Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT IMMORAL PERVERSION (racebannon)

Bimabet
baru keliling lagi di cerbung, eh ada yg baru dr masta RB, fetish yg berbahaya nih, otak terkontaminasi GB-an. awas ye, cuyy, jgn ampe mengkong gegara sering liat batang temen ndiri. wkwkwkwk, tp penasaran juga kalo ada mangsanya teenager, apalagi hyper. beuhhh. hajar ampe pagi, cuyy!! sehat selalu, master. have a good time.
 
Matok dulu ah......
Awas aja kalo ada yg rese dimari.....
 
Walaupun agak gimana gitu dengan cerita Suhu kali ini (biasanya gak seliar ini imajinasi ranjangnya), ni cerita keren abis. ada kesal, ada sesal dan ada iba di sana. Pertanyaaannya, sekokoh apakah hati si "aku" ini buat menyaksikan Shinta dengan kekosongan jiwanya.

sehat semangat terus Bang. Sukses dalam RL dan Penulisan.
 
Wellcome back om, udah ga sabar nikmatin karya karya nya lagi
 
IMMORAL PERVERSION - PART 6

----------------------------------------------------


img_vi10.jpg

Baru kali ini aku melihat orang selahap ini.

Sinta ada di hadapanku, melahap dua potong ayam dan nasi, ditemani oleh soft drink yang tampaknya menyegarkan itu. Di depanku ada cappucino dingin dan sebatang rokok melengkapi aksesoris di tanganku.

Tengah malam. Sinta tampak begitu bahagia melihat makanan sederhana ini. Makanan yang selalu jadi last resort saat kelaparan mendadak di malam hari.

Digagahi semalaman membuatnya lapar pasti. Tapi entah kenapa menenangkan melihat dirinya. Wajah polosnya berbinar-binar hanya dengan makanan se-simple ini. Makanan yang mungkin buat kita biasa saja, tapi untuknya, ini seperti ladang emas.

“Kamu laper banget ya?”

“Eh?”

“Kamu laper?”
“Iya kak…” jawabnya pelan dilengkapi dengan senyum kecil.

Baru kali ini aku melihatnya tersenyum. Dia tampak begitu manis dan begitu innocent. Tak terbayang apa saja yang sudah kami lakukan dengan dirinya. Apalagi tadi. Dua penis sekaligus dalam vaginanya. Ini gila.

“Kamu kan mau nabung buat kuliah ya?”
“Iya….” Sambarnya dengan mata tetap fokus di makanan.

“Udah kekumpul?”
“Belum…”
“Emang butuh sebanyak apa?”
“Aku mau ngumpulin sampe cukup buat lulus….”
“Oh…”

Pekerjaan yang berat. Tapi tampaknya dia sudah mengkalkulasikannya. Pantas saja dia selalu menahan diri menghadapi pencabulan demi pencabulan yang kami lakukan.

“Orang tua apa kabar?”
“Baik” jawabnya pelan dengan suara yang lirih.
“Adik-adik?”
“Baik semua….”
“Sekolah pada lancar?”

“Alhamdulillah….”

“Bapak kamu gak repot biayain anak sebanyak itu?” aku mendadak jadi penasaran. Aku jadi ingin tahu seperti apa kehidupan Sinta yang sebenarnya.

“Repot…”
“Terus gimana?”
“Kadang aku bantu”

Aku menelan ludahku sendiri. Uang hasil jual dirinya ternyata dipakainya untuk membantu keluarganya juga. Perjuangan yang ia hadapi ternyata luar biasa keras.

“Orang tua gak nanya uang itu dari mana?”
“Aku bohong….”
“Bohong gimana?”
“Bilangnya jadi SPG”

“Oh…”

Entah kenapa aku memutar otak sekarang. Berpikir kesana kemari, sambil memperhatikan Sinta yang melakukan semua ini demi masa depannya dan keluarganya. Aku juga heran kenapa teman-temanku tidak ada yang berpikir seperti ini.

Sepertinya yang mereka pikirkan hanya seks, seks dan seks saja.

Kebutuhan Sinta yang mendesak dan banyak ini mereka gunakan untuk memperbudak Sinta semena-mena. Ya, aku juga melakukan itu, tapi setidaknya aku tak sekasar mereka. Aku tidak pernah memaksa Sinta melakukan deep throat. Aku tidak pernah menampar-nampar Sinta. Aku tidak pernah menyuruhnya meminum sperma, dan bukan aku yang memulai memasukkan dua penis ke dalam vaginanya.

Makin lama makin liar.

Aku jadi terpikir hal-hal sederhana yang mungkin dapat meringankan beban Sinta.

“Kamu weekend free?”

“Eh?” dia menatapku dengan tatapan kaget.

“Kamu weekend free gak?”
“Kayaknya iya kak….”
“Boleh aku booking seharian? Tenang, sama aku doang kok” sambungku.

“Emm… Boleh…” jawabnya dengan muka tanpa dosanya.
“Oke, boleh minta nomer hape kamu?”
“Boleh kak….”
“Tapi nanti jangan bilang temen-temen saya kalo kamu saya booking seharian ya…”
“Iya”

“Yaudah lanjutin makannya dulu. Nanti saya panggilin gojek dari sini”
“Iya…”

At least, aku melakukan sesuatu yang menurutku benar. Setidaknya aku meringankan beban Sinta semampuku, sebisaku.

----------------------------------------------------
----------------------------------------------------
----------------------------------------------------


1200px10.jpg

“Kak?”
“Kenapa?”

Aku mengemudikan mobilku masuk ke sebuah pusat perbelanjaan. Sehabis mengambil tiket parkir, aku lantas mencari tempat parkir yang nyaman untuk menitipkan mobil ini.

“Kenapa kesini?”
“Ya kesini aja” tawaku kecil.
“Kenapa ga ke hotel?”
“Kamu pikir ngebooking kamu itu mau tidur sama kamu?”

“Gak ngerti…..”

Sinta mengulum bibirnya. Pakaiannya sungguh sederhana. Dia hanya memakai t-shirt polos yang terlihat murah, dan celana jeans. Tidak ada yang bisa mengira bahwa perempuan muda ini menjual dirinya demi uang.

“Saya Cuma mau booking waktu kamu seharian. Saya tetep bayar kamu, tapi kamu nemenin saya jalan ke mall, oke?”
“Oh…”
“Boleh kan?” tawaku kecil.
“Boleh kak….”

“Okay…”

Setelah mendapat tempat parkir, kami lantas turun dari mobil. Hari ini, aku akan meringankan beban Sinta.

----------------------------------------------------

“Bagus juga kamu pake itu… Tapi agak kurang ya?” aku menatapnya dengan gemas. Dia kurang cocok bergaya tomboy tapi. Oversize T-shirt dan boyfriend jeans kurang pas dengan badannya yang mungil.

“Coba cobain yang satu lagi”
“Iya kak…”

Dia sedang mencoba baju di salah satu gerai fast-fashion ternama. Matanya tampak berbinar-binar tadi saat aku suruh dia untuk memilih baju sesuka dia. Dia tampak antusias sekaligus kebingungan. Jadi aku membantunya memilih sekalian meminta advice dari internet. Pinterest dan instagram membantuku untuk memilihkan Sinta baju.

Lucu rasanya. Ini seperti belanja dengan adik perempuanmu. Dan yang pasti, Sinta tidak pernah mengalaminya di tengah keterbatasan dana dan waktu. Entah apakah orang lain pernah melakukan hal ini pada dirinya. Dan setahuku uang yang ia hasilkan dari bisnis lendir, langsung ia tabungkan untuk rencananya kuliah dan membantu orang tuanya.

“Kak..”

Sinta membuka pintu fitting room. Dia melihat ke bawah sambil malu-malu.

“Eh, lucu banget”

downlo11.jpg

Dia mengenakan playsuit yang terlihat cocok di badannya yang mungil. Aku tersenyum, tapi dia tampak tak nyaman.

“Kenapa?”
“Gapapa” jawabnya pelan.
“Kamu gak suka bajunya?”
“Suka….”
“Tapi kenapa kok kayaknya ga suka” tanyaku, melihat ekspresi mukanya yang agak terlihat tak nyaman.

“Malu…”
“Kenapa?”
“Pahaku keliatan…”

Ironis.

Aku tersenyum simpul, sambil melihat dengan gemasnya. Sehari-harinya mungkin ia telanjang di depan banyak pria, tapi dia malu mempertontonkan paha-nya di depan umum. Padahal playsuit ini tampak sopan dan bagus di badannya.

“Gapapa, bagus kok di kamu”

“Masa?”
“Iya, ambil aja ya”
“Aku gak punya uang tapi….” Dia meringis kecil dengan wajah polosnya.
“Gapapa, saya yang bayarin”

“Kok gitu kak?”
“Gapapa, kamu pilih aja apa yang kamu suka, nanti saya yang bayar semua”

“Oh….”
“Gapapa kok”
“Makasih….” Dia tersenyum kecil dengan manisnya.

Entahlah. This brings joy to me.

----------------------------------------------------

jalan_10.jpg

Mobilku berjalan pelan malam itu. Aku berusaha mengantar Sinta pulang, tapi dia tidak mau memberitahu lokasi pasti rumahnya dimana. Sepertinya dia ingin kami semua jauh-jauh dari keluarganya.

Untungnya masih jauh dari lokasi terakhir dimana aku mengantarkannya malam itu. Tapi sungguh, aku tidak ingin ia pulang sendiri malam ini. Minimal aku mengantarkannya sampai jalan depan rumahnya.

Tenang, aku tidak ingin sampai bertemu orang tuanya kok.

Aku melirik ke arah kursi belakang. Dua kantong besar berisi macam-macam pakaian yang tadi kubelikan untuk Sinta duduk manis disana. Sinta hanya diam, dan dia selalu menolak setiap aku menawarkan untuk mengantarkannya pulang.

“Serius, dimana sih rumah kamu, saya anterin aja”
“Gapapa kak….”

Aku menarik nafas panjang.

“Gak nyampe nyampe kalo gini dong.. Hahaha”
“Gak usah, turunin di tempat kemarin aja…”
“Sinta.. udah lah, gapapa kok….”

“Kalo gitu…..”

“Ya?”

“Aku gak mau pulang”
“Eh?”

“Aku nginep tempat kakak aja”

----------------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Kasihan sih emang Sinta.......,.tp hidup memang kejam..........semangat.......
 
Bimabet
Updatenya keren...
Benar sampai ke jiwa paling dalam..
Style masta memang salute...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd