Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
Sorry huu ternyata masih ada kerjaan dua hari kemarenn wkwkwk update malam inii
OK OK, malam ini ada apdate supeerr dari suhu... Udah Kangen ane ama bunda tercinta... Wkwkwk

Semoga bunda di garap dalam waktu deket... Wkwkwk
 
Ujan ujan nunggu update an smbil ngopi:beer:
 
Bimabet
-Departure-

Bella


Mamah


Hani


Kak Liya


======

Aku baru sampai rumah sekitar jam 11, dan sepertinya semua orang sudah tertidur. Akupun lsngsung keluar dari mobil dan memencet bel beberapa kali, dan setelah itu Mamah keluar mengenakan piyama panjang dan kerudung panjang. Mamah langsung membukakan pagar dan kembali ke dalam.

"Nanti sekalian gembok pagernya ya, kak" ucap Mamah sebelum kembali masuk kedalam rumah.

Aku sudah memarkirkan mobilku dan aku langsung beranjak masuk kedalam rumahku. Ketika aku melewati ruang TV, kulihat Mamah masih menonton TV, namun mata Mamah terlihat sembab seperti habis menangis. Akupun langsung menyalimi Mamah dan duduk disamping Mamah.

"Gimana pikniknya, kak?" tanya Mamah.

"Ya gitu deh, Mah. Seru, kok" jawabku yang membuat Mamah tersenyum dan Mamah kembali melamun.

"Mamah kenapa? Kok kayak abis nangis?" tanyaku memecahkan lamunan Mamah.

"Hah? Nggak, kok, nggak kenapa-napa" jawab Mamah, namun kutahu kalau Mamah sedang berbohong.

"Bener?"

"Iyaa kak, udah sana tidur, udah malem" jawab Mamah dan Mamah langsung beranjak ke kamarnya, apa yang terjadi saat aku sedang bersama Hani tadi?

Akupun memutuskan untuk langsung ke kamarku, dan ketika aku membuka pintu kamarku, aku langsung terkejut karena aku melihat ada putih-putih yang sedang berbaring di kasurku. Aku mulai panik dan aku langsung menyalakan senter di HP ku, dan ternyata itu Bella yang sedang tidur di kasurku mengenakan mukenanya.

"Fuck, kirain pocong" ucapku dalam hati sambil mengelus-elus dada.

Karena persetubuhan dengan Hani tadi, tubuhku menjadi bau keringat dan pasti tidak akan nyaman tidur dalam keadaan seperti ini. Akupun langsung beranjak ke kamar mandi dan membugilkan tubuhku sebelum aku mengguyur tubuhku dengan air shower.

--

Mandi jam segini adalah tindakan yang sangat bodoh. Aku sudah cukup kedinginan ketika aku mandi, dan ketika aku memasuki kamarku, dingin AC terasa seperti menusuk seluruh tubuhku hingga aku ingin cepat-cepat berpakaian dan mengenakan selimut.

Aku langsung menidurkan tubuhku disamping Bella, dan aku memerhatikan wajah Bella yang sedang tidur sambil mengelus-elus kepalanya. Namun ketika aku melihat kearah sprei, kulihat seperti ada bekas air dan lokasinya tidak jauh dari kedua mata Bella, berarti Bella juga habis menangis. What is going on?

Sambil aku mengelus-elus wajahnya juga, aku seperti melihat Bella menggertakan giginya, sepertinya dia kedinginan juga. Akupun lsngsung memeluk Bella supaya dia bisa lebih terhangatkan, dan aku mengenakan selimut untuk menutupi tubuh kami berdua.

"Good night, dek. Ccuphh..." ucapku yang kulanjut dengan kecupan di dahinya, dan setelah itu aku tertidur pulas.

----

Paginya, aku terbangun, dan aku merasakan kontolku seperti basah dan dikecup-kecup oleh seseorang. Akupun membuka mataku perlahan dan baru setengah membuka mataku, kulihat ternyata Bella yang masih mengenakan mukenanya sedang menungging diantara kedua pahaku dan menciumi kontolku. Aku niatnya ingin pura-pura tidur, namun Bella sudah menyadari lebih dahulu kalau aku sudah bangun.

"Ccupph... Ccupphh... Ehh kakak udah bangunn... Ccupphh... Ccupphh..." ucap Bella yang diselingi dengan kecupan-kecupan di ujung kontolku.

"Hmm? Udah jam berapa, dek?" tanyaku masih membiarkan Bella mencium-cium kontolku.

"Ccupphh... Ccupphh... Udah jam 8 kak, inget loh nanti jam 2 ke bandara, makanya aku bangunin, ccupphh... Ccupphh..." jawab Bella.

"Banguninnya nyiumin titit kakak?"

"Hehehe, aku penasaran pas bangun liat titit kakak udah gede, terus keinget kakak pernah cerita kakak buang sperma di mulut kak Hani aku jadi penasaran" jawab Bella yang sudah berhenti menciumi kontolku.

"Bukan begituu caranyaa"

"Terus gimana dong, kak?" tanya Bella penasaran.

"Coba kamu jilatin dulu titit kakak sampe semuanya kejilat" jawabku mrngomando Bella, dan Bella mulai menjilati kontolku meski kulihat wajahnya seperti tidak nyaman.

"Slrrp... Slrpp... Begini kak? Slrrpp... Slrrpp..."

Ah gila, nikmat banget pagi-pagi udah dapet rejeki.

Bella terus menjilati kontolku, dan tak butuh waktu lama untuk Bella menjadi terbiasa dan mulai menikmatinya.

"Uhhh... Enak banget dekk..." desahku.

"Sllrrpp... Slrrpp... Tapi kokk inii sperma kakak belom keluar juga??" tanya Bella.

Tanpa mengeluarkan sepatah pun kata, aku hanya menggenggam tangan Bella yang sedang memegang kontolku dan mengomando Bella mengocok kontolku.

"Ihh jijikk kan bekas ludah akuu" protes Bella, namun aku tetap mengarahkan kedua tangannya meski tidak sampai kupaksa.

Bella kini mulai mengocok kontolku dengan kecepatan pelan, dan aku yang merasa keenakan ini pun mulai merogoh payudaranya yang masih tertutupi mukena.

"Ummhh... Kakk... Tangannya bandell ihh..." desah Bella yang tidak berhenti mengocok kontolku.

Bella yang merasa tidak leluasa pun langsung menyibakkan mukenanya kebelakang, dan Bella langsung menaikkan kausnya hingga payudaranya yang sudah tidak tertutupi BH terekspos. Aku yang makin terbawa suasana pun kembali meremas-remas payudaranya.

"Ummhh.. Kakakk... Jangan kekencengann..." desahnya yang mulai keenakan.

Aku mulai memilin-milin puting Bella, dan terkadang kutarik seperti aku sedang memerah susu sapi hingga Bella menjerit.

"AHHH... Kakakkk jangan merahh tetek akuu..." jerit Bella dan Bella langsung menggunakan tangannya untuk menahan tanganku supaya tidak memainkan payudaranya lagi.

"Iyaa dekk... Uhhh... Dekk sambill kamuu jilatinn cobaa kepalanyaa..." ucapku menyuruh Bella.

"Iyaaa kakakk... Slrrpp... Slrpp..." jawab Bella dan Bella mulai menjilati kepala kontolku.

"Ummhh... Iyaa begituu dekk..." balasku sambil mengelus-elus kepalanya yang tidak dia tahan.

"Sllrpp... Slrpp... Kakakk, kakakk nantii ikutt nganterr akuu kann??" tanya Bella disela-sela jilatannya.

"Ummhh... Iya dekk, nanti kann sekaliann sama kak Hanii jugaa" jawabku yang terbuai oleh kenikmatan ini.

"Slrrpp... Slrpp... Okedehh..."

Bella terus menjilati palkonku sambil mengocok batangnya, dan aku sudah mulai tidak tahan. Akupun mengomando Bella untuk menyepong kontolku.

"Hhhh... Dekk... Masukkinn ke mulutt kamuu dongg..."

"Slrpp... Ihh mana muatt??" protes Bella yang tidak mau memasukkan kontolku ke mulutnya.

"Coba dulu ajaa..."

"Ihh iyaa dehh" jawab Bella sebal dan Bella melepas genggamannya di kontolku.

Bella mulai membuka mulutnya, dan Bella langsung melahap kepala kontolku.

"Ummhh..." desahku ketika palkonku dimasukkan ke mulut mungil Bella.

Bella pun menurunkan kepalanya, dan kontolnya semakin masuk kedalam mulutnya. Sembari Bella memperdalam kulumannya, terkadang Bella juga menyedot-nyedot kontolku.

"Ummhh.. Dekk kaloo udah nggakk kuatt naikk turuninn kepala kamuu..." ucapku dan Bella mengangguk.

Bella pun langsung menuruti komandoku dan Bella mulai menaik-turunkan kepalanya, dan baru beberapa kali Bella menaik-turunkan kepalanya....

"Kakk!! Dekk!! Kalian udah bangun belom??" teriak Ayah dari lantai bawah yang membuat kami berdua langsung kaget.

Bella pun langsung melepas kontolku, dan kami berdua segera beres-beres, just in case Ayah tiba-tiba naik keatas. Ah sial, sepertinya musim kentang sudah kembali.

"Udah yahh!" balas Bella teriak.

"Ohh yaudahh!! Buruann siap-siap, kita jalan sebentar lagi!!" ucap Ayah.

"Hah kita mau kemana, dek?" tanyaku ke Bella.

"Aku sama Ayah sama Mamah mau ke showroom motor, kak. Buat dibawa kuliah" jawabnya disaat dia beranjak dari kasurku.

"Kakak mau ikut?" lanjut Bella bertanya.

"Nggak deh, kan kakak mau nunggu kak Hani dulu"

"Oooh, okedeh" jawab Bella dan Bella beranjak ke pintu kamar mandi sebelum akhirnya Bella berhenti.

"Kak"

"Kenapa, dek?"

"Mandi bareng, yuk" ajak Bella tersenyum.

"Yeh kan tadi disuruh buru-buru sama Ayah"

"Kan mandi doang ngga sampe seks, hehehe"

"Dihh hahahaha, yaudah kamu duluan aja" jawabku dan Bella langsung beranjak memasuki kamar mandi.

Tak lama setelah Bella masuk, Akupun langsung membugilkan tubuhku dan beranjak ke kamar mandi, dan kulihat Bella sudah berada di dalam bilik shower sedang menyabuni badannya.

"Kakak masuk, ya" ucapku sebelum masuk ke bilik shower, dan Bella hanya mengangguk.

Akupun memasuki bilik shower itu, dan Bella juga sudah tidak malu memperlihatkan tubuh bugilnya di depanku, it feels like there are no more boundaries between us.

Aku langsung membasahi seluruh tubuhku dengan air, dan aku mulai menyabuni seluruh bagian depan tubuhku. Ketika aku ingin menyabuni bagian belakangku, aku meminta tolong Bella untuk melakukannya.

"Dek, tolong sabunin punggung kakak dong" ucapku sambil memberikan sabunku kepadanya.

Bella tidak menjawab perkataanku, dan Bella langsung mengambil sabunku sebelum Bella mulai menyabuni punggungku.

Setelah Bella selesai menyabuni punggungku, akupun kembali membilas tubuhku dengan air, namun tiba-tiba Bella memelukku dari belakang.

"Kenapa, dek?"

"Nggak papa, pengen meluk kakak aja"

"Hahahaha, yaudah puas-puasin deh"

Situasi sempat hening ketika kami berdua berada di posisi seperti ini, sebelum akhirnya Bella kembali membuka pembicaraan.

"Kak"

"Iya, dek?"

"Sebenernya..." ucap Bella yang menggantung.

"Apaa??"

"Ummm, ahhh aku maluuu"

"Dih kenapa sihh? Udahh ngomong ajaa" ucapku menyuruh Bella.

"Ihh tapi jangan marah yaa"

"Iyaa adekk, kenapa emang??" tanyaku penasaran.

"Sebenernya... Aku... Niatnya tadi pagi pengen ngajakin kakak 'begituan' lagi" ucap Bella.

Oh tidak, apakah Bella sudah menjadi ketagihan?

"Kamu ketagihan, dek?" tanyaku khawatir.

"Nggak kokk, cuma aku inget yang pas waktu itu kita seks pikiran aku langsung kayak rileks gitu, nah aku lagi pusing banget mikirin tugas ospek, makanya aku pengen ngelepas penat" jawab Bella menjelaskan.

"Benerr??" ledekku.

"Iyaa kakakk, ihh jangan ngeledekin ahh" ucap Bella sebal.

"Hahahah, iyaa iyaa, abis kakak juga khawatir kalo ujung-ujungnya kamu jadi kecanduan, kan nggak baik juga kalo sering-sering kayak gitu"

"Ummm... Tapii... Aku juga pengen nyoba lagii..." jawab Bella, dan aku langsung membalikkan tubuhku supaya kami berhadapan.

"Nanti yah, pas udah disana" balasku.

"Emang bisa? Kan kakak harus ngurusin kuliah, jadi asisten praktikum, terus kan ada kak Hani juga"

"Bisa kok, pasti. Kayak nggak ada hotel aja disana" candaku.

"Bener ya?? Janji lohh" ucap Bella.

kok malah dia jadi kepengen banget begini sampai segala menyuruhku untuk berjanji?

"Iyaa, tapi nggak boleh sering-sering yaa" jawabku meyakinkan Bella, dan aku mengecup keningnya.

"Ccupphh..."

-----

Aku sudah selesai mandi, dan setelah berpakaian, aku langsung beranjak ke bawah, dan kulihat Mamah di dapur sedang memasak, namun sama seperti tadi malam, kulihat tatapan Mamah seperti kosong. Akupun mulai khawatir dan aku langsung mengecek suhu tubuh Mamah dengan memegang keningnya.

"Kakak kamu ngapain?" tanya Mamah kaget.

"Nggak panas, kok. Mamah kenapa sih, Mah? Mamah dari tadi malem kayak tatapannya kosong gitu" tanyaku, namun Mamah hanya menjawab seadanya.

"Nggak kenapa-napa kok, kak. Udah sana panggil adek kamu, kita sarapan" jawab Mamah, dan aku yang makin bingung pun langsung memanggil Bella, dan setelah Bella menjawab, aku langsung berjalan keluar ke Ayah untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Eh udah bangun, kak? Kakak mau ikut ke showroom nggak?" tanya Ayah yang sedang men-juggling bolanya, dan Ayah langsung mengoper bolanya kepadaku.

"Nggak deh, Yah. Bukan buat aku soalnya motornya" candaku, dan kini kami berdua bermain oper-operan.

"Yah, Mamah lagi kenapa, deh? Dari tadi malem Mamah kayak ngelamun terus" tanyaku saat kami sedang bermain oper-operan.

"Masa kamu nggak peka sih, kak?" jawab Ayah.

"Ayah sama Mamah berantem??" tanyaku dan Ayah tertawa mendengarnya.

"Hahahah, bukann, Mamah lagi sedih kak, kan abis ini kamu sama Bella mau kuliah, terus Mamah sedih bakal ditinggal kalian berdua, tadi malem aja abis Mamah bukain pager pas kamu pulang, Mamah nangis lagi di kamar" jawab Ayah menjelaskan.

Oh iya, benar juga. Mamah kan selama ini belum pernah terpisahkan dari kedua anak tirinya. Apalagi kini Mamah akan ditinggal oleh bukan hanya aku, namun Bella juga. Akupun ikut melamun juga, namun disaat aku melamun, Ayah langsung menendang bolanya sangat kencang kearahku.

"Ebuset! Ayah pengen ngebunuh aku, ya?" candaku.

"Hahaha, kan ah baju Ayah jadi basah gini, udah yuk masuk kedalem, Mamah udah bikin sarapan" jawab Ayah, dan kami langsung masuk ke dalam.

Aku melihat Mamah dan Bella sedang mengobrol sambil menikmati sarapannya, dan kulihat raut wajah Mamah berubah 180°. Mamah menjadi lebih riang ketika berada di depan Bella, mungkin Mamah tidak ingin terlihat sedih di depan Bella. Aku dan Ayah pun langsung ikut sarapan, dan setelah kami selesai sarapan, Ayah, Mamah, dan Bella pergi ke showroom dan meninggalkanku sendirian di rumah.

----

Hani mengabariku kalau dia sudah dekat menuju ke rumahku, dan aku langsung membereskan barang-barang Bella yang akan dibawa seperti yang Ayah suruh sebelum mereka berangkat pergi. Setelah aku selesai memindahkan barang-barang ke mobil, mas Ikhsan tiba-tiba menghampiriku.

"Woy, Bay! Lu berangkat hari ini?" tanya mas Ikhsan mengagetkanku.

"Eh ya Allah, bikin gua jantungan lu mas, kagakk yang jalan hari ini adek gua" jawabku.

"Oalah, kirain. Kedepan yok, Bay. Mau beli rokok gua" ajak mas Ikhsan, dan aku mengiyakannya.

Kami mengobrol cukup panjang, dan mas Ikhsan bercerita tentang upaya dia mendekati Bella yang berujung ditolak.

"Hah? Dari kapan? Kok gua kagak tau?" tanyaku bingung.

"Udah lumayan lama, Bay. Si Reza nemu IG Bella, terus pas kita stalk dia masih jomblo, iya kan?" jawabnya, dan aku mengangguk.

"Nah yaudah tuh, gua gasin, ampe berapa kali gua ajakin makan keluar, terus kadang gua beliin cemilan" lanjutnya, pantas saja sering kulihat ada sampah martabak atau roti bakar di tempat sampah kamar Bella.

"Oalah jadi lu yang beliin adek gua?"

"Hahahah, iya, Bay. Terus kemarenn banget dia ngebales chat gua, langsung ngomong sopan banget kalo dia nggak mau pacaran sama gua, nyesek dah" jawab mas Ikhsan yang membuatku tertawa.

"Hahahaha, ya wajar sih, mas. Beberapa waktu yang lalu juga adek gua abis kena masalah sama cowok soalnya, jadi kayaknya masih susah buat dia buka hati" jelasku.

"Masalah apaan?"

"Ada lah, mas. Kaga perlu dibahas" tolakku, karena aku takut ceritanya akan tersebar.

"Ayo lahh, kenapa? Diselingkuhin?" balasnya, dan dia terus memaksaku untuk bercerita.

"Iye, udah, iye. Tapi janji ya lu nggak cerita ke anak-anak"

"Iyee, emang adek lu kenapa?"

"Adek gua abis diperkosa, mas" jawabku, dan mas Ikhsan langsung terkejut.

"Hah? Beneran lu?"

"Iyaa, yang merkosa dia juga tadinya Bella sempet suka sama dia, ini juga gua pindah kesini sekalian biar Bella nggak trauma sama kejadian di rumah lama gua" jelasku, dan mas Ikhsan hanya mengangguk.

"Panjang dah ceritanya, besok-besok dah gua ceritain, dah yuk cabut" ajakku.

Ketika ingin memasuki gang kami, kulihat ada perempuan yang sedang berdiri di pintu masuk gang, dan ternyata perempuan itu adalah Hani.

"Wah gila, siapa tuh? Manis banget anjir" ucap mas Ikhsan yang memang belum kenal dengan Hani.

"Kenapa, mas? Mau lu deketin?" tanyaku pura-pura tidak kenal.

"Aduh gatau dah, Bay. Kayaknya ceweknya juga high-class banget"

"Lah yang penting mah isi hati, mas. Coba aja ajak kenalan dulu" ucapku menyuruh mas Ikhsan berkenalan dengannya, dan tiba-tiba Hani melihat kearah kami berdua dan tersenyum manis.

"Eh Bay gila disenyumin gua" ucap mas Ikhsan salting.

"Noh udah gas aja mas, sana" jawabku, dan mas Ikhsan langsung bergegas ke Hani dan aku dibelakangnya menahan tawa.

"Halo, lagi nyariin siapa, ya? Bisa gua bantu cariin?" tanya mas Ikhsan ke Hani, dan terlihat tampang canggung dari wajah Hani, dan ketika aku sudah berada di samping mas Ikhsan, Hani malah langsung meloncat kearahku dan memelukku.

"Ihh tiba-tiba meluk, itu ada yang ngajak kenalan juga" ucapku sambil memeluk kepalanya, dan mas Ikhsan terlihat sangat kebingungan.

"Hah? Kok? Lu kenal dia, Bay?" tanya mas Ikhsan kebingungan.

"Ya masa gua nggak kenal sama cewek gua sendiri, mas?" jawabku meledek mas Ikhsan, dan mas Ikhsan menjadi sangat salting.

"Hahahah, kamu parah banget ih temennya dikerjain. Haloo aku Hani pacarnya Bayu" ucap Hani menjulurkan tangan.

"Umm... Iya... Ikh... Ikhsan..." jawab mas Ikhsan gagap, dan setelah itu mas Ikhsan langsung memukul lenganku kencang.

"Bayu anjing lu, Bay" ucap mas Ikhsan kesal.

"Iya, iya, udah, maap mas udah ah" balasku berusaha menghindar, dan setelah itu kami bertiga mengobrol sebentar sebelum mas Ikhsan memutuskan untuk pulang, dan begitu juga denganku dan Hani.

--

Kami langsung duduk di teras, dan Hani langsung menyandarkan kepalanya di pundakku.

"Sayang"

"Kenapa, Han?"

"Tadi pagi Bella curhat sama aku tau" ucap Hani.

"Curhat apa?"

"Dia kayak sedih gitu ngeliat serumah kalian nggak kayak ada yang sedih, ampe katanya dia nangis malem-malem" jawab Hani, jadi itu kenapa Bella menangis tadi malam.

"Nggak, kok. Mamah sama Ayah nggak mau keliatan sedih di depan Bella aja, kalo aku juga kan nanti pas kuliah ketemu lagi" balasku.

"Iyaa, tapi dia kayak sedih banget gituu, ehh btw, outfit aku yang sekarang gimana?" tanya Hani yang tiba-tiba berdiri di depanku.

Hani saat ini mengenakan semacam dress berwarna peach, dan Hani menggunakan cropped denim dan jilbab dengan warna yang selaras dengan dress nya.

"Gimana? Keliatan lebih dewasa, nggak?"

I dunno, man. Hani bahkan bisa berganti gaya menjadi seperti ustazah atau cewek-cewek emo, tapi tetap saja Hani terlihat seperti Hani yang terkenal dengan kemanisan dan kebocahannya.

"Iyaa, makin keliatan dewasa, kok. Tapi tetep yang kuliat sekarang itu Hani pacar aku yang manis imut kayak anak kecil" ucapku yang membuat Hani tersenyum malu, dan Hani langsung mendudukiku.

"Ihh apasihh, jangan bilang aku kayak anak kecil mulu ahh"

"Hahahah, iya dehh nggak, nanti ngambek lagi" ucapku sambil mengelus-elus wajahnya.

Hani pun ikut mengelus-elus wajahku, dan aku yang tidak tahan melihat kemanisan Hani pun langsung mengecup lembut bibirnya.

"Ccupphh..."

Aku tadinya hanya ingin menempelkan bibirku di bibirnya, namun Hani mulai membalas ciumanku, dan kini kami berciuman lembut di posisi ini.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Biasanya ketika kami berciuman, pasti salah satu diantara kita ada yang terbawa napsu dan mulai meraba-raba kontolku atau payudara Hani. Namun kali ini, entah kenapa ciuman ini tidak membawa napsuku untuk ke tahap yang lebih jauh, aku hanya ingin mencium bibirnya untuk mengekspresikan rasa sayangku ke Hani dan/atau sebagai ciuman perpisahan sebelum kami akan berpisah selama dua minggu.

Kurang lebih 10 menit kami berciuman seperti ini, dan aku yang mendengar suara mobil Mamah pun langsung menghentikan ciumanku, dan ketika aku membuka mataku, kulihat wajah Hani yang terlihat sedih, dan kulihat Hani juga menangis.

"Kenapa, sayang?"

"Hikss... Hikss... Nggak kok... Aku kayak lagi ngerasa pasti dua minggu kedepan bakal berat, soalnya udah kurang lebih satu setengah tahun kita pasti tiap minggu ketemu" ucap Hani terisak, dan aku hanya tersenyum sambil mengelus-elus kepalanya.

"It's okay, cuma dua minggu, kok. Tenang aja, okay?" jawabku menenangkan Hani sambil mengelap air matanya.

"Tapi... Tapi kenapa... Pas ciuman tadi rasanya kayak kita abis ini bakal nggak ketemu lama banget?"

"Aku juga kok, Han. It's gonna be a tough two weeks for us" ucapku sambil mengelus-elus punggungnya.

"Aku pasti bakal kangen banget nanti sama kamu" ucap Hani yang menempelkan pipinya di pundakku.

"Aku jugaa sayang, kita sama-sama ngelewatin ini, okay?" balasku, dan Hani mengangguk

Setelah Hani sudah menjadi lebih tenang, Hani mengangkat kepalanya, dan kulihat kini Hani sudah kembali tersenyum.

"Nah ini Hani yang aku kenal" ucapku yang membuat Hani tertawa, dan kami kembali berciuman singkat sebelum Hani beranjak dari pangkuanku untuk duduk disampingku.

Tak lama kemudian, Ayah, Mamah, dan Bella memasuki rumah, dan karena sudah jam 12, Ayah mengajak kami sholat berjamaah dulu sebelum kami berangkat ke bandara.

--

Kami pun sudah berada di depan pintu keberangkatan, dan Hani langsung menuju ke kak Liya sementara kami berempat hanya lihat-lihatan. Bella berada di hadapan kami bertiga, dan kulihat Bella seperti sedang menahan tangis. Bella pun akhirnya membuka mulutnya.

"Mah... Yah... Kak... Akuu... Berangkat dulu, ya?" ucap Bella pelan, dan Ayah langsung menepuk-nepuk pundak Bella.

"Kamu belajar yang bener disana ya, sayang. Jangan kayak kakak kamu" balas Ayah berusaha membuat Bella tertawa, dan setelah itu Bella memeluk Ayah.

"Dih kok aku dibawa-bawa juga sih, Yah?" jawabku bercanda, dan akhirnya terdengar tawaan dari Bella.

Hani pun langsung menghampiriku, dan setelah berada di sampingku, Hani melihat kearah Ayah dan Bella yang sedang berpelukan.

"Kamu mau dipeluk juga?" tanyaku ke Hani, dan Hani tertawa sebelum dia langsung memeluk tubuhku.

"Hahahah, pacar aku ternyata peka toh. Kamu baik-baik yaa sayang disini, jangan lupa sholat, jangan makan makanan pedes muluu" ucap Hani yang berada di dekapanku.

"Hahahahaha, iyaa. Kamu jugaa, jangan makan junk food mulu yaa" jawabku sambil mengelus-elus kepalanya, dan setelah kami puas berpelukan, Hani melepas pelukannya dan kembali ke samping kak Liya yang sudah berada di dekat kami.

Bella juga sudah selesai berpelukan dengan Ayah, dan Bella langsung menghampiri Mamah. Mamah dan Bella tidak berbicara apa-apa, hanya bertatapan. Namun akhirnya, Mamah langsung memeluk erat tubuh Bella, dan Mamah sudah tidak kuasa menahan tangisnya.

"Hiks... Hikss... Kamu harus kuat ya dek... Pokoknya... Kamu... Harus belajar yang rajin... Jangan maksain diri... Jaga kesehatann... Hikss... Hikss..." ucap Mamah terisak, dan tiba-tiba, Bella menangis kencang sejadi-jadinya.

"Hikss... Hikss... Mahhh.... Akuu berangkat dulu yaaa.... Hikss... Hikss..." jawab Bella yang juga ikut terisak.

"Hikss... Hikss... Dekkk..." ucap Mamah, dan Ayah tiba-tiba juga ikut memeluk Mamah dan Bella.

"Ssttt... Sstt... Heyy udahh... Jangan nangis teruss... Cup cup cup..." ucap Ayah berusaha menenangkan mereka berdua, namun upaya Ayah sia-sia karena mereka berdua malah makin kencang menangis.

"Hikss... Hikss... Ayahh... Mamahh... Aku nggak mau berangkatt... Mau disini aja..." ucap Bella dan setelah itu Bella kembali menangis.

"Ssttt... Heyy nggak boleh kayak gitu... Kamu udah cape-cape dapetin kampus negeri kok kamu lepas begitu aja?? Udahh kan masih bisa pulang jugaa..." jawab Ayah berusaha menenangkan Bella, dan tak terasa aku juga sudah menangis, dan kulihat Hani dan bahkan kak Liya juga ikut menangis.

Hani pun menghampiri Bella, dan Hani berusaha mengajak Bella untuk segera masuk kedalam.

"Bella... Udah yuk, kita masuk kedalem, sebentar lagi kita udah boarding loh... Udah, yuk? Kita masuk, yuk?" ucap Hani lembut berusaha menenangkan Bella, dan kak Liya juga ikut menenangkan Bella.

"Udah yuk, Bel. Kasiann nanti Ayah Mamah sama Bayu pulangnya kesorean..." lanjut kak Liya, dan akhirnya Bella mulai melepaskan pelukannya.

"Ayo, cantiknya Ayah, semangat yaa kuliahnya" ucap Ayah menyemangati Bella, dan Bella kembali memeluk ayah sebentar dan setelah itu Bella menuju ke Mamah dan memeluk Mamah lagi.

"Baik-baik kamu disana ya, sayang, ccupphh... " ucap Mamah mengecup kepala Bella.

Setelah Bella puas berpelukan dengan Mamah, Bella berjalan mendekatiku.

"Kakk..." ucap Bella lirih.

"See you in two weeks, okay?" jawabku sambil mengelus-elus kepalanya, dan setelah itu Hani dan kak Liya berpamitan denganku dan Ayah dan Mamah.

"Yaudah, om, tante, Bayu, kita berangkat yaa! Dadahh!" ucap Hani dengan ceria layaknya Hani seperti biasanya.

"Iyaa, hati-hati!! " jawabku dan Ayah bersamaan dan mereka langsung berjalan menuju pintu masuk.

Sebelum masuk kedalam, Bella kembali melihat kearah kami bertiga dengan tatapan sedihnya, dan aku mengacungkan jempolku ke Bella seolah mengatakan "everything will be just fine" yang membuat Bella tersenyum, dan setelah Bella masuk, kami bertiga juga beranjak pulang.

--

Di jalan, kami bertiga tidak ada yang berbicara di mobil. Aku melihat ke wajah Ayah yang duduk disampingku yang sedang menyetir, kulihat Ayah meneteskan air mata.

"Ayah nangis, Yah?" tanyaku.

"Hehehe, ketauan" jawab Ayah singkat.

"Udah, Yah. Jangan nangis terus. Kasian nanti Bella kalo kepikiran"

"Yeh kamu ngomong begitu gampang, kan kamu masih bakal sering ketemu nanti pas kamu kuliah" jawab Ayah sewot.

"Lah kan bener, Yah. Kalo Bella tau kita masih nangis sekarang pasti dia juga jadi makin berat ngelepas kitanya" balasku.

"Ya gimana, kak? Pasti rasanya juga bakal hampa banget ditinggal sama anak sendiri, apalagi sekarang dua-duanya yang berangkat" sanggah Ayah.

"Nah, akhirnya Ayah ngerasain perasaan aku sama Bella pas ditinggal kerja sama Ayah dulu" ledekku yang membuat Ayah tertawa.

"Hahahaha, dasar kamu, malah nge-bully ayahnya, sayang liat nih masa mas di-bully sama Bayu" ucap Ayah ke Mamah, namun Mamah tidak menjawab.

Aku dan Ayah langsung melihat kearah Mamah dari spion belakang, dan kulihat Mamah masih melamun. Sepertinya Mamah sangat terpukul dengan keberangkatan Bella. Ayah pun langsung berbisik kepadaku.

"Udah biarin dulu Mamah, kak. Mamah perlu waktu dulu sebentar" bisik Ayah, dan aku mengangguk.

--
(Malamnya)

"Hah Ayah berangkat keluar kota lagi?" tanyaku keheranan.

"Iya, kak. Ada urusan mendadak. Seminggu doang kok" jawab Ayah yang sedang terges-gesa merapikan barang.

"Oalah, naik apa, Yah? Mau aku anterin?" tanyaku menawarkan.

"Udah kak, ngga papa, kamu temenin Mamah disini ya" jawabnya sambil menepuk pundakku.

"Mas nggak mau adek buatin bekel dulu, mas? Buat dijalan" tanya Mamah, dan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku.

"Masukk!" teriakku, dan ternyata itu adalah bawahan Ayah.

"Pak Bagas, kita harus berangkat sekarang" ucap bawahan Ayah.

"Iya, sebentar ya, yaudah Ayah berangkat ya, kak. Kamu dijagain sama Bayu dulu ya, dek. Ccupphh... " ucap Ayah menjulurkan tangannya untuk disalimi, dan setelah Ayah mencium Mamah, Ayah berangkat.

Mamah pun langsung beranjak ke depan TV, sementara aku menutupkan pagar terlebih dahulu sebelum kembali ke ruang TV duduk di samping Mamah.

"Rumah jadi sepi banget nggak ada Bella ya, Mah" ucapku, dan Mamah hanya tersenyum mengangguk sebelum akhirnya kembali melamun menonton TV. Namun tiba-tiba Mamah bertanya kepadaku.

"Kak"

"Kenapa, Mah?"

"Kok Mamah masih kepikiran, ya? Mamah takut Bella kenapa-napa disana" ucap Mamah pelan.

"Udah Mah, Bella pasti bakal baik-baik aja kok disana, kan nanti ada aku juga disana" kembali ucapku sambil menepuk paha Mamah.

Tidak banyak hal yang kami lakukan, dan aku yang mulai mengantuk pun menyandarkan kepalaku ke Mamah. Sama seperti waktu-waktu kemarin, Mamah yang masih mengenakan jilbab dan piyamanya terlihat cantik malam ini dan payudaranya terlihat sangat membusung. Aku yang mulai iseng pun langsung mencolek-colek bagian samping payudara Mamah. Mamah kulihat awalnya tersenyum, namun lama-lama akhirnya Mamah merasa tidak nyaman.

"Ihh kakk apaan sihh?" ucap Mamah yang merasa risih.

"Boleh megang-megang nggak, Mah? Ehehee"

"Oalahh hahaha, akhirnyaa izin dulu kalo mau megang-megang" jawabnya sambil mengelus-elus kepalaku.

"Boleh apa nggak ini jawabannya? Kalo nggak aku mau tidur dikamar nih"

"Hahahaha, iya boleh kok. Gitu dong kak izin dulu jangan asal sosor aja" ucap Mamah dan Mamah mulai membuka kancing di piyamanya.

"Lah aku cuma bilang mau megang-megang loh, nggak bilang minta keluarin juga semangkanya" candaku.

"Halah paling juga nanti minta dibuka. Sekalian aja biar nggak ribet" jawabnya dan setelah kancingnya terbuka, Mamah langsung melepas atasan piyamanya dan payudaranya yang tak tertutup BH langsung terekspos.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung meremas-remas payudara Mamah dengan kedua tanganku.

"Ummhh..."

Sambil meremas payudara Mamah, aku menurunkan celana pendekku beserta celana dalamnya mumpung Mamah masih memejamkan matanya. Pentil Mamah pun kadang kupilin-pilin hingga Mamah menjerit kecil.

"Ahhh.... Kakk..."

Sepertinya Mamah mulai merasa janggal ketika hanya satu payudaranya yang diremas-remas, sementara tanganku yang satunya mulai kugunakan untuk mengocok kontolku. Mamah pun membuka matanya dan langsung terkejut melihat kontolku yang sudah berdiri tegak.

"Yaampunn kakakk kok nggak bilang-bilangg buka celanaa" ucap Mamah kaget.

"Lagi Mamahnya merem mulu, lupa sama kondisi sekitar kalo lagi keenakan ya?" candaku.

"Hahahaha bisa aja kamu, yaudah kalo mau lanjutin, lanjutin aja"

"Bantuin dong Mah, hehee"

"Bantu gimana??"

"Mamah mainin punya aku, aku mainin punya Mamah" ucapku mupeng.

"Ihh apasih, udahh lanjutin ajaa" tolak Mamah.

"Dih nggak adil masa Mamah doang yang enak?"

"Ihh iya dehh iyaa" jawab Mamah pasrah, dan akhirnya Mamah mulai menggenggam kontolku.

"Anak bapak sama ajaa... Ssshh..."

Mamah mulai mengocok kontolku pelan, dan aku kini juga sudah mulai menjilati payudaranya.

"Ummhh... Kakakk..."

Mamah yang sudah terbawa suasana kini mempercepat kocokannya, dan aku juga kini mulai mengulum puting Mamah dan kuhisap-hisap kencang.

"Ummhh... Netekk... Udahh 21 tahunn masih netekkk..." ledek Mamah yang diselingi dengan desahannya.

Aku sudah tidak tahan, akupun langsung melepas genggamanku di payudaranya, dan kini tanganku kupindahkan ke selangkangan Mamah dan kugesek memeknya dari luar celana.

"Ahhh... Kakakk tangannyaa... Ummhh... Bandell yaa... Ahhh..." desah Mamah.

Sepertinya juga Mamah tidak menggunakan celana dalam, karena ketika kugesek memek Mamah dengan tanganku dari luar celananya yang tipis, aku bisa langsung merasakan tekstur bibir Mamah yang menyeplak.

"Hhhh... Mamah nggakk pake celana dalem yaa?? Hhhh... Hhhh... " tanyaku.

"Ummhh... Kepoo..." ledek Mamah, dan Mamah tiba-tiba menyudahi kocokannya dan berdiri.

"Yah kok udahan, Mah? Kenapa?" tanyaku kecewa, tidak mungkin jika aku ingin merasakan kentang lagi.

Mamah tiba-tiba memegang rekat celananya, dan Mamah mulai menurunkan celananya perlahan. Celananya terus menurun dan perlahan mengekspos jmebutnya yang tebal. Namun ketika memeknya sudah mau terlihat, Mamah kembali menarik celananya dan tertawa melihatku yang sudah mupeng.

"Ihh Mamah mah" ucapku kesal.

"Hihihii, mupeng kamuu. Nggak bolehh yang ini punya Ayah doangg" goda Mamah dan Mamah mulai menurunkan tubuhnya hingga berlutut diantara kedua selangkanganku.

"Kalo sisanya?" tanyaku.

"Punya warga"

"Yeh ngaco hahaha"

"Hahaha iyaa nggak kok, yang atas boleh kamu akses hahaha" ucap Mamah seperti mengirimkan kode.

"Kalo mulut gimana, Mah?" tanyaku, dan Mamah hanya senyum menggodaku sebelum tiba-tiba Mamah langsung mencium kontolku.

"Urghh... Mamahh..." desahku kaget.

Mamah pun kembali mengocok kontolku di posisi ini, yang membuatku bingung karena kupikir Mamah ingin menyepong kontolku.

"Hhhh... Hhhh... Enak nggak kakk?" ucap Mamah.

"Uhhh... Aku kira mau Mamah masukkin ke mulutt... Hhhh... Hhhh..."

"Ihhh nggakk ahh, Mamah nggak pernahh" tolak Mamah.

"Nahh pas Mahh buat pertama kalii, lagian masa Ayah nggak pernahh mintaa pake mulut??" tanyaku.

"Hahaha, iyaa dehh iyaa, apa sih yang nggak buat anak Mamah yang bandel" jawab Mamah, dan Mamah mulai mendekatkan kepalanya ke kontolku.

Mamah melahap kontolku, dan Mamah mulai menurunkan kepalanya hingga kontolku masuk setengahnya. Setelah kontolku masuk setengahnya, barulah Mamah mulai menaik-turunkan kepalanya.

"Ummhh... Iyaa gitu Mahh..." desahku keenakan.

Kurasa ada yang aneh. Mamah sangat lihai saat menyepong kontolku dan tidak ada tanda-tanda kekakuan seperti saat Bella menyepongku tadi pagi.

"Ummhh... Mamah boong bangett bilangnya nggak pernahh..." ucapku meledek Mamah, dan Mamah tertawa sambil tetap menyepong kontolku.

"Chlokhh... Chlokh... Hahaha iyaa dehh Mamah ngakuu... Chlokhh... Chlokhh..."

Mamah terus menyepong kontolku cukup lama, dan akhirnya pejuku sudah mau keluar. Akupun langsung mengabari Mamah.

"Ummhh.. Mahh akuu udah mau keluarr..."

Mamah pun langsung berhenti menyepong kontolku, dan Mamah mulai mengocok kontolku, dan entah kenapa tiba-tiba tension bagiku untuk crot malah menurun. Oleh karena itu, aku langsung menarik tubuh Mamah dan menggenggam kedua payudara Mamah.

" Hhhh... Hhh... Kakk mau ngapainn??..."

Akupun langsung mendekatkan kedua payudaranya ke kontolku, dan aku langsung menjepit kontolku dengan payudaranya sebelum aku 'mengentoti' payudaranya. Mamah yang mulai paham dengan mauku pun langsung menggenggam kedua payudaranya dan menaikturunkan payudaranya.

"Hhhh... Hhhh... Anak mudaa aneh-aneh ajaa caranyaa... Bilangg kalu udah mau keluarr yaaa..." ucap Mamah.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk mencapai klimaks karena lembutnya payudara Mamah menjepit kontolku.

"Ummhh... Mahh aku udah mau keluarr..."

"Hhhh... Iyaa sayangg..."

Mamah mempercepat perlakuannya, dan akhirnya aku mencapai klimaksku didalam jepitan payudaranya.

"Arghh... Aku keluarr Mahh..."

Pejuku keluar mengenai payudaranya, dan setelah aku selesai ejakulasi, Mamah langsung melepaskan jepitannya sebelum Mamah mengelap pejuku dengan atasan piyamanya.

"Makin lama makin ngaco kita ini kak" canda Mamah yang membuatku tertawa dan Mamah kini duduk disampingku.

"Gimana? Puas ngerjain Mamah?" ledek Mamah.

"Puas, Mah. Bakal lebih puas kalo Mamah udah nggak kepikiran Bella lagi sih" jawabku menjelaskan, karena memang itu rencanaku dari awal.

"Hah? Jadi kamuu..."

"What goes around, comes back around Mah, hehehehe" potongku.

"Hahaha, segala bawa-bawa Bella" balas Mamah meledekku, dan aku mulai menyandarkan kepalaku di pundak Mamah.

"Makasih ya, kak. Ccupphh..." ucap Mamah dan Mamah mengecup keningku.

"Iya, Mah. Jangan dipikirin terus ya, Bella pasti baik-baik aja kok disana" jawabku yang membuat Mamah senyum.

"Iyaa sayang, yaudah kamu mandi gih, kamu belom sholat isya kan? Sana udah" suruh Mamah, dan sebelum aku berdiri, aku mengecup payudara Mamah.

"Ccupphh..."

"Hihh bandel yaa, udahh sanaa" ucap Mamah, dan setelah itu aku beranjak ke kamarku untuk mandi.

Tak banyak hal yang kulakukan malam itu, hanya video call dengan Hani dan Bella sampai akhirnya setelah 2 jam video call aku menyudahinya karena aku ingin tidur.

-To be Continued-
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd