tanpa ikatan. Pulang ke rumah saya juga bercinta dengan istri saya untuk menutupi perselingkuhan saya dengan ibu dan adiknya.
Entah kapan saya bisa melepaskan diri dari kedua wanita ini. Rasanya tidak bisa, karena Yulia lebih dominan menguasai diri saya dibandingkan dengan istri saya.
Tolonglah saya... (31.07.2020)