Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG IJO dan WIMARS.

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Makasihh updatenya om Jo...


Moga aja Om Jo bisa mencarikan solusi untuk balas dendam si IJO..
Pengen kutabok tu pala bossnya:getok:
Emang mo jaga nyamuk doang...
Asem bener...

Wimars yang sabar ya, bang Ijo lagi cari uang beli gincumu dek...
 
Makasihh updatenya om Jo...


Moga aja Om Jo bisa mencarikan solusi untuk balas dendam si IJO..
Pengen kutabok tu pala bossnya:getok:
Emang mo jaga nyamuk doang...
Asem bener...

Wimars yang sabar ya, bang Ijo lagi cari uang beli gincumu dek...

maksih om uda mau baca... mohon kritikan dan sarannya

Eh... sendal mamang di mari rupanya.

maksih om uda nengokin... mohon bimbingannya..

Ijo Ijo Ijo
om Jo om Jo om Jo

update update update
update update update
maksih om uda mantau..


mohon koreksinya.
 
Geal... Geol.... Geal... Geol.... :senam2:
Pocong loncat dari timur ke barat..

Hamba haturkan sesajen bunga 7 rupa :rose::rose::rose::rose::rose::rose::rose:

Update lah... Update lah...
7069.gif
 
Terakhir diubah:


PART 9

Masih POV aku, si Ijo Palelo, si pria separoh tampan dan separoh jelek. Tapi memiliki kharisma yang tidak dimiliki pria tampan manapun..

Dan masih berada didalam kamar, lagi hanyut dalam memori masalalu.

WAKTU ITU..........

Tepatnya ketika aku duduk dibangku kelas 2 SMP Swasta Jambul 0067676. Sebuah sekolah yang teletak di luar kota. Dan menghabis waktu 7 jam perjalanan dari daerahku. Dan beruntung, pihak sekolah menyediakan asrama bagi siswa yang berasal dari luar kota. Sehingga untuk Siswa dari luar kota, tidak perlu sibuk-sibuk mencari kost.

Aku dan Abri satu lokal mulai dari kelas 1 sampai kekelas 3. Bahkan kami melanjutkan ketingkat SMA yang sama, yaitu SMA Swasta Jambul 0067676. Tapi benih-benih cinta timbul di saat kami kelas 2 SMP.

Dan di bawah pohon Sirsak yang ada di belakang gudang sekolah, Cinta kami bersatu.

Mhhhhhhh....!

Tapi Sayang..... ! Saat ini mataku sangat mengantuk. Jadi, bayangan masalaluku bersama Abri tiba-tiba pudar. Sehingga, dengam terpaksa dan berat hati. Aku, Ijo Palelo, dengan ini menyatakan.

Besok-besok aja kuceritakan masalaluku

IJO : "Maaf untuk Ts, bukannya aku tidak mengikuti skenario ente. Tapi sumpah... Mataku ngantuk kali... Maaf ya om jo.. Ane doain om jo bisa bersabar dengan tingkahku... Dan masih mau memakai diri ini sebagai aktor dalam cerita om Jo. Selamat malam dan selamat tidur..!"

Jodoang :"Kampret kau Ijo.. Ngancurin skenarioku aja.. Tapi ya sudahlah. Maafmu aku terima"

###########

Pagi ini hari minggu.

Aku.... Ijo Palelo. Pria yang sedikit berandal dan pria yang sangat penyayang kepada Emaknya. Dengan keadaan mengantuk. Sayup - sayup mencium aroma kopi susu. Dan itu memaksa mataku untuk terbuka.

Tapi saat mata ini terbuka. Bukan secangkir kopi yang kulihat. Tapi sosok gadis tinggi langsing, berkulit hitam manis dengan wajah bulat beramput tipis sepanjang pinggang. Dia tersenyum kepadaku, sehingga lesung pipinya semakin jelas terlihat menghiasi wajahnya.

"Kopi.....!" Ujarnya sambil menyodorkan sebuah cangkir kaca kepadaku.

Aku bangun dari pembaringan, kemudian keluar kamar tanpa memperdulikannya, dan langsung menuju kamar mandi.

Hanya 10 detik aku di dalam kamar mandi. Kemudian keluar seteleh selesai melakukan jurus dua jari didalam kamar mandi. Yaitu, jurus dimana jari telunjuk dan jari tengah dicelupkan kedalam air, kemudian mencolek kedua sisi mata diantara pangkal hidung dimana yang namanya belek bersarang, alias taik mata.

Setelah itu, aku langsung menuju meja makan, dan membuka tudung saji. Aku menarik nafas pendek, bukan karena mengeluh saat melihat telor rebus yang tersaji di atas meja. Tapi memang nafsu makanku hilang.

"Loh... Kau nggak mandi Ijo... ? Ini, minum dulu kopimu..!!"

Abri sudah berdiri disampingku, kemudian dia meletakkan secangkir kopi di atas meja.

"Emak mana..?" Tanyaku datar.

"Emak sejak subuh tadi sudah keluar. Katanya mau ketempat Bibi Asah..!"

Aku baru ingat. Kalau hari ini ada arisan keluarga ditempat Bibi Asih yang tinggal diluar Kota. Perjalanan menuju rumah Bi Asih menghabis Waktu 14 jam perjalanan dengan mengenderai Bus.
Ini berarti, aku akan tinggal berduaan saja dengan Abri di rumah selama empat hari.

Akupun menghempaskan pantatku yang "tepos" ke kursi dengan perasaan kesal.

Ohhhh... Tuhaaannnn. Kenapa harus begini.

"Ijo... Kamu kok nggak makan. Nggak selera ya ama telor..? Aku goreng ikan ya..??" Tanya Abri sambil memegang bahuku.

"Emang ada..?" Aku balik bertanya sambil menepis tangannya dengan lembut.

"Ada..! Bentar ya..!"

Abri kemudian menuju dapur. Sedangkan aku meminum kopi. Sesaat aku kembali mengingat masa-masa indahku bersama Abri. Dimana kami menghabiskan masa-masa SMP dan juga masa-masa SMA bersama, dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Kebahagiaan kami tidak pernah pudar dan surut, karena cinta selalu menyelimuti hati kami berdua. Bahkan kedua orang tua kamipun telah saling menyetujui.

Terkadang, saat libur sekolah, kami bergantian berkunjung kerumah masing-masing. Sehingga aku dan orang tua Abri menjadi sangat akrab, begitu juga dengan Abri dan Emakku.

Bukan aku saja yang pernah menginap di rumah Abri. Emak juga dulu sering menginap di rumah Abri. Begitu juga dengan orang tua Abri. Mereka pernah menginap dirumah selama seminggu.

Tapi, semenjak hubungan asmara kami berakhir disaat kami duduuk bangku kelas 2 SMA. Acara saling mengunjungi sudah tidak ada lagi. Walaupun begitu, baik aku dan Emak, tetap saling berkomunikasi dengan orang tua Abri, walau hanya sekedar menanyakan kabar. Karena itulah, aku tidak bisa melarang Abri berkunjung kerumah. Karena Emak pernah mengatakan padaku. Silaturahmi jangan pernah kau putus, apapun alasannya.

"Nih... Makan dulu..! Melamunnya ntar aja dilanjutin. Nanti kamu kena penyakit Magh kalau telat makan.!" Ujar Abri dengan lembut dan meletakkan sebuah paring dihadapanku.

Satu potong ikan Tongkol goreng, tersaji dan menantangku untuk melahapnya. Dam sebagai manusia yang sedang lapar. Akupun tertantang dan langsung menyantap si Tongkol. Sedangkan Abri duduk disampingku dengan menopang dagu dengan tangannya diatas meja. Dia menatapku, memperhatikanku yang sedang sarapan.

Awalnya aku risih dengan tingkah Abri yang memandangiku yang sedang sarapan. Tapi masa bodoh, perutku lapar. Terserah dia mau ngapain.

Setelah selesai sarapan. Aku menuju teras rumah. Dengan sebatang rokok kretek, aku menikmati sisa kopi yang dibuatkan Abri tadi. Lagi dan lagi...... Wanita berlesung pipi itu mengikutiku dan duduk di sebelahku.

"Ijo... Plees..! Kamu jangan gitu dong ama aku..!" Ujar Abri setelah kami saling diam beberapa saat.

"Gitu bagaimana...!?"

Abri menatapku dengan nanar, sedangakan aku, membalas tatapannya dengan menyipitkan mataku.

"Ijo...! Aku sadar dengan kesalahanku, aku telah menghianataimu, menghancurkan kepercayaanmu. Seharusnya aku tidak melakukan hal itu.!" Sejenak Abri diam.

Treeettttt......! Treeeetttt....!

Hpku yang sedang kugenggam berdering. Aku mengangkat, dilayar tertera nama Tonggak, temanku. Si kurus tampan.

"Halo sayang...! Bagaimana kabarmu..?"

"........................"

"Kamu nggak usah datang kerumah sayang.. Nanti jam 4 sore aku datang..!"

"..............."

"Sampai jumpa sayang... ! I lov u...! Mmmuuacchhhh.....!"

Tonggak mematikan telefonnya dengan sebuah makian. Aku mencoba menahan tawaku. Sedangkan didalam hati, tawaku lepas dengan terbahak-bahak. Mungkin Tonggak akan ketakutan melihatku nanti saat bertemu. karena meyangka aku...

Ah.... Sudahlah...!

"Siapa..? Pacar kamu..?" Tanya Abri dengan wajah tidak senang.

"Iya ... Pacarku si Wimars.. Nanti sore kami mau jalan-jalan...! Kurang senang..??" Tanyaku ketus.

"Itu hak kamu..!" Ujar Abri sambil meneguk kopiku yang tinggal seteguk. "Tapi, kenapa kamu larang dia datang kesini..?"

"Agar dia tidak letih dalam perjalanan..!" Jawabku sekenanya.

"Kamu sangat mencintainya..?"

"Sangat..!"

Kembali hening. Aku tau, perasaan Abri pasti sangat tersiksa dengan obrolan ini. Tapi aku juga tau, Abri bukanlah orang yang pentang menyerah untuk memenuhi keinginannya. Dia akan terus berusaha agar aku bisa kembali mencintainya.

"Abri...! Sudahlah. Kenapa kau buang waktumu dengan sia-sia..!" Ujarku mencoba memberi pengertian kepadanya, walau aku tahu kalau itu mustahil berhasil.

"Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia untuk mendapatkan cinta dari orang yang kita cintai.!"

"Walau penderitaan yang kau dapatkan.?"

Dia diam. Aku yakin Abri tidak mempunyai jawaban atas pertanyaanku barusan. Perlahan, aku mendengar suara isakan tangis Abri yang begitu pelan. Aku menoleh kearahnya. Dan benar, di matanya terlihat beningan air yang tertahan.

"Sungguh Aku sangat menyesali perbuatanku. Aku telah berselingkuh, bahkan melakukan perbuatan yang tidak sepantasnya aku lakukan. Hicckhhhh.... Hickkhhh....! Tapi aku berani bersumpah, ciuman itu tidak aku inginkan. Hichhkkk..... Hiihhkkk. Apa yang kau lihat saat itu, tidak seperti apa yang kau fikirkan.!"

"Tidak seperti apa maskudmu!! Jelas - jelas aku melihat kalian berciuman. Bagaiman bisa kau bilang hal itu tidak kau inginkan.!"

"Dia mencuri ciuman. Saat itu aku lengah.!"

"Dengar... ! Aku sudah memaafkanmu atas perbuatanmu yang selingkuh dariku. Bahkan saat kau ciuman dengan pria itu. Karena kau bukan milikku seutuhnya, karena kau memiliki hak dalam memilih.!"

"Kalau begitu...! Kenapa kau masih bersikap seperti ini padaku.?"

"Hmmmm.....!! Hhmmm...!"

Sebelum aku menjawab pertanyaan Abri. Bu Bulu tetanggaku. Dia mendehem saat keluar dari rumahnya dengan sebuah ember berisi pakaian yang sudah di cuci.

Sadar akan keberadaan Bu Bulu yang memperhatikan kami. Abri langsung menyeka air matanya yang belum jatuh. Sedangkan aku hanya menganggukkan kepala kearah Bu Bulu.

"Jemur pakaian Bu...!!" Ujarku basa basi kepada Bu Bulu.

"Nggak... ! Jemur sempak.!" Jawab Bu Bulu si janda anak 5. "Ngapain Ijo.. Pacaran ya..?" Bu Bulu balik bertanya.

"Nggak Bu...! Lagi main cipok-cipokan.!" Jawabku sekenanya.

Mendengar ucapanku tersebut. Abri langsung menyubit pinggangku.

"Mcihh... ! Nggak usah sok romantis deh..!" Ujarku sambil mengusap pinggangku yang sakit akibat cubitannya.

Dengan memasang wajah kesal. Akupun masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamarku. Sedangkan Abri tetap duduk didepan teras rumah.

Aku membuka lemari pakaianku, dan mengambil uang yang kuselipkan di bawah tumpukan baju yang terlipat rapi. Kupandangi uangku yang empat ratus ribu tersebut. Perih rasanya melihat uangku tersebut. Bahkan mengalahkan perihnya cubitan Abri dipinggangku. Tapi apa boleh buat, mungkin sudah segitu rejekiku. Jadi, aku harus bersukur. atau mungkin itu karmaku akibat membuat malu Telle di depa pacarku.

Ahhhhh.... Mpreeeettt lah...

###########

Pukul 3 sore. Setelah beberapa jam mengurung diri di dalam kamar untuk menghindari permintaan maaf Abri. Dan juga memandangi uangku dengan perasaan penuh kesedihan. Selama itu pula. Entah berapa kali langkah kaki Abri terdengar hilir mudik di depan kamarku.

Telooleetytyt..... Telooleetytyt. (Nada dering sms)

Sebuah pesan dari Tonggak. "Jadi nggak kau datang.?"

Akupun keluar dari semediku dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Mulai dari mandi, sikat gigi, sikat kuku, DLL. Setelah semua lekuk tubuhku bersih. Akupun keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk.

Saat aku sudah berada didepan pintu kamar, entah dari mana datangnya hembusan angin yang membawa aroma yang begitu menggoda. Sebuah aroma masakan yang begitu menggoda selera. Aku menjadi penasaran.

"Siapa yang masak ya.. ? Emak kan nggak ada disini.. Sedangkan Abri, dia taunya cuman menggoreng dan merebus." Aku menggumam sendiri dihadapan daun pintu kamar.

Dengan perlahan, aku melangkah kearah dapur untuk melihat siapa yang memasak. Ternyata Abri dan Bu Bulu. Sekarang aku paham. Ternyata dia meminta bantuan Bu Bulu untuk memasak. Berarti aku bisa sedikit berhemat, karena aku tadi ada niat untuk beli sayur yang sudah masak di warung nasi untuk makan malam kami nanti.

Akupun kembali kekamar untuk berpakian. Setelah itu, aku menemui Abri yang berada didapur.

"Aku keluar dulu ya..! Jagain rumah.. Jangan kemana- mana..?"

"Mau kemana Ijo..?" Bu Bulu bertanya.

"Nyari janda Bu..! Ibu ngapain...?" Tanyaku balik.

"Lagi nge goreng Berondong..!"Jawab Bu Bulu sewot.

" ijo... Pulangnya jangan malam - malam...! Aku takut sendirian dirumah.!" Ujar Abri.

"Mmhhhh...!



# Saran dan kritikan sangat ane butuhkan....


Karena kesempurnaan hanya milik sang pencipta.
 
Pendek amat guru :((

baru juga seneng baca bentar dah abis aja ceritanya :((

"Mcihh... ! Nggak usah sok romantis deh..!" Ujarku sambil mengusap pinggangku yang sakit akibat cubitannya.

Bagian part tersebut kok ane gagal paham ya guru Mcih itu typo atau apaan guru?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd