Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT IMMORAL PERVERSION (racebannon)

Ane cuma berharap saja ....jangan cerita jadikan cukcold ...
 
kayaknya ada sisi lain dari sinta yang masih tersembunyi
 
IMMORAL PERVERSION - PART 10

----------------------------------------------------


kosan10.jpg

Berat.

Kenapa tanganku rasanya berat?

Aku membuka mataku perlahan. Cahaya matahari masuk ke kamarku lewat sela-sela tirai. Entah ini masih pagi atau sudah siang.

Sinta.

Ya, dia ada di sampingku, memeluk tanganku seperti anak anjing kecil yang hilang dan butuh dikasihani. Matanya terpejam. Nafasnya terdengar teratur, sedikit mendengkur tampaknya.

Dia tampak tertidur tenang. Aku tersenyum dalam hati. Sepertinya bebannya sedikit menghilang ketika dia tidur. Sementara, aku masih memikirkan hal buruk apa yang terjadi semalam pada dirinya.

Deg. Ada suara handphone berbunyi kencang terdengar. Ringtone yang asing untukku. Sepertinya itu adalah suara handphone milik Sinta. Sinta membuka matanya dengan terpaksa. Dia berbisik. Suaranya terdengar lirih.

“Tolong…. Handphoneku….”
“Dimana?”
“Ga tau…”

Aku bangkit dengan perasaan amburadul. Entah dari siapa telpon itu. Aku mencoba menerka dari mana arah suaranya. Tak berapa lama aku berhasil menemukannya, di tas mahal yang seharusnya Sinta belum mampu membelinya. Aku merogoh tas itu dan mengambil sebuah handphone yang membuatku kaget juga. Ini handphone keluaran terbaru. Ada satu notifikasi pertanda panggilan tak terjawab.

Tanpa pikir panjang, aku memberikan handphone tersebut pada Sinta.

Dengan enggan Sinta menerimanya, lalu membukanya dan menelpon balik.

“Assalamualaikum…. Iya… Aku nginep disini Pak…. Itu… Di tempat teman…. Pulang semalam malam sekali, pekerjaan….. Iya, keliling ke café-café Pak….” Sinta menarik nafasnya panjang. Dia melanjutkan kalimatnya lagi. “Iya, nanti kalau aku sudah punya yang cukup, gak kerja SPG lagi Pak… Iya, Janji…… Iya pulang… Assalamualaikum…”

Ayahnya ternyata. Mendengar pembicaraan itu aku meringis. Rasanya hatiku seperti disayat-sayat. Tidak, Sinta tidak jadi SPG pasti semalam.

Dia menutup handphonenya, lantas membantingnya ke kasur, dan dia meringkuk di atas kasur, membelakangiku.

Aku melirik ke arah handphone itu.

“Handphone baru?” tanyaku berbasa-basi dengan anehnya. Dia menjawabku dengan anggukan kecil.

Aku mengambil handphone tersebut dan memeriksanya. Casingnya pun merek mahal. Jelas Sinta tidak mungkin membeli barang ini. Pasti ada seseorang yang memberinya barang-barang mewah yang diluar jangkauan kelas ekonomi Sinta. Entah apa yang diberikan Sinta pada orang itu, sehingga dia mendapatkan timbal balik seperti ini.

“Kamu diapain sama siapa semalem?”

“……” Sinta hanya diam. Dia tidak menjawab.

Aku penasaran. Jelas ini tidak baik. Tapi rasa penasaranku mengalahkan moralku. Aku ingin memeriksa handphone itu.

Oke, handphonenya tinggal di swipe lalu kuncinya terbuka. Aku menelan ludah dan dengan rasa penasaran aku membuka aplikasi pesan singkat yang berlambang bulat hijau itu.

Terlihat beberapa notifikasi. Yang paling atas dari ayahnya, aku membukanya dengan tidak sopan, dan tertera beberapa kalimat bernada khawatir. Kalimat-kalimat yang isinya beribu ketidak pastian. Kalimat bertanda tanya yang penuh rasa penasaran, ada dimana anak ini malam tadi.

Ada juga beberapa notifikasi dari nomer-nomer yang tidak kukenal. Tidak ada namanya. Aku membuka yang paling atas.

Sial. Aku menelan ludah melihat isinya. Ada beberapa foto yang langsung ku-download, agar dapat memeriksanya.

Sudah kuduga.

20d1fb10.jpg

Kutelan ludahku, sambil memandang foto-foto itu. Foto Sinta sedang mengulum penis. Foto Sinta yang sedang berpose seronok di sebuah kamar tidur yang terlihat mewah. Sepertinya ada yang menyuruhnya berpose seperti itu. Dan ada satu foto yang paling ekstrim.

35157910.jpg

Seorang pria menuangkan minuman keras ke badan bugil Sinta. Seorang pria sedang menyetubuhinya dan dua orang lagi sedang menjilati badan Sinta yang basah karena alkohol. Muka pria-pria ini asing untukku. Absurd sekali. Sinta sekarang sudah jadi komoditas milik orang banyak.

Aku menutup handphone milik Sinta, dan rasanya aku semakin bingung harus berbuat apa. Aku semakin bingung karenanya.

“Kamu dikasih ini semua sama orang-orang itu?” tanyaku, sambil melirik ke arah tas mahal yang teronggok di sofa kamar kosanku.

“…” aku tidak mendengar jawaban apapun dari Sinta.

“Sinta… Kok diem aja?”

Aku menatap ke arahnya. Dia hanya meringkuk sambil mengangguk pelan.

“Kamu gak pantes diginiin….. Please, berhenti, saya coba cariin kerja lain yang lebih baik daripada kayak gini, oke?” tanyaku dengan suara pelan, mencoba untuk mencarikan solusi agar hidupnya tidak seperti ini.

“Gak tau…” jawabnya pelan, sambil berusaha menutup matanya. Pasti isi kepalanya berputar. Dia pasti tidak familiar dengan minuman keras. Adegan-adegan asusila semalam pasti melibatkan minuman keras dalam jumlah besar. Dan pasti ada yang mencekoki Sinta dengan alkohol.

Ini sudah terlalu keterlaluan.

“Sinta…”
“Nnn…” dia hanya diam saja, sambil menarik diri masuk ke dalam selimut lebih dalam lagi.

“Yaudah….” Aku menarik nafas panjang. “Kamu istirahat dulu aja… Saya juga masih ngantuk…. Mungkin mau tidur lagi”

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sinta sepertinya tidak bisa merespon dengan normal. Tidak apa-apa. Dia sepertinya butuh istirahat yang lama. Istirahat dari semua kegiatan bejat itu.

Entahlah. Entah apa yang terjadi pada dirinya selama dua minggu tanpa kabar itu.

Yang penting sekarang, dia bisa istirahat sejenak.

----------------------------------------------------

Apa ini?

Aku merasakan sensasi familiar yang agak aneh. Apa aku sedang bermimpi mesum.

“Sinta?” aku membuka mataku dan menemukan pemandangan yang aneh.

previe11.jpg

Sinta telanjang bulat. Dia sedang mengulum penisku sambil melakukan aksi masturbasi.

“Apa apaan ini?” aku menarik diriku dengan perasaan campur aduk. Aku bangkit dari tempat tidur dan berdiri menatap dirinya. Mata Sinta terlihat kosong, air liur menetes dari mulutnya, dan dia tampaknya kaget.

“Kak.. Aku…”
“Ngapain kamu?”
“Aku pikir kakak mau….”

Gila apa?

“Yang bener aja…” aku menarik celanaku dan membenarkannya. Aku menjauh dari dirinya dan duduk di Sofa. Aku hampir saja menduduki tas mahal miliknya. “Damn… Sinta, kamu kenapa?”

“Kakak mau?”
“Mau apa?”
“Mau sama aku?” suaranya terdengar datar, seperti diprogram.

“Gak” jawabku pelan.
“Kakak gak mau sama aku?”
“Kamu… Kamu diapain sama orang-orang sampe mikir kalau aku juga mau tidur sama kamu sekarang?”

“Gak tau…” jawabnya seperti biasa.

“Ini udah gak bener! Dimana rumah kamu? Saya anterin kamu sekarang… Pake baju, cepetan…” aku menghardiknya dengan emosi. Perlakuan mesum orang-orang dan semua hal pervert yang dilakukan kepadanya pasti membuat pemikiran dan aksinya jadi amburadul.

“Kak….”

“Cepetan… Atau saya telpon orang tua kamu…” aku meraih handphonenya dengan gerakan cepat, mengancam agar dirinya cepat memakai pakaian dan menghentikan kegilaan ini sebentar.

“Jangan……” entah datang dari mana tenaga itu, tapi Sinta mendadak bergerak cepat untuk merebut handphone yang ada di tanganku. Dia tampak kehilangan keseimbangan dan jatuh di lantai, tepat di depanku.

“Sinta…. Ini udah bener-bener ancur…. Kamu harus pulang….” Aku menatap dirinya yang terkulai jatuh di hadapanku. Telanjang bulat.

“Kakak… Kakak gak mau sama aku?”
“Kamu ngomong apa sih?” aku mendekati dirinya dan mencoba mengangkat dirinya.
“Kak…”
“…..”

“Tidurin aku… Tolong…..”

“Kenapa?” aku menarik nafas pelan. “Aneh…”
“Aku pingin… Sama kakak…”
“Buat apa?”
“Aku mau sama kakak….”

“STOP!!!! KAMU PULANG SEKARANG!!!”

Aku berteriak, rasanya kemarahanku pada siapapun yang pernah mencabuli Sinta, termasuk aku, memuncak. Anak ini jadi benar-benar aneh sekarang. Dia pasti sudah dirusak oleh orang-orang seperti aku dan teman-temanku.

“Aku.. Disuruh pulang…”
“Iya…”

“Jadi aku ga ada harganya di depan kakak?”
“Hah?”

“Kakak gak mau sama aku… Jadi… Aku gak berguna…. Dan gak berharga di depan kakak…….”

Dia memelukku erat. Dan entah kenapa, air mata meleleh di pipinya.

“Sinta…”
“Aku mau sama kakak… Tapi kakak gak mau…” dia berbisik pelan ke telingaku. “Artinya aku gak berharga”

Kami diam seribu bahasa.

“Kalau aku gak ada harganya di depan kakak, mendingan aku gak ada”

----------------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Bikin sesek baca nya
Tapi bukan kolor nya, maksud nya hatinya..hehehe

:beer:
 
Tipis tipis setipis cangcut... Lanjutkan suhuuu...
 
Bimabet
Walaupun agak kurang suka dengan genre sex scene nya, aku suka sama dramanya.. maaf ya suhu, adegan sex gangbangnya saya skip pas baca 😂😂😂😂
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd