Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
-Rock Bottom-

"Bay..." Kembali ucap Adi berusaha menenangkanku, namun upaya mereka gagal.

"Ram, Di, ini bullshit!! Gamungkin ini Hani!!" Ucapku penuh emosi.

"Bay... Tenangin diri lu dulu... Oke??" Sahut Rama berupaya menenangkanku.

"Ram, nggak mungkin Ram!! Nggak mungkin ini Hani!! Hani kemaren nangis-nangis nelpon gua Ram!!"

"Bayy... Kalem duluuu... Kalemmm... Tenangg..."

"INI NGGAK MUNGKIN HANI, RAM!! NGGAK MUNGKIN!! PLEASE TELL ME THAT THIS AIN'T HER" teriakku penuh kefrustasian.

"Bayy... Tenang dulu... Kita juga sama kagetnya kayak luu... Tapi kita nggak bisa nyari info apa-apaa... Hani udah beberapa hari belakangan nggak ada kabar..." Ucap Adi sambil mengelus-elus pahaku.

"Gua sama Rama juga udah nyoba kerumahnya, tapi Hani nggak ada dirumah, Bay, kita juga nggak tau apa-apa" Lanjutnya.

"Di... Nggak mungkin ini Hani, Di, nggak mungkinn..."

"Iyaa... Kita juga nggak percaya ini Hani, cuma kita juga harus nyari info lagi Bayy... Lu kalem dulu oke? Rama udah ngurusin ketemuan sama salah seorang yang ngejual video ini, mungkin kita bisa nyari info dari dia" Ujar Adi menjelaskan apa yang akan kami lakukan selanjutnya.

"Hah, bentar, bentar, videonya dijual?" Tanyaku makin heran, what the fuck happened?

"Iy... Ya Bay, beneran sampe serame itu di Tw*tter juga" Jelas Adi.

"Tapi, untung lu bener-bener jago nutupin kehidupan personal lu, Bay, orang-orang awam jadi nggak tau kalo Hani itu pacar lu" Lanjut Rama.

"Tapi blo'on juga ya orangnya percaya aja gua gangerti cara make M-banking hahahaha" Sahut Rama yang membuat Adi tertawa, namun sisi humorku sama sekali tidak tersentil mendengarnya.

"Tapi masuk akal juga si kalo lu ajak ketemuan, Ram, angkanya gede loh, sampe 500 ribuan" Balas Adi.

"Semahal itu?" Tanyaku.

"Iya, Bay, soalnya juga katanya videonya banyak, sama durasinya 10 menit keatas lebih" Jelasnya.

HAH?! SEBANYAK APA VIDEO ITU?!

"Bay, tenangin diri lu dulu, oke? Masih jauh Ram?" Tanya Adi.

"Bentar lagi sampe kok, si tai ngajakinnya di pinggir jalan gini si" Jawab Rama.

Akhirnya, kami sampai di titik perjanjian yang sudah diatur oleh Rama. Lokasinya cukup strategis untuk transaksi seperti ini, karena lokasinya yang tertutupi dengan semak-semak dan tempatnya juga jauh dari jalan raya.

"Bay, nanti lu diem aja, oke? Biar gua sama Adi yang urus" Ucap Rama.

"Kenapa gua nggak boleh ikut?" Tanyaku kesal.

"Emosi lu lagi nggak stabil begini, Bay, kita perlu info sebanyak mungkin" Jelasnya.

"Ya kalo gitu kenapa nggak kita intimidasi aja sampe dia ciut?!" Tanyaku kesal meninggikan nada.

"Iyaa gua paham, kok, cuma untuk sekarang, lebih baik kalo lu nggak ikut campur dulu oke? Pikirin karir lu gimana, Bay" Ingat Rama.

"Persetan ama karir gua! Situasi Hani lebih penting, Ram!"

"Bay, lu tuh mikir, dong! Lu udah jadi orang terkenal disini! Kalo dia ngeliat elu terus lu kebawa-bawa juga, bahaya!" Jelas Rama.

"Belom lagi kalo ternyata bener cewek itu Hani, dan dia tau kalo Hani pacar lu, lu bisa bayangin nggak abuse yang bakal lu sama Hani dapet?!" Lanjutnya meneriakiku.

"Ya masa gua diem aja dalem kondisi kayak gini?!?" Balasku dengan nada tinggi.

"Bay, please, lu mau semuanya baik-baik aja atau nggak? Kalo mau, please nurut sama gua dulu" Ucapnya, dan akhirnya aku terpaksa menuruti keinginan Rama.

Tak lama kemudian, akhirnya datang seorang ABG tipikal anak ibukota menggunakan motor matic langsung memarkirkan motornya di depan mobil kami, dan Rama langsung menyuruhku untuk tetap disini.

"Tahan, Bay, biar gua yang urus, oke?" Pinta Rama, dan aku hanya mengangguk.

"Lama banget lu bro" Sapa Rama berusaha terlihat friendly.

"Hahahah, iya nih bang, motor gua mogok tadi soalnya di jalan, uang lu aja mau langsung sekalian gua pake buat servis motor ini" Jawabnya.

"Hahahaha, yaudah kalo gitu, mana coba gua liat videonya dulu" Balas Rama, dan orang inipun langsung mengeluarkan hapenya.

"Nih liat bang, bagus-bagus kan videonya? Gila ini mah lonte kelas banget bang" Ucap bocah ini, dan seketika emosiku terpancing dan aku langsung mengepalkan kedua tanganku.

"Umm... Iya sih..." Jawab Rama canggung, dan kulihat juga Rama dan Adi menahan amarahnya erat-erat dari melihat kepalan tangannya.

"Asli dah, gua mah berani jabanin berapa ge buat nyoba lonte kaya gini" Balasnya, dan kulihat Rama benar-benar menahan amarahnya, dan Adi juga langsung menengok kearahku memastikan apakah aku baik-baik saja, namun tentu saja aku sangat marah.

"Umm... Lu tau darimana, kalo dia lonte?" Tanya Rama.

"Ya gitu sih bang, cerita orang-orang aja, padahal dia juga kerja, tapi masih mau jadi lonte kayak gini" Jawabnya makin membuat kami bertiga emosi.

"Padahal juga badannya nggak semok-semok banget, tapi kalo lu liat mukanya cute banget, makin ngaceng dah lu pasti bang, nih lonte bisa jadi artis bokep terkenal pasti" Lanjutnya, dan mendengar dia berkata seperti itu lagi, aku benar-benar tidak bisa menahan emosiku.

Aku sudah tidak peduli. Persetan dengan karir. Persetan dengan nama baik. Aku tidak akan terima kalau pacarku dilecehkan sampai sejauh ini.

Akupun langsung bergegas berjalan menuju mereka bertiga, dan tanpa sepengetahuan Adi dan Rama, aku langsung mengayunkan pukulan kencang mengenai kepalanya.

*BUGGG!!...*

Orang itupun langsung terpukul ke belakang, dan selagi dia tidak melihat, aku langsung menarik kausnya dan mengayunkan kepalaku untuk menyundul wajahnya hingga dia tersungkur.

"BAYY!! BAYY!! LU GILA?!?" Teriak Rama, dan ketika aku sudah ingin kembali menghujami pria ini dengan pukulanku, Rama langsung menahanku.

Aku langsung ditahan oleh Adi dan Rama, namun tahanan mereka berdua tidak cukup untuk menahan luapan emosiku. Akupun langsung mendorong mereka berdua, dan setelah itu aku langsung menendangi tubuhnya yang terbaring di tanah.

*BUGG... BUGG... BUGG...*

Rama dan Adi pun akhirnya semakin panik, dan lagi-lagi mereka menarikku menjauhi orang ini.

"WOY, LEPASIN!! LEPASIN GUA!!" Kembali teriakku.

"BAY, TAHAN DULU, KITA BELOM DAPET INFO APA-APA!!" balas teriak Rama.

Mendengar Rama mengucapkan info pun, orang yang tadi kupukul pun mulai ada merasakan sesuatu yang janggal.

"Hah.... Info??... Infoo... Apaa??..." Tanyanya, dan seketika kami bertiga langsung melihat ke orang ini.

"Ummm... Itu... Inf--" Jawab Rama, namun pria ini keburu panik.

"KALIAN POLISI, YA?!?" Teriaknya, dan setelah itu, dia bergerak dengan cepat dan berusaha kabur membawa motornya.

"WOY, JANGAN KABUR!!" teriakku, dan akhirnya Rama dan Adi langsung melepasku karena kami perlu mengejar orang ini.

Untungnya, dia belum ngebut, dan kami bertiga bisa langsung mengejarnya. Setelah jarak kami dekat, aku dan Adi langsung menarik motornya sekuat tenaga kami, dan saat motornya tertahan, Rama langsung menarik orang itu jatuh dari motornya, dan langsung Rama seret menuju ke rerumputan.

"Pakk... Ampun pakk... Jangan bawa saya ke penjara pakk..." Ucapnya memohon.

"BACOT!! LU TAU KAN LU KONSEKUENSI LU JUAL-BELI VIDEO BOKEP GINI?!" jawab Rama yang sepertinya ingin berpura-pura menjadi polisi.

"Ampun pak... Tolong... Ampunin saya pak..." Balas orang itu masih memohon.

Untuk makin mengintimidasi orang ini, aku langsung mengambil sebuah tali dari mobilku, dan dengan sigap aku langsung mengikat kedua tangannya.

"Pak, tolong, pak! JANGAN BAWA SAYA KE KANTOR POLISI, PAK!!" teriaknya makin menjadi-jadi.

"BACOT!! LU BAKAL LEBIH BERHARAP LU KITA BAWA KE POLISI KALO LU MASIH NGGAK MAU DIEM!!" balasku teriak.

"Pak... Ampun pak... Saya cuma ngejual videonya pak... Please ampunin saya pak... Saya janji nggak bakal jual video lagi..." Jawabnya, dan dia mulai membukakan matanya yang daritadi dia pejamkan, dan pandangannya langsung mengarah kearahku, dan terlihat keterkejutan di wajahnya.

"Lohh... Bayu Aji??.. Kok bang Bayu ada disini??..." Tanyanya bingung.

"Lu kenal gua?"

"Pasti bang... Masa orang terkenal kaya abang saya nggak kenal..." Jelasnya, dan akhirnya berontakan orang itu mulai mereda, dan Adi yang daritadi terus menyuruhku meredakan emosi mulai berhasil karena aku sudah lebih tenang.

Setelah sudah lebih kondusif, akhirnya Rama mulai menceritakan kenapa kami berada disini, dan lagi-lagi orang itu terkejut karena Rama malah membeberkan identitas Hani.

"Hah?? Jadi..."

"Iya, cewek itu cewek gua, makanya kita perlu mastiin dari lu dulu, apa videonya ada yang keliatan muka?" Tanyaku.

"Nggak ada bang, videonya ceweknya pake masker semua" Jelasnya.

"Kok lu bisa sih bang pacaran sama lonte?" Kembali tanyanya, dan seketika emosiku kembali terpancing dan aku langsung menendang kencang kepalanya.

*BUGG!!...*

"BAY BUSET DAH!!" teriak Rama kaget.

"YA GUA KESEL ANJING, RAM!! LU PIKIR GUA BAKAL HAHA-HIHI DENGER DIA NGOMONG BEGITU?!" Jawabku.

"Bang... Maaf bang... Ampun bang..." Ucap orang itu lirih.

"Bay, tolong tahan dulu dikitt aja, kita udah bisa mulai dapet info loh ini" Pinta Adi, dan dengan berat hati aku mengangguk.

"Yaudah, sekarang, lu jelasin apa yang lu tau tentang skandal ini" Ucap Adi memulai, sementara aku dan Rama langsung mengambil hapenya untuk mulai memperhatikan videonya.

"Saya... Saya nggak tau apa-apa bang..."

"Heh!! Dengerin gua! Lu mau kita bawa ke kantor polisi apa nggak?!" Teriak Adi.

"Iya bang... Ampun bang..."

"Yaudah, kan kita cuma nanya sama lu, apa yang lu tau, jadi ribet banget si?!" Kembali teriak Adi, dan sembari memerhatikan video ini, orang itu mulai berbicara.

"Saya nggak tau apa-apa bang... Sumpah..."

"BULLSHIT! Tadi apa yang lu bilang cerita-cerita orang, hah?! Lu mau bego-begoin gua?!" Teriak Adi.

"Saya kurang tau banyak bang... Tapi yang saya tau... Katanya cewek ini ditinggal pacarnya kerja di luar negeri... Sama dia makin lama makin gatel udah nggak dientotin..." Jelasnya.

"Terus?"

"Terus... Dia nyari cowok-cowok yang mau ngentot sama dia..." Lanjut orang itu.

"Kok gua jadi makin gak yakin kalo cewek ini Hani?" Ucapku ke Rama.

"Iya juga sih, kaya berbanding terbalik gitu, kan lu yang cerita kalo dia mah ngentot karena 'sayang', tai kuda" Jawab Rama yang membuatku sedikit tertawa.

"Terus, lu tau apalagi?" Kembali tanya Adi.

"Cuma itu yang saya tau bang... Tapi yang saya inget lagi, katanya dia kerja di perusahaan, terus gajinya dia pake buat bayar orang yang ngentotin dia itu" Jelasnya.

"Fix ini mah Bay, nih cewek mirip doang sama Hani" Ucap Rama.

"Nggak bisa langsung simpulin gitu, Ram, ini ada satu video lagi"

Sisa satu video terakhir, dan aku yang memang daritadi sudah tidak kuat melihatnya akhirnya memutuskan untuk ikut menginterogasi penjual video ini.

"Video ini lu beli berapa?" Tanyaku.

"Saya beli pas masih murah bang, tapi sekarang harganya naik bisa sampe sejutaan" Jelasnya.

"Lu bener nggak tau apa-apa lagi? Kaya misal dia orang mana, kerja dimananya, gitu-gitu" Kembali tanyaku.

"Saya cuma beli videonya bang... Bukan saya yang ngentot sama cewek ini..."

"Ohhh... Gitu..."

Sepertinya memang dia tidak tahu apa-apa lagi, karena memang benar sepertinya dia hanya penjual video, bukan pelaku. Tapi dengan info ini, aku sudah mendapatkan bekal yang cukup untuk memulai investigasi.

"Sekarang mau gimana, Bay?" Tanya Adi kepadaku.

"Gua juga bingung sih, pengen nyimpulin ini bukan Hani juga masih kecepetan, apa kita perlu nyari info dari penjual lain?" Balasku bertanya.

"Kayaknya gitu, sih" Jawabnya, dan tak lama kemudian, Rama datang ke kami berdua.

"Gimana?" Tanya Adi.

"Jangan gua yang liat deh, kan lu yang tau, Bay" Jawab Rama, dan aku hanya mengangguk sambil mengambil hape itu untuk melihat videonya, sementara Rama langsung mendatangi orang itu.

"Bang... Saya nggak mau dibawa ke penjara kan??..." Tanyanya gemetar.

"Gua mau tanya lagi sebelum lu cabut, boleh?" Balas Rama, dan orang itu langsung mengangguk.

"Apa pas lu beli, file-nya ada format namanya? Kaya 'blablabla-lonte' atau gimana gitu" Tanya Rama.

"Aduh, ada bang, tapi saya lupa namanya apa, pokoknya yang belakangnya ada tulisan 'lonte' aja" Jelasnya.

Aku terus memerhatikan video-video ini, dan semuanya terlihat sama saja. Hanya tiga orang melakukan threesome dimana mereka berdua selalu bergantian, tiap satu orang menggenjot memeknya, satu yang lainnya memasukkan kontolnya ke mulut cewek ini. Rasanya ini hanya seperti perempuan panggilan yang menolak dianal. Perempuan ini juga mengenakan cadar, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya.

Tapi, ada yang mengganggu pikiranku. Dimana video yang dijadikan media untuk promosinya? Yang tadi ada jaket yang mirip dengan jaketku?

"Bro, ini kok kayak kurang satu ya videonya?" Tanyaku.

"Oh iya, satu lagi masih belom saya masukkin ke hidden files, bang" Jelasnya, dan akhirnya aku langsung membuka galerinya.

"Oh iya, bang, inget saya"

"Inget apa?" Tanya Adi.

"Nama file-nya"

"Apa nama file-nya?"

"Kalo nggak salah...." Ucapnya bersamaan dengan aku menemukan video yang hilang tadi, dan langsung kuputar.

Loh... Ini...

"Nama file-nya 'HKNisa-lonte' bang" Jawabnya, dan jawabannya membuatku, Adi, dan Rama seperti tersetrum oleh listrik ratusan ribu volt.

Selain itu, aku juga melihat video ini, dan bahkan baru melihat awalan videonya saja, tubuhku terasa sangat mati rasa, dan dadaku terasa sangat sesak.

Di awalan video ini, terlihat perempuan ini menggunakan pakaian yang masih rapi, tipikal pegawai kantoran. Namun, dia menggunakan jaket bomber, dan aku sangat yakin kalau itu punyaku karena aku sendiri yang mendesain patch-patch itu. Selain itu, dia juga memeluk boneka beruang jantan yang sangat identik dengan boneka beruang betina milikku.

Tidak salah lagi... Perempuan ini...





Adalah Hani.

Rasanya, kakiku sudah tidak kuat untuk berpijak. Aku langsung terjatuh dan terduduk diatas aspal yang dingin ini. Hawanya tiba-tiba terasa sangat dingin dan menusuk, dan aku benar-benar terdiam kaku tak tahu harus melakukan apa.

Rama dan Adi pun juga sama kagetnya, Rama juga langsung terdiam bingung, dan Adi berusaha sekuat tenaga mencoba tetap tenang.

"Ohh... Jadi... Itu namanya??..." Tanya Adi terpotong-potong.

"Iya bang, apa ketauan siapa perempuannya?" Tanya orang ini yang juga sangat kebingungan.

Tidak ada yang menjawab, dan akhirnya Rama kembali bangkit, dan Rama langsung menarik orang itu untuk berdiri pula.

"Bang ini ada apa?" Kembali tanyanya, dan lagi-lagi tidak ada yang menjawab pertanyaannya, Rama hanya menepuk-nepuk pundak orang ini.

"Makasih banyak ya bro, sekarang lu udah boleh cabut kok" Ucap Rama, dan setelah itu Rama mengeluarkan amplop dari jaketnya, dan langsung dia taruh di kedua tangan orang ini sembari Rama membuka ikatan talinya.

"Bang, ini ada apa, sih? Saya udah nggak mau minta duit dari abang"

"Udah ambil aja, sekalian aja buat uang tutup mulut sama uang buat lu nggak nyebar video-video ini lagi, oke? Udah cabut lu sana" Suruh Rama, dan akhirnya orang itu hanya mengangguk paham dan langsung pergi mengendarai motornya.

"Dah yuk Bay, kita cabut, kita udah dapet videonya juga" Ucap Adi, namun rasanya tubuhku begitu mati rasa sampai aku tidak bisa menjawab ucapan Adi.

"Bay, ayok Bay, udah malem" Ucap Rama, dan lagi-lagi tidak kujawab, dan akhirnya Rama dan Adi langsung membopong tubuhku dan memasukkanku ke dalam mobil dan kami langsung berangkat pulang.

-----

Tidak, tidak, tidak mungkin. Ini bukan Hani. Aku tidak percaya. Ini jelas bukan Hani. Bahkan kalau memang ini Hani, pasti ada sesuatu yang terjadi. Aku tidak akan percaya apa yang baru saja diceritakan oleh penjual video tadi yang mengatakan kalau Hani dengan sukarela.

Aku harus mendengar penjelasannya dari Hani sendiri.

"Ram, kerumah Hani sekarang" Pintaku.

"Hah? Mau ngapain?"

"Ram, please, bawa gua ke rumah Hani sekarang" Kembali ucapku.

"Bay, udah malem, Bay" Tolak Rama.

"Ram, please, gua harus denger ini dari mulut Hani sendiri"

"Bay, dengerin gua, gua paham lu lagi panik, lu lagi sedih, lu lagi marah, tapi untuk sekarang, ada baiknya lu redain dulu emosi lu, lu belom berpikir secara lurus sekarang Bay" Jelas Adi.

"Udah, kita balik dulu ke rumah lu, besok kita kerumah Hani, oke?" Lanjutnya, dan aku hanya bisa menuruti permintaan mereka.

-----

Setelah perjalanan panjang, akhirnya kami sampai dirumah. Setelah Rama memarkirkan mobilku, aku langsung memasuki rumah melewati pintu depan.

Aku membuka pintu, dan langsung kulihat Mamah dan Bella sedang mengobrol di ruang tamu. Sepertinya mereka menunggu kepulanganku.

"Eh kakak, gimana perjalanannya?" Tanya Mamah, namun tidak kujawab.

"Kok lama pulangnya, kak? Kemana dulu??" Kembali tanya Mamah, namun aku benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan Mamah karena hatiku sedang mati rasa saat ini.

Perlahan, Mamah menyadari kegundahan di dalam diriku, dan perlahan senyuman Mamah dan Bella memudar. Tak lama kemudian, Rama dan Adi segera menyusul masuk.

"Rama" Ucap Mamah langsung menyapa Rama.

"Iya tante?" Tanyanya.

"Kamu... Jadi ngajak Bayu ketemu orang itu?" Tanya Mamah, ternyata Mamah juga mengetahui rencana Rama dan Adi.

"Umm... Jadi Tante..." Jawab Rama dengan berat hati.

"Terus... Gimana hasilnya?..." Tanya Bella yang juga ikut khawatir, dan akhirnya aku membuka mulut meski rasanya sangat berat bagiku untuk berbicara.

"Bener... Perempuan itu... Hani..." Ucapku lirih, dan tentu saja Mamah dan Bella langsung syok, dan Bella tak kuasa menahan tangisnya.

"Kak... Hikss.. Hikss... Nggak mungkin kakk... Hikss... Hikss... Kak Hani sayang banget sama kakak... Nggak mungkin ini..." Jawab Bella terisak, dan Bella langsung beranjak memeluk tubuhku.

"Hikss... Hikss... Kakk... Kakakk nggak percaya kann... Itu bukan kak Hani kakk... Hikss... Hikss... Nggak mungkinn kak Hani sampe setega itu... Hikss... Hikss..." Kembali lanjut Bella sesenggukan.

"Iya, Bel, itu bener Hani, besok juga kita bertiga mau mastiin ke Hani nya langsung" Jawab Rama, dan Bella makin kencang menangis.

"It's okay, dek, kita belom tau alesannya apa, makanya kita perlu pastiin dulu sampe besok" Ucapku sambil Mengelus-rlus kepalanya.

"Yaudah, kakak istirahat dulu, ya?" Lanjutku, dan setelah itu aku langsung beranjak ke kamarku, dan Rama langsung disuruh masuk ke kamar tamu oleh Mamah.

=====

Selamaman, aku tidak bisa tidur. Pikiranku selalu mengarah ke Hani. Aku terus-terusan berusaha menghubungi Hani melalui semua sosial media yang bisa kugunakan. Namun hasilnya nihil. Hani tidak membalas, dan di Wh*tsapp pula chat-nya masih sama, tertahan di centang satu. Pikiran-pikiran ini membuatku sangat pusing, namun aku tidak bisa tidur. Aku bahkan sudah meminum obat untuk meredakan pening di kepalaku, namun obat itu tidak berefek sama sekali.

Akhirnya, aku tidak istirahat sama sekali, dan menjelang pagi, aku langsung segera membangunkan Rama dan Adi untuk segera berangkat kerumah Hani. Hari ini masih weekdays, jadi aku takut kalau Hani sudah keburu berangkat kerja.

Singkat cerita, kini kami sudah sampai di depan rumahnya. Namun, terlihat ada perbedaan dari semenjak terakhir aku kesini. Sekarang, sudah ada pos satpam yang berada tepat di depan rumah Hani, dan aku langsung melihat mang Ucup satpam komplek Hani sedang duduk menonton TV.

"Mang Ucup!!" Sapaku.

"Eh bujut, yaampun mas Bayu teh, bikin mang Ucup kaget aja" Jawab mang Ucup yang tersentak kaget ketika kupanggil.

"Gimana kabarnya mas Bayu?"

"Alhamdulillah baik mang, mang Ucup gimana?" Tanyaku.

"Wah, mang Ucup udah banyak duit sekarang mas Bayu, abis Abbi nyuruh mang Ucup jaga depan rumah sini, bujutt dahh Abbi ngasih duit banyak banget" Jelas mang Ucup membuat kami bertiga tertawa.

"Emang kenapa tiba-tiba pindah mang?" Tanyaku.

"Loh, mas Bayu belom tau, ya?"

"Masalah Hani?"

"Iya bener mas, mas Bayu harus banyak tabah ya mas" Ucap mang Ucup sambil menepuk pundakku.

"Iya mang, inshaa allah, Hani nya ada mang?" Tanyaku.

"Aduh mas, neng Hani udah dua hari nggak mau keluar rumah, mas" Jelas mang Ucup.

"Oooh, yaudah, bisa tolong panggilin Hani nya kalo gitu, mang? Tapi jangan bilang kalo saya yang nyariin" Pintaku, dan akhirnya mang Ucup mengiyakan sembari membukakan pagar rumah Hani, dan selagi aku, Rama, dan Adi berjalan ke teras, mang Ucup langsung menghubungi orang yang berada di dalam rumah.

"Semoga cerita orang kemaren nggak bener ya, Bay" Ucap Adi menyemangatiku.

Aku hanya bisa mengangguk, dan sembari menunggu Hani, mang ucup memberikan kami air putih botolan, dan dia mengajak kami mengobrol sejenak. Mang Ucup juga menceritakan perilaku Hani akhir-akhir ini sangat aneh, bahkan beberapa hari yang lalu mang Ucup melihat Hani tertidur di pos satpam yang tak diketahui oleh mang Ucup sama sekali karena mang Ucup sedang meronda malam itu.

Akhirnya, pintu depan terbuka, dan tentu saja, Hani yang membuka pintu. Terlihat raut kesedihan di wajahnya, namun ketika melihat kami, raut wajahnya berubah menjadi sangat kesal, marah, atau bahkan penuh dengan rasa kebencian.

"Hani..." Ucapku lirih sembari membangkitkan diriku dari kursi, dan tiba-tiba, Hani langsung berusaha untuk kembali menutup pintunya.

Aku yang panik pun langsung meloncat, dan aku langsung menahan pintunya dengan sigap meski Hani dengan kuat berusaha menutup pintu.

"Han, Han, kamu kenapa, sih?!" Tanyaku bingung.

"Kamu ngapain si kesini, Bay?! Udah pulang sana!!" Jawabnya dengan nada tinggi.

"Jadi kamu nggak mau aku disini?! Baru beberapa hari yang lalu kamu nangis-nangis nelepon aku bahagia aku bakal pulang, sekarang aku udah pulang kamu malah kayak gitu?!" Balasku dengan nada tinggi pula.

"Kamu mau ngapain emang?! Mau ngomongin masalah video itu?! Aku cape bilang kalo itu bukan aku!!" Teriaknya.

"Han, nggak perlu boong kok, kita tau cewek itu elu, dari nama file nya aja udah ketauan HKNisa, itu kan nama lu" Jelas Rama.

"YA TERUS EMANG DI DUNIA YANG NAMANYA NISA GUA DOANG?!" teriak Hani.

"Terus kamu mau jawab apa tentang ini?!" Potongku, dan aku langsung mengeluarkan hapeku menunjukkan screenshot Hani yang masih mengenakan cadar, jaket bomberku, serta boneka jantan yang dia bawa.

"Liat, kamu tau kan ini jaket punya aku?! Belom lagi beruang ini-" Lanjutku, namun Hani langsung memotong perkataanku.

"BAY KAMU KENAPA, SIH?! EMANG DI MUKA BUMI INI CUMA KAMU YANG PUNYA JAKET IT--" Teriak Hani, namun langsung kupotong.

"AKU TAU ITU KAMU!! AKU YANG NGEBIKIN SEMUA PATCH YANG ADA DI JAKET ITU, KAMU JUGA NGEBIKIN BONEKA BERUANG ITU, DUA-DUANYA NGGAK MUNGKIN ADA YANG JUAL!!" potongku, dan Hani akhirnya makin meluapkan emosinya.

"JADI SEKARANG KAMU TAU KAN KEBENARANNYA?! IYAA AKU JADI PELACUR!!!" Teriaknya sangat kencang, bahkan aku, Adi, dan Rama jadi terdiam kaget tak menyangka Hani menjadi seperti ini.

"Iya!! Aku jadi pelacur!! Aku gatahan nunggu kamu pulang!! Aku bayar mereka buat muasin aku!!" Lanjutnya.

Hatiku rasanya hancur, hancur berkeping-keping dan hilang terbawa angin. Hani sudah berubah menjadi separah ini. Aku rasanya ingin menangis, tapi disisi lain aku tidak ingin menangis di depannya.

"Sekarang kamu puas?! Udah seneng tau kebenarannya?!" Kembali teriaknya yang seperti menyayat-nyayat tubuhku dengan sebuah pedang.

Memang, hatiku rasanya seperti hancur, dan rasanya tubuhku seperti dibakar. Sekujur tubuhku terasa sangat sakit menerima perkataan Hani. Aku sangat tidak terima dan tidak menginginkan Hani berubah menjadi seperti ini sampai dia teriak-teriak mengaku dia menjadi pelacur.

Tapi disisi lain, aku tidak percaya. Hani seperti menutupi sesuatu. Aku tidak akan percaya kalau Hani sudah sukarela membagikan tubuhnya ke orang-orang sampai dia yang membayar orang-orang untuk memuaskan hasratnya. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan sifat Hani. Aku tau itu.

"BULLSHIT!" teriakku yang membuat Hani, Adi, dan Rama tersentak kaget.

"Sampe aku mati, aku nggak akan percaya sama cerita itu," Jelasku.

"Han, ini udah berbanding terbalik banget sama diri kamu, mungkin semua orang percaya sama kata orang-orang yang bilang kamu jadi pelacur, kamu sukarela dipake sana-sini, tapi aku nggak akan percaya, aku kenal kamu cukup dalam untuk bisa langsung tau ada yang lagi kamu tutup-tutupin" Lanjutku yang membuat Hani terdiam.

"Bayy..." Ucapnya lirih, namun langsung kupotong.

"Aku tau itu kamu, aku kenal kamu nggak cuma selama beberapa bulan, tapi udah beberapa tahun, aku tau itu kamu, tapi aku nggak akan percaya sama kata-kata orang yang bilang kamu udah jadi pelacur" Potongku sambil memerhatikan wajah manisnya.

Aku terus memerhatikan wajahnya yang matanya sudah mulai berair, dan aku baru menyadari, kalau ternyata di wajah Hani banyak sekali luka goresan kecil yang sudah mengering. Selain itu, aku juga langsung memerhatikan tangannya, dan aku langsung melihat sekujur tangannya dipenuhi dengan luka-luka yang menandakan....


Hani sepertinya habis disiksa.

"Apa yang mereka lakuin ke kamu sampe jiwa raga kamu terluka gini, sayang? Pasti ada sesuatu yang kamu tutupin, kan?" Tanyaku lembut sambil mengelus-elus pipinya, dan akhirnya Hani tak kuasa menahan tangisnya, dan Hani langsung menimbunkan kepalanya di dadaku dan memelukku erat-erat.

"Hiksss... Hiksss... Hiksss... Hiksss..."

"Udah, gapapa, nangis aja sampe kamu lega, oke?" Ucapku sambil mengelus-elus punggungnya.

"Hikss.... Hiksss... Sayangg... Maafinn akuu... Hiksss... Hiksss.. Akuu udah bohong sama kamu... Hikss... Hikss..." Ucapnya terisak.

"It's okay, its okay, setidaknya kamu sekarang udah jujur, kan?"

"Hikss... Hikss... Hikss... Sayanggg... Akuu takutt... Hiksss... Hiksss... Akuu gatauu... Harus ngapainnn... Hikss... Hikss... Hiksss... Sayangggg.... Hiksss... Maafinn akuuu..." Kembali ucapnya menangis tersedu-sedu.

"Iyaaa... It's okay... Udah kamu legain dulu diri kamu yaa... Nggak bakal aku lepas pelukannya... Nangis di pelukan aku aja..." Jawabku mempererat pelukanku, dan aku langsung menengok kearah Adi dan Rama, yang ternyata juga sudah menangis meski tidak sekencang Hani.

Hani terus menangis kencang, dan setelah beberapa lama Hani menangis, akhirnya tangisannya mulai mereda, dan aku terus mengelus-elus punggung dan kepalanya untuk menenangkan dirinya sampai tangisannya berhenti.

"Gimana? Apa kamu udah siap ceritain apa yang terjadi?" Tanyaku, dan akhirnya Hani mengangguk dan mulai melepaskan pelukanku.

"Tapi... Di ruang tamu aja ya sayang... Jangan diluar..." Pintanya, dan setelah itu kami berempat langsung masuk kedalam rumah dan duduk di sofa.

"Jadi, harus mulai darimana?" Tanyaku sebelum Hani memulai ceritanya.

"Tiga bulan yang lalu..." Mulainya.

"Jumlah klien lagi banyak-banyaknya, dan kita bener-bener kesulitan untuk bisa melayanin semua customernya, bahkan aku bisa berangkat pagi pulang malem buat ngeliat desain rumah kliennya," Jelasnya.

"Pas itu, aku lagi sama salah satu klien di cluster yang nggak jauh dari sini, dan tiba-tiba, atasan aku nelpon" Lanjutnya.

"Dia minta tolong, ada satu klien yang minta request, dia maunya karyawan yang perempuan yang dateng kesana, karena kata atasan aku juga dia orangnya ukhti bercadar, dia nggak mau kalo dia harus berduaan sama laki-laki yang bukan mahramnya katanya, dan berhubung aku satu-satunya perempuan yang kerja di bagian design, aku yang disuruh dateng kesana" Jelas Hani.

"Aku ya tentu langsung dateng kesana, di apartemen yang nggak begitu gede" Lanjutnya.

"Aku masuk kedalem apartemennya, dan aku sama dia langsung ngeliat dan ngukur buat patokan aku buat ngedesain interiornya, sampe..."

"Sampe kenapa?" Tanyaku.

"Aku masuk ke kamarnya," Jawabnya.

"Aku langsung buka pintu kamarnya, dan aku langsung ngeliat ada dua laki-laki yang badannya gede, dengan kondisi dia udah bugil dan burungnya udah berdiri, dan pak aku muter balik, ternyata..." Lanjutnya.

"Ukhti yang make cadar itu ternyata laki-laki" Lanjutnya yang seperti menjatuhkan bom.

"Sayang... Apa yang mereka lakuin ke kamu setelah itu??..." Tanyaku, dan Hani akhirnya kembali menangis.

"Hikss... Hikss... Mereka... Mereka langsung narik aku kedalem kamar lagi... Hikss... Hikss... Kedua tangan aku diiket... Hikss... Hikss... Dan baju aku langsung dibuka semuanya sampe aku bugil... Hikss... Hikss..." Jelasnya terpotong-potong oleh tangisannya.

"Hikss... Hikss... Dari siang... Sampe malem... Hikss... Hikss... Mereka berdua ganti-gantian... Masukkin burungnya ke punya aku... Hikss... Hikss... Mereka juga bener-bener kasarr sayangg... Aku dicekek-cekekk... Dicambuk-cambuk... Aku bener-bener disiksaaaa... Hiksss... Hiksss..." Tangisnya, dan aku langsung merangkul Hani supaya dia bisa menjadi lebih lega.

"It's okay, let it all out, sayang" Ucapku berusaha membiarkan Hani lega.

"Hikss... Hikss... Tapi... Mereka... Mereka masih nggak buang spermanya di dalem... Hikss... Hikss... Mereka buang semuanya.. Hikss... Hikss... Di muka aku... Hikss... Hikss..." Lanjutnya.

"Udah, udahh, nggak usah dipaksain kalo kamu nggak kuat ngelanjutin cerita, oke??" Suruhku, dan aku membiarkan Hani menangis sampai dia lega.

"Hikss... Hikss... Setelah itu... Aku baru sadar... Ternyata orang yang tadi pake cadar... Dia ngerekam kegiatan kita..." Lanjutnya setelah Hani cukup lega.

"Aku marah... Marah banget ketika... Aku tau mereka ngerekam ini... Mereka udah nikmatin tubuh aku tanpa semau aku... Dan sekarang mereka ngabadiin momen itu..." Jelasnya.

"Akhirnya... Aku mohonn sama mereka untuk nggak nyebar video itu... Dan akhirnya... Kami bikin perjanjian..." Lanjutnya.

"Perjanjian apa?" Tanyaku.

"Mereka... Nggak boleh nyebar video itu... Dan mereka minta... Mereka bisa bebas nikmatin tubuh aku dan ngerekam video itu... Kecuali anal, dan mereka juga nggak boleh ngeluarin spermanya di dalem... Dan mereka boleh nikmatin aku seminggu sekali... Dengan waktu semau mereka..." Jawabnya.

"Selain itu... Aku juga harus tutup mulut... Aku nggak boleh pergi kabur.... Atau Abbi, Ummi, dan Arya yang bakal kena juga... Mereka juga ngecek KTP aku sayangg... Mereka tau aku tinggal dimana..." Lanjutnya menjelaskan.

"Perjanjian itu juga cuma berjalan... Sampe kamu pulang... Makanya... Aku selalu berpikir... Penderitaan aku akan berakhir setelah kamu pulang..." Lanjutnya sembari menggenggam kedua tanganku.

".... Tapi... Aku salah..." Jelasnya.

"Apa yang mereka lakuin?" Tanya Rama.

"Di hari... Kamu nelpon aku kalo kamu bakal pulang... Besoknya mereka nyuruh aku dateng... Dan kali ini... Mereka minta request aku pake jaket bomber kamu... Dan dia minta aku bawa boneka beruang itu..." Jelasnya.

"Apa mereka tau perihal jaket sama boneka itu dari postingan IG kamu?" Tanyaku.

"Iya... Aku juga bingung kenapa aku nge-post foto itu... Kala itu... Aku bener-bener depresi... Aku ingin kamu pulang... Tiap malem aku sholat berdo'a berharap kamu pulang... Dan aku bodohnya malah foto jaket sama boneka itu..." Jelasnya.

"Akhirnya... Aku turutin permintaan mereka... Aku dateng... Dan setelah ketemu mereka... Aku terus terang ke mereka... Kamu sebentar lagi pulang... Dan mereka udah harus berhenti nikmatin tubuh aku..." Lanjutnya.

"Terus, apa mereka tepat janji?"

"Tentu aja... Nggak... Hari itu... Mereka merlakuin aku sampe sekasar yang mereka bisa... Aku dicambuk-cambuk... Dicekek-cekek... Aku dijambak-jambak... Bahkan aku sampe dipukul-pukul sama dicakar-cakar..." Jelasnya.

"Aku bener-bener dilecehin... Sampe di titik aku bener-bener nggak bisa bangun dari tidur... Dan akhirnya... Mereka beri aku dua pilihan..."

"Apa aku lebih milih harus muasin mereka sampe akhir hayat aku, atau aku dibiarin bebas dengan kondisi videonya disebar" Jelasnya.

"Aku bahkan nggak dikasih kesempatan untuk milih... Meski pilihan aku..."

"Apa pilihan kamu?" Tanyaku khawatir.

"Aku percaya, kamu bisa maafin aku meski aku punya masa lalu yang kelam ini, dan aku nggak bisa terus ngekhianatin dan bohongin kamu" Jelasnya yang membuat aku, Rama, dan Adi terkejut.

"Sayang..." Ucapku lirih.

"Tapi... Aku nggak dikasih kesempatan... Mereka langsung ngupload video itu, dan mereka langsung bikin tweet promosiin video-video yang selama ini mereka rekam" Jelasnya.

"Nggak cuma itu, mereka langsung makein aku baju, dan dengan kondisi aku yang lemes banget, mereka langsung bopong aku masuk kedalem mobil..." Lanjutnya.

"Sesampainya di mobil, mereka langsung ngebawa aku entah kemana, dan mereka juga langsung ngebugilin aku lagi" Jelasnya.

"Akhirnya, mobil berhenti, dan setelah itu, mereka langsung makein aku jaket kamu, dan dengan cuma berpakaian jaket kamu tanpa apa-apa lagi... Aku dibuang di pinggir jalan... Tas... Dompet... Hape... Mobil... Semuanya masih ada di tangan mereka..."

Oh my god, kenapa mereka bisa setega ini?

"Aku mulai hilang kesadaran, dan hal terakhir yang aku denger cuma "dateng ke kita lagi kalo lu masih mau semua orang yang lu kenal baik-baik aja, dan jangan coba-coba buat ketemu sama cowok lu", dan setelah itu aku pingsan, dan bangun-bangun aku udah ada di pos mang Ucup dan udah make pakaian lagi..." Lanjutnya, jadi ini latar belakang kejadian Hani tertidur di pos satpam.

"Makanya... Aku takut banget... Pas kalian dateng kesini... Aku takut mereka tau..." Ucap Hani gemetar.

"Tapi emang lu yakin mereka bisa tau kalo kita dateng kesini? Atau orangnya orang sini juga?" Tanya Rama.

"Nggak Ram... Bahkan gua sampe sekarang nggak tau siapa mereka... Mereka selalu pake topeng pas mereka beraksi... Gua juga udah nyoba nyari informasi lewat administrasi dari apartemennya, tapi somehow mereka tau... Bahkan ketika gua kepikiran buat kabur ke Inggris aja... Mereka bisa tau..." Jawabnya.

"Apa kamu tau gimana cara mereka bisa tau?" Tanyaku, dan tanpa kuduga, Hani mengangguk.

"Mereka somehow bisa masuk kedalem dan keluar rumah tanpa sepengetahuan orang-orang, dan mereka bisa nanem Spycam yang mereka jadiin buat anceman kalo aku bertindak macem-macem"

"Kok bisa?"

"Tiap mereka ngirim footage spycam itu, aku langsung nyari dimana mereka taro spycam itu, tapi somehow nggak pernah ketemu meski aku udah ngecek di lokasinya" Jelas Hani.

"Kamar Abbi Ummi, kamar Arya, kamar aku, kamar mandi, semuanya bisa mereka selundupin, dan bisa cepet-cepet mereka keluar tanpa ninggalin jejak, jejak yang bisa kutemuin cuma jendela yang kebuka" Lanjutnya.

"Apa Abbi sama Ummi tau tentang kejadian ini?" Tanyaku.

"Tau, sayang... Abbi beneran marah dan khawatir ngeliat situasi aku... Tapi Abbi belum tau alesan aku ngelakuin ini... Jadinya, Abbi langsung bikin pos satpam baru untuk mang Ucup biar bisa lebih aman, tapi tetep aja mereka bisa masuk keluar rumah" Jelasnya.

"Mang Ucup nya bego si jadi satpam" Canda Adi yang membuat Hani tersenyum kecil.

"Sekarang... Aku nggak tau harus ngapain... Aku takut mereka tau aku udah ngebeberin semuanya ke kamu... Mereka mulai apa-apain kamu... Aku nggak mau kamu kenapa-napa Bay..." Ucapnya lirih dengan nada yang menunjukkan Hani sangat ketakutan.

"It's okay, pelan-pelan kita cari siapa yang udah ngelakuin ini, oke?" Balasku, dan aku langsung memeluk Hani.

"Maafin aku ya sayang, andai aku waktu itu tolak tawaran dari pak Ben, pasti semua ini bisa kita prevent" Ucapku pelan.

"Sayanggg... Jangan merasa bersalah... Justru aku yang malah merasa bersalah kalo begini... Aku pasti bisa bikin nama baik kamu hancur..."

"Aku nggak peduli, persetan dengan nama baik aku, persetan dengan karir aku, kalau harga yang harus kubayar itu aku harus ngeliat kamu menderita begini" Jawabku, dan Hani langsung terlihat sangat terkejut dan Hani menangis kembali.

"Hiksss... Hiksss.. Aku sayang kamu Bayy... Aku sayang kamuu... Hikss... Hikss... Aku nggak menduga kalo kamu nggak percaya sama apa yang mereka bilang... Hikss... Hiksss... Akuu sayang kamu Bayy..." Ucapnya terisak.

"Iyaa... Aku juga sayang kamu kok... Makasih yaa kamu udah mau jujur sama aku..." Jawabku, dan setelah Hani kembali lega, aku melepaskan pelukannya dan kami berempat mengobrol setelahnya.

Sangat terlihat jelas perbedaan yang ditunjukkan oleh Hani. Hani yang tadinya merupakan orang terceria yang kukenal, kini berubah menjadi sangat murung. Bahkan selama kami mengobrol ini, aku tidak mendengar sama sekali Hani tertawa melepaskan tawaannya, Hani hanya tersenyum kecil ketika salah satu dari kami ada yang bercanda.

Singkat cerita, kini sudah tengah hari, dan Rama dan Adi harus segera pulang. Rama pun langsung mengajakku untuk lekas pergi dari rumah Hani.

"Sayang, aku pulang ya" Ucapku ke Hani yang masih memeluk tubuhku, dan mendengar perkataanku, Hani langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan makin erat memeluk perutku.

"Udah gapapa, Bay, kita pulang naik G*jek aja kalo gitu" Ucap Rama, dan melihat kondisi seperti ini, sepertinya ini opsi yang terbaik.

Rama dan Adi pun akhirnya berpamitan, dan setelah itu mereka berdua beranjak keluar sementara aku dan Hani masih berada di ruang tamu dengan posisi yang sama.

Aku terus merangkul Hani yang masih memelukku, dan tanganku kugunakan untuk mengelus kepalanya yang masih menggunakan bergo.

Setelah sekian lama berada di posisi seperti ini, Hani akhirnya mengangkat kepalanya, dan kami bertatapan sembari aku mengelus-elus pipinya.

"I'm home, sayang" Ucapku, dan Hani tersenyum manis mendengar perkataanku sebelum kucium keningnya yang terdapat luka gores yang tidak menghilangkan kecantikannya sama sekali.

*Ccupphh...*

Hani pun juga melakukan hal yang sama. Hani langsung mencium pipiku sebelum kami kembali bertatapan.

Aku terus mengelus-elus pipinya, dan Hani juga ikut mengelus-elus pipiku. Perlahan, kami mendekatkan masing-masing kepala kami, semakin dekat, terus mendekat, dan akhirnya bibir kami bertemu.

*Ccupphh...*

Setelah bibir kami bersentuhan, aku langsung memagut lembut bibir manisnya, dan dengan lembut Hani juga membalas pagutanku.

*Ccupphh... Ccupphh...*

Kami berciuman lembut, setelah sekian lama semenjak kami berciuman, akhirnya kami kembali bersama.

*Ccupphh... Ccupphh... Ccupphh...*

Aku mulai terbawa suasana, dan sembari kami terus berciuman, aku langsung menurunkan tanganku ke payudaranya, namun...

"Ccupphh... Ccupphh... UMMMHH..." jeritnya, dan dia langsung mendorong tubuhku, dan setelah itu aku melihat raut wajahnya yang terlihat sangat ketakutan.

"Kenapaa, sayang??" Tanyaku kaget.

"Kenapa? Udah tiga bulan belakangan tubuh aku digenggam-genggam sama orang, bahkan mereka remes-remes tetek aku sampe aku jerit kesakitan, dan kamu tanya kenapa?!?" Jawab Hani dengan nada tinggi.

"Tiga bulan ini, aku ngerasa menderita, meski ribuan orang di Tw*tter bilang aku keliatan keenakan pas aku disetubuhin sama mereka, aku nggak ngerasain kenikmatannya sama sekali, Bay!! Aku bener-bener cuma ngerasain kesakitan dan penderitaan!!" Lanjutnya.

Oh my days, separah apa mereka memperlakukan Hani sampai Hani menjadi trauma ketika baru kupegang payudaranya?

Akhirnya, Hani pun kembali sadar, dan setelah itu dia kembali menangis menyadari apa yang sudah dia perbuat.

"Hikss... Hikss... Sayangg... Maaff... Maaf aku udah ngebentak kamu... Hikss... Hiksss..." Ucapnya kembali memelukku.

"It's okay, jelas kamu trauma sama kejadian itu, aku minta maaf yah udah bikin kamu takut" Jawabku, dan setelah itu kami kembali berpelukan cukup lama.

"Hikss... Hikss... Aku nggak mau jauh dari kamu lagii sayang... The pains are too much... Aku nggak mau jauh dari kamu lagiii... Hikss... Hikss..." Tangisnya.

"It's okay, aku ada disini kok sekarang, kamu nggak perlu takut lagi, oke?" Ucapku sambil mengelus-elus punggungnya, dan tak terasa kami berpelukan sangat lama hingga Hani akhirnya tertidur.

Aku yang menyadari Hani tertidur pun langsung memindahkan posisinya supaya dia bisa lebih nyaman tidurnya, dan setelah itu, aku membopong tubuh Hani dan membawanya ke kamarnya.

Aku sampai di kamar Hani, dan aku langsung menidurkan tubuhnya yang sudah begitu lelap tertidur, dan setelah itu aku ikut berbaring di sampingnya sambil mengelus-elus wajah manisnya.

Seperti saat dulu, Hani pun langsung beranjak memelukku di dalam tidurnya, dan aku juga ikut memeluknya. Aku juga melihat, Hani tersenyum bahagia di dalam tidurnya, dan tak terasa aku juga mengantuk dan aku ikut tertidur.

-To be Continued-
Lanjut kan parah, pas baca ini ada beberapa yang aku skip, ga tega, walaupun aku ga percaya 100% dengan cerita Hani, cerita fiksi yang menegangkan, d*mn sir, you just share a great stories
 
Suwun hu.... mantab

Akhirnya kena juga hani diperkosa..... kayaknya ini mah kerjaan saudaranya hani yg cemburu bayu dapet perlakuan istimewa dr bokapnya... kenapa ya kok cewek diperkosa dividioin terus nurut kemaunan pemerkosa lebih baik malu dan lapor polisi drpd diperkosa berkali kali demi harga diri dan malu sama kekasih katanya lah diperkosa harga dirinya dimana sampai berkali kali masa org pendidikan sekelas hani bodoh begini kirain cuma sekali eh ini berbulan bulan... mantab suhu bikin emosi pembacanya emang kharacter hani begitu dr waktu putus ama bayu juga begitu ... jadi dilema kedepannya apa bayu tetep setia dan menerima sedangkan godaan semakin membabibuta banyak yg lebih kalo setia sama hani bisa tambah sukses dapat warisan dr bapaknya hani juga...semakin penasaran sedewasanya bayu bakalan mikir juga hani bakalan seperti dulu atau tidak jadi binal apa nggak apalagi di gilir2 berulang2 pasti ada kenikmatan tersendiri yg gak bisa didapat dr bayu kalo cuma diperkosa sekali mungkin gak akan timbul ini... ini tiga bulan mana dilakukan seharian hati menolak tubuh gak mungkin menolak.... ( jadi panjang komentarnya hahaha sory hu )
hahaha.. jadi inget jaman dulu cerita kek gini sering bgt di pake di rata2 cerita kbb.. di perkosa di rekam trus di ancam..
bner bgt kata suhu cwe seberpendidikan hani n anak orang kuat pula ga mungkin lah kalau ampe bisa di perlakuin kaya gitu in real kecuali dia menikmati jg..
but ini cm cerita ya suka2 lu deh hu.. hehe
buat bayu realistis aja lah bahwa ga ada hani yg sama lg..
dari yg dulu putus pun ane jg dah hilang respek ma karakter hani yg lugu "lunak but guoblok"..
#dukung bayu hanting bule aja dah.. hehe..
 
Baca komenan ada yg bilang cerita nya jadi aneh , kl pendapat gw sendiri ya hu , ngga terlalu aneh si tp mungkin pendapat org beda beda ya cmn kl gw sih masih enak aja di baca nya ga terlalu ngerasa aneh atau gmn malah jd seru wkwk ada emosi nya dikit dikit

Soal pelaku ada yg bilang adek nya hani kalau gw kok malah curiga sm rafael yaa musuh bebuyutan bgt kan tuh wkwkw

Ditunggu lanjutan nya suhu makin seruu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd