Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT IMMORAL PERVERSION (racebannon)

IMMORAL PERVERSION - PART 4

----------------------------------------------------


kamar10.jpg

Deg.

Aku bangun pagi itu. Dengan gerakan malas aku meraih handphoneku. Sudah pukul 10 pagi. Aku melewatkan free breakfast hotel. Tidak apa. Aku memang tidak lapar.

Kejadian semalam seperti mimpi, atau flashback aneh. Masih tidak percaya rasanya. Wajah Sinta masih terbayang-bayang dengan begitu jelas. aku menelan ludah saat mengingat Sinta berjalan tertatih-tatih semalam ke kamar mandi, dibantu oleh Eddy. Sinta memang kami inapkan di hotel yang sama. Dia tidak mungkin pulang setelah dicabuli enam pria sekaligus seperti itu.

Kami berlima juga menginap disini, beda-beda kamar dan ada yang menemani Sinta. Rasanya tak mungkin Sinta diapa-apain lagi tadi malam. Pasti tidak ada yang sampai hati. Sedangkan Tanto pulang, kalau dia menginap, pasti istrinya curiga.

Tunggu.

Radi juga sudah menikah.

Entahlah, terserah dia mau apa. Dia sudah dewasa, harusnya sudah bisa bertanggung jawab atas semua keputusan yang ia ambil.

Aku membuka handphoneku, memeriksa grup bejat kami. Dan benar, sudah ada puluhan foto dan beberapa video adegan semalam. Rasanya seperti melihat situs porno yang bertema seks beramai-ramai. Sinta terlihat seperti bintang porno amatiran yang terpaksa melakukan adegan cabul hanya demi uang. Dan memang seperti itu adanya. Kalau bukan karena rupiah, dia pasti sudah berontak habis-habisan.

“Pagi” aku menyapa di grup itu.
“Eh, dah bangun lo?”
“Udah”

“Sini, ke kamar semalem” Eddy membalasku dengan cepat. Aku langsung bangkit, tanpa berpikir panjang. Entah ada apa di kamar itu.

Sambil berjalan ke lift, aku menduga-duga banyak hal. Apakah Sinta histeris dan tidak mau dibawa pulang? Atau mereka butuh aku untuk mengantar Sinta pulang?

Akhirnya sampai juga. Perjalanan ke kamar ini seperti butuh waktu sangat lama. Banyak pikiran-pikiran buruk berkecamuk di dalam otakku. Dengan setengah hati, aku mengetuk pintu kamar.

“Eh elo” tak berapa lama, Radi membuka pintu. “Buruan masuk, lo sangat-sangat perlu ada disini soalnya”

“Kenapa emangnya” dengan langkah malas aku masuk ke dalam ruangan.

“Karena semalem lo belom ngentot”
“What?”

WTF.

73473610.jpg

Aku melihat pemandangan yang tak kusangka-sangka pagi ini. Sinta masih telanjang bulat, duduk berlutut di karpet kamar. Tangan kanan dan kirinya sibuk mengocok penis dengan gerakan yang sebisanya. Aku tambah kaget lagi karena mulutnya sedang mengulum penis Eddy.

Wajahnya tampak lemas. Tapi entah kenapa dia melakukan hal ini lagi pagi ini. Apakah dia diancam? Ataukah mereka menambah bayaran Sinta?

“Kalo lagi ga takut nyepongnya jadi enak lho” tawa Radi. “Tadi gue suruh minum peju gue. Mau juga akhirnya…. Sok-sok takut gitu tapi”

“Guys, gapapa emang?” aku bertanya dengan sok bodoh, tapi entah kenapa penisku menegang.

“Dia kan dibayar, lagian semalem kaget, sekarang mau-mau aja tuh”
“Cepetan lo pake, tinggal suruh nungging dikit, gue ga mau dia berhenti nyepong gue” sambung Eddy.

Tolol. Hatiku bilang apa, tapi badanku seperti bergerak sendiri. Aku membuka celanaku dengan gerakan cepat. Tak butuh waktu lama untuk aku mencari kondom, memakainya dan berlutut di belakang tubuh Sinta.

“Lo mundur dikit pantatnya, temen gue mau make elo” Rey menegur Sinta yang mendadak berhenti menggerakkan tangannya.

“Sikat men, enak memeknya sempit” tawa Eddy.

“Ahnn…” Sinta meringis ketika penisku masuk ke dalam vaginanya. Aku bergerak maju mundur dengan pelan, sambil meraih pinggangnya.

“Jangan berhenti dong nyepongnya, gimana sih, tangan lo juga jangan berhenti ngocok” tegur Surya, mengajari Sinta untuk digangbang dengan baik dan benar.

“Mmmh.. Mmnn… Mmmh….” Sinta mengerang tertahan. Di mulutnya ada penis yang bergerak maju mundur. Tangannya mulai mengocok penis Rey dan Surya lagi. Sementara aku menggagahinya lewat belakang.

“Kalo ini adegan bokep terus dijual, laku kayaknya” tawa Radi sambil melempar tubuhnya ke atas kasur.

Aku tidak memedulikan omongannya. Aku hanya fokus menikmat lubang kewanitaan Sinta yang luar biasa nikmat ini. Mukaku pasti tolol sekali. Aku tak berhenti bergerak sambil melihat oral seks amatiran yang dilakukan oleh Sinta.

“Enak gak?” Rey bertanya kepadaku. Aku hanya bisa mengangguk, sambil berkosentrasi menyetubuhi Sinta.

“Lain kali sedia morning after pill, biar bisa nembak dalem”
“Kebayang ga kalo dia hamil, bingung pasti anaknya siapa”
“Ini ga pengen kita extend aja kamar hotelnya, kita ewein seharian seru juga”
“Gila kapan pulangnya ni anak, ga dicariin apa sama bokap nya?”
“Suruh bokapnya sini aja join kita”
“Hahaha sakit lo”

“Keenakan lo ya?” Surya meledek diriku yang tidak ikut dalam pembicaraan yang merendahkan Sinta.

Gila, aku jadi ingat pengalaman pertamaku dengan pacarku sewaktu kuliah dulu. Rasanya agak mirip. Rasa canggungnya, rasa sempitnya. Kepalaku seakan berputar. Ditambah lagi aku terangsang melihat Sinta yang sibuk memuaskan teman-temanku dengan tangan dan mulutnya.

“Fuck” aku mengejang, dan spermaku keluar di dalam pengaman.

“Congrats”
“Hahaha enak banget ya sampe ga ikutan ngobrol?”

“Sial” aku meringis dan mencabut penisku dari vaginanya.

“Nah, karena lo udah ngentotin dia, gantian ya, gue jadi excited lagi”
“Gue duluan kali”
“Rebutan kayak bocah…. Masukin aja bareng, siapa tau memeknya jadi bisa buat dua kontol sekarang”

“hahaha sakit lo”

Aku duduk di karpet, dan hanya bisa menatap adegan-adegan cabul berikutnya yang akan terjadi pada Sinta pagi ini.

Perjalanan Sinta dari semalam rupanya belum selesai.

----------------------------------------------------
----------------------------------------------------
----------------------------------------------------


bagaim10.jpg

“Kapan lagi nih?”

Aku hanya diam. Aku menggelengkan kepala sendiri di depan komputer kantorku.

Akhir-akhir ini notifikasi dari grup bejat kami agak-agak mengganggu untukku. Karena isinya hanya seputar Sinta dan Sinta saja.

Ternyata masih banyak foto-foto lain yang belum kulihat. Mulai dari adegan bersetubuh Sinta subuh-subuh dengan entah siapa, belum lagi banyaknya foto Sinta mengulum penis disana-sini. Aku khawatir jika ada orang yang mengintip ke layar komputerku. Jadi aku pada akhirnya menutup aplikasi tersebut.

Setelah selesai kemarin, Sinta diantarkan Eddy pulang. Entah di jalan dia dicabuli lagi atau tidak. Tapi aku tidak bisa membayangkan perasaannya ketika pulang. Dia pulang memang membawa uang yang nominalnya tidak sedikit, tapi entah apa yang ia rasakan saat ia menatap kedua orang tuanya.

Aku juga tidak habis pikir kenapa aku bisa terjebak dalam situasi seperti ini. Pengalaman gangbang pertamaku rasanya tidak seheboh teman-temanku. Ada perasaan kasihan dan prihatin kalau aku mengingat Sinta. Betapa ia menahan sakit, mual dan malu saat digagahi oleh enam pria secara bersamaan.

Entahlah.

Sampai saat ini aku belum bisa berpikir lebih jauh lagi.

Ingatanku lagi-lagi membuatku terbayang wajah kepayahan anak perempuan itu, mengulum beberapa penis bergantian sambil digauli. Belum lagi ejekan-ejekan dan candaan teman-temanku yang cenderung merendahkan dia, dan berfantasi macam-macam yang cenderung ekstrim.

Rasanya, kami semua terjerumus dalam lembah dosa yang tidak ada ujungnya.

----------------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd