Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG im Back!!

Status
Please reply by conversation.
Masih Blom ya ...????

di sebelah ... Deugh ..... gagal dapat pertamax dari Om Tj .... gkgkgk
 
Bab 17 – Kepastian


Siang itu Jenni duduk di kamarnya. Ia habis mandi dan makan siang karena semalam menghadiri pesta temannya di hotel Ritz Carlton, hingga membuatnya bangun kesiangan. Setelah lulus kuliah kerjaan Jenni adalah membantu mengelola bisnis ekpedisi milik kakak perempuannya yang dirintis bersama sang suami. Dan hari ini ia memutuskan untuk izin kerja karena kepalanya sedikit pusing. Selain itu ayah Jenni bekerja di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang pembuatan gorong gorong raksasa dengan jabatan sebagai asisten manajer. Ibu Jenni bekerja sebagai sebuah supervisor di bank pelat merah di ibukota negara ini. Mereka sama seperti Rian, sama sama berasal dari Palembang sebelum akhirnya hijrah ke ibu kota. Jenni (23 tahun) sekarang memiliki pacar bernama Dian (24 tahun). Jenni dan Dian merupakan junior Rian dan bersekolah di SMA yang sama di satu sekolah swasta terbesar dan paling elite di Palembang. Dian sekarang membuka cafe di bilangan kemang, yang bernama Hoogarden. Sudah setahunan ini ia melanjutkan cafe tersebut membantu orang tuanya. Termasuk cafe elite di ibukota dan cukup terkenal dengan suasana yang nyaman dan akustik live yang selalu membludak. Sudah lama Dian menyukai Jenni, tapi Jenni lebih memilih untuk merajut cinta dengan Rian, makanya sewaktu Rian salah jalan, Dian sangat senang dan berhasil mengambil alih posisi Rian. Orang tua Jenni awalnya menyukai bahwa Jenni berpacaran dengan anak seorang konglomerat dan menteri. Tapi sikap Rian dan perbuatannya membuat mereka berubah pikiran. Jenni sudah sangat berusaha mempertahankan hubungannya dengan Rian, bahkan tabungan bertahun tahun raib ia pakai untuk membayar hutang Rian. Hal itu membuat orang tua Jenni marah besar dan mengultimatum untuk memutuskan Rian. Di tengah kegalauannya datanglah Dian menenangkan dan meyakinkan Jenni untuk memutuskan Rian. Dengan berat hati ia memutuskan Rian disaat saat Rian terjatuh dalam titik terendah kehidupannya. Sebenarnya Jenni masih sayang dan tidak tega. Tapi Dian selalu hadir dan mempengaruhi Jenni untuk melupakan Rian. Selain itu tekanan yang keras dari orang tuanya membuat Jenni tidak bisa apa apa. Ia hanya dua bersaudara dan anak bungsu. Seharusnya anak bungsu selalu di manja, tapi berbeda dengan Jenni. Kedua orang tuanya selalu mencap kakak Jenni sebagai anak yang bisa di atur dan mencap Jenni sebagai pembangkang.

Sudah sebulan Jenni menjalin hubungan dengan Dian. Dian memang baik walau kadang masih labil seperti bocah, orang nya sombong dan kadang tidak sopan, tapi memang kalau cinta ia sangat mencintai Jenni. Karena hari itu ia izin dan kedua orang tua serta kakaknya semuanya kerja maka Jenni memutuskan untuk tiduran saja di kamar sambil membuka instagram. Kalau Dian? Dian bangun selalu sore karena ia sibuk mengurus cafe yang buka sampai subuh. Sambil tiduran Jenni bersosial media, tapi ia setiap hari selalu saja teringet akan Rian. Maka karena sudah tidak tahan lagi ia membuka akun instagram @iniRian dan mencarinya. Sebelumnya ia sudah mengunfollow dan me remove Rian dari followersnya. Jadi sudah lama ia tidak melihat feed ig Rian. Ternyata akun Rian tidak di kunci. Yang membuat Jenni sedih adalah Rian menghapus semua foto yang ada di IG nya, sehingga sama sekali tidak ada postingan. Profilnya tidak memakai foto. Status ig nya adalah “i will tell you if im available”. Status yang aneh? Apa untuk dirinya? Ingin dirinya memencet tombol pesan dan mengirimkan pertanyaan “ kamu dimana?” tapi Jenni mengurungkan niatnya. Hatinya sungguh pilu. Ia seperti di dalam sangkar. Teronggok seperti pajangan. Yah, ia sudah mengerti akan isi hatinya. Ia masih mencintai Rian. Kejadian tempo hari membuat kenangan akan Rian semakin membekas. Kejadian dimana Rian memukul Dian itu entah kenapa membuat Jenni merasa ada kepuasan sendiri melihat Dian patah hidungnya dan pelipis harus di jahit 8 jahitan. Jenni tersenyum kecil membayangkan kejadian tersebut. Suatu saat nanti kita pasti bertemu lagi Yan, gumam Jenni kepada dirinya sendiri.



Rian sedang mengemudikan Rubicon milik Egi dengan semangat membara. Adrenalinnya tiba tiba naik. Gairah dan hasratnya menggebu gebu. Disampingnya Egi duduk dengan cemas. Sementara Katon dengan tenang melirik tampang Rian saat itu. Tampang yang menurut Katon sungguh mengintimidasi setiap lawannya. Mata Rian berkilat kilat. Nafasnya sesekali terdengar. Mukanya sedikit merah. Sesekali otot tangannya terlihat. Yah, itulah tampang Rian saat menemukan mangsa baru, sementara Egi melihat Rian seperti gugup.

“ Kamu gugup Yan?” tanya Egi

“ Dikit!” jawab Rian sambil tetap fokus ke jalan.

“ Gak usa basket deh gimana? Aku Takut!”

“ Cowok penakut ga cocok buat jadi pendamping lo!” balas Rian ketus

“ Kalau lo kalah gimana Yan?” tanya Egi

“ Gua udah pernah kalah tanpa berjuang sedikitpun, maka kali ini izinkan gua kalah dengan perjuangan penuh!” jawab Rian lagi tanpa menoileh sedikit pun.

“ Tenang Gi, bang Rian bakal gua support full!” jawab Katon menenangkan Egi. Akhirnya mereka sampai di kost Rian dan Katon. Rian dan Katon segera turun sementara Egi di mobil saja menunggu mereka. Rian dan Katon mempersiapkan baju serta sepatu basket mereka. Sekitar 10 menitan mempersiapkan diri Rian turun ke bawah. Di ruang tamu Katon sudah menunggunya.

“ Ton, gua udah ga pernah liat lu main lagi, lu masih inget kan sama kecepatan gua di lapangan?” tanya Rian serius

“ Gua ga bisa secepet lu bang, gua Cuma mau support lu full!”

“ Gimana dengan teknik killer pass lu? Masih bisa blind pass yang kesohor dulu?”

“ Hehehhe, masih ada sisa bang, tapi ga bisa sering sering, gua bakal banyak chest pass ke lu!”

Rian tersenyum kemudian mereka menuju ke mobil. Egi masih tetap gugup. Mereka jalan lagi menuju lapangan basket milik keluarga Pak Edy, papanya Regina. Lapangan basket tersebut terletak di belakang rumah Regina. Dan menjadi tempat latihan klub klub basket di kota tersebut. Kebetulan memang papa Egi dan Andrew menyukai basket serta mamanya Egi hobi juga nonton basket. Papa Egi juga memiliki klub basket yang lumayan kuat di kota ini. Jadi darah basket memang sudah mendarah daging di keluarga Egi, hal ini yang membuat Egi khawatir. Ia takut Rian dan Katon di permalukan. Setelah 20 menitan akhirnya mereka sampai di rumah Egi. Mereka masuk saja melewati rumah Egi yang tempo hari ia datangi. Waktu menunjukkan pukul 6.30 petang saat mereka berhenti di lapangan basket. Yang pertama kali turun adalah Egi dan Katon. Rian masih mengamati keadaan disekitar. Sepertinya hari itu ada latihan klub karena sejauh mata memandang banyak lapangan basket sepi tapi banyak penonton yang duduk di sekeliling lapangan. Di pojokan juga terlihat motor dan mobil yang lumayan banyak terparkir. Sepertinya ada sparring atau memang sengaja di atur sedemikian rupa oleh papa Egi pikir Rian. Rian dengan pasti mengambil tas nya dan tas sepatu. Dengan santai ia turun menyusul Egi serta Katon. Ia melihat Bu Sinta berjalan ke arah mereka. Tapi bu Sinta melewati Katon dan Egi ia langsung menuju Rian. Setelah dekat dengan Rian ia langsung bertanya

“ Kamu bisa basket nak?” tanya Bu Sinta

“ Gak jago bu, tapi usaha dulu lah!”

“ Ibu juga ga tau bakal gini, maaf ya Nak!”

“ Gpp bu, santai aja, tapi kenapa ramai bu?”

“ Sebagian dari mereka adalah para penonton setia basket Yan, dan papanya si Egi sengaja mengumpulkan mereka semua untuk datang!”

Rian mengangguk , ia dan Bu Sinta berjalan menyusul Egi dan Katon yang sudah duduk disatu sudut. Setelah mereka berkumpul semua dengan dipandu oleh bu Sinta mereka menuju tempat papa Egi dan Andrew yang sudah menunggu. Tampak Rian merasa risih di perhatikan oleh para penonton yang datang. Mereka melewati para penonton yaang satu persatu menyapa bu Sinta. Bu Sinta membalas sapaan mereka sambil tersenyum sampai akhirnya mereka sampai di podium. Di podium sudah ada dua orang pria yang sedang berdiri sambil meregangkan ototnya. Mereka adalah Andrew dan Pak Edy. Andrew tinggi sekitar 163cm, sepatu basket merk nike, klo gak salah Kyrie Irving keluaran terbaru dengan legsleeve di kedua kakinya. Baju nya bertuliskan Jakarta. Pak Edy, berkulit putih, rambut cepak keputihan, mata agak sipit, tatapan mata tajam, tinggi sekitar 178cm, ramping, terlihat sisa sisa otot nya yang gagah, umur 50 tahun ke atas lah, atau seumur dengan papa nya? Sepatu? Lebron 16 sepertinya sepatu yang dikenakan Pak Edy. Kalau pakai sepatu tersebut berarti tipe permainan pak Edy adalah Post atau di bawah ring, area paint karena sepatu tersebut menopang pemain yang suka bermain di area bawah ring. Otomatis yang mengatur tempo adalah Andrew. Tapi itu dengan asumsi jika permainan dua lawan dua setengah lapangan. Sesampainya di podium Egi langsung di panggil oleh ayahnya

“ Gi! Kesini! Temenin Andrew, malah acara gak jelas kamu ikutin sama mereka ini!” bentak Pak Edy. Egi langsung berjalan pelan menuju Andrew sambil menatap Rian lesu. Sementara itu Rian tampak tenang menghadapi situasi yang canggung ini. Bu Sinta melihat Rian kemudian mengangguk. Kemudian ia menghampiri Egi dan merangkulnya untuk menenangkan Egi yang gugup sedari tadi. Pak Edy dan Andrew berjalan mendekati Rian dan Katon.

“ Kalian siapanya Egi?” tanya Pak Edy

“ Teman baru Egi Om!” jawab Rian sopan sambil tersenyum ramah

“ Saya Katon, teman baru Egi juga Om!” jawab Katon serupa

“ Kalian tau siapa saya?” tanya Pak Edi

“ Tidak om!” jawab Rian sambil tersenyum. Jawaban Rian diluar dugaan semua orang yang ada disitu termasuk Egi sendiri.

“ Hahaha, dasar bocah ingusan! Datang ke lapangan ku tapi tidak tau dengan siapa ia berbicara!” balas Pak Edy. Sementara itu Andrew ikut tertawa dan berkata

“ Emang enak dikatain bocah ingusan?? Pake acara berani datang kesini main basket bareng kita! Sono latian dulu bertahun tahun!” sergah Andrew

Katon baru ingin memegang bahu Rian untuk menenangkan Rian karena ia sudah tau Rian pasti langsung emosi, tapi belum sempat ia memegang bahu nya, Rian sudah berkata terlebih dahulu

“ Maaf bro, anda siapa? Kita kenal?” tanya Rian sopan

Mata Andrew terbelalak dan Egi sempat tersenyum kecil melihat Rian dengan tenang melawan argumen Andrew. Katon apalagi, sepertinya Rian sudah mulai bisa mengontrol emosinya pikir Katon.

“ Jadi begini, om jelaskan saja, Egi ini sudah punya pacar, yaitu Andrew ini. Dan menurut om sangat tidak sopan sekali kalian mengajak pacar orang lain menginap di tempat kalian. Jadi jika kalian menang melawan kita berdua, kalian boleh nginap dengan izin saya dan kalian boleh berteman selanjutnya tanpa om ganggu, tapi kalau kalian kalah jangan pernah ganggu putri ku! Mengerti??” bentak Pak Edy

Baik Egi, bu Sinta maupun Katon terkejut mendengar nada suara yang begitu keras dari Pak Edy. Bahkan tiba tiba fokus para orang orang di pinggir lapangan mulai tertuju pada mereka. Hanya Andrew yang senyum senyum dengan rasa menang. Katon bingung harus berbicara apa ia menatap bu Sinta yang sepertinya juga bingung harus berkata apa tapi tiba tiba

“ Maaf om jika lancang, tapi jika ingin berteman dengan Egi saja harus dengan acara seperti ini apa tidak mengurangi harga diri seorang Egi om? Hanya dengan permainan basket? Segitukah tolak ukur untuk berteman dengan Egi?” tanya Rian sopan sambil tersenyum ramah.

“ Saya tidak bilang tolak ukur anak saya dari permainan basket!” jawab Pak Edy sambil tersenyum, nadanya masih tidak ramah

“ Saya menangkap inti dari percakapan om begitu!” balas Rian tetap sengit sambil tersenyum

“ Itukan menurut kamu, sopan tidak kamu menilai seorang Egi dari basket? Padahal om sendiri tidak berkata begitu?” balas Pak Edy

Egi semakin gugup mendengar percakapan antara Rian dan ayahnya, sementara Bu Sinta tersenyum santai dan tampak menikmati percakapan tersebut.

“ Sangat tidak sopan om jika ingin berteman dengan Egi harus bertanding basket dulu!” balas Rian lagi

“ Jadi kamu bilang saya tidak sopan??” nada suara Pak Edy meninggi

“ Saya tidak bilang om seperti itu, saya hanya seorang sopir toko bangunan tidak keberanian menentang om!”

“ Kalau kamu tidak berani menentang saya, kenapa kamu berani datang kesini?” tanya Pak Edy

“ Kan di ajak?” balas Rian santai

“ Bacot aja lu jing!” sergah Andrew

“ Maaf mas, jangan suka memotong percakapan orang dewasa, itu tidak sopan!” balas Rian sopan. Seketika Andrew merah padam mukanya. Bu Sinta dan Egi tersenyum kecil mendengarnya.

“ Menurut kamu pantas ga seorang sopir toko bangunan dekat dengan anak saya?” tanya Pak Edy

Pasal 28 A ,Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Maksud isi tersebut adalah bahwa setiap manusia terutama warga negara indonesia, sejak ia lahir mempunyai hak yang sama dalam hal hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Jadi saya juga memiliki hak yang sama dengan siapapun teman Egi. Saya boleh berteman dengan siapapun termasuk Egi. Yang bisa menilai saya pantas atau tidaknya adalah Egi sendiri dan Tuhan tentunya dan jika ada yang tidak menyukai saya berteman dengan Egi saya berhak mempertahankannya .” Balas Rian panjang lebar

“ Dan jika saya menentangnya?” seringai Pak Edy

“ Saya lapor negara pak?” jawab Rian sambil nyengir

“ Dan jika negara dapat saya kalahkan?”

“ Maka saya akan lapor ke Tuhan!” seringai Rian

“ Kamu nyumpahin saya mati?” jawab Pak Edy

“ Lah, nggak pak? Kenapa harus mati?” tanya Rian

“ Katanya kamu lapor Tuhan, jadi saya harus mati dulu untuk menghadap Tuhan kan?” tegas Pak Edy

“ Setiap manusia itu pada dasarnya juga bertanggung jawab pada Tuhan pak, seperti saya yang tetap menghormati dan mengagumi bapak walaupun bapak tidak menyukai saya dan semua yang saya lakukan itu saya pertanggung jawabkan kepada yang di atas!” balas Rian dengan nada yang mulai berubah

“ Kamu menceramahi saya? Kamu anggap saya salah?” tanya pak Edy

“ Tidak sedikitpun saya menceramahi dan menyalahkan bapak, itukan pendapat bapak?”

“ Tapi saya menangkap hal tersebut dari penjelasan yang kamu berikan!!” balas Pak Edy ketus

“ Tidak baik berasumsi aneh aneh atas penjelasan seseorang tanpa mengerti esensi dari penjelasan tersebut, yang ada bakal timbul fitnah pak!” balas Rian tenang

Pak Edy hanya diam. Ia melirik ke arah istrinya, bu Sinta tersenyum kecil sambil mengangguk. Sementara Andrew sudah berikrar dalam hati nantinya ia akan membalas perlakuan Rian tadi suatu saat.

“ Jadi pak? Basket atau debat?” tanya Rian lagi sambil maju melangkah ke arah papa Egi. Setelah ia berdiri tepat di hadapan papa Egi ia mengambil tangan pak Edy dan menyalaminya,

“ Kenalkan Pak. Nama Saya Rian. Teman baru Egi! Mohon bantuannya!” katanya sambil tersenyum dan menyalami tangan pak Edy yang masih kaget dengan kelakuan Rian yang sama sekali tidak gentar dengan gertakannya. Pak Edy hanya geleng geleng melihat kelakuan Rian. Semua yang disitu tau siapa pemenang acara debat yang berlangsung hampir 15 menitan itu.

Jaid petang itu akan dilakukan pertandingan basket cari keringat antara Pak Edy Andrew vs Katon dan Rian. Setengah lapangan saja dan game di angka 7. Setelah itu mereka mulai pemanasan. Dari pengamatan Rian, Andrew dan Pak Edy memang bisa bermain basket. levelnya saja belum mendekati Katon apalagi dirinya. Tapi ia sudah memutuskan akan menyudahi pertandingan tersbeut secepat mungkin.

Permainan pun di mulai dimana Andrew menjaga Katon dan Pak Edy menjaga Rian. Bola pertama di berikan kepada tim Rian karena ia penantang. Katon memegang bola. Ia melihat defence Andrew standar tapi rasanya tidak terlalu gampang untuk melewatinya, dari sudut matanya ia melihat Rian belum memasang kuda kuda, berarti Rian akan langsung lari ke sudut 3 point bukannya bermain di area bawah ring. Maka dengan gesit Katon mendrible bola ke arah kanan. Ia melihat Andrew lumayan cekatan mengikuti gerakan nya. Tapi tidak cukup cepat sehingga ia unggul selangkah, tapi pak Edy dengan cepat menutup ruang kosong tersebut. Katon menambah kecepatandribble karena ring sudah dekat maka sesaat ia langsung meloncat ingin melakukan lay up ke arah ring, dari sudut mata kirinya ia melihat Pak Edy juga meloncat untuk menghalangi dirinya. Saat pak Edy ingin mengeblock tembakan Katon, dengan sigap Katon langsung mengubah pergelangan tangannya yang tadinya mau shoot menjadi pass ke arah Rian di sudut kiri lapangan. Disitu Rian berdiri bebas menerima pass Katon, ia dengan sigap langsung menermia pass tersebut dan tiba tiba Andrew sudah berada di depannya untuk menjaga pergerakan Rian. Sementara itu Katon yang berada di area bawah ring segera keluar ke area 3 point di pojok kanan. Disaat bersamaan Rian pun melakukan shoot dari area 3 point, ia melakukan kuda kuda untuk shoot, Andrew yang menyadari hal tersebut segera maju dan meloncat untuk menghalangi shoot Rian. Tapi ternyata itu adalah Fake Shoot, Rian sudah mengincarnya.

“ Anjing! Fake shoot!” gumam Andrew dalam hati.

Rian memiliki pilihan untuk melewati andrew saat itu juga kemudian drive menuju ring. Tapi yang ia lakukan berbeda. Ia tidak melewati Andrew, ia malah mendribble bola dengan cepat ke arah andrew yang sedang meloncat sehingga mereka pun BERTABRAKAN!

“ BRUGKKKKKHH!!”

Andrew dan Rian terjatuh bersamaan ke lantai.

“ PRIIITTTT! Blocking Foul Andrew!” teriak wasit.

Rian segera menghampiri Andrew dan mengulurkan tangannya sambil berkata.

“ May The Force Be With You!”

Andrew yang kesal segera meraih tangan Rian, tapi ternyata Rian menarik kembali tangannya sehingga ia sangat jelas terlihat dikerjai oleh Rian. Bu Sinta dan Egi serta penonton yang melihat hal tersebut tertawa melihat kejadian itu. Rian ternyata memiliki jiwa entertaint dalam basket. Bola kembali di pegang oleh Rian. Ia memutuskan langsung melewati Andrew dengan cross over dan bahkan para penonton sampai berteriak

“ WOOOOOOOO!! JAGO!”

Kemudian dengan cepat Rian berlari ke arah Pak Edy yang tampak sedikit ragu menghadapi kecepatan Rian yang begitu cepat kemudian Rian meloncat untuk shoot, Pak Edy meresponnya dengan meloncat juga , tapi itu Cuma tipuan, Rian segera melakukan pass ke arah Katon yang kosong di sebelah kanan ring. Dengan cepat Katon menangkap pass dari Rian yang tidak bakal ia sia sia kan. Dengan gampang ia melakukan lay up. 1- 0 untuk tim Rian! Pertandingan di lanjutkan dengan tim Rian yang benar benar mendominasi permainan. Andrew sudah mengeluarkan seluruh kemampuannya. Begitupun Pak Edy yang sudah sangat lelah sekali meladeni permainan Rian dan Katon yang berbeda level dengan mereka. Tidak terasa skor 6-2 dengan point semuanya di cetak oleh Katon, dari pihak Pak Edy, mereka berdua saling mencetak poin,sedangkan Rian tidak pernah mencetak point karena ia lebih berfokus untuk melatih kembali instingnya bermain basket. Satu point lagi maka mereka akan memenangkan pertandingan ini. Rian sedang mendribble bola melewati Pak Edy, kemudian ia pass ke arah katon yang di jaga ketat Andrew. Katon menerima bola dan ia memutuskan untuk sedikit bermain main dengan Andrew dan berencana melewatinya dari sisi kanan. Andrew berusaha mengikut kecepatan Katon. Rian dengan spontan berlari ke luar area 3 point sedikit untuk menarik perhatian Pak Edy agar area di bawah ring lebih kosong dan mudah bagi Katon untuk mencetak last point. Kemudian dengan sedikit skill Katon berhasil melewati sisi kanan Andrew, Andrew berusaha mengejarnya dan KATON melakukan jump shoot tiba tiba yang memukau. Seluruh penonton terpana dengan jump shoot Katon yang seolah membius dan menghentikan waktu. Sementara Andrew kaget melihat Katon tiba tiba sudah di udara aja dalam posisi menembak sementara ia masih dalam posisi mengejar Katon.

“ SHOOT!” teriak penonton

Katon pun melancarkan tembakan 2 pointnya, sungguh keren sekali Katon pikir penonton dan Egi serta Bu Sinta. Tapi sesaat sebelum Katon melakukan tembakan dan waktu semua orang terpana dengan gerakan Katon, Rian sudah berlari....

“WOOOOOO!!” teriak penonton

“DANK!” ternyata tembakan Katon diluar dugaan meleset!

“ Arggghhhhhhhhh!!!” penonton berteriak bersamaan. Sementara itu Pak Edy dan Andrew segera berlari untuk melakukan rebound, Katon pun yang setelah menyentuh tanah langsung berlari menuju Ring. Mereka meloncat bersamaan. Pak Edy dari sisi kiri, Andrew dari tengah dan Katon dari sebelah kanan. Tangan mereka bertiga berusaha menggapai bola yang masih di udara tersebut. Dari posisi Pak Edy lebih unggul karena bola lebih dekat ke arahnya, sementara Katon terhalang oleh Andrew yang membuat loncatan Katon tidak maksimal, tapi loncatan Katon cukup tinggi sehingga biar tidak maksimal ia masih dapat melihat bola dengan jelas. Badan mereka bertiga seperti melayang dan berhenti di udara. Sungguh pemandangan yang indah pikir para penonton melihat perebutan bola yang begitu sengit dan bahkan paling sengit selama permainan tersebut berjalan. Tiba tiba Pak Edy merasakan ada dorongan yang keras dari belakang, Andrew juga merasakan dorongan dari belakang sehingga membuat tubuhnya oleng kekanan dan membuat Katon juga terdorong ke belakang akibat tubuh Andrew yang oleng di udara menuju ke arahnya. Sesaat semua penonton terdiam saat menyaksikan sesosok orang sedang meloncat lebih tinggi dari pada Katon, Pak Edy maupun Andrew!! Egi hanya bisa menutup mulut menyaksikan pemandangan tersebut. Bu Sinta menganga. Sosok tersebut lah yang pertama kali mengambil bola kemudian dengan satu tangan ia lemparkan sekuat kuatnya ke ring.

Saat Katon shoot, Rian melihat sedikit tubuh Katon tidak stabil sehingga ia mengambil kemungkinan 60% shootnya meleset. Dengan cepat ia berlari ke arah ring, Rian dapat melihat Pak Edy, Katon dan Andrew sedang melompat memperebutkan bola. Kemudian dengan sekuat tenaga full, Rian meloncat ternyata loncatannya lebih tinggi dari pada mereka bertiga. Sesaat bola berada di tangannya ia langsung menghujamkan keras bola ke dalam ring dengan tangan kanannya. Sambil tangan kanannya bergantung pada ring!!

“ BUMMMMMMMMM DANK!!!!!” bola basket masuk ke dalam ring kemudian terpental ke lantai lumayan keras. Sementara itu pak Edy, Katon dan Andrew masing masing jatuh ke tanah. Suasana hening. Pak Edy , Andrew, bu sinta,Egi dan semua penonton terpana melihat Sosok tersebut bergantung di ring dengan satu tangan. Dan sosok tersebut berhasil melakukan DUNK di atas mereka bertiga pikir pak Edy! Waktu seakan akan berhenti. Semua penonton seolah tersihir oleh atraksi yang di berikan sosok tersebut. Sosok tersebut melepaskan tangannya di ring. Ia menyeringai tajam kepada pak Edy, Katon dan Andrew. Sambil berdiri dengan gagah di balik lampu sorot lapangan yang menyilaukan mata Pak Edy, andrew dan Katon ia berkata

“ im BACK!!!!!!!!” katanya dengan mata berkilat kilat pasti dan giginya yang rapi terpampang jelas sambil menyeringai.

Suasana yang hening tiba tiba menjadi penuh teriakan dan semua penonton kemudian menghambur ke arah lapangan. Mereka semua seolah menemukan gairah baru. Gairah yang pasti memberikan kepuasan tersendiri. Hal yang pasti untuk tujuan yang pasti. Pilihan yang terbaik pasti akan diberikan hasil yang terbaik. Semua penonton berlari ke arah Rian, memeluk Rian, mencium pipinya, memegang tangannya, seolah merasakan kemenangan dalam hati Rian, seolah merasakan hasrat yang barusan Rian tumpahkan. Rian tak perduli dengan pelukan penonton, ciuman penonton di pipinya, rambutnya dan pegangan penonton, sorot matanya hanya tertuju ke satu sosok yang sedang berdiri di podium menatapnya juga sambil menutup mulut menahan kekaguman dan hasratnya akan hal sederhana yang sejak kedatangan Rian semuanya berubah drastis. Ya, PASTI KOK, sosok itu adalah

“ REGINA VALENTINE EDY “

Bersambung
 
Bab 17 – Kepastian


Siang itu Jenni duduk di kamarnya. Ia habis mandi dan makan siang karena semalam menghadiri pesta temannya di hotel Ritz Carlton, hingga membuatnya bangun kesiangan. Setelah lulus kuliah kerjaan Jenni adalah membantu mengelola bisnis ekpedisi milik kakak perempuannya yang dirintis bersama sang suami. Dan hari ini ia memutuskan untuk izin kerja karena kepalanya sedikit pusing. Selain itu ayah Jenni bekerja di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang pembuatan gorong gorong raksasa dengan jabatan sebagai asisten manajer. Ibu Jenni bekerja sebagai sebuah supervisor di bank pelat merah di ibukota negara ini. Mereka sama seperti Rian, sama sama berasal dari Palembang sebelum akhirnya hijrah ke ibu kota. Jenni (23 tahun) sekarang memiliki pacar bernama Dian (24 tahun). Jenni dan Dian merupakan junior Rian dan bersekolah di SMA yang sama di satu sekolah swasta terbesar dan paling elite di Palembang. Dian sekarang membuka cafe di bilangan kemang, yang bernama Hoogarden. Sudah setahunan ini ia melanjutkan cafe tersebut membantu orang tuanya. Termasuk cafe elite di ibukota dan cukup terkenal dengan suasana yang nyaman dan akustik live yang selalu membludak. Sudah lama Dian menyukai Jenni, tapi Jenni lebih memilih untuk merajut cinta dengan Rian, makanya sewaktu Rian salah jalan, Dian sangat senang dan berhasil mengambil alih posisi Rian. Orang tua Jenni awalnya menyukai bahwa Jenni berpacaran dengan anak seorang konglomerat dan menteri. Tapi sikap Rian dan perbuatannya membuat mereka berubah pikiran. Jenni sudah sangat berusaha mempertahankan hubungannya dengan Rian, bahkan tabungan bertahun tahun raib ia pakai untuk membayar hutang Rian. Hal itu membuat orang tua Jenni marah besar dan mengultimatum untuk memutuskan Rian. Di tengah kegalauannya datanglah Dian menenangkan dan meyakinkan Jenni untuk memutuskan Rian. Dengan berat hati ia memutuskan Rian disaat saat Rian terjatuh dalam titik terendah kehidupannya. Sebenarnya Jenni masih sayang dan tidak tega. Tapi Dian selalu hadir dan mempengaruhi Jenni untuk melupakan Rian. Selain itu tekanan yang keras dari orang tuanya membuat Jenni tidak bisa apa apa. Ia hanya dua bersaudara dan anak bungsu. Seharusnya anak bungsu selalu di manja, tapi berbeda dengan Jenni. Kedua orang tuanya selalu mencap kakak Jenni sebagai anak yang bisa di atur dan mencap Jenni sebagai pembangkang.

Sudah sebulan Jenni menjalin hubungan dengan Dian. Dian memang baik walau kadang masih labil seperti bocah, orang nya sombong dan kadang tidak sopan, tapi memang kalau cinta ia sangat mencintai Jenni. Karena hari itu ia izin dan kedua orang tua serta kakaknya semuanya kerja maka Jenni memutuskan untuk tiduran saja di kamar sambil membuka instagram. Kalau Dian? Dian bangun selalu sore karena ia sibuk mengurus cafe yang buka sampai subuh. Sambil tiduran Jenni bersosial media, tapi ia setiap hari selalu saja teringet akan Rian. Maka karena sudah tidak tahan lagi ia membuka akun instagram @iniRian dan mencarinya. Sebelumnya ia sudah mengunfollow dan me remove Rian dari followersnya. Jadi sudah lama ia tidak melihat feed ig Rian. Ternyata akun Rian tidak di kunci. Yang membuat Jenni sedih adalah Rian menghapus semua foto yang ada di IG nya, sehingga sama sekali tidak ada postingan. Profilnya tidak memakai foto. Status ig nya adalah “i will tell you if im available”. Status yang aneh? Apa untuk dirinya? Ingin dirinya memencet tombol pesan dan mengirimkan pertanyaan “ kamu dimana?” tapi Jenni mengurungkan niatnya. Hatinya sungguh pilu. Ia seperti di dalam sangkar. Teronggok seperti pajangan. Yah, ia sudah mengerti akan isi hatinya. Ia masih mencintai Rian. Kejadian tempo hari membuat kenangan akan Rian semakin membekas. Kejadian dimana Rian memukul Dian itu entah kenapa membuat Jenni merasa ada kepuasan sendiri melihat Dian patah hidungnya dan pelipis harus di jahit 8 jahitan. Jenni tersenyum kecil membayangkan kejadian tersebut. Suatu saat nanti kita pasti bertemu lagi Yan, gumam Jenni kepada dirinya sendiri.



Rian sedang mengemudikan Rubicon milik Egi dengan semangat membara. Adrenalinnya tiba tiba naik. Gairah dan hasratnya menggebu gebu. Disampingnya Egi duduk dengan cemas. Sementara Katon dengan tenang melirik tampang Rian saat itu. Tampang yang menurut Katon sungguh mengintimidasi setiap lawannya. Mata Rian berkilat kilat. Nafasnya sesekali terdengar. Mukanya sedikit merah. Sesekali otot tangannya terlihat. Yah, itulah tampang Rian saat menemukan mangsa baru, sementara Egi melihat Rian seperti gugup.

“ Kamu gugup Yan?” tanya Egi

“ Dikit!” jawab Rian sambil tetap fokus ke jalan.

“ Gak usa basket deh gimana? Aku Takut!”

“ Cowok penakut ga cocok buat jadi pendamping lo!” balas Rian ketus

“ Kalau lo kalah gimana Yan?” tanya Egi

“ Gua udah pernah kalah tanpa berjuang sedikitpun, maka kali ini izinkan gua kalah dengan perjuangan penuh!” jawab Rian lagi tanpa menoileh sedikit pun.

“ Tenang Gi, bang Rian bakal gua support full!” jawab Katon menenangkan Egi. Akhirnya mereka sampai di kost Rian dan Katon. Rian dan Katon segera turun sementara Egi di mobil saja menunggu mereka. Rian dan Katon mempersiapkan baju serta sepatu basket mereka. Sekitar 10 menitan mempersiapkan diri Rian turun ke bawah. Di ruang tamu Katon sudah menunggunya.

“ Ton, gua udah ga pernah liat lu main lagi, lu masih inget kan sama kecepatan gua di lapangan?” tanya Rian serius

“ Gua ga bisa secepet lu bang, gua Cuma mau support lu full!”

“ Gimana dengan teknik killer pass lu? Masih bisa blind pass yang kesohor dulu?”

“ Hehehhe, masih ada sisa bang, tapi ga bisa sering sering, gua bakal banyak chest pass ke lu!”

Rian tersenyum kemudian mereka menuju ke mobil. Egi masih tetap gugup. Mereka jalan lagi menuju lapangan basket milik keluarga Pak Edy, papanya Regina. Lapangan basket tersebut terletak di belakang rumah Regina. Dan menjadi tempat latihan klub klub basket di kota tersebut. Kebetulan memang papa Egi dan Andrew menyukai basket serta mamanya Egi hobi juga nonton basket. Papa Egi juga memiliki klub basket yang lumayan kuat di kota ini. Jadi darah basket memang sudah mendarah daging di keluarga Egi, hal ini yang membuat Egi khawatir. Ia takut Rian dan Katon di permalukan. Setelah 20 menitan akhirnya mereka sampai di rumah Egi. Mereka masuk saja melewati rumah Egi yang tempo hari ia datangi. Waktu menunjukkan pukul 6.30 petang saat mereka berhenti di lapangan basket. Yang pertama kali turun adalah Egi dan Katon. Rian masih mengamati keadaan disekitar. Sepertinya hari itu ada latihan klub karena sejauh mata memandang banyak lapangan basket sepi tapi banyak penonton yang duduk di sekeliling lapangan. Di pojokan juga terlihat motor dan mobil yang lumayan banyak terparkir. Sepertinya ada sparring atau memang sengaja di atur sedemikian rupa oleh papa Egi pikir Rian. Rian dengan pasti mengambil tas nya dan tas sepatu. Dengan santai ia turun menyusul Egi serta Katon. Ia melihat Bu Sinta berjalan ke arah mereka. Tapi bu Sinta melewati Katon dan Egi ia langsung menuju Rian. Setelah dekat dengan Rian ia langsung bertanya

“ Kamu bisa basket nak?” tanya Bu Sinta

“ Gak jago bu, tapi usaha dulu lah!”

“ Ibu juga ga tau bakal gini, maaf ya Nak!”

“ Gpp bu, santai aja, tapi kenapa ramai bu?”

“ Sebagian dari mereka adalah para penonton setia basket Yan, dan papanya si Egi sengaja mengumpulkan mereka semua untuk datang!”

Rian mengangguk , ia dan Bu Sinta berjalan menyusul Egi dan Katon yang sudah duduk disatu sudut. Setelah mereka berkumpul semua dengan dipandu oleh bu Sinta mereka menuju tempat papa Egi dan Andrew yang sudah menunggu. Tampak Rian merasa risih di perhatikan oleh para penonton yang datang. Mereka melewati para penonton yaang satu persatu menyapa bu Sinta. Bu Sinta membalas sapaan mereka sambil tersenyum sampai akhirnya mereka sampai di podium. Di podium sudah ada dua orang pria yang sedang berdiri sambil meregangkan ototnya. Mereka adalah Andrew dan Pak Edy. Andrew tinggi sekitar 163cm, sepatu basket merk nike, klo gak salah Kyrie Irving keluaran terbaru dengan legsleeve di kedua kakinya. Baju nya bertuliskan Jakarta. Pak Edy, berkulit putih, rambut cepak keputihan, mata agak sipit, tatapan mata tajam, tinggi sekitar 178cm, ramping, terlihat sisa sisa otot nya yang gagah, umur 50 tahun ke atas lah, atau seumur dengan papa nya? Sepatu? Lebron 16 sepertinya sepatu yang dikenakan Pak Edy. Kalau pakai sepatu tersebut berarti tipe permainan pak Edy adalah Post atau di bawah ring, area paint karena sepatu tersebut menopang pemain yang suka bermain di area bawah ring. Otomatis yang mengatur tempo adalah Andrew. Tapi itu dengan asumsi jika permainan dua lawan dua setengah lapangan. Sesampainya di podium Egi langsung di panggil oleh ayahnya

“ Gi! Kesini! Temenin Andrew, malah acara gak jelas kamu ikutin sama mereka ini!” bentak Pak Edy. Egi langsung berjalan pelan menuju Andrew sambil menatap Rian lesu. Sementara itu Rian tampak tenang menghadapi situasi yang canggung ini. Bu Sinta melihat Rian kemudian mengangguk. Kemudian ia menghampiri Egi dan merangkulnya untuk menenangkan Egi yang gugup sedari tadi. Pak Edy dan Andrew berjalan mendekati Rian dan Katon.

“ Kalian siapanya Egi?” tanya Pak Edy

“ Teman baru Egi Om!” jawab Rian sopan sambil tersenyum ramah

“ Saya Katon, teman baru Egi juga Om!” jawab Katon serupa

“ Kalian tau siapa saya?” tanya Pak Edi

“ Tidak om!” jawab Rian sambil tersenyum. Jawaban Rian diluar dugaan semua orang yang ada disitu termasuk Egi sendiri.

“ Hahaha, dasar bocah ingusan! Datang ke lapangan ku tapi tidak tau dengan siapa ia berbicara!” balas Pak Edy. Sementara itu Andrew ikut tertawa dan berkata

“ Emang enak dikatain bocah ingusan?? Pake acara berani datang kesini main basket bareng kita! Sono latian dulu bertahun tahun!” sergah Andrew

Katon baru ingin memegang bahu Rian untuk menenangkan Rian karena ia sudah tau Rian pasti langsung emosi, tapi belum sempat ia memegang bahu nya, Rian sudah berkata terlebih dahulu

“ Maaf bro, anda siapa? Kita kenal?” tanya Rian sopan

Mata Andrew terbelalak dan Egi sempat tersenyum kecil melihat Rian dengan tenang melawan argumen Andrew. Katon apalagi, sepertinya Rian sudah mulai bisa mengontrol emosinya pikir Katon.

“ Jadi begini, om jelaskan saja, Egi ini sudah punya pacar, yaitu Andrew ini. Dan menurut om sangat tidak sopan sekali kalian mengajak pacar orang lain menginap di tempat kalian. Jadi jika kalian menang melawan kita berdua, kalian boleh nginap dengan izin saya dan kalian boleh berteman selanjutnya tanpa om ganggu, tapi kalau kalian kalah jangan pernah ganggu putri ku! Mengerti??” bentak Pak Edy

Baik Egi, bu Sinta maupun Katon terkejut mendengar nada suara yang begitu keras dari Pak Edy. Bahkan tiba tiba fokus para orang orang di pinggir lapangan mulai tertuju pada mereka. Hanya Andrew yang senyum senyum dengan rasa menang. Katon bingung harus berbicara apa ia menatap bu Sinta yang sepertinya juga bingung harus berkata apa tapi tiba tiba

“ Maaf om jika lancang, tapi jika ingin berteman dengan Egi saja harus dengan acara seperti ini apa tidak mengurangi harga diri seorang Egi om? Hanya dengan permainan basket? Segitukah tolak ukur untuk berteman dengan Egi?” tanya Rian sopan sambil tersenyum ramah.

“ Saya tidak bilang tolak ukur anak saya dari permainan basket!” jawab Pak Edy sambil tersenyum, nadanya masih tidak ramah

“ Saya menangkap inti dari percakapan om begitu!” balas Rian tetap sengit sambil tersenyum

“ Itukan menurut kamu, sopan tidak kamu menilai seorang Egi dari basket? Padahal om sendiri tidak berkata begitu?” balas Pak Edy

Egi semakin gugup mendengar percakapan antara Rian dan ayahnya, sementara Bu Sinta tersenyum santai dan tampak menikmati percakapan tersebut.

“ Sangat tidak sopan om jika ingin berteman dengan Egi harus bertanding basket dulu!” balas Rian lagi

“ Jadi kamu bilang saya tidak sopan??” nada suara Pak Edy meninggi

“ Saya tidak bilang om seperti itu, saya hanya seorang sopir toko bangunan tidak keberanian menentang om!”

“ Kalau kamu tidak berani menentang saya, kenapa kamu berani datang kesini?” tanya Pak Edy

“ Kan di ajak?” balas Rian santai

“ Bacot aja lu jing!” sergah Andrew

“ Maaf mas, jangan suka memotong percakapan orang dewasa, itu tidak sopan!” balas Rian sopan. Seketika Andrew merah padam mukanya. Bu Sinta dan Egi tersenyum kecil mendengarnya.

“ Menurut kamu pantas ga seorang sopir toko bangunan dekat dengan anak saya?” tanya Pak Edy

Pasal 28 A ,Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Maksud isi tersebut adalah bahwa setiap manusia terutama warga negara indonesia, sejak ia lahir mempunyai hak yang sama dalam hal hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Jadi saya juga memiliki hak yang sama dengan siapapun teman Egi. Saya boleh berteman dengan siapapun termasuk Egi. Yang bisa menilai saya pantas atau tidaknya adalah Egi sendiri dan Tuhan tentunya dan jika ada yang tidak menyukai saya berteman dengan Egi saya berhak mempertahankannya .” Balas Rian panjang lebar

“ Dan jika saya menentangnya?” seringai Pak Edy

“ Saya lapor negara pak?” jawab Rian sambil nyengir

“ Dan jika negara dapat saya kalahkan?”

“ Maka saya akan lapor ke Tuhan!” seringai Rian

“ Kamu nyumpahin saya mati?” jawab Pak Edy

“ Lah, nggak pak? Kenapa harus mati?” tanya Rian

“ Katanya kamu lapor Tuhan, jadi saya harus mati dulu untuk menghadap Tuhan kan?” tegas Pak Edy

“ Setiap manusia itu pada dasarnya juga bertanggung jawab pada Tuhan pak, seperti saya yang tetap menghormati dan mengagumi bapak walaupun bapak tidak menyukai saya dan semua yang saya lakukan itu saya pertanggung jawabkan kepada yang di atas!” balas Rian dengan nada yang mulai berubah

“ Kamu menceramahi saya? Kamu anggap saya salah?” tanya pak Edy

“ Tidak sedikitpun saya menceramahi dan menyalahkan bapak, itukan pendapat bapak?”

“ Tapi saya menangkap hal tersebut dari penjelasan yang kamu berikan!!” balas Pak Edy ketus

“ Tidak baik berasumsi aneh aneh atas penjelasan seseorang tanpa mengerti esensi dari penjelasan tersebut, yang ada bakal timbul fitnah pak!” balas Rian tenang

Pak Edy hanya diam. Ia melirik ke arah istrinya, bu Sinta tersenyum kecil sambil mengangguk. Sementara Andrew sudah berikrar dalam hati nantinya ia akan membalas perlakuan Rian tadi suatu saat.

“ Jadi pak? Basket atau debat?” tanya Rian lagi sambil maju melangkah ke arah papa Egi. Setelah ia berdiri tepat di hadapan papa Egi ia mengambil tangan pak Edy dan menyalaminya,

“ Kenalkan Pak. Nama Saya Rian. Teman baru Egi! Mohon bantuannya!” katanya sambil tersenyum dan menyalami tangan pak Edy yang masih kaget dengan kelakuan Rian yang sama sekali tidak gentar dengan gertakannya. Pak Edy hanya geleng geleng melihat kelakuan Rian. Semua yang disitu tau siapa pemenang acara debat yang berlangsung hampir 15 menitan itu.

Jaid petang itu akan dilakukan pertandingan basket cari keringat antara Pak Edy Andrew vs Katon dan Rian. Setengah lapangan saja dan game di angka 7. Setelah itu mereka mulai pemanasan. Dari pengamatan Rian, Andrew dan Pak Edy memang bisa bermain basket. levelnya saja belum mendekati Katon apalagi dirinya. Tapi ia sudah memutuskan akan menyudahi pertandingan tersbeut secepat mungkin.

Permainan pun di mulai dimana Andrew menjaga Katon dan Pak Edy menjaga Rian. Bola pertama di berikan kepada tim Rian karena ia penantang. Katon memegang bola. Ia melihat defence Andrew standar tapi rasanya tidak terlalu gampang untuk melewatinya, dari sudut matanya ia melihat Rian belum memasang kuda kuda, berarti Rian akan langsung lari ke sudut 3 point bukannya bermain di area bawah ring. Maka dengan gesit Katon mendrible bola ke arah kanan. Ia melihat Andrew lumayan cekatan mengikuti gerakan nya. Tapi tidak cukup cepat sehingga ia unggul selangkah, tapi pak Edy dengan cepat menutup ruang kosong tersebut. Katon menambah kecepatandribble karena ring sudah dekat maka sesaat ia langsung meloncat ingin melakukan lay up ke arah ring, dari sudut mata kirinya ia melihat Pak Edy juga meloncat untuk menghalangi dirinya. Saat pak Edy ingin mengeblock tembakan Katon, dengan sigap Katon langsung mengubah pergelangan tangannya yang tadinya mau shoot menjadi pass ke arah Rian di sudut kiri lapangan. Disitu Rian berdiri bebas menerima pass Katon, ia dengan sigap langsung menermia pass tersebut dan tiba tiba Andrew sudah berada di depannya untuk menjaga pergerakan Rian. Sementara itu Katon yang berada di area bawah ring segera keluar ke area 3 point di pojok kanan. Disaat bersamaan Rian pun melakukan shoot dari area 3 point, ia melakukan kuda kuda untuk shoot, Andrew yang menyadari hal tersebut segera maju dan meloncat untuk menghalangi shoot Rian. Tapi ternyata itu adalah Fake Shoot, Rian sudah mengincarnya.

“ Anjing! Fake shoot!” gumam Andrew dalam hati.

Rian memiliki pilihan untuk melewati andrew saat itu juga kemudian drive menuju ring. Tapi yang ia lakukan berbeda. Ia tidak melewati Andrew, ia malah mendribble bola dengan cepat ke arah andrew yang sedang meloncat sehingga mereka pun BERTABRAKAN!

“ BRUGKKKKKHH!!”

Andrew dan Rian terjatuh bersamaan ke lantai.

“ PRIIITTTT! Blocking Foul Andrew!” teriak wasit.

Rian segera menghampiri Andrew dan mengulurkan tangannya sambil berkata.

“ May The Force Be With You!”

Andrew yang kesal segera meraih tangan Rian, tapi ternyata Rian menarik kembali tangannya sehingga ia sangat jelas terlihat dikerjai oleh Rian. Bu Sinta dan Egi serta penonton yang melihat hal tersebut tertawa melihat kejadian itu. Rian ternyata memiliki jiwa entertaint dalam basket. Bola kembali di pegang oleh Rian. Ia memutuskan langsung melewati Andrew dengan cross over dan bahkan para penonton sampai berteriak

“ WOOOOOOOO!! JAGO!”

Kemudian dengan cepat Rian berlari ke arah Pak Edy yang tampak sedikit ragu menghadapi kecepatan Rian yang begitu cepat kemudian Rian meloncat untuk shoot, Pak Edy meresponnya dengan meloncat juga , tapi itu Cuma tipuan, Rian segera melakukan pass ke arah Katon yang kosong di sebelah kanan ring. Dengan cepat Katon menangkap pass dari Rian yang tidak bakal ia sia sia kan. Dengan gampang ia melakukan lay up. 1- 0 untuk tim Rian! Pertandingan di lanjutkan dengan tim Rian yang benar benar mendominasi permainan. Andrew sudah mengeluarkan seluruh kemampuannya. Begitupun Pak Edy yang sudah sangat lelah sekali meladeni permainan Rian dan Katon yang berbeda level dengan mereka. Tidak terasa skor 6-2 dengan point semuanya di cetak oleh Katon, dari pihak Pak Edy, mereka berdua saling mencetak poin,sedangkan Rian tidak pernah mencetak point karena ia lebih berfokus untuk melatih kembali instingnya bermain basket. Satu point lagi maka mereka akan memenangkan pertandingan ini. Rian sedang mendribble bola melewati Pak Edy, kemudian ia pass ke arah katon yang di jaga ketat Andrew. Katon menerima bola dan ia memutuskan untuk sedikit bermain main dengan Andrew dan berencana melewatinya dari sisi kanan. Andrew berusaha mengikut kecepatan Katon. Rian dengan spontan berlari ke luar area 3 point sedikit untuk menarik perhatian Pak Edy agar area di bawah ring lebih kosong dan mudah bagi Katon untuk mencetak last point. Kemudian dengan sedikit skill Katon berhasil melewati sisi kanan Andrew, Andrew berusaha mengejarnya dan KATON melakukan jump shoot tiba tiba yang memukau. Seluruh penonton terpana dengan jump shoot Katon yang seolah membius dan menghentikan waktu. Sementara Andrew kaget melihat Katon tiba tiba sudah di udara aja dalam posisi menembak sementara ia masih dalam posisi mengejar Katon.

“ SHOOT!” teriak penonton

Katon pun melancarkan tembakan 2 pointnya, sungguh keren sekali Katon pikir penonton dan Egi serta Bu Sinta. Tapi sesaat sebelum Katon melakukan tembakan dan waktu semua orang terpana dengan gerakan Katon, Rian sudah berlari....

“WOOOOOO!!” teriak penonton

“DANK!” ternyata tembakan Katon diluar dugaan meleset!

“ Arggghhhhhhhhh!!!” penonton berteriak bersamaan. Sementara itu Pak Edy dan Andrew segera berlari untuk melakukan rebound, Katon pun yang setelah menyentuh tanah langsung berlari menuju Ring. Mereka meloncat bersamaan. Pak Edy dari sisi kiri, Andrew dari tengah dan Katon dari sebelah kanan. Tangan mereka bertiga berusaha menggapai bola yang masih di udara tersebut. Dari posisi Pak Edy lebih unggul karena bola lebih dekat ke arahnya, sementara Katon terhalang oleh Andrew yang membuat loncatan Katon tidak maksimal, tapi loncatan Katon cukup tinggi sehingga biar tidak maksimal ia masih dapat melihat bola dengan jelas. Badan mereka bertiga seperti melayang dan berhenti di udara. Sungguh pemandangan yang indah pikir para penonton melihat perebutan bola yang begitu sengit dan bahkan paling sengit selama permainan tersebut berjalan. Tiba tiba Pak Edy merasakan ada dorongan yang keras dari belakang, Andrew juga merasakan dorongan dari belakang sehingga membuat tubuhnya oleng kekanan dan membuat Katon juga terdorong ke belakang akibat tubuh Andrew yang oleng di udara menuju ke arahnya. Sesaat semua penonton terdiam saat menyaksikan sesosok orang sedang meloncat lebih tinggi dari pada Katon, Pak Edy maupun Andrew!! Egi hanya bisa menutup mulut menyaksikan pemandangan tersebut. Bu Sinta menganga. Sosok tersebut lah yang pertama kali mengambil bola kemudian dengan satu tangan ia lemparkan sekuat kuatnya ke ring.

Saat Katon shoot, Rian melihat sedikit tubuh Katon tidak stabil sehingga ia mengambil kemungkinan 60% shootnya meleset. Dengan cepat ia berlari ke arah ring, Rian dapat melihat Pak Edy, Katon dan Andrew sedang melompat memperebutkan bola. Kemudian dengan sekuat tenaga full, Rian meloncat ternyata loncatannya lebih tinggi dari pada mereka bertiga. Sesaat bola berada di tangannya ia langsung menghujamkan keras bola ke dalam ring dengan tangan kanannya. Sambil tangan kanannya bergantung pada ring!!

“ BUMMMMMMMMM DANK!!!!!” bola basket masuk ke dalam ring kemudian terpental ke lantai lumayan keras. Sementara itu pak Edy, Katon dan Andrew masing masing jatuh ke tanah. Suasana hening. Pak Edy , Andrew, bu sinta,Egi dan semua penonton terpana melihat Sosok tersebut bergantung di ring dengan satu tangan. Dan sosok tersebut berhasil melakukan DUNK di atas mereka bertiga pikir pak Edy! Waktu seakan akan berhenti. Semua penonton seolah tersihir oleh atraksi yang di berikan sosok tersebut. Sosok tersebut melepaskan tangannya di ring. Ia menyeringai tajam kepada pak Edy, Katon dan Andrew. Sambil berdiri dengan gagah di balik lampu sorot lapangan yang menyilaukan mata Pak Edy, andrew dan Katon ia berkata

“ im BACK!!!!!!!!” katanya dengan mata berkilat kilat pasti dan giginya yang rapi terpampang jelas sambil menyeringai.

Suasana yang hening tiba tiba menjadi penuh teriakan dan semua penonton kemudian menghambur ke arah lapangan. Mereka semua seolah menemukan gairah baru. Gairah yang pasti memberikan kepuasan tersendiri. Hal yang pasti untuk tujuan yang pasti. Pilihan yang terbaik pasti akan diberikan hasil yang terbaik. Semua penonton berlari ke arah Rian, memeluk Rian, mencium pipinya, memegang tangannya, seolah merasakan kemenangan dalam hati Rian, seolah merasakan hasrat yang barusan Rian tumpahkan. Rian tak perduli dengan pelukan penonton, ciuman penonton di pipinya, rambutnya dan pegangan penonton, sorot matanya hanya tertuju ke satu sosok yang sedang berdiri di podium menatapnya juga sambil menutup mulut menahan kekaguman dan hasratnya akan hal sederhana yang sejak kedatangan Rian semuanya berubah drastis. Ya, PASTI KOK, sosok itu adalah

“ REGINA VALENTINE EDY “

Bersambung

Asli serasa ane yg jadu Rian... wkwkwk...

I'm Back ....
 
Wohoooooo dunk
Dunk di goyang di goyang dunk
Dunk dut dunk dut :kacamata:

Mantap hu updatean nya
Semoga selalu sehat hu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd