Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ida : Perselingkuhan dengan Partner Kerja yang STW

ufpuntadewa

Semprot Lover
Daftar
26 Aug 2014
Post
261
Like diterima
5.169
Bimabet
PART I - PROLOG
---------------------------

Kembali lagi dengan gw Deden dan kisah perselingkuhan gw lainnya. Mohon maaf kalau prolog nya bakal lumayan panjang, sedikit lebih mendalami kisah berbeda yg benar2 real gw alami pada saat itu.

Kali ini dengan cerita yg sedikit berbeda. Kalau sebelumnya cerita gw melibatkan cewe yg seumuran atau sebaya, cerita gw ini justru tentang perselingkuhan gw dengan wanita yg lebih tua atau STW.

Berlatar belakang pertengahan tahun 2017. Gw waktu itu masih berstatus pacar dengan istri gw yg sekarang, dan di kota yg sama dengan tempat tinggal gw di daerah Jakarta gw sedang mengerjakan proyek sampingan bersama teman2 gw. Berawal dari mimpi untuk membangun bisnis bersama, gw dan 3 orang teman gw lainnya sedang berencana membuat sebuah cafe di pusat kota. Kebetulan masing2 kami punya latar belakang spesialis yg berbeda2, ada yg menangani urusan pertanahan, ada yg mengurus perijinan, ada yg mempersiapkan kebutuhan2 operasional, sedangkan gw sendiri ditunjuk untuk mengontrol proses pembangunan tempat nya. Karena memang gw biasa bekerja di bidang pembangunan rumah tinggal, cukup banyak rekanan kontraktor yg bisa gw pilih untuk membantu proyek kami tersebut. Sampai pilihan gw jatuh pada salah satu perusahaan kontraktor yg gw kenal baik, sebut saja nama pimpinan nya yaitu Pak Yuda.

Pak Yuda dan perusahaan nya gw pilih karena memang punya modal kerja yg besar sehingga tidak kesulitan dengan masalah keuangan. Walaupun awalnya gw ragu2 karena dia biasanya mengerjakan proyek2 berskala besar dan cukup sibuk. Tapi saat itu ketika gw coba hubungi lewat telepon dan menceritakan rencana gw, ternyata dia pun ga keberatan dan sangat tertarik untuk membantu. Akhirnya diawali pembicaraan di telepon, kami pun menentukan jadwal bertemu langsung untuk membicarakan detail proyek gw di suatu tempat. Dipilih lah sebuah restoran di pusat kota dekat dengan lokasi proyek gw.

Tepat keesokan hari nya tiba lah hari pertemuan itu. Gw yg memang kejebak macet di jalan akhirnya sedikit terlambat tiba di restoran tersebut. Dengan kondisi restoran yg memang lumayan ramai jam makan siang, gw yg baru masuk pintu restoran awalnya cuma celingak celinguk mencari keberadaan Pak Yuda yg katanya sudah di tempat. Sampai kemudian satu suara memanggil2 nama gw.
"Pak Deden.. Pak Deden.. Halo Pak, di sini di sini", tampak Pak Yuda ternyata yg berdiri memanggil2 gw dari kursi pojok belakang restoran.
Gw yg baru tersadar pun langsung dengan semangat menghampiri posisi meja Pak Yuda. Di satu meja yg berkapasitas medium itu sudah ada Pak Yuda dan 2 orang lain yg ternyata bagian dari tim nya, seorang pria yg lebih muda dan seorang wanita berusia paruh baya. Sesaat gw kira wanita itu adalah istri Pak Yuda karena tampilan modis nya yg ga keliatan seperti wanita pekerja biasa. Baru lah setelah diperkenalkan ternyata wanita yg dipanggil Bu Ida itu cuma salah satu karyawan Pak Yuda yg ditunjuk sebagai pengawas proyek gw nantinya, dan pria satu nya adalah Pak Wardi selaku mandor atau pelaksana lapangan nya.

Kesan pertama gw terhadap Bu Ida yaitu sama sekali tidak tampak seperti pekerja kontraktor atau konstruksi. Dengan tubuh yg ga terlalu tinggi namun proporsional, dipadu cardigan putih dan celana jeans yg menempel ketat di tubuh nya, serta rambut panjang yg diikat ekor kuda ke atas, hampir seperti kebanyakan ibu2 sosialita seusianya. Wajah nya cukup manis dengan hidung mancung dan dagu runcing nya, dengan make-up yg agak tebal dan perawatan2 yg mungkin dilakukan nya ga cukup menutupi wajah nya yg mulai sedikit keriput dan berminyak itu. Bu Ida pun bukan sosok yg banyak bicara bahkan tersenyum selayaknya pekerja kontraktor pada umum nya, sepanjang diskusi antara gw dan Pak Yuda dia cuma menyimak dengan raut wajah yg datar seolah ga paham inti obrolan nya. Justru Pak Wardi yg lebih aktif bicara dan berbagi pendapat dengan gw dan Pak Yuda saat itu.
"Nah, nanti selanjutnya untuk kebutuhan apapun Pak Deden silahkan sampaikan saja langsung ke Bu Ida. Dia juga akan rutin ke lokasi untuk bantu cek dan laporan ke saya kok", tutup Pak Yuda setelah hampir 2 jam kami ngobrol.
"Boleh boleh. Tolong dibantu ya Pak Yuda, Bu Ida juga. Saya bisa minta nomer nya juga ya Bu kalau2 kita pas ga jumpa di lokasi", sahut gw.
"Boleh Pak. Saya WA aja nomer saya ke Bapak ya, kebetulan Pak Yuda juga sudah kasih nomer Bapak ke saya", jawab Bu Ida singkat dengan logat Jawa nya yg agak medok.
Setelah itupun obrolan kami berlanjut ke hal2 santai lain yg ga lama berakhir dan kami semua pun saling pamit untuk pulang. Sesuai hasil pembicaraan tersebut, ditetapkan lah pertemuan berikutnya akan kami laksanakan di weekend mendatang.

Seperti biasa kalau dapat nomer telepon orang yg baru gw kenal terutama wanita yg agak2 bikin penasaran, sesampainya di rumah gw iseng buka2 WA untuk melihat akun nya Bu Ida dan profile picture yg dia pasang. Sama seperti sosok asli nya, tampak foto standar ala ibu2 biasa yg berpose kaku dengan wajah dingin dan berpakaian kemeja ketat putih. Hmm gw tarik kesimpulan memang seperti itu lah penampilan sehari2 Bu Ida, ga ada yg spesial untuk bikin gw penasaran lebih jauh.
Singkat cerita selang 1 minggu setelah nya proyek gw pun dimulai, Pak Wardi dan banyak tukang nya sudah mulai bekerja bahkan cuma butuh waktu 2 bulan sampai bangunan cafe gw mulai berbentuk, hanya tinggal pekerjaan perapihan dan finishing saja yg mungkin butuh waktu selesai sebulan lagi. Di 2 bulan awal itu Pak Yuda masih rutin memeriksa langsung proyek gw didampingi Bu Ida seperti biasa. Sedikit curiga awalnya jangan2 Bu Ida ini wanita simpanan Pak Yuda saja, namun pikiran itu mulai menghilang setelah Pak Yuda mulai pelan2 jarang keliatan di lokasi proyek. Terlebih setelah gw terima informasi dari Pak Yuda bahwa dia mulai sibuk dengan proyek lain dan selanjutnya benar2 cuma Bu Ida yg akan rutin sendirian memantau proyek gw.

Tiba lah hari dimana akhirnya Bu Ida dan gw janjian untuk ketemu langsung di lokasi proyek tanpa Pak Yuda. Kebetulan hari itu memang hanya sedikit pekerja di lokasi, itu pun cuma tukang saja tanpa Pak Wardi sehingga gw cuma berdua dengan Bu Ida berkeliling keluar masuk di lokasi proyek. Cuaca siang yg panas terik dan kondisi proyek yg belum benar2 nyaman lumayan melelahkan untuk Bu Ida yg seperti nya salah kostum, dengan sepatu heels pendek nya dan baju kemeja pendek serta jeans ketat seperti biasa. Tampak Bu Ida sering kali kesulitan sendiri melangkah menghindari tumpukan material proyek, merapikan bawah baju kemeja nya yg berkali2 terangkat sampai memperlihatkan pinggang mulus nya, sampai mengusap2 bulir2 keringat yg mengucur dari dahi dan sekujur leher nya.
Bukan dengan niat macam2 gw kadang mengulurkan tangan berniat membantu Bu Ida setiap kali kesulitan melangkah. Awalnya tampak Bu Ida ga menggubris dengan tetap berusaha sendiri meski kesulitan, namun lama kelamaan ketika dia semakin lelah dan belum lagi ribet dengan tas tangan yg dia bawa akhirnya Bu Ida pun menyerah. Sesekali setiap gw ulurkan tangan tanpa menolak Bu Ida menyambut dengan menggenggam tangan gw untuk berpegangan. Terlebih ketika coba menapaki tangga menuju lantai atas, sepanjang menaiki tangga sampai ke atas Bu Ida dengan santai memegang tangan gw sambil gw tuntun perlahan, begitu pula ketika kembali turun. Perlahan Bu Ida yg kaku dan ga banyak bicara mulai melunak dan lebih sering tersenyum, meski tetap sibuk mengambil foto proyek dengan kamera hape nya yg dimaksudkan nya untuk laporan ke Pak Yuda. Gw pun lebih banyak hanya menemani berkeliling tanpa banyak komentar soal pekerjaan nya, karena seperti biasa gw ragu Bu Ida cukup paham mengenai hal tersebut. Cukup lah antara gw dan Pak Yuda saja yg nanti diskusi lewat telepon menurut gw.

"Baik Pak Deden. Nanti saya laporan ke Pak Yuda dulu hasil pekerjaan nya sejauh ini seperti apa ya", ucap Bu Ida yg sudah bersiap2 pulang setelah gw antar menuju mobil nya yg terparkir di halaman proyek.
"Sekalian saya titip dokumen opnam pekerjaan Pak Yuda ini ya Bu. Sudah saya cek dan tandatangani juga", sahut gw sambil menyerahkan sebuah amplop besar ke Bu Ida.
"Baik Pak. Mmm anu Pak Deden..", sahut Bu Ida.
"Iya? Kenapa Bu?", tanya gw penasaran melihat Bu Ida sekilas kebingungan.
"Gini Pak.. Saya dapat mandat dari Pak Yuda, kalau sedang berkunjung ke proyek yaa Pak Deden nya diajak makan gitu kaya biasa", kata Bu Ida dengan wajah canggung nya. Memang setiap bertemu Pak Yuda di proyek, dia selalu saja mengajak gw makan di luar. Mungkin sebagai bentuk terima kasih atas kepercayaan gw memberinya pekerjaan.
"Hahaha.. Oalah, Pak Yuda selalu repot2 yaa walaupun ga di sini orang nya. Tapi serius ga apa2 Bu ga usah repot2, saya sudah makan kok siang ini", jawab gw.
"Oh gitu. Yaa ngga apa Pak, makan sore kan belum. Masih jam 4 gini, saya nanti bakal ditanyain Pak Yuda kok udah selesai aja dari proyek", sahut Bu Ida yg masih berusaha seadanya sambil tersenyum.
"Hahahaha.. Ohh paham paham. Yaudah kalau Bu Ida ga keberatan ayo, mungkin ngopi dimana sambil kita bahas kerjaan saja ya", sahut gw setuju.
"Ayo boleh Pak. Naik mobil saya saja ya Pak", tawar Bu Ida untuk menaiki mobil sedan putih nya. Gw yg tadi asal setuju pun ga terpikir soal bakal semobil berdua dengan Bu Ida. Iya juga ya, ngapain juga konvoi naik mobil masing2 kalau cuma berdua gitu, hehehe.
"Oh boleh Bu, bebas naik mobil siapa aja. Tapi saya saja yg nyetir ya", jawab gw menawarkan diri, risih juga kalau disetirin cewe apalagi cuma berdua gitu di mobil.

Kami pun mulai beranjak dari lokasi proyek dengan gw menyetir mobil Bu Ida.
"Kemana nih Bu?", tanya gw.
"Eh? Kemana aja bebas Pak. Yaa Pak Deden suka nya makan atau ngopi dimana gitu", jawab Bu Ida.
"Waduh kemana yaa.. Saya juga jarang milih2 tempat makan sih, apalagi di daerah sini", lanjut gw yg memang ga ahli kalau disuruh nentuin tempat makan atau hangout, termasuk kalau sama pacar atau teman2 gw.
"Di restoran XYZ tempat biasa nya sama Pak Yuda saja kalau gitu Pak", usul Bu Ida. Sebenarnya restoran itu lumayan nyaman buat gw, masalah nya untuk berduaan dengan wanita asing di situ justru beresiko. Selain cukup terbuka, daerah situ masih kawasan yg akrab untuk gw bahkan pacar dan orang2 terdekat kami. Daripada dituduh macam2 nantinya mending gw coba cari alternatif lokasi lain yg lebih menjauh.
"Mmm bosen ah Bu di situ. Ya sudah, santai kan waktu nya? Kita coba cari tempat lain yg saya tau saja ya", usul gw balik sambil ngasal tanpa tujuan, dan perlahan mengarahkan mobil masuk ke jalan tol.
"Iya ngga apa Pak. Santai kok, saya juga sedang ngga ada agenda lain", jawab Bu Ida setuju.
Setelah masuk tol, perlahan gw setir mobil menyusuri jalan tol Jagorawi menuju ke selatan, sambil masih memutar otak mau mengajak Bu Ida kemana. Gw perhatikan sekilas Bu Ida juga cuek saja sambil sibuk dengan hape nya, ga sedikitpun coba memulai obrolan sampai akhirnya gw buka suara.
"Jadi.. Bu Ida sudah berapa lama kerja dengan Pak Yuda?", tanya gw mencairkan suasana.
"Eh? Baru sih Pak, baru di proyek ini malah", jawab Bu Ida.
"Loh saya kira sudah lama. Abis Pak Yuda langsung percayakan proyek saya ke Bu Ida gitu", lanjut gw.
"Yaa Pak Yuda itu kenalan lama saya. Pas saya tawarin diri buat join di bisnis kontraktor nya beliau, diajak lah saya buat coba ikut bantu2 kaya gini", jelas Bu Ida.
"Hehe maaf kalau saya kurang aktif ya Pak, memang bukan orang lama di bidang ini", lanjut Bu Ida lagi.
"Iya iya paham Bu. Saya juga udah ngerasa aneh kok. Biasa nya orang proyek tuh cerewet2, banyak debat nya, jago lobi nya gitu", kata gw yg kemudian disambut tawa Bu Ida. Baru kali itu gw lihat dia tertawa walaupun sambil coba menutupi mulut dengan tangan nya.
"Saya juga aslinya cerewet kok Pak, cuma karena ga paham aja jadinya lebih banyak diem", sahut Bu Ida.
"Hahaha. Untung di saya ya, coba kalau Bu Ida bawel mungkin justru saya yg banyak diam", lanjut gw.
"Loh kok gitu? Kaya nya Pak Deden justru seneng debat2an apalagi kalau sedang sama Pak Yuda", tanya Bu Ida.
"Yaa karena lawan nya cewe sih apalagi ibu2 kaya Bu Ida. Ampun ga kuat saya, kalo cewe kan lebih jago adu2an bawel nya", jawab gw sambil bercanda.
"Hahaha. Udah pengalaman ya Pak kalau sama yg di rumah", balas Bu Ida bercanda.
"Sama yg di rumah?", tanya ku heran.
"Eh? Iya, maksud nya sama istri gitu. Sudah menikah kan Pak?", tanya Bu Ida balik.
"Ohh. Hahaha, belum Bu. Saya masih lajang, masih sendirian kalau di rumah", jawab gw tegas sambil tertawa.
"Ah serius? Orang udah mapan dan sukses kaya Pak Deden begini masa belum merid", sahut Bu Ida.
"Amiin Amiin buat sukses nya, hahaha. Tapi serius belum nikah saya Bu. Belum sepengalaman Bu Ida lah kalau urusan rumah tangga", jawab gw lagi.
"Halah pengalaman apaan", sahut Bu Ida singkat yg bikin gw penasaran.
Merasa obrolan sudah lebih akrab, gw pun ga ragu buat nanya hal2 personal lebih jauh ke Bu Ida. Ternyata Bu Ida adalah seorang janda beranak 2 yang sudah setahun cerai dengan mantan suami nya. Anak2 nya pun sudah berusia remaja sehingga perkiraan gw Bu Ida ini sudah berusia sekitar 45 tahun. Tapi kehidupan menjanda tanpa suami ga bikin Bu Ida kesulitan, justru kehidupan nya sangat berkecukupan karena dasarnya Bu Ida adalah orang yg gemar berbisnis di berbagai bidang bersama teman2 nya. Cukup terjawab lah modal penampilan modis nya selama ini bersumber dari mana.

Tanpa terasa perjalanan kami di jalan tol pun berujung di salah satu gerbang exit daerah Sentul. Gw mutusin untuk keluar tol dan mencari sembarang cafe saja sebelum hari semakin gelap, karena jam pun sudah menunjukkan pukul 5 sore lewat. Sampai lah kami di sebuah cafe yg tampak cukup bersih di deretan sebuah ruko setelah gw asal pilih. Bu Ida pun sama sekali ga keberatan dengan tempat yg gw pilih. Kami pun lalu masuk ke cafe tersebut dan memilih duduk di lantai atas yg memiliki balkon. Suasana cafe tersebut memang ga ramai, bahkan hampir ga ada pengunjung nya kecuali beberapa meja yg terisi seadanya. Terlebih di lantai atas yg benar2 kosong, yg ga sengaja gw pilih cuma karena perlu tempat yg bisa merokok. Setelah duduk di meja pilihan kami dan memesan sekedar minuman saja, kami pun lanjut ngobrol santai satu sama lain.

"Pak Deden serius ga pernah ke sini? Bisa aja nemu tempat sepi gini, sering yaa buat mojok2an", sindir Bu Ida ke gw.
"Eh? Hahaha ga lah Bu. Serius saya juga asal nentuin tempat ini daripada kemaleman", jawab gw.
"Lagian ngapain juga saya culik Ibu jauh2 ke tempat sepi begini. Hahaha", lanjut gw lagi bercanda.
"Ya ga apa Pak kalau kemaleman juga, saya santai kok. Udah biasa pulang malam", sahut Bu Ida.
"Eh iya. Ngomong2 Bu Ida tinggal di daerah mana?", tanya gw.
"Saya malah deket loh dari sini. Tuh di daerah Kota D situ, cuma setengah jam paling", jawab Bu Ida.
"Ohh bagus dong. Bisa sekalian langsung pulang habis dari sini ya", sahut gw asal tanpa mikir gimana gw pulang nya nanti, hehehe.
"Yaa ngga lah Pak. Tetep kan nanti saya anter Pak Deden ke proyek dulu", kata Bu Ida.
"Eh jangan Bu, bolak balik malahan. Udah ga apa saya bisa naik angkutan online atau taksi aja nanti. Mumpung Bu Ida udah deket rumah gini, bentar lagi juga udah malam", tolak gw serius ga mau merepotkan Bu Ida. Disambut tawaran Bu Ida yg masih bersikeras mau mengantarkan gw pulang dulu dan tetap gw tolak karena kasihan.
"Ya sudah gini aja. Pak Deden nanti antar saya pulang saja, terus lanjut pulang bawa mobil saya. Ga apa2 kok, saya besok bisa susul ke proyek bareng orang kantor saja sekalian bawa pulang mobil", usul Bu Ida lagi.
Gw yg lama2 ga enak sendiri menolak terus akhirnya mengiyakan usul Bu Ida tersebut. Merasa Bu Ida juga bebas pulang lebih malam, ga terasa momen nongkrong kami berlangsung hampir 2 jam lebih sampai hari mulai malam. Itu pun gw sudahi karena pasti bakal ditanyain sama pacar gw kalau pulang kemalaman, hehehe.

Gw dan Bu Ida lalu melanjutkan perjalanan mengantar dia pulang. Dalam mobil berhawa dingin dan remang2 jalanan yg cuma diterangi lampu jalan, tampak raut Bu Ida memang sudah cukup letih dengan wajah sayu nya. Sesekali gw perhatikan seksama, muncul juga perasaan berdebar2 berduaan dengan Bu Ida di malam gelap begini. Belum lagi perhatian gw mulai mencari2 spot yg menggoda dari tubuh Bu Ida, seperti daerah dada nya yg terlihat dari kerah kemeja nya yg terbuka, BH yg ga jelas warna nya namun mengintip dari celah2 kancing kemeja nya, sampai lekukan paha dan bokong nya yg menjiplak di celana jeans ketat nya. Gw yg cukup gelisah dan serba salah mulai ga banyak berkata2 dan fokus menyetir saja, sesekali hanya suara Bu Ida yg terdengar mengarahkan jalan. Beberapa kali gw coba menyetir sambil berkirim pesan dengan pacar gw, itu pun cuma menjawab seadanya saking pikiran gw sedang terlena dengan Bu Ida. Sampai akhirnya kami pun tiba di depan satu rumah yg cukup mewah di dalam sebuah komplek perumahan ternama. Waktu itu jam pun sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam.

(BERSAMBUNG KE : PART II)
 
Terakhir diubah:
PART II
------------

"Mari Pak, mau mampir dulu?", tawar Bu Ida sambil merapikan barang2 nya dan membuka seat belt nya.
"Terima kasih, tapi lain kali aja ga apa Bu. Sudah malam juga", tolak gw secara halus. Selain memang gw ga enak malam2 bertamu, tawaran Bu Ida yg bernada tanya itupun terkesan basa basi aja menurut gw.
"Ok lah Pak. Terima kasih banyak juga sebelumnya udah repot2 antar saya pulang. Silahkan dibawa dulu saja mobil nya, besok atau kapan nanti saya jemput balik", lanjut Bu Ida sambil lalu menyodorkan tangan nya untuk bersalaman.
"Siap. Aman2 lah mobil nya di saya pasti", sahut gw sambil menyalami tangan Bu Ida.
"Sudah dicek ya ga ada barang yg kelupaan dibawa turun?", lanjut gw lagi tanpa melepas tangan Bu Ida dan sambil melirik2 ke jok belakang.
"Udah Pak cukup ini aja barang2 saya", jawab Bu Ida tanpa risih tangan nya masih gw genggam. Lalu Bu Ida menarik halus tangan nya, sambil menepuk punggung tangan gw sekali dia pun pamit turun dan keluar dari mobil. Setelah Bu Ida masuk gerbang dan melambaikan tangan nya ke gw, baru lah gw lanjut mengendarai mobil nya beranjak pergi.

Lewat jam 12 tengah malam akhirnya gw tiba di rumah. Memang karena udah cukup lelah gw mutusin buat langsung pulang ke rumah tanpa mampir sana sini lagi. Baru lah setiba nya gw di pekarangan rumah, terbersit pikiran iseng gw terhadap mobil Bu Ida yg sedang gw bawa ini. Ga mau rugi dan hilang kesempatan, gw berniat untuk mengobrak abrik isi mobil Bu Ida sekedar mencari "harta karun" yg mungkin keselip tanpa dia sadari. Mulai dari laci dashboard, jok depan dan belakang, sampai kantong di belakang jok, ga ada barang yg spesial bisa gw temui. Sampai akhirnya gw turun dan coba buka bagasi belakang mobil sedan nya, dan bener aja gw nemuin sebuah tas olahraga berukuran sedang. Sambil deg2an gw coba buka resleting tas itu, tampak beberapa potong bahan kain di dalamnya. Dengan semangat gw pindah ke dalam mobil lagi sambil membawa tas itu, setelah menyalakan lampu mobil barulah gw sadar isi tas nya : pakaian gym!

Satu persatu isi tas nya gw keluarin sambil mengingat posisi nya satu sama lain di dalam tas supaya ketika gw masukin lagi paling ngga masih dengan posisi yg sama. Gw nemuin sebuah bra sport berwarna abu2 muda, legging olahraga dengan model dan warna senada, handuk kecil, dan yg paling bikin berdebar2 adalah 2 potong celana dalam wanita dengan model renda2 dan motif bunga berwarna hitam dan biru muda. Gw cukup yakin kalau barang2 itu adalah milik Bu Ida, dengan ukuran dan model yg bukan anak muda banget pasti lah bukan milik anak nya. Setelahnya agan2 pasti udah bisa nebak lah apa yg gw lakuin, dengan santai nya gw lepas bebas celana jeans dan celana dalam gw, sambil mengangkang mantap di jok belakang gw coli kontol gw dengan mengusap2 celana dalam Bu Ida itu ke batang kontol gw, lalu dengan sepuasnya gw hirup aroma celana dalam dan bra sport itu tanpa gw tau itu bekas pakai atau bukan karena hampir ga tercium bau apapun di sana. Makin menjadi2 kontol gw menegang dengan keras nya ketika gw mulai berfantasi menyetubuhi Bu Ida seperti gw menggerayangi barang2 nya ini, membayangkan wajah khas tante2 yg menggoda, lekuk tubuh nya yg selalu dia tonjolkan. Selang beberapa menit kemudian gw pun ga tahan, tanpa ragu2 gw muntahkan sperma gw begitu aja menyembur kencang ke jok dan karpet mobil Bu Ida. Gw ga kuatir karena bahan jok mobil Bu Ida berbahan kulit yg ga bakal ninggalin bekas noda apapun walau sekedar gw bersihkan seadanya dengan tissue. Paling ga gw cukup puas bisa ninggalin jejak di dalam mobil wanita ini tanpa bakal dia sadari sama sekali, hehehe.

Keesokan hari nya karena Bu Ida berhalangan ketemu akhirnya gw juga belum bisa balikin mobil nya dia. Akhirnya terpaksa mobil Bu Ida gw titip dulu di parkiran rumah tetangga, jaga2 kalau pacar gw samperin ke rumah atau tau2 ajak jalan. Hari ke 2 mobil Bu Ida di gw pun kami belum bisa ketemu buat gw balikin tuh mobil, sampai hari ke 3 gw coba tanya lagi ke Bu Ida lewat WA sekalian pas bahas kerjaan proyek. Waktu itu masih jam 8 pagi, jam nya gw baru bangun tidur juga.

".. Bu Ida hari ini di mana? Biar saya anter mobil nya, takut nya Ibu malah ga enak lagi kalau tau2 saya anter mobil nya ke kantor", tawar gw melalui pesan di WA.
"Iya sih Pak. Saya nanti di kantor, sampai malem mungkin ini karena ada urusan. Ngga enak nanti diliat orang kantor kalau tau2 Pak Deden anterin mobil, malah pada mikir macem2 nanti", jawab Bu Ida.
"Serius lagi ga butuh mobil nya Bu?", tanya gw memastikan.
"Kali Bu Ida mau pergi nge-gym atau kemana gitu?", lanjut gw lagi coba ngasih kode ke Bu Ida kalau gw tau ada tas gym di dalam mobil nya. Agak lama Bu Ida bales WA gw setelah itu, padahal gw tau dia udah baca pesan yg gw kirim.

Selang 10 menit kemudian tau2 hape gw berdering tanda ada telepon masuk, namun bukan telepon biasa melainkan panggilan video call, dan itu dari Bu Ida. Gw yg masih gelap2an rebahan di kamar tanpa baju dan cuma pake boxer pun langsung terduduk panik, tanpa persiapan langsung nyalain lampu kamar dan sekadar nya ngalungin handuk di leher dan pundak gw.
"Halo Pak Deden. Pagi.. Eh sorry ganggu ya?", sapa Bu Ida pas gw jawab panggilan video call nya. Tampak Bu Ida sedang duduk di sebuah ruangan yg gw rasa itu di rumah nya, dengan penampilan yg udah tampak rapi menggunakan kemeja pink dan make-up di wajah nya.
"Iya halo Bu Ida. Ga apa ga apa, saya malah ga enak ketahuan baru bangun jam segini, hahaha", jawab gw dengan cuma nunjukin wajah gw sampai setengah dada yg agak ketutup handuk tadi.
"Aduh maaf Pak jadi kebangun gara2 saya ya", lanjut Bu Ida.
"Hahaha ga kok Bu. Malah ga apa kalau dibangunin Bu Ida pagi2 gini, hahaha", jawab gw lagi agak2 ngelantur.
"Yaudah ga apa kalau mau mandi dulu Pak. Nanti aja saya hubungi lagi", kata Bu Ida.
"Eh ga apa Bu, belum mau mandi kok. Kenapa kenapa? Ada yg bisa dibantu?", tanya gw, sambil coba duduk santai di sofa ruang tamu.
"Mmm ga kenapa2 Pak. Tadi itu soal nge-gym, iya saya malah baru inget tas gym saya ada di dalam mobil, lupa dibawa turun tempo hari", jelas Bu Ida.
"Hehe iya Bu, tau kok. Saya juga ga sengaja nemu tas gym nya di bagasi belakang", jawab gw.
"Waduh? Ga sengaja kena sidak ya mobil saya sama pacar nya Pak Deden? Aduhhh maaf Pak maaf", lanjut Bu Ida dengan raut wajah panik.
"Eh ngga kok Bu. Dia ga tau menau saya bawa2 pulang mobil orang lain", jawab gw.
"Ohh sukur lah. Kirain saya pacar nya Pak Deden yg nemu tas nya trus ketahuan isi tas nya barang2 cewe gitu", lanjut Bu Ida.
"Hehe. Aman kok Bu, aman. Tenang aja", sahut gw sambil tersenyum ke Bu Ida.
"Mmmm.. Trus Pak Deden sendiri yg nemuin sama buka2 isi tas nya gitu?", tiba2 Bu Ida memberikan tatapan curiga ke gw. Merasa ga ada yg perlu ditutup2i dan toh udah resiko nya Bu Ida juga, gw jawab jujur apa adanya aja.
"Yaa iya sih Bu. Awalnya saya iseng ngecek2 mobil Bu Ida sampe nemu tas itu di bagasi nya, penasaran aja isi tas nya karena kaya penuh gitu", jawab gw jujur.
"Truuus?", tanya Bu Ida penasaran.
"Yaa ga terus2, cuma tau isi nya beberapa pakaian Bu Ida aja ternyata", jawab gw lagi.
"Mmm dibongkar2 dong isi tas saya yah?", tanya Bu Ida namun bukan nada marah, lebih seperti nyindir plus curiga.
"Eh? Ngga lah Bu, beneran loh cuma diintip2 aja isi nya", jawab gw lagi mulai coba bohong kali ini.
"Mmm yaudah titip dulu ya Pak kalau gitu. Serius saya ga enak kalau ternyata ada orang lain apalagi pacar Pak Deden yg nemuin nanti", pinta Bu Ida.
"Iya paham Bu. Tenang aja aman2 kok mobil sama tas nya sama saya ini", kata gw.
"Yaudah besok kalau ga sibuk saya samperin Pak Deden ke proyek aja sekalian jemput mobil nya ya", sahut Bu Ida.
"Maaf lagi Pak jadi ganggu pagi nya. Serius saya yg panik tadi jadi langsung main video call aja, hahaha", lanjut Bu Ida lagi.
"Iya nih saya kira ada apaan tau2 ditelpon pagi2. Ngomong2 Bu Ida lagi di rumah? Saya perhatiin dari tadi sepi2 aja kayanya", tanya gw ga mau kehilangan gitu aja momen video call-an dengan Bu Ida.
"Hihi. Iya Pak masih di rumah nunggu dijemput orang kantor. Anak2 juga udah pada berangkat duluan tadi, jadi sambil sarapan sendiri aja", jawab Bu Ida.
"Oh lagi sarapan. Bagus yah ruang makan di rumah nya, terang gitu", komentar gw asal sekedar ada bahan obrolan.
"Hahaha. Bukan Pak, ini di kamar saya. Maksudnya sarapan sendirian yaa gini, sambil dandan di kamar", jawab Bu Ida lagi. Kali ini sambil ngebalik kamera hape nya, lalu dengan santai nya nunjukin ke gw keadaan sekeliling kamar tidur nya. Perhatian gw cuma tertuju ke tempat tidur besar nya Bu Ida untuk jadi poin obrolan berikutnya.
"Wihh gede loh spring bed nya, hehehe", celetuk gw asal nanggepin.
"Halah bilang aja berantakan maksudnya toh", sahut Bu Ida yang tampak berjalan mendekatkan sorotan kamera hape ke tempat tidurnya.
"Hahaha. Ga loh Bu, maklum lah kalo bujangan kan masih ukuran single aja tempat tidurnya", comment gw asal lagi.
"Ga kaya Ibu, sendirian tapi leluasa tidurnya di kasur gede gitu", lanjut gw lagi.
"Ga juga kok Pak, ini kadang juga tidur bareng sama anak di sini biar gak kesepian", jawab Bu Ida sambil mengarahkan balik kamera hape ke wajah nya. Tampak Bu Ida sepertinya sedang duduk bersandar di dipan tempat tidur nya.
"Maka nyaa.. Segera cari pendamping nya lah biar ga kesepian, hihihi", sindir gw ke Bu Ida.
"Ih ga lah, trauma saya. Udah nyaman begini hidup sama anak2 aja. Lagian emangnya gampang cari yg cocok udah umur segini juga", sahut Bu Ida.

Tanpa terasa obrolan kami justru berlanjut dengan topik2 santai, kami berdua tanpa ragu saling sindir dan bercanda di pagi itu dengan gw yg masih belum beranjak mandi juga. Gw pun dengan cuek nya udah di posisi bersantai di tempat tidur gw juga, udah kaya sedang video call dengan pacar gw aja pokoknya. Sampai akhirnya Bu Ida hendak mengakhiri sesi video call kami.

"Yowis Pak, ini orang kantor udah nge-WA. Kayanya udah mau sampe rumah deh", tiba2 Bu Ida menutup pembicaraan kami.
"Malah bikin Pak Deden ga mandi2 dari tadi jadinya ini, hahaha", lanjut Bu Ida.
"Hahaha ga apa Bu, saya malah seneng ada yg nemenin ngobrol pagi2 gini. Kurang lama malah, hehehe", gombal gw ke Bu Ida.
"Halah nanti ada yg cariin loh", sindir Bu Ida.
"Ga lah, orang kantor ga nyariin jadi saya juga bisa santai aja berangkat nya", jawab gw.
"Yaa maksudnya dicariin pacar nya gitu", jelas Bu Ida.
"Ohh, hehehe. Ga apa ga apa, sekali2 kan giliran Bu Ida yg nyari2in gini", gombal gw lagi.
"Ih ge-er, siapa juga yg nyariin", ledek Bu Ida.
"Ga nyariin tapi betah juga kan saya ajak ngobrol, hehehe", ledek gw balik.
"Ah masaa.. Bukan nya Pak Deden yang betah sampe lupa mandi, hahaha", ledek Bu Ida lagi.
"Hahaha.. Kalo saya sih iya ngaku, emang betah. Kapan lagi coba bisa video call sama Bu Ida gini", sahut gw cuek dan jujur aja ke Bu Ida.
"Hihihi, bisa kapan aja kok Pak kalau saya mah", jawab Bu Ida sambil tersenyum.
"Bener nih yaa bisa kapan aja. Nanti gantian deh saya yg hubungi Bu Ida duluan", sahut gw yakin, merasa dapat lampu ijo dari Bu Ida.
"Iya iya. Bebas kok Pak", jawab Bu Ida meyakinkan kembali dengan senyuman manisnya. Setelah itu pun dia pun pamit lalu menutup sesi video call kami.

Setelah momen video call itu, seharian gw uring2an kepikiran Bu Ida terus. Berkali2 ngerasa ga tahan pengen coba hubungi dia lagi, tapi kuatir mengganggu apalagi di kantor gw sendiri pun sedang disibukkan dengan banyak urusan. Sepulang kerja pun gw lanjut menjemput dan menghabiskan waktu bersama pacar gw di luar. Baru lah gw bener2 punya waktu sendirian sesampainya gw di rumah jam 8 malam itu.

Berawal ketika selesai mandi dan merebahkan badan di tempat tidur, gw iseng buka2 status WA nya orang2. Tujuan nya sih memang penasaran melihat status WA Bu Ida yang memang tergolong rajin update status di akun WA nya. Benar saja muncul akun Bu Ida di daftar update status WA tersebut, dan pas gw buka tampak foto Bu Ida yang sedang selfie di depan cermin dengan tanktop ketat, legging, dan sepatu olahraga yang sepertinya sedang di sebuah tempat gym. Gw yg mendadak deg2an ngeliatnya pun langsung iseng menyapa Bu Ida di WA menanggapi foto tersebut.

"Sehat bener yg rajin nge-gym, hehehe", gw coba membuka obrolan. Tanpa diduga ternyata langsung dibaca dan ga lama dibalas oleh Bu Ida.
"Iseng aja Pak buat isi waktu", jawab Bu Ida lengkap dengan emot kedip nya.
"Itu foto tadi Pak. Ini barusan selesai", lanjut Bu Ida lagi.
"Oh masih di tempat gym aja malem2 gini. Hati2 masuk angin loh keringetan malem2", sahut gw sok perhatian dan sok tau, padahal sendirinya ga pernah ikut2an nge-gym kaya gitu, hehehe.
"Justru seger Pak kalau keringetan malem2 gini. Biar lebih nyenyak tidurnya nanti", jelas Bu Ida.
"Emang nya biasa nge-gym di mana sih Bu?", tanya gw.
"Selalu di sini kok, member soalnya. Ini nih di XXX Gym (nama samaran) di daerah Jakarta Utara", jawab Bu Ida yg cukup gw kenal baik nama tempat yg disebutkan itu.
Sedang gw coba mengetik balesan nya, tau2 Bu Ida mengirim sebuah foto ke gw. JREEENG, tampak foto Bu Ida yg sedang selfie menggunakan kamera hape nya. Foto setengah badan Bu Ida yg menunjukkan sekujur tubuhnya basah berkilau oleh keringat, lengkap dengan sedikit lipatan ketiak nya mengintip karena posisi tangan nya yg mengangkat tinggi hape nya. Spontan terasa sesak dada gw yg makin deg2an melotot menatap foto Bu Ida itu, terlebih karena Bu Ida dengan sadar berbagi foto itu tanpa ragu ke gw.

"Woww..", cuma itu respon singkat yg gw ketik di WA menanggapi kiriman foto Bu Ida.
"Hahaha, kok wow Pak?", tanya Bu Ida.
"Hmmm takjub aja Bu", lanjut gw lagi masih kebingungan harus menjawab apa.
"Hihihi. Lagi kusut gitu apanya yg takjub coba", kata Bu Ida.
"Ga kusut kok Bu. Suka malah", jawab gw.
"Suka gimana?", tanya Bu Ida lagi.
"Yaa suka aja liatnya", jawab gw jujur dengan emot senyum gw.
"Hihihi aneh2 aja kamu Pak, orang keringetan gini kok malah suka ngeliatnya", jawab Bu Ida.
"Bener Bu. Kurang banyak malah foto nya, hehehe", sahut gw lagi.
"Hahaha udahan selfie nya itu tadi. Lagi mau buruan bersih2 dulu ini, kemaleman nanti pulang nya", jawab Bu Ida.
"Yaudah selfie pas lagi bersih2 nya juga ga apa. Hahaha", celetuk gw usil tanpa takut Bu Ida tersinggung.
"Hahaha.. mau mandi dulu maksudnya Pak", jelas Bu Ida.
"Iya tau kok Bu. Justru itu", lanjut gw lagi mulai makin berani blak2an sambil ngasih emot melet2 lidah.
"Yeee.. Mau nya dasar. Centil", ledek Bu Ida. Bener aja dia ga tersinggung sama sekali ternyata.
Sengaja gw ga bales lagi, beberapa menit gw diemin WA Bu Ida sampai akhirnya gw bales lagi.
"Mana?", singkat gw kirim pesan begitu. Ga lama Bu Ida pun langsung menanggapi.
"Mana apanya?", tanya Bu Ida.
"Saya nungguin loh dari tadi", jawab gw dengan emot melet lagi.
"Nungguin apa nya Pak?", tanya Bu Ida.
"Nungguin foto nya. Kan tadi ga nolak pas saya minta, hehehe", jawab gw cuek.
"Hah? Foto lagi mandi? Hahaha, ga boleh lah. Enak aja weee", jawab Bu Ida tapi dengan emot melet nya.
"Yaaah.. Kirain mau dikasih tadi", lanjut gw.
"Hihihi ga lah, bahaya. Lagian udah selesai ini", kata Bu Ida.
"Yaudah deh Bu buruan beres2 dulu. Keburu kekunci ntar sama yg punya tempat gara2 tutup toko, hahaha", kata gw bercanda sambil mengalihkan topik. Daripada makin kecewa gara2 ga berhasil mancing Bu Ida berbagi foto, hehehe.

Ternyata tanpa diduga ketika gw mulai berhenti mancing, Bu Ida justru kirim sebuah foto lagi ke gw. Dan hmmmm, gw bingung gimana jelasin perasaan nya gw waktu itu.. Perasaan yg bikin mata gw melotot terpana, sampe nafas gw kaya berhenti seketika, telapak tangan keringetan, tapi detak jantung gw makin kenceng, pas gw buka pesan nya ternyata Bu Ida mengirimkan foto selfie nya lagi. Tapi kali ini foto selfie full body Bu Ida memunggungi cermin sambil menoleh ke belakang, dengan sebelah betis nya sedikit ditekuk hingga postur pantat nya sedikit terangkat, dan tubuh nya hanya dibalut handuk putih kecil dari punggung sampai setengah paha nya.

Baru niat mau ngetik balesan WA nya, ga lama foto itu hilang alias dihapus oleh Bu Ida.
"Loh kok dihapus Bu? Baru diliat bentar juga", tanya gw heran.
"Hihihi, udah cukup ah, udah liat juga kan. Tuh bukti saya beneran udah selesai mandi nya", jawab Bu Ida lengkap dengan emot melet nya lagi.
"Yaaah belum puas loh diliatin nya padahal ini", kata gw.
"Hahaha malu ah Pak", kata Bu Ida.
"Ih ngapain malu. Hmm bikin penasaran aja nih jadinya", kata gw.
"Penasaran gimana, lha badan gendut gitu saya tuh", jawab Bu Ida.
"Gendut apanya, bodi bagus gitu. Seksi tau bu", sanggah gw blak2an dengan emot kedip mata.
"Hahaha seksi apanya, gendut tau itu makanya harus rajin2 olahraga", jawab Bu Ida. Sepertinya gw emang ga perlu canggung lagi untuk komentari tubuh nya lebih jauh sekarang.
"Beneran loh Bu, dari belakang aja udah seksi gitu keliatannya. Apalagi tampak depan nya kan, hehehe", lanjut gw makin berani.
"Jangan lah, makin keliatan gendut nya Pak, hahaha", sahut Bu Ida.
"Hehehe, iya yah makin keliatan gendut.. Tapi cuma dada nya aja", jawab gw makin kurang ajar.
"Ih sok tau deh kamu Pak", kata Bu Ida.
"Tau dong Bu, udah keliatan kok selama ini", lanjut gw sambil ngasih emot kedip.
"Dasar... Hahaha", jawab Bu Ida singkat.
"Saya sambil jalan pulang dulu ya Pak, udah beres ini", lanjut Bu Ida pamit menyudahi chat nya kami.
"Ok deh Bu. Nanti aja disambung lagi sampai di rumah", sahut gw.
"Iya Pak", jawab Bu Ida pertanda setuju buat gw WA lagi walaupun udah terlalu malam juga dia sampai rumah nanti.
"Siapa tau sampai rumah udah dibolehin liat tampak depan nya, hehehe", lanjut gw lagi ngasih kode.
"Hahaha..", cuma itu jawaban Bu Ida. Setelah itu pun sesi chat kami selesai.

(BERSAMBUNG KE : PART III)
 
Terakhir diubah:
PART III
-------------

Sengaja gw menunggu beberapa jam buat coba menghubungi Bu Ida lagi. Masih terbayang banget postur Bu Ida yg cuma menggunakan handuk di foto tadi, uring2an gw nyesel ga sempat simpan foto yg dia kirim itu. Cuma sekarang gw dengan yakin bisa lebih jauh coba mancing2 Bu Ida, terlebih setelah tau respon nya yg ga risih atau menolak sama sekali candaan vulgar gw itu.

Tepat jam 11 malam setelah menghabiskan waktu buat makan dan nonton tv di kamar, kembali gw selonjoran di tempat tidur dan mulai coba menyapa Bu Ida di WA lagi.
"Hai Bu. Sudah sampai rumah kah?", tanya gw yg cukup lama dibales Bu Ida akhirnya.
"Hai Pak Deden. Udah dari tadi dong", jawab Bu Ida.
"Oh kirain udah tidur", tanya gw basa basi.
"Bentar lagi paling Pak, baru masuk kamar ini. Sori dari tadi hape dicharge di kamar", jawab Bu Ida.
"Iya ga apa2 Bu. Sama anak2 di kamar yah?", tanya gw memastikan.
"Ga kok. Udah pada di kamar nya masing2 mereka mah", jawab Bu Ida.
"Sendirian aja ya? Sama dong, hehehe", kata gw mulai coba mancing2.
"Hahaha. Pak Deden di rumah?", tanya Bu Ida balik.
"Iya lah mau dimana lagi Bu jam segini", jawab gw.
"Yaa kali sedang jalan sama pacar nya", kata Bu Ida.
"Udah tadi Bu, udah pulang juga", jawab gw.
"Ga dibawa pulang pacar nya? Kan biar ada temen nya, hihihi", kata Bu Ida.
"Bahaya atuh Bu kalau dibawa pulang. Bisa kejadian macem2 nanti, hahaha", jawab gw cuek.
"Ga apa lah, kan sama pacar sendiri ini", sahut Bu Ida dengan emot melet nya.
"Hahaha oh gitu ya. Kalau ditemenin pacar boleh gitu? Kalau sama selain pacar gimana?", tanya gw mulai coba berani mancing2 lagi.
"Ih ngapain, udah enak ada pacar nya gitu kan", jawab Bu Ida.
"Hihihi. Abis pacar nya ga mau diajak pulang ke tempat saya sih", jawab gw lagi ngarang.
"Baik yah pacar nya. Atau Pak Deden aja yg kurang ngerayu nya nih, hahaha", lanjut Bu Ida bercanda.
"Dilarang lah Bu sama ortu nya. Kalo Bu Ida mah enak bebas kemana2 ga ada yg larang kan", jawab gw sambil kirim emot kedip.
"Hahaha.. Bisa aja Pak", jawab Bu Ida singkat.

Merasa obrolan gw dan Bu Ida lumayan cair dan santai, tanpa ijin pun gw mutusin buat coba video call Bu Ida pada saat itu juga. Dan ga lama Bu Ida pun menjawab video call gw.

"Halo Pak..", jawab Bu Ida di layar hape gw. Tampak Bu Ida sepertinya sedang duduk bersandar di dipan tempat tidur nya juga, dengan pakaian yang sepertinya daster tidur putih tanpa lengan gitu.
"Halo Bu Ida, hehehe. Eh ga apa kan saya video call gini?", tanya gw memastikan. Gw sendiri malam itu coba berani video call tanpa pakai baju sehingga nunjukin setengah dada telanjang gw di kamera.
"Iya Pak ga apa2. Belum tidur Pak?" , tanya Bu Ida dengan suara merdu nya ditambah raut wajah manis yg tak ber-makeup itu.
"Belum dong. Kan tadi saya udah ijin mau lanjut WA lagi kalau Bu Ida sudah sampai rumah", jawab gw coba mulai menggoda Bu Ida.
"Bu Ida udah siap2 tidur ya?", tanya gw balik.
"Yaa sambil nunggu ngantuk banget aja Pak, biasa nya juga sambil nonton TV sampai tau2 ketiduran, hahaha", jawab Bu Ida.
"Ganggu jam tidur nya dong nih?", tanya gw lagi memastikan.
"Hmm ga apa kok Pak, santai aja. Hihihi", jawab Bu Ida yg tampak sayu ga seperti biasa nya. Mungkin karena efek kelelahan dan mulai mengantuk juga.
"Cape banget ya Bu kaya nya abis gym malem2 tadi, sampe lemes gitu muka nya", lanjut gw sok perhatian.
"Ah ngga kok Pak, masa iya sih keliatan dari muka nya?", tanya Bu Ida sambil mendekatkan kamera hape ke wajah nya coba bercermin.
"Tuh kan bener sampe pucet gitu mata nya", lanjut gw lagi sok tau memperhatikan wajah Bu Ida lebih dekat.
"Ih bukan Pak, ini cuma efek ga makeup aja saya nya", jawab Bu Ida sambil sibuk mengusap2 pelipis mata dan pipi nya sendiri beberapa saat.
"Hmm ya udah Bu jangan kelamaan ngaca nya, cuma keliatan muka Bu Ida nya aja nih kan jadinya", sahut gw.
"Hm?", respon Bu Ida singkat sambil bengong ke arah gw.
"Iya. Jauhin lagi aja kamera nya gitu, biar saya juga leluasa ngeliat Bu Ida, hehehe", lanjut gw.
"Hahaha. Oh gitu, apaan sih Pak ada2 aja", sahut Bu Ida tertawa sambil mulai menjauhkan kembali kamera hape nya sampai menunjukkan bagian kerah daster nya yg rendah dan sebagian area dada mulus nya.
"Belum belum, masih kurang jauh dikit lagi Bu, hehehe", lanjut gw lagi semakin berani mancing2 Bu Ida.
"Hah? Begini maksudnya?", kembali Bu Ida nurut aja ngejauhin kamera hape nya. Kali ini gw bisa ngeliat tonjolan tetek Bu Ida di balik daster nya, dan pundak mulus Bu Ida yg dihiasi tali tipis daster nya itu.
"Nahh segini boleh lah. Kan jadi lebih jelas saya pandangi Bu Ida nya", kata gw sambil tersenyum genit.
"Hahaha. Ngerjain aja ih Pak, pegel dong tangan saya megangin hape nya kalau begini", sahut Bu Ida yg justru ga merasa risih gw pandangi.
"Ih siapa yang ngerjain. Ya udah biar adil saya juga ikutan dehh", kata gw sambil dengan pede nya coba nunjukin jelas dada telanjang gw di depan kamera bahkan sampai puting dada gw terlihat.
"Hahaha. Ih si Bapak, hati2 masuk angin loh tidur ga pake baju", cuma itu respon Bu Ida ternyata, kembali ga ada tanda2 risih sama sekali dengan tingkah gw.
"Kan cuma ga pake baju Bu, yang lain nya masih aman ketutup. Tuh, aman kan..", lanjut gw yg malah berani sesaat ngebalik kamera hape gw buat nunjukin area pinggang sampai kaki gw yg cuma tertutup boxer hitam longgar. Sengaja gw cuma pake boxer tanpa celana dalam sehingga sedikit nunjukin tonjolan kontol gw di balik nya.
"Hahaha, yaa harus lah dipake celana nya. Masa iya tidur nya bugil", respon Bu Ida tertawa. Mendengar Bu Ida cuek pakai bahasa "bugil" aja refleks kontol gw bereaksi. Tanpa sadar gw mulai coba mengusap2 kontol gw sendiri dengan sebelah tangan.
"Yaa kali Bu Ida gitu yang tiap tidur ga pake celana, hehehe", ledek gw asal dengan semakin berani.
"Sekarang? Ya iya lah Pak, nama nya juga daster terusan gitu, ngapain lagi pake celana. Udah nyaman sama adem juga ini buat tidur", jawab Bu Ida dengan jelas nya.
"Jadi.. Celana dalem pun ga pake gitu kalo tidur pake daster?", tanya gw sok bloon.
"Hahaha. Kalo itu mah tetep pake dong Pak. Masa ngga sih", jawab Bu Ida santai.
"Ohh kirain Bu. Kalo daleman atas nya, dipake juga?", tanya gw memancing.
"Kalo bra sih ga pake ya, toh mau tidur ini", kembali Bu Ida jawab dengan santai nya.
"Pantes.. Ga keliatan tanda2 ada tali BH nya dari tadi", lanjut gw cuek.
"Hahaha. Ah si Bapak merhatiin aja", jawab Bu Ida.
"Merhatiin dong Bu, kapan lagi kan liat Bu Ida ga pake BH", ledek gw makin kurang ajar.
"Dasar.. Hahaha, udah ah malu", jawab Bu Ida sambil coba menutupi tonjolan tetek nya, tapi justru bikin kerah daster nya ketarik turun dan gw bisa ngeliat belahan tetek nya mengintip.
"Ah si Ibu ngapain ditutupin sih. Jadi ga keliatan kan yg nonjol2 nya", kata gw asal padahal sama sekali belum kesampaian nerawang puting tetek nya di balik daster itu.
"Eh emang keliatan? Masa sih..", respon Bu Ida sambil lalu sibuk melirik ke arah dada nya dan merapikan daster yg menutupi area tetek nya itu. Bener aja, setelah gw perhatiin seksama baru mulai tampak tonjolan puting nya menjiplak dari dalam daster. Bu Ida pun sepertinya menyadari itu.
"Ahh iya hahaha. Haduh malu malu, udahan ah Pak", lanjut Bu Ida sambil kembali mendekatkan hape ke wajahnya sehingga ga tampak lagi dada nya di kamera hape.
"Udah sih Bu, ga apa2 ngapain malu. Cuma berdua ini kita", kata gw.
"Yaa jangan lah Pak. Bahaya nanti", kata Bu Ida sambil tersenyum.
"Kok bahaya? Kecuali saya di sana sama Bu Ida, baru deh bahaya", lanjut gw lagi.
"Tetep aja bahaya. Nanti Pak Deden ga bisa tidur lagi", jawab Bu Ida.
"Yah, udah terlanjur ga bisa tidur ini Bu. Udah kebayang2 banget ini", kata gw.
"Hmm si Bapak. Ngebayangin apaan sih, hihihi", tanya Bu Ida.
"Ngebayangin Bu Ida lah. Bikin penasaran sih tiap liat Bu Ida, makin keliatan seksi nya semaleman ini", goda gw blak2an.
"Masaa? Mana ada seksi2 nya Pak", sanggah Bu Ida tanpa menolak godaan gw.
"Beneran kok Bu. Apalagi malem2 gini bisa liat Bu Ida cuma pakai daster kebuka gitu. Suka banget..", rayu gw lagi sambil tersenyum genit ke Bu Ida.
"Ah bisa aja si Bapak. Kenapa juga suka nya ngeliatin saya gitu, masih banyak yg lebih seksi lah Pak..", tanya Bu Ida. Tampak gestur tubuh dan rona wajah nya mulai berubah seolah bereaksi terhadap kata2 gw.
"Udah susah ngebayangin yg lain kalo udah liat Bu Ida kaya gini", goda gw.
"Yaa maka nya jangan diliatin lama2 saya nya dong.. Hihihi", ledek Bu Ida.
"Kurang lama justru ini Bu.. Eh, tapi Bu Ida kalau udah ngantuk ga apa kok tidur duluan aja", sahut gw sambil coba memastikan Bu Ida masih betah atau tidak berlama2 video call dengan gw.

"Hmm belum kok Pak.. Mungkin Pak Deden yang udah mau tidur itu?", balas Bu Ida. Yes! Seolah gw masih dapat ijin menggoda Bu Ida lebih jauh kalau begini.
"Belum juga Bu. Kan mau nemenin Bu Ida dulu juga malam ini", goda gw ke Bu Ida disambut senyum manisnya.
"Hmmm ngapain juga saya ditemenin. Udah biasa sendirian gini..", jawab Bu Ida. Kali ini sambil memutar posisi badan nya menghadap samping, merapatkan manja pipi nya ke bantal. Posisi itu pun membuat belahan tetek nya semakin jelas terlihat karena saling berhimpit satu sama lain.
"Justru karena sama2 sendirian, berdua kan lebih enak Bu. Malem2 gini pula", goda gw lagi.
"Hmmm si Bapak.. Nanti jadi ga bisa tidur loh, hihihi", ledek Bu Ida.
"Ga apa Bu, sampai pagi juga rela ga tidur demi sama2 Bu Ida gini", gombal gw.
"Ih cape loh nanti Pak. Mana besok Pak Deden juga kerja kan, kapan tidur nya coba", tanya Bu Ida.
"Bisa nanti2 aja tidur nya.. Asal sama Bu Ida langsung tapi, hehehe", sahut gw dengan berani nya.
"Kok.. Sama saya?", mata nya menatap bengong dengan kata2 gw.
"Iya tidur nya bareng sama Bu Ida aja. Kan sama2 kurang tidur juga nih kita", jawab gw asal.
"Emang ga boleh?", tanya gw lagi sok bloon.
"Hahahaha.. Ada2 aja si Bapak..", jawab Bu Ida tertawa, tapi tampak gerak gerik nya seperti risih sendiri. Ntah mungkin nafsu nya mulai tergelitik waktu itu.
"Iya nih.. Jadi pengen kalau udah sampe kebayang2 gini", lanjut gw lagi.
"Pengen apa sih Pak Deden?", tanya Bu Ida.
"Yaa tadi itu. Pengen tidur nya bareng Bu Ida aja", jawab gw dengan jelasnya.
"Ngapain sama saya.. Kan bisa masing2 aja kalau mau tidur", jawab Bu Ida lagi yg tetap melayani candaan vulgar gw.
"Yaa kan kalau berdua Bu Ida bisa sambil ngapa2in juga tidurnya", goda gw.
"Hmmm mau ngapain emangnya sih Pak?", tanya Bu Ida lembut dengan senyum manisnya. Gw yakin Bu Ida sendiri udah makin terpancing gairah nya.
"Mau semaleman dibikin nafsu terus sama Bu Ida kaya gini", jawab gw tanpa ragu lagi.
"Paak.. Husss, udah ahh. Nanti saya ikut ngebayangin lagi", sahut Bu Ida.
"Ga apa dong. Emang ada yang larang?", sindir gw.
"Yaa bukan. Udah ahh, jadi susah nanti kalau kebayang2", jawab Bu Ida.
"Takut jadi bener2 kepengen juga ya Bu..", sindir gw lagi.
"Hahaha.. Si Bapak sih aaahh iseng banget, kepengen kok ngajak2", sahut Bu Ida.
"Hihihi.. Ya udah sih Bu kalau kepengen juga. Kan sama2 mau gini", goda gw coba mulai serius ajak Bu Ida untuk lebih jauh.
"Ih.. Emang nya saya bilang kalau saya juga mau?", tanya Bu Ida.
"Trus.. Ga mau gitu?", tanya gw balik coba menggoda lagi.
"Yaa.. Udah ah Pak jangan dibahas maka nya", Bu Ida memohon dengan raut memelas nya.
"Kalau sama ini.. Juga ga mau Bu?", tanya gw lagi. Tapi kali ini sambil mengaktifkan kamera belakang hape gw menyorot aktifitas sebelah tangan gw yg sedang mengusap2 tonjolan kontol yg makin keras di balik boxer tipis itu. Disambut respon Bu Ida yg sempat melongo lalu menutupi mulut nya yg menahan tawa.
"Ih Pak Deden, malah dilanjut begituan aa aah..", komplain Bu Ida dengan suara manja. Namun tanpa risih gw tetap dengan santai melanjutkan usapan di kontol gw, tentunya dengan tetap membiarkan Bu Ida menonton langsung. Tampak Bu Ida sama sekali tidak berusaha untuk mengalihkan pandangan nya.
"Hmm dari tadi nih dibikin makin terangsang terus setiap ngeliatin Bu Ida", jelas gw.
"Hmmm..", cuma itu suara yg terdengar dari Bu Ida, yg masih setia mengawai gerakan demi gerakan tangan gw.

Merasa Bu Ida memerhatikan dengan seksama, kali ini gw beralih memasukkan tangan gw ke dalam boxer dan mengusap langsung batang kontol gw yg sudah semakin keras. Tampak Bu Ida yg awalnya cuma tersenyum, semakin lama semakin ga bersuara dan raut wajahnya juga seperti gelisah. Kedipan mata sayu nya semakin lambat dan terlihat nafas nya mulai lebih cepat. Gw usap lebih cepat batang kontol gw, sengaja gw genggam dan kocok lebih jauh sampai ke pangkal nya sehingga boxer gw pun semakin melorot ke bawah. Disusul kemudian ujung batang kontol gw mencuat keluar dengan bulu2 jembut lebat gw yg mulai leluasa terlihat.

"Hfff.. Enak banget ini sambil bayangin kamu Bu..", gw mulai coba bersuara setelah kami sama2 hening sesaat.
"Hmm Pak Deden.. tau2 udah keras gitu aja sih..", sahut Bu Ida dengan senyum kecil nya.
"Dari tadi nih Bu.. Ngeliatin wajah sama tubuh kamu sambil dikocokin tangan ku", lanjut gw lagi.
".. Nakal dasar kamu Pak", singkat jawaban dari Bu Ida.
"Pengen nya tangan kamu yang muasin nih Bu sshhh..", goda gw dengan berani nya, sambil makin gw deketin kamera hape gw ke selangkangan gw. Mempertontonkan dengan jelas ujung kepala kontol gw yg makin berkilau membesar di hadapan Bu Ida.
"Hfff Bapak...", suara Bu Ida berbisik dengan nafas nya yg makin cepat.
"Mau kamu banget Bu, mau muasin kamu pakai ini..", lanjut gw yg memang makin bernafsu terlebih melihat ekspresi Bu Ida.
"Paakk.. Sshhh", jawab Bu Ida disusul ekspresi menggigit bibir bawah nya. Dari gerakan pundak nya terlihat seperti tangan nya pun sedang sibuk sendiri.
"Kontol ku mau kamu Bu.. Mau ngerasain nikmat nya vagina basah kamu", bisik gw menggoda Bu Ida.
"Oughh Pak.. Stop aku ga tahan Pak, jangan diterusin Pak", sahut Bu Ida yg sama sekali justru ga tampak mau berhenti menikmati tontonan yg gw sajikan. Dengan makin berani gw turunin boxer gw sampai lutut sampai terpampang bebas selangkangan telanjang gw, berikut batang kontol yg gw biarin tegak berdiri dengan keras nya di depan kamera.
"Ughhh sini Bu, mau ngerasain kamu dudukin kontol ku sampai tembus masuk ke lubang vagina kamu.. Sambil aku nikmatin juga nyiumin puting tetek kamu Bu..", sengaja gw berbahasa vulgar dengan makin liar karena seperti nya semakin sukses memancing nafsu Bu Ida.
"Paaak, aaachh aku ga bisa Pak.. Jangan paksa aku lebih jauh Paaak..", jawab Bu Ida.
"Hfff Bu.. Mau kamu bikin lebih tegang lagi kontol nya ini Bu, tunjukin tetek kamu buat aku Bu.. ayo Bu biarin tetek kamu buat aku..", perintah gw dengan berani nya.

Tanpa ragu2 lagi ternyata Bu Ida pun langsung memenuhi kata2 gw. Dengan posisi tidur nya yg menghadap kanan, tangan kiri nya mulai memegang dan langsung meremas2 kasar tonjolan tetek kiri nya dari luar daster. Disertai ekspresi wajah penuh nafsu nya yg tampak semakin ga terkontrol.

"Buka sayang.. Ughh buka daster kamu.. Sini biarin tetek nya aku nikmatin sayang sshhh", perintah gw lagi yg semakin menikmati permainan tangan Bu Ida. Seolah terhipnotis Bu Ida pun menarik turun kerah daster nya, dari yg awalnya cuma terlihat belahan tetek nya perlahan gw bisa ngeliat bongkahan tetek kiri nya mulai menyembul keluar, lalu disusul puting hitam nya yg tampak merekah dengan areola lebar disekelilingnya, sampai kerah daster itu menyangkut terjepit di pangkal tetek Bu Ida. Sekarang gw bisa dengan bebas menatap sebelah tetek Bu Ida terpampang dengan jelasnya, tetek bulat dengan ukuran lumayan besar dan sudah kendur menjuntai lengkap dengan puting keriput nya. Sambil tersenyum manis Bu Ida pun menatap kamera hape dengan tangan yg mulai meraba dan meremas2 tetek nya sendiri.

Gw pun lalu membiarkan Bu Ida menatap wajah gw yg sedang menikmati pemandangan tetek nya yg dibiarkan terbuka itu.
"Ughh suka banget sama tetek kamu Bu, bikin nafsu pengen aku ciumin", respon gw sambil mulai menatap nanar wajah dan tubuh Bu Ida.
"Sshhh iya Pak, kamu yang mancing2 terus sih hhhaaah", desah Bu Ida lembut mengiringi usapan dan remasan pelan di tetek nya sendiri itu.
"Mainin puting kamu Bu, biarin aku puas nikmatin puting kamu sshhh", pinta gw lagi yg langsung dituruti Bu Ida begitu saja. Dengan ibu jari dan telunjuk nya Bu Ida mulai beraksi menjepit puting tetek nya sendiri, dipilin2 sambil sesekali ditarik nya sampai puting itu semakin memanjang dan membesar. Bisa gw liat gimana Bu Ida mulai benar2 menikmati permainan nya sendiri, dengan wajah menunduk menatapi dada nya penuh nafsu.
"Aaachh.. Sshhh hhaahh.. Sshhh hmmpff ughh sshhh Paak..", racau Bu Ida sambil mulai terpejam dengan bibir menganga.
"Sini sayang, sshh.. Biar aku yang puasin puting kamu.. Biar aku yang jamah sambil aku cium mesra bibir seksi kamu itu Bu..", pancing gw lagi ke Bu Ida.
"Uughh iyaah Paak.. Hmmm sshhh.. Iyahh aku mau Pak..", jawab Bu Ida dengan manja menggigit bibir bawah nya sambil mendekatkan kamera ke tetek nya. Dijepit dan ditariknya berkali2 puting itu tepat di hadapan gw. Tampak jelas sebongkah daging puting berwarna kehitaman khas seorang wanita paruh baya yg menggoda itu seolah udah ga tahan untuk dipuaskan.
"Oughh Bu.. Nikmat banget pasti itu buat aku emutin yahh.. Diemut dijilat sambil aku setubuhi badan kamu Bu..", ujar gw semakin vulgar. Terdengar Bu Ida pun hanya mampu mendesah berulang2 tanpa tertahan, dengan semakin cepat dan kuat remasan demi remasan di tetek nya sendiri. Melihat ini pun gw makin ga tahan untuk mempercepat kocokan tangan gw di sekujur batang kontol yg makin keras menjulang ini.

"Udah basah vagina nya sayang?", tanya gw dengan lembut.
"Hm ehmm iya Pak..", jawab Bu Ida singkat sambil tersipu malu.
"Coba sini mana vagina nya Bu.. Nih buat nemenin yg ini", pinta gw lagi sambil kembali menunjukkan kontol gw yg makin mengeras tengah dikocok dengan penuh nafsu.
Bu Ida pun tanpa ragu lagi turut mengarahkan kamera ke pinggang nya. Bisa gw liat memang daster putih Bu Ida cukup pendek sebatas paha, dengan sekali tarik daster itu pun terangkat sampai pinggang, menunjukkan paha jenjang dan mulus Bu Ida dengan sebuah celana dalam putih tipis menutupi selangkangan nya.
Diusap2 nya sesaat celana dalam putih itu sambil mungkin menatapi kontol gw di hape nya, yg terdengar hanya suara kami berdua yg saling beradu desah menikmati permainan satu sama lain. Dari yg hanya mengusap2 jemari Bu Ida pun mulai menggesek2 belahan memek dari balik celana dalam nya, membiarkan belahan memek nya membentuk jelas dan menjepit celana dalam nya sendiri.

"Ugghh Bu Ida.. Buka sayang, tunjukin vagina kamu buat aku sayang..", perintah gw lagi. Dengan pasrah nya Bu Ida kembali menurut, ditarik nya dari samping celana dalam itu sampai mulai memperlihatkan memek gelap nya, meski sudah tua namun masih terlihat kencang dan rapat, dihiasi bulu2 jembut nya yg keriting namun ga terlalu lebat.
"Aaarrgh sayang.. Nafsuin banget vagina kamu.. Sshhh Bu Ida, mau ngerasain vagina basah kamu banget ini Bu aaarrgh", racau gw dengan semakin cepat memompa kontol gw.
"Hhaahh iyaah Pakk.. Sshh Pakk.. Aku basah banget ini sshhh aaahh.. Auu aach ach ach achh", desah Bu Ida makin kencang diiringi gesekan jari nya yg semakin membuka belahan memek nya. Tampak jari Bu Ida berkilau karena basah terkena memek nya sendiri, dan gw pun mulai bisa liat lubang memek nya yg dikelilingi daging kemerahan itu.

(BERSAMBUNG KE : PART IV)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd