Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ini Hanya Tindakan Medis!

kaplet

Suka Semprot
Daftar
29 Nov 2013
Post
5
Like diterima
199
Bimabet
Nama saya Bram, 34 tahun sudah menikah dengan 1 anak. Saya berperawakan sedang, wajah bisa dibilang lumayan, dengan penampilan rapi terutama saat di tempat kerja. Iya, karena saya bekerja di salah satu perusahaan multi nasional yg bergerak di bidang produksi dan di tugaskan di kantor Surabaya dengan posisi sebagai Manajer Perancangan, jabatan yg cukup terpandang di perusaan ini yang mengharuskan saya tampil layaknya seorang executive. Tapi tidak serta merta membuat saya menjadi sombong, malah saya di kenal sebagai pribadi yg santun dan low profile.

Menyinggung tentang kehidupan sex, saya tidak ada masalah samasekali dan selalu bergairah saat berhubungan dengan istri, apalagi saya baru menikah 2 tahun. Istri saya seorang ibu rumah tangga idaman, cantik, bertubuh sexy dg kulit mulus putih khas mojang bandung, ya istri saya asli sunda. Dia selalu terpuaskan dengan batang kejantanan saya yang memang berukuran diatas rata-rata, hitam dan keras, begitu juga dia sangat bisa mengimbangi libido saya yg bisa dibilang tinggi sehingga kami tidak ada masalah dan kehidupan rumah tangga kami sangat harmonis. Diawal umur 20an, saya memang penghobi sex, hampir semua hubungan saya dengan mantan-mantan dulu berujung di ranjang dan mereka ketagihan saya gagahi, tapi saya memang cepat bosan dan banyak bergonta-ganti pacar untuk dicicipi hingga sampai saat pacaran dengan istri, saya meninggalkan dunia itu dan berujung kita menikah, semenjak menjalin hubungan dg istri hingga saat ini saya tidak pernah berhubungan sex dengan wanita lain.

Itu sekilas tentang saya dan sekelumit background saya. Sekarang yg akan saya ceritakan bukanlah tentang istri saya yg aduhai tetapi tentang kejadian yg dimana saya akhirnya menyudahi puasa petualangan sex saya dengan wanita lain.

Karena perusahaan tempat saya berkerja adalah perusaan besar dengan standard international, itu membuat perlakuan dan fasilitas kepada karyawan sangat diperhatikan. Mulai dari parkir yg luas dan memadai, kantin yg bersih layaknya restaurant hingga fasilitas kesehatan. Untuk fasilitas kesehatan, perusahaan kami bekerjasama dengan salahsatu penyedia asuransi kesehatan dengan menyediakan clinic in house dimana semua karyawan di tanggung kesehatannya dan bebas untuk berkunjung meski hanya untuk memereksakan kondisi atau meminta multi vitamin. Clinic ini juga membantu manakala ada karyawan sakit yg memerlukan perwatan dirumah sakit, mereka membantu untuk mengurus rujukan, mengantar bahkan pengurusan BPJS. Semua karyawan merasa sangat terbantu dg fasilitas ini. Untuk operational nya, clinic buka dari hari Senin sampai dengan Sabtu dan menempatkan seorang perawat in charge (PIC) sementara tenaga dokter tersedia on-call hanya sampai hari Jumat. PIC ini yg sekaligus akan menjadi contact person ketika ada karyawan yg perlu bantuan medis. Untuk perusahaan kami PIC nya adalah seorang perawat muda bernama Dewik. Sekilas tentang Dewik, seorang perawat muda yg saya lihat sopan namun sangat energic dan senang bersosialisasi terbukti dari dekatnya dia dg karyawan dari berbagai kalangan, mulai dari staff sampai direksi. Sangat cocok dengan pekerjaannya sebagai PIC. Sementara perawakannya dengan postur tubuh cenderung mungil, wajah imut, kulit putih bersih terawat, payudara sedang, mungkin ukuran 32 dan pantat yg tidak terlalu besar namun padat mebulat. Dari kaca mata kelelaki-lakian awalnya saya tidak terlalu menaruh perhatian lebih apalagi berniat yg macem-macem terhadap Dewik karena selera saya dari dulu lebih ke wanita dg tubuh yg tinggi dan sexy serta payudara yg bulat membusung. Namun semua itu berubah setelah satu kejadian.

Rich (BB code):

Saya tidak banyak berinteraksi dengan Dewik karena memang saya jarang sakit. Berolahraga yg teratur adalah kebiasaan saya untuk menjaga body atletis ini tidak kendor, itu juga yg membuat saya menerapkan pola hidup sehat. Namun saat itu saya bermaksud untuk memeriksakan gigi ke dokter dan menggunakan tanggungan Asuransi. Karena kurang pahan dg detail coverage Asuransi kesehatan yang disediakan perusahaan untuk pemeriksaan gigi, jadi saya searching-searching di google namun malah menemukan beberapa artikel yg berbeda dan malah membuat saya bingung mana yg benar. Ketika itu saya tiba-tiba ingat kenapa tidak hubungi PIC clinic saja untuk tanya. Akhirnya saat jam makan siang saya lewat di papan pengumuman karyawan untuk mencatat nomor PIC clinic yg memang di pajang disana. Sengaja saya tidak ke clinic langsung karena memang niatnya baru bertanya-tanya. Setelah saya simpan nomer nya langsung saya WA Dewik.

S: Selamat siang Dewik, Saya Bram dari bagian Perancangan. Maaf mengganggu tp saya perlu sedikit bantuan.
D: Selamat Siang Bpk. Bram, apa kabar? semoga dalam keadaan sehat. Apa yg bisa Dewik bantu pak?
S: Saya berencana memeriksakan gigi ke Dokter, apakah ada tanggungan Asuransi untuk itu? saya kurang pahan detailnya.
D: Oh, bisa pak. Pemeriksaan gigi memang di tanggung Asuransi tapi dg ketentuan2 tertentu. Maksudnya tidak semua treatment di tanggung. Dewik ada catalog lengkapnya tentang itu, sekarang Dewik kirim ya

S: Boleh, thanks ya.

Tidak lama berselang WA masuk dari Dewik berupa file pdf berisi informasi tentang tanggungan Asuransi untuk kesehatan gigi. Saya buka dan pelajari detailnya namun baru setengah lebih kebaca ada WA lg masuk dari Dewik.

D: Apa perlu sekalian saya siapkan surat rujukannya pak Bram?
S: Memang bisa ya? bukannya mesti dokter umum dulu?
D: Karena perusahaan sudah kerjasama dg kami jd clinic in-house bisa mengeluarkan rujukan juga pak. Jika bpk perlu Dewik bisa siapkan surat rujukannya.

Berhubung keperluan saya ke dokter gigi sudah tertera di beberapa point awal dan itu di tanggung saya langsung iya kan tawarannya untuk dibuatkan surat rujukan.

S: Boleh deh Dewik, di bantu ya
D: Dengan senang hati pak. Bapak mau ambil ke clinic atau Dewik kirimkan soft copy?
S: Soft copy saja Dewik, biar saya print di kantor.

Demikian perbincangan perdana saya lewat WA dg Dewik, PIC clinic in house perusahaan. Semuanya sangat mudah, singkat cerita pemeriksaan gigi saya berjalan lancar tanpa hambatan. Saya sangat senang dg layanan dari clinic terutama bagaimana smooth dan attentive nya Dewik menghandle request saya. Maka saya berinisiatif mengucapkan terimakasih pada Dewik lewat WA. Saya tidak memperkenalkn diri lagi dengan asumsi history chat saya masih di hp nya.

S: Selamat Pagi Dewik, terimakasih bantuannya tempo hari, dg surat rujukannya saya di terima oleh dokter dg baik dan pemeriksaan berjalan baik. Gigi saya yg kadang terasa sakit juga sudah jauh lebih baik.
D: Selamat pagi pak Bram, sama-sama pak dan senang mendengar bpk sudah merasa baikan. Jika ada keluhan atau perlu bantuan jangan sungkan mengubungi Dewik.
S: Baik Dewik, terimakasih sekali lg ya.
D: (Dibalas dg emoticon yg lucu)

Tidak ada yg spesial dg chat kedua ini. Hanya perhatian saya sedikit tertarik ke profile picture WA nya Dewik yg sepertinya beda dg yg sebelumnya. Iseng saya buka profile nya untuk melihat melihan foto tersebut dan terlihat foto Dewik dg seorang pria dengan latar belakang luar negeri. Sepertinya menara petronas di Malaysia. Hal ini membuat pikiran saya sedikit kemana-mana, mungkin itu kakak atau pacar nya, tapi kalau itu pacaranya berati mereka liburan keluar negeri bersama. Rasa kepo saya muncul dan iseng lagi saya check statusnya di WA ternyata ada beberapa slide. Satu per satu foto saya lihat dan semua adalah foto bersama pria yg sama masih dengan suasana kota di Malaysia, beberapa di sertai caption "sayang", "honey" atau emot hati. Kesimpulan saya itu memang pacaranya dan sepertinya mereka memang pergi berdua. Sedikit terkejut juga melihat foto-foto tersebut mengingat sosok Dewik yg masih belia dan image nya sangat santun dan polos disini, ternyata biasa liburan berdua dg pacarnya. Rasanya tidak mungkin jika liburan bersama keluar negeri seperti itu tanpa di lengkapi dg acara memacu birahi, ngentot sepuasnya dengan sang pacar. Saya sering melakukan itu dulu dengan mantan-mantan saya. Meskipun rada terkejut melihat itu saya tidak ambil pusing toh juga hal-hal seperti itu di jaman sekarang sudah sangat lumrah dilakukan kaula muda. Apalagi saya rasa Dewik berasal dari keluarga yg cukup berada karena sempat beberapa kali dia kerja dengan Honda Jazz keluaran terbarunya.

Hanya saja semenjak melihat itu, pandangan saya ketika melihat Dewik menjadi sedikit berbeda, dari yg sebelumnya tidak ada pikiran aneh-aneh menjadi terbanyang bagaimana tubuh mungilnya itu di hajar habis oleh pacarnya. Pastinya mudah sekali membolak-balikan bodynya yg ringan, mencoba berbagai macam gaya tanpa kendala berarti. Sempat suatu ketika, AC di canteen Karyawan mati tepat saat jam makan siang. Saya kebetulan malas keluar mencari makan putuskan untuk makan di kantin saja. Terlihat Dewik juga baru saja mulai acara makan siangnya, berkumpul dengan karyawan-karyawan wanita dari bagian produksi. Seperti biasa dia riang sekali mengimbangin obrolan karyawan yg lain, saya duduk tepat di meja seberang. Sempat sapaanya terdengar seperti biasa saat saya melewati meja mereka, memang tidak ada hal yg aneh diantara kita dari sudut pandang Dewik, meskipun dari sudut pandang saya melihat Dewik tidak seperti sebelumnya. Saya jawab seperti biasa dg ciri khas saya berbahasa yg santun berusaha agar tidak ada perubahan sikap ke Dewik. Karena AC mati dan panasnya kota Surabaya, semua orang bekeringat termasuk saya. Sekilas saya lirik Dewi juga sama. Melihat leher mungilnya yg mulus berkeringat, pikiran saya malah tambah dipenuhi hayalan-hayalan jorok tentang Dewik. Membayangkan lehernya saya cumbu, payudaranya yg mungil saya remas dan kemaluannya pasti sempit jika di terobos dengar batang besar saya rasanya pasti nikmat bukan main.

Rich (BB code):

Hayalan panas saya terus berlanjut. Saya jadi sering melihat status Dewik di WA, saat dia memakai pakaian perawatnya terlihat seperti suster-suster di film bokep jepang. Ingin rasanya merasakan ngentot dengan pakaian itu. Apalagi saya belum pernah ngentot dg cewek berperawakan mungil seperti dia, dulu incaran saya model-model kampus yg kutilang dan bahenol. Bahkan saking tidak tahan melihat foto-foto pose manja Dewik, saya pernah onani di toilet kantor untuk melampiaskan hastrat. Sempat saya berfikir mengeluarkan ilmu SSI saya yg dulu tapi mengingat betapa dekatny Dewik dg para karyawan membuat saya takut ada yg tau dan merusak reputasi bagus saya di perusahaan.

Saya tidak mau terus-terusan di bayangi sosok Dewik, sampai suatu ketika putuskan untuk mencoba cari tau sebinal apa Dewik sebenarnya. Saya rencanakan semua secara matang dengan segala perhitungan worst case nya menggunakan keahlian saya dibidang Perencanaan. Hingga hari yg saya pilih untuk menjalankan aksi pun tiba.

Saat itu hari Sabtu, mestinya saya tidak ke kantor karena jajaran management bekerja sampai hari jumat, hanya staff bagian produksi yg kerja dan clinic yg tetap buka itupun tanpa ada doktor on call. Saya bangun pagi-pagi dan langsung mandi. Istri saya heran karena biasanya saat weekend saya suka malas-malasan.

"Tumben weekend pagi-pagi sudah mandi pah?" Istri bertanya.
" Iya mah, sepertinya mesti ke kantor pagi ini, kerjaan kemarin banyak sekali. Mudah-mudahan bisa selesai setengah hari" Jawab saya tanpa ragu.
"Yah kasian papa mesti lembur, yaudah pa mama siapkan sarapan kalau begitu. Nanti sebelum makan siang papa pulangnya? Biar mama siapkan juga." Dia bertanya perhatian.
"Belum tau ma, mudah-mudahan kekejar setengah hari. Kalau dak paling papa pulangnya sore" Jawab ku antisipasi aksi nanti selesai lebih lama.

Setelah berganti pakaian, saya langsung sarapan dan sebelum berangkat tidak lupa saya teguk satu butir pil viagra yg selalu tersedia dirumah in case saya dan istri ingin sensasi lebih saat bercinta. Saya pacu mobil melewati jalanan yg agak lenggang karena weekend, perjalan sampai kantor sekitar 30 menit yg biasanya saya tempuh 45 menit. Si junior sudah terasa mulai tidak nyaman karena tegang maksimal di dalam celana.

Sesampai di kantor saya lihat jam sudah menunjukan pukul 8, biasanya clinic sudah buka. Saya sudah pelajari betul dari statistik kunjungan ke clinic yg datanya saya curi dari bagian HRD, kalau hari sabtu jarang ada orang yang ke clinic bahkan lebih sering kunjunngan nya nol di hari sabtu. Tanpa menunggu lagi mulai lancarkan aksi mesum saya ke Dewik.

Saya telpon clinic dengan telpon kantor, setelah beberapa deringan terdengar suara Dewik menjawab telpon.
"Yess" Seru saya dalam hati.
"Selamat pagi clinic, dengan Dewik, bisa dibantu?" Suara di seberang telpon.
" Selamat pagi Dewik, saya Bram dari bagian Perencanaan. Apa kabar?" Jawab saya, sengaja agar pembicaraan tidak terlalu formal dan situasi santai.
"Wah bpk. Bram, kok masuk hari sabtu? Kabar baik pak"
"Emang dak pernah ada manager kerja sabtu ya? Ini ada kerjaan belum selesai kemarin mau di lanjut dikit"
"Hmm ada sih kadang Dewik liat pak. Minggu lalu buk Nita di Pemasaran juga lembur. Padahal sudah jadi manager masih isi lembur ya! hehe" Jawabnya disertai tawa kecil. Saya merasa it's a good start. Belum sempat saya jawab dia ngomong lg.
"Oiya lupa, bpk sehat kn? ada yg bisa Dewik bantu? Dia kembali ke tugasnya.
"Sehat sih iya, cuma ada sedikit kendala"
"Kenapa pak? mungkin bisa di sampaikan ke Dewik"
"Hmmm gimana ya jelasinnya Dewik" Jawab saya pura-pura bingung.
"Kenapa pak Bram? atau ada waktu untuk berkunjung ke clinic saja pak? Biar Dewik periksa" Dewik begitu service oriented orangnya.
"Memang Dewik tidak ada pasien?" Saya basa-basi sambil memastikan keadaan.
"Dak ada pak, hari sabtu mah pasien Dewik cuma nyamuk-nyamuk nakal saja pak. Sepertinya karyawan pada ngejar kerjaan biar bisa pulang awal setiap sabtu" Memang benar karyawan produksi diperboleh kn pulang lebih awal saat hari sabtu dg catatan pekerjaan telah selesai.
"Yg penting Dewik dak di nakalin kan?" Jawab saya iseng-iseng berhadiah.
"Ah bpk Bram ternyata bisa bercanda juga, haha. Yasudah nanti bapak silahkan ke clinic ya" Dari respon nya sepertinya Dewik memang baik dan bukan cewek gampangan. Sempat turun semangat tapi saya belum akan menyerah.
"Baik saya turun sekarang, see you"
"Baik pak" Ditutup nya telpon.

Gedung kantor kami ada 7 lantai. Lantai 1 sampai 3 adalah kantor staff, sementara lantai 4 ke atas adalah kantor supervisor sampai manajemen dan direksi. Clinic di tempatkan di ujung koridor lantai 4 dengan tujuan berada di tengah-tengah dan dekat di jangkau karyawan dari semua posisi. Ini membuat di hari Sabtu seperti sekarang koridor lantai 4 menjadi sangat sepi, tidak ada seorang pun yg melihat saya melintas menuju clinic.

Sampai di depan clinic, saya ketuk pintu dan terdengar jawaban mempersilahkan masuk. Dewik tersenyum manis mempersilahkan saya duduk di depan meja kosultasi dokter sementara dia duduk dibelakang meja. Sekilas saya lihat tubuh mungil nya dengan balutan baju suster warna putih dan rok sedikit diatas lutut yg seksi. Nafsu saya yg dipengaruhi viagra td dan ditambah situasi berduaan seperti ini dg Dewik sudah di ubun-ubud. Ingin rasanya saya terkam tubuh mungilnya Dewik dan tuntaskan hasrat terpendam saya tp saya tidak mau merusak rencana yg telah berjalan so far so good apalagi resiko dibelakangnya. "Sabar ya junior" batin saya dalam hati.
"Jadi bpk. Bram keluhannya seperti apa?" Dewik mulai SOP diagnosa pasiennya.
"Hmmm gmn ya. Boleh saya minta obat penenang dak Dewik?" Tanya saya dengan wajah yg saya usahakan agar terlihat malu-malu.
"Memang kenapa pak? Pak Bram merasa stress atau semacam nya?" Tanya Dewik serius.
"Tidak, saya tidak lg stress. Hanya saja saya butuh obat itu"
"Tapi kenapa bapak merasa perlu obat penenang kalau begitu?
"Hmmm ada suatu hal yg saya dak bisa ceritakan. Jadi bisa dak saya minta? satu saja boleh" Tetap dg wajah malu-malu saya.
"Tapi pemberian obat penenang itu mesti dg resep dokter bapak, tidak bisa Dewik keluarkan begitu saja layaknya vitamin atau obat-obat dosis ringan" Jelasnya.
"Kalau begitu bisa Dewik bantu telponkan dokter?" Saya menyuruhnya padahal saya tau betul doctor on call tidak available hari sabtu.
"Mohon maaf bapak , tapi doctor on call available hanya senin sampai jumat saja. Boleh Dewik tau kendala bapak? Siapa tau Dewik pernah menangani pasien serupa dan ada tindakan medis lain bisa diambil" Dia mencoba menggali lagi.
"Tapi saya malu Wik, hmmm" Kami hening sejenak dan Dewik pun masih menunggu lanjutan bicara saya yg menggantung.
"Baik saya akan bilang, tp Dewik jng bilang pada siapa-siapa ya" Lanjut saya serius sambil menatapnya.
"Menjaga kerahasiaan data pasien adalah salah satu kode etik kami menjalankan tugas pak, jadi bapak Bram jangan khawatir" Jawabnya tidak kalah serius. Dalam hati saya bicara boleh juga handling nya Dewik ini, jawabannya professional dan terlihat well trained.
"Satu lg tolong Dewik jng tersinggung atau merasa gimana ya" Hanya di jawab dg anggukan dan senyum manis bibirnya yg pink, rasanya ingin saya lumat saja itu bibir.
"Gini, kem, kemm, kemaluan saya tegang terus dari tadi pagi. Dak tau kenapa, saya kira bakal kembali normal saat sampai di kantor nyatanya masih keras dia. Sangat tidak nyaman rasanya dan saya dak bisa kerja" Jelas saya straight forward dengan wajah serius agar dia tidak tersinggung. Terbesit raut wajahnya sedikit terkejut mendengar pengakuan fulgar saya tapi terlihat dia menahan agar tenang dan tetap mendengar nya sebagai seorang professional.
"Baik, apakah hal ini pernah terjadi sebelumnya pak?" Tanyanya layaknya dokter menanyai pasien.
"Kadang saat libido saya tinggi ini terjadi, dimana kemaluan saya masih tegang walaupun sudah keluar sperma saat berhubungan badan dengan istri, tapi biasanya istri saya membantu dengan berhubungan kembali untuk yg kedua dan saat sperma keluar kedua kalinya tegangnya hilang. Cuma tadi pagi istri saya buru-buru ada acara di RT jadi baru sekali berhubungan harus kita sudahi. Saya kira akan normal setelah beberapa saat tapi hingga kini masih tegang dia. Jadi kondisi tegang dalam waktu lama seperti ini baru pertama saya alami" Jawab saya dengan menujukan raut wajah malu didepan Dewik dan saya menunduk. Sepertinya penjelasan saya bisa diterima oleh Dewik buktinya dia menanggapi dg serius layaknya keluhan saya adalah keluhan medis, tidak ada rasa curiga juga saya rasakan dari sikap Dewik. Mungkin karena reputasi saya yg bersih di perusahaan dan sebagian besar karyawan menaruh hormat terhadap saya.
"Hmmm jadi begitu ya pak. Tapi tetap Dewik belum bisa kasi bapak obat penenang seperti yg bapak minta" Jelasnya.
"Trus gimana ya kira-kira Wik? Apa saya ke rumah sakit saja ya? Muka saya berubah sedih, ini keahlian saya dulu saat mengaet hati cewek incaran saya. Dewik juga nampak kebingungan, hingga beberapa saat dia baru bersuara.
"Mungkin Dewik periksa dulu ya pak? apakah ereksinya normal atau mungkin ada yg salah" Saya agak terkejut mendengar jawabnya, ekseptasi saya dia akan kebingungan dan kemudian saya yang menyarankan dia untuk periksa dulu. Tp sepertinya dia menjalankn SOP nya saja.
"Hah? Dewik periksa kemaluan saya? Jangan saya malu" Jawab saya seolah-olah tidak enak hati.
"Tidak apa-apa pak, ini kan hanya tindakan medis, pemeriksaan fisik. Jadi Dewik bisa tau jika perlu rujukan ke rumah sakit atau tidak"
"Tapi saya dak enak sama Dewik"
"Dak apa-apa pak, ini sudah tugas Dewik. Jangan sungkan" Saya hanya pura-pura diam.
"Hmmm baiklah kalau Dewik bilang begitu" Jawab saya lirih, padahal dalam hati bekata "yes masuk ke perangkap kau Dewik cantik". Dewik beranjak dan berkata.
"Sekarang silahkan bapak rebahan di ranjang" Arahannya menujuk ranjang pasien di pojokan ruang clinic.
"Celana dan celana dalamnya bisa bantu di turunkan sebatas lutut ya pak" Tambahnya.

Rich (BB code):

Saya bangkit dan menuju ranjang pasien. Sementara Dewik juga bangkit dan sekilas saya lihat dia mengambil sarung tangan karet. Sengaja saya tutup tirai korden sebelum celana saya buka. Agar tidak mengundang kecurigaan saya turuti arahan Dewik untuk membuka celana hanya sebatas lutut kemudia saya rebahan. Junior saya yg tegang maksimal mencuat mengacung dengan gagah nya siap mengerjai Dewik, PIC clinic yg manis.

Perlahan tirai terbuka sedikit dan Dewik muncul dengan sarung tangan sudah terpakai dan dia langsung menutup tirai kembali. Saat membalik badan dan mendekat saya bisa lihat dengan jelas raut wajah terkejutnya melihat batang kemaluan saya, besar, hitam dan berurat. Sepertinya Dewik belum pernah melihat yg sebesar ini namun dia terlihat berusaha agar tetap tenang.
"Ini memang biasanya ukurannya segini ya pak?" Tanya dia serius dg suara yg agak bergetar, antara dia bertanya sebagai bagian dari pemeriksaan atau karena penasaran, entahlah.
"Iya Wik" Jawab saya singkat sambil memalingkan wajah agar Dewik tetap nyaman.
"Baik, sekarang coba Dewik tes tensinya dulu ya pak"
"Ah? tensi nya itu Wik?" Saya bertanya sambil melirik batang saya karena nemang beneran terkejut.
"Hahaha dak lah pak" Dewik cekikikan, pertanyaan spontan saya malah membuat dia ketawa, bagus juga, batinku. Kemudian dia menempatkan alat mengecek tensi di lengan saya dan melakukan pengecekan.
"Tensinya normal pak" Creeekkkk suara alat dilepas dari lengan saya. Kemudian tangan kirinya memegang nadi saya seolah merasakan detang jantung dan kemudian tangan kanannya memegang batang kemaluan saya. Darah saya mendesir saat tangan mungilnya memegang junior meskipun memakai sarung tangan seolah genggamannya tidak cukup. Setelah di rasanya cukup dia berhenti dan berkata.
"Benyut nadinya normal pak, dan di kemaluan bapak juga denyut nya seirama. Jadi Dewik rasa tidak ada masalah" Dewik diam sejenak dan kita hening. Baru saya mau bicara kemujdian Dewik melanjutkan.
"Hmmm maaf sebelumnya mungkin bapak perlu mengeluarkan spermanya saja dengan onani pak" Saya tertawa dalam hati mendengan Dewik mengatakan kata onani.
"Hmmm sudah Wik, baru sampai kantor, mendapati kemaluan saya masih tegang sudah coba saya onani di toilet kantor tadi. Tapi sudah lama saya lakukan tidak ada tanda-tanda bakal keluar. Sampai ahirnya saya putus asa dan putuskan menelpon clinic" Jelas saya.
"Jadi seperti itu" Dewik bingung.
"Tapi memang jarang saya bisa keluar dengan onani Wik, mungkin itu penyebabnya".
Dewik terlihat kebingungan dengan langkah apa yang dia mesti ambil selanjutnya. Sejenak tatapannya menerawang ke arah tembok tapi tetap sesekali melirik ke arah kontol saya yang tegang maksimal. Saya rasa dia memang benar-benar stuck jadi saya harus bertindak.
"Hmmm dak apa-apa deh Wik, biarin saja. Biar saya coba lanjutkan kerjaan dengan keadaan ini dg harapan nanti dia kembali normal sendiri" Saya bilang dengan raut putus asa, kemudian saya lanjutkan
"Mana sengaja lembur karena di kejar dateline lagi, hmmm ada - ada saja" Tambah saya seorang kesal dengan diri sendiri sambil dengan seksama memperhatikan perubahan raut wajah Dewik yang masih pandangannya seperti kebingungan. Sesaat sebelum dia akan menoleh ke arah wajah saya, sengaja saya pura-pura mau bangkit dari posisi rebahan perlahan tetapi Dewik kemudian seolah mencegah dan berkata.
"Atau begini saja deh pak" Ada jeda sebelum kalimat dia selanjutnya seolah dia menanyakan dirinya untuk yg terahir kali apa yakin.
"Biar Dewik bantu bapak keluarkan Spermanya!" Kata Dewik yakin.
Yes! tepat sesuai dugaan. Dewik memang cewek yang baik dan perawat yang profesional. Stage 1 dari aksi saya berjalan sesuai rencana.
"Ah? maksud Wik?" Saya pura-pura kaget
"Iya biar Dewik bantu pak Bram mengeluarkan spermanya, kasian bapak kondisinya seperti itu" Jawab Dewik.
"T-tapi Wik, dak usah deh saya dak apa-apa kok" Saya masih membangun kesan baik di depan dia.
"Tidak apa-apa pak. Ini Dewik anggap sebagai tindakan medis yang perlu, jadi tolong jangan dianggap yang aneh-aneh ya pak" Kata Dewik pelan tetapi ada nada serius disana.
Dalam hati saya bersorak gembira namun untuk kelancaran semuanya saya masih memprtahankan ekspresi malu dan merasa tidak enak dengan dia
"Baik kalau memang Dewik anggap ini tindakan yang perlu" Saya urungkan posisi seolah-olah akan bangun dan kembali berbaring serta memalingkan wajah ke arah berlawanan seolah-olah tidak menginginkan situasi ini.

Dewi kemudian mulai mengarahkan tangan kanannya ke arah kontol besar saya. Terasa karet sarung tangan yang membalut tangan mungilnya tersentuh dengan kulit kemaluan saya. Rasanya bergetar ketika kemaluan saya mulai di angkat oleh tangannya Dewik. Meski masih di balut sarung tangan tetapi kondisinya yang membuat nafsu saya makin di ubun-ubud. Bagaimana tidak, seorang gadis belia mungil dengan seragam perawatnya yang sexy sedang memegang kontol saya yang tegang maksimal. Ingin rasanya saya terkam dan lucuti semua pakainya tp setan dalam diri berkata sabar untuk sesuatu yang lebih nikmat!

Dewik mulai memaju mundurkan tangan kanannya, mengocok batang saya perlahan. Terasa irama kocokannya bukan kocokan tangan yang belum pernah memainkan kontol. Saya tau betul dia sudah sering lakukan ini dari caranya menggenggam junior saya. Menambah keyakinan kalau hari ini akan sampai ketahap yang lebih.

Sesekali saya lirik wajahnya terlihat fokus memandang batang saya, ada pandangan sayu mulai terlihat. Mungkin ada hanyalannya bagaimana rasanya jika vagina kecilnya dijejali batang besar berurat ini, mungkin, entahlah. Melihat ekspresi wajahnya yang mulai berubah saya merasa sudah saatnya ke tahan selanjutnya.

"Hmmmm hhh duhhhh" Lirih saya sedikit sambil mengernyitkan dahi. Dewik melihat dan bertanya.
"Kenapa pak Bram, sakit ya?"
"Tidak apa-apa Wik" Jawab saya dengan masih mengernyitkan dahi.
"Kalau sakit bilang saja pak, bapak harus jujur dengan petugas medis" Tambah dia.
"Hmmm sebenarnya sedikit. Karet sarung tangannya kadang melintir kulitnya jadi sakit" Jawab saya dengan ekpresi polos dan terlihat sejujur-jujurnya, padahal itu semua akal-akalan saya saja.
"Kalau begitu Dewik buka saja sarung tangannya pak"
"Dak apa-apa Wik?" Saya memastikan niatnya agar terlihat tetap menghormati Dewik.
"Iya dak apa-apa pak" Jawabnya singkat dan dengan cepat membuka sarung tangan sebelum melanjutkan kocokannya.
Ohhhhh halus tangan mungilnya menyentuh batang keras saya. Rasanya nikmat sekali dan kali ini benar saya ingin mulai melenguh tapi saya tahan. Sekarang kocokannya mulai diselingi dengan kocokan cepat kemudia lambat lagi. Fix 100% confirmed jika Dewik bukan orang baru dalam sex. Ada sekitar 10 menit dia mengocok saya sengaja menunjukan ekspresi kesakitan lagi ketika dia menggunakan ritme cepat. Dia menyadari itu dan memandang saya dengan tatapan tanda tanya tanpa mengeluarkan kata-kata apapun. Melihat tatapannya saya berinisiatif untuk membuka pembicaraan yang merupakan langkah lanjutan dari rencana saya.
"Wik rada sakit! bisa bantu di basahin dikit?" Tanya saya dengan pandangan sayu ke dia.
Dewik menghentikan kocokannya tapi genggamannya masih erat di kontol hitam saya.
"Oh baik pak, Dewik ambil air kalau begitu" Jawabnya.
"Tidak usah pakai air, pakai ludah saja!" Jawab saya gambling karena bisa saja Dewik marah atau tersinggung dengan ide ini.
"Tapi pak.." Jawab dia tapi cepat saya potong.
"Tidak apa-apa biar Dewik dak repot dan kalau Dewik pergi saya malu mau melanjutkan lagi" Kilah saya yang sebenarnya hampir tidak punya alasan untuk melarangnya.

Sempat terlihat ragu namun akhirnya tanpa menjawab dewik mendekatkan mulutnya ke kontol saya dan bersiap menjatuhkan tetesan ludah diatasnya. Saya sedikit terkejut karena saya pikir Dewik akan meludahin tangannya saja. Mungkin ini kebiasaannya dia dengan cowok nya. Pemandangan nan erotis tersaji dimana bibir tipisnya berada dekat batang saya. Dalam hati saya berkata tidak ada alasan untuk tidak mengulum bibir manis nya itu nanti!

Dua tetes ludah dia tinggalkan di kemaluan saya kemudian dia mengocoknya lagi. Kali ini rasanya berkali lipat karena licin yang diakibatkan ludah Dewi tadi. Saya sedikit menggelinjang karena memang nikmannya minta ampun. Dewik sangat jago mengocok penis.
"huuhhff" saya mendesah kemudian meminta maaf sembari menutup mulut saya. Tentu hanya acting belaka tetapi sukses membuat Dewik menoleh ke arah saya dan cekikikan. Sepertinya dia merasa ada sedikit rasa bangga berhasil membuat saya mendesah keenakan. Dia semakin terlihat percaya diri terbukti dari beberapa variasi gerakan tangan saya rasa di kemaluan saya. Saya masih pura-pura keenakan (memang enak sih cuma saya lebih-lebihkan lagi) dan mendesah dengan mulut masih saya tutup dengan satu tangan.

"Dewik! ahhh ah" Saya mebuka mulut
"Kenapa pak?" Jawab dia, pandangannya sayu dan saya tau dia sudah horny juga terbawa suasana.
"Saya tauhh inihhh tindakan medis" saya bicara sambil mendesah "Tapihh boleh sayahh ijin ke Dewik?"
"Maksud bapak?" Dia bertanya sambil tetap mengocok kontol saya.
"Boleh sayahh ahh sambil pengang Dewik dikit? Dari luar pakaian sajahh ahh. Biar cepak keluar" Saya bertanya dengan suasana desahan seolah-olah sudah mau keluar. Padahal ini masih jauh Dewik!
Meskipun raut wajah nya sudah sayu tetapi dia masih terliat ragu. Biar tidak merusak moment yang sudah susah payah saya bangun langsung saya tambahkan.
"Kalau ahh tidak bolehhh, dak apa-apahh ahh"
"Hmmm iya deh pak boleh, tapi ingat ini hanya tidakan medis ya!" Dia masih mempertahankan ke professionalannya dalam kondisi horny seperti itu. Saya salut disatu sisi.

Mendapat lampu hijau saya sasar pantatnya terlebih dahulu karena memang bagian itu yg paling mudah saya jangkau. Saya remas bongkahan pantat kecil namun bulat itu silih berganti dari luar rok perawatnya. Sengaja tidak saya masukan tangan kedalam karena memang baru itu yang Dewik ijinkan. Menambah nikmat rasa sedang di kocok sama Dewik. Saya perhatikan dia sesekali memejamkan mata nya dalam-dalam dan terlihat menggigit bibir bawahnya ketika remasan saya agak keras. Sesekali saya senggol kulit paha bawahnya yang tidak tertutup rok dan terlihat badannya bereaksi ketika saya lakukan itu. Sesekali juga saya raba bagian punggungnya dan tidak ada penolakan dari Dewik so far. Saya masih mendesah dan sesekali memanggil namanya dan Dewik respon seperti tidak sadar juga.
"Ahhh Dewik ahh!"
"Kenapa pak Bram" Matanya sayu
"Ohh teruss Dewik ahh"
"Iya pak"

Lumayan lama Dewik mengocok batang besar saya hingga sepertinya tangannya mulai pegal dan air liur di permukan si junior juga mulai mengering. Akhirnya dia membuka pembicaraan.
"Pak Bram!"
"Iya Wik? hhh"
"Apa belum mau meluar?" Jawab Dewik dan sepertinya dia memang rada capek.
"Ahhh gimana ya Wik, saya jarang bisa keluar hanya dengan di kocok soalnya hhh"
Dewik tidak berkata lagi dan saya sengaja juga diamkan, saya akan mulai membiarkan Dewik yg berinisiatif sekarang. Saya yakin memek nya dia sudah basah kuyup dengan remasan saya dan nafsunya yang terawa suasana.
"Pak Bram!" Panggi dia lirih
"Iya Wik" Jawab saya dg nada menunggu lanjutan perkataannya. Jujur saya degdegan apa yg akan dia bilang. Apakah sesuai prediksi saya lagi.
"Pak! Ini hanya tindakan medis ya!" Jawabnya singkat sebelum dengan segera mengulum ujung palkon kontol saya yang hampir sebesar bola tenis itu.

Sontak saya merasa geli dan nikmat luar biasa secara tiba-tiba dan kali ini saya benaran melenguh sambil mengdongakan kepala ke atas. Yup, fix! Dewik kamu memang lonte kalem!
"hmmmffff" Suara Dewik mengisap penis saya. Hanya sepertiga yang bisa dia masukan kemulutnya dan sisanya masih dia kocok dengan lihainya.
"Ahhh Dewik kamu pintar sekali. Nikmat Dewik! Ahhh belajar dimana" Ceracau saya keenakan.

Dewik terus melancarkan aksinya dan saya bangkit dan duduk dengan bersandar kedua tangan kebelakang. Sudah merasa Dewik ada dalam cengkraman saya mulai melancarkan aksi lanjutan. Tangan saya mengingkap rok nya ke atas dan meremas pantatnya yang berbalut CD warna coklat muda. Tidak lupa saya senggol bukit kemaluanya dari luar celana dalam untuk memastikan dan benar saja CD di bagian vaginanya sudah basah kuyup. Saat saya tekan lubang memek nya Dewik menghentikan sepongan mulutnya dan menoleh kebelakang.
"Ahhh pak Bram ngapain? Ahhh sttt" Dia protes tapi dengan desahan kenikamatan.
"Ahhhh pakkk" Saya tidak hiraukan dan terus merangsang kemaluanya dari luar CD.
Akhirnya Dewik pasrah dan melanjutkan menghisap kemaluan saya dengan penuh bernafsu.

Saya mencondokan badan sedikit kedepan untuk meraih payudaranya. Sampai saya gapai bukit mungil dengan tangan kiri. Saya mulai meremas-remas buah dadanya dari luar baju perawatnya. Tidak ada perlawanan dari Dewik yang membuat saya semakin berani. Saya masukan tangan kiri saya di sela-sela leher bajunya. Belum sempat mencapai tujuan yang di tuju Dewik menghentikan gerakan tangan kiri saya dengan tangan kirinya dan menggelengkan kepala meski dalam keadaan kontol saya masih menjejal mulutnya. Saat saya coba paksakan tangan untuk masuk dia malah menghentikan kulumannya dan menggelengkan kepala menoleh ke arah saya.
"Jangan pak, ini hanyahh tindakan medis hhhh" Penolakannya dengan suara lemah dalam desahan karena tangan kanan saya tetap meremas-remas pantat dan kemaluannya dari luar CD.
"Dak apa-apa Dewik, biar cepat keluar" Kata sambil kocokan tangan kanan diatas CD tempat lubang kemaluannya semakin cepat.
"Tap-tapiihh pak Ahhhhhhhh" Sepertinya dia dapat orgasme nya yang pertama. Dia tersengal-sengal sebentar dan genggaman tangan kirinya terhadap tangan kiri saya semakin mengendor. Saya anggap itu say yes please.

Tangan saya meluncur ke dalam seragam perawatnya dan langsung menyelip di branya untuk menuju putih mungilnya yg sudah sangat mengeras.
"Sstttt ahhhh" Dia mendesah saat putingya saya plintir dan susunya saya remas. Sensasi baru untuk saya mempermainkan payudara mungil seperti milik Dewik.
"Ahh pak Bram, ahh" Sesekali dia melepaskan kontol saya dari mulutnya hanya untuk mendesah keenakan.

Dalam suasana Dewik sudah dikuasai nafsu birahi sepenuhnya saya dengan cepat menurukan CD nya sampai atas lutus. Ada reaksi kaget dari Dewik dengan tangan kirinya coba mencegah tangan kanan saya yang menuju lubang surgawinya yang tidak tertutupi apapun lagi. Itu dia lakukan dengan masih mengulum dan mempermaikan batang perkasa saya. Apalah daya Dewik ketika nafsu sudah mengambil alih akal sehat nya. Genggaman tangan kirinya untuk mencegah saya mencapai memek nya melemah begitu jari saya mencapai belahan vaginanya yg sudah becek maksimal.
"Ohhh pak Bramhh, apa yg bapak lakukan ahhh hmmfff" Ucapannya terhenti karena dia menggigit bibir bawahnya menahan rasa nikmat.
"Nikmatin Wik! Saya cuma mau berterimaksih karena Dewik sudah nolong saya" Jawab saya.
"Ahhh pak, ahhh terus di kocok ahhh" Ceracau Dewik.
"Isep lagi Wik, sepongan kamu enak banget" Perintah saya dan langsung diikuti oleh Dewik.

Posisi ini saya pertahankan beberapa saat. Tangan kiri saya meremas payudara nya dari dalam bra silih berganti sementara tangan kanan saya mempermainkan vaginanya dengan menggosok klitoris nya dan sesekali jari tengah saya melesat masuk kedalam lubang surga kenikmatan Dewik. Jari saya meluncur masuk tanpa hambatan yang artinya Dewik sudah tidak perawan lagi. Bukan fakta yang mengejutkan buat saya.

Ketika saya rasa Dewik sudah cukup tenang dan mengikuti permainan saya tanpa penolakan saya arahkan Dewik untuk naik le ranjang.
"Wik sini naik ahhh"
"Kemana pak huuhhff, bapak mau apa ahhh"
"Ikut sajahh"
Saya menuntun pantat nya agar naik keranjang dengan posisi akan mengangkangi dada saya. Tidak lupa saya pelorotkan CD Dewik yang nyangkut di lututnya hingga lepas. Saya tidak yakin tapi sepertinya Dewik juga membantu saat saya melepas CD nya dengan mengatupkan kakinya sedikit jadi lebih gampang terlepas. Sepertinya dia memang sudah siap untuk adegan yg lebih jauh.

Akhirnya saya baru bisa melihat seperti apa kemaluan Dewik si perawat mungil nan cantik ini. Warna nya pink menggoda, bulunya dicukur rapi tetapi tidak sampai habis dan labia mayora nya belum begitu menggelember. Pertanda belum banyak kontol besar yg pernah menyodoknya. Membuat kemaluan saya yang sudah tegang maksimal tambah uring-uringan pengen cepat merasakan jepitannya.

Saya dekatkan kemaluannya kemulut saya dan dimulai dengan jilatan lembut di area klitoris nya membuat Dewik menjerit dan badan nya melengkung.
"Ahhh pak Bram!!!"
"Nikmatin Dewik!!!"
Saya keluarkan jurus andalan saya yang biasa membuat cewek-cewek yang pernah saya entot ketagihan.
"Slruppp sllruuppp" Sesekali lidah saya masuk kedalam lubang vaginanya.
"Awww pakkk, aduhhh enak sekalii ahhh ahhh pak Brammm... Ahh shitt ahh" Desahannya mulai terdengar seperti jeritan yang membuat saya ingat kalau ini masih di kawasan kantor. Saya pun mengarahkan dia agar lanjut mengoral penis saya sehingga kita saling memuaskan dalam posisi 69 ini.
"mmfff"
"mmmffff"
Suara kita saling sahut karena sama-sama sibuk menghisap kelamin masing-masing.

Rich (BB code):

Saya rasakan kedut-kedutan vagina Dewik semakin intense dan saya tahu itu artinya orgasme Dewik yang kedua sudah dekat. Saya lebih intense lagi menghisap, menjilat dan sedikit menggigit setiap rongga di memek nya Dewik. Dia meliuk-liuk tidak karuan, penis saya juga dimasukan sedalam-dalamnya kemulutnya sampai menyentuh pangkal tengorokannya. Untung dia tidak tersedak karena itu. Sampai tubuh nya melengkung lagi, dia melepas kuluman kontol saya dan mendesah bersamaan dg badai orgasme yang datang.
"Ohhh ahhhh Dewik keluar lagi pak ahhhh hhh" Nafasnya tersengal-sengal.
"Dewik sudah dua kali hhh bapak belum hmm ahhh keluar jugahhh ahhh" Dia berkata sambil mendesah-desah karena memang jilatan saya pada vagina mungil nya tidak saya hentikan. Semua cairan kewanitaannya saya sedot habis.
"Ahh pak sudah geliihhh ahh"
Saya tidak hiraukan dia mendesah dan meliuk-liuk sampai nafsunya bangkit kembali.
"Terus pak ahhh terusss.. Dewik ahhh.. Dewik dak tahan pak ahhh. Dewik dak tahannn. Kontolin pak Bram ahhh"
Saya tetap tidak hiraukan dan melanjutkan oral service ke miss V nya hinga tiba-tiba Dewik mengangkat pantatnya dari mulut saya dan memajukan tubuhnya hingga selangkangannya tepat berada di atas kemaluan jumbo saya.

"Pak Bram! Dewik dak tahan!!"
Tangan kanannya mengambil penis saya dan mengarahkannya ke lubang vaginanya. Di gesek-gesekannya palkon penis saya di vaginanya sambil dia mendesah.
"Ahhh huff ahh"
Saya biarkan semua atas kehendak Dewik dan menikmati gadis mulus itu mengikuti naluri seksualnya.

Dirasa cukup menggesek-geser dia arahkan kepalanya ke lubang memek nya. Ditekan sedikit tetapi belum berhasil menerobos masuk.
"Ahhh pak besarnyaa, ahhh tidak muatt pak"
Dia seperti mengigau sendiri tetapi tetap berusaha memasukan kepala penis saya.Vaginanya yang banjir sangat membantu dalam proses ini dan saat di rasa posisi yang pas kepala kontol saya mulai masuk. Dewik menggelang-gelengkan kepalanya sambil terus meracau.
"Besar pak Bram, penis bapak besarrr ahhh"
Saya setengah tertawa mendengar Dewik bilang penis. Meskipun dalam kendali nafsu bahasa medisnya tetap dipakai.
"Lubang kamu sempit sekali Wik, nikmat sekali ohhh" Saya menjawab karena memang rasaa nikmat tiada tara mulai menyelimuti kemaluan saya.

Dewik menggeleng-geleng dan medesah dan dalam satu hentakan dia menurunkan pantatnya dan penis saya menyeruak masuk sampai mentok di dalam lubang surganya.
"Ahkkk pak Bram!" Dewik memanggil nama saya dan mangap seperti menahan sakit dan nikmat bersamaan. Tubuhnya pun ambruk kedepan namun masih bisa bertopang dengan kedua tangannya. Kepalanya merunduk dan nafasnya tersengal-sengal. Saya diamkan tanpa melakukan apa-apa karena saya juga masih meratapi sensai hentakan dan pijitan lubang vagina Dewik yang sempit dan panas.

Setelah berapa saat terdiam Dewik menegakkan posisi badannya dan mulai perlahat menaik turunkan pantatnya sehingga penis saya keluar masuk vaginanya. Tidak terlukiskan dg kata-kata rasa nikmat yang saya rasa.
"Ahhh Dewik, memek kamu enak sekali!! ahhh kok bisa panas gini Wik ahhh" Saya ngoceh.

"Penis bapak besar sekali ahhh ahhh.. Memek Dewik seperti robek ahhh.. penuh banget pakk ahh ahhhh ahh" Dewik tidak kalah ngoceh nya.
"Ahhh pak, kok jadi beginiann ahhh" Dewik masih sempet menyadari keadaan
"Dak apa-apa Wik, cuma ahhh kita yg tahu ahhh... Lagi ahh pula ini kan hanya tindakan medis... aawwww!!!" Saya menjerit tiba-tiba karena dewik mencubit paha saya dengan keras dan menoleh kebelakang dengan pandangan nakal nan centil nya. Ohhh Dewik saya pastikan ini bukan kali terahir kita ngentot!

Saya bangkit dan memeluk Dewik dari belakang. Saya pangku dia sambil menggerayangi seluruh tubuhnya. Dia tetap menggoyang dipangkuan membelakangi saya ketika satu persatu seragamnya saya lucuti dari belakang begitu juga dengan pakaian yg sedari tadi masih saya pakai. Sekarang kita berdua sudah tidak memakai sehelai benang pun. Kulit putih mulis tanpa cacat tersaji didepan saya dan tidak taban saya untuk langsung menjilati sekujur punggung dan leher Dewik yang membuat dia semakin semangat menaik turunkan dan menggoyang kontol saya di dalam memek nya.
"ahhh pak Bram sungguh enak bangen ngentot sama bapak ahhh" Kata-kata kotornya keluar juga.
"enakan mana sama pacarnya Wik?" tidak menjawab, mungkin ada rasa bersalah dalam benak nya jadi biarlah dak usah saya bahas itu.

Ada sekitar 15 menit kita memacu birahi dalam posisi ini sampai Dewik mau sampai lagi.
"Ahhh Dewik mau keluar lagi ahhh ahhhh pak Bram... Ahhhhhhh ooohhhhhhh" Badan nya melengkung kebelakang tangannya melingkar di kepala saya. Saya hanya meresapi setiap inchi rongga vaginanya yang berkontraksi memijat batang saya didalam sana dan siraman cairan hangat Dewik yg memabukan, sambil memberi dia rangsangan dengan menjilat bagian belakang telinganya dan kedua tangan saya meremas payudara mungil Dewik.

"hhhh hhhhhhhh" Hening, hanya nafas kami yang terdengar sampai saya berkata
"Yuk Wik di cabut dulu"
Bagai kerbau di cucuk hidunganya Dewi hanya nurut, bangkit dari pangkuan saya hingga ada suara "Plopppp" pertanda kontol saya keluar dari memek nya.
"Huhhhhhh" Kami berdua seirama mengeluh seperti itu.

Saya tuntun Dewik berbaring di ranjang dan saya posisikan diri di atas nya. Saya terpesona dengan kemulusan tubuh Dewik, tanpa cacat sedikit pun. Toketnya meski kecil namun membulat dan sangat proporsional dengan bentuk tubuhnya. Saya dekatkan wajah ke wajah nya. Dewik sempat berpaling, mungkin dia malu, tapi saya bergegas membalikan wajahnya dan kita saling memandang lalu kucium bibirnya.
"Hmmffff" Kami berciuman dari lembut kemudian tambah liar. Membangkitkan nafsunya yg sempat reda.Sementara torpedo saya tetap dalam posisi siap tempur, memang pengaruh orat yg ku minuim tadi sangat ampuh.

Puas berciuman saya juga ingin menikmati toketnya yg indah. Kucium kiri dan kanan. Putingnya saya hisap bergantian membuat Dewik kelimpengan.
"Ahhh pak Bram terusss"
Saya ikuti maunya berlama-lama merangsang payudaranya hingga saya merasakan Dewik membuka kakinya lebih lebar dan tangan kanannya menggapai kontol saya untuk diarahkan ke lubang memek nya. Saya penuhi keinginan nya, ciuman saya berpindah ke bibir nya lagi dan kepala kontol saya tempatkan di pintu lubangnya. Satu dorongan kepala kontol saya menyeruak masuk, masih terasa sangat sempit tetapi lebih gampang dari sebelumnya.

"Ahhh pak Bram lebih dalam lagiii"
Sara dorong lebih dalam hingga mentok meski masih ada sepertiga dari kontol saya belum masuk. Mata Dewik terbelalak menyisakan putihnya saja.

"Auuww kok enak ginih pak ahhh"

Tanpa mendiamkan lagi saya langsung pompa tubuh mungin Dewik dengan ritme sedang dan cepat.

"Ahhh pak ahhhh ohhh terus pak yang kenceng, ahhhh ahhh ahhhh Pak Bram enakkk ahhh" Dewik terus-terusan medesah tanpa henti. Vaginanya becek sehingga perpaduan kemaluan mengluarkan suara "plookkk plokkk plokkk"
"Ohhh Wikkk memek kamu juara, ohh enak sekali Wik. Kalo gini saya bisa ketagihan wikk" Saya memompa nikmat.
"Dewik juga enak pak Bram, entot Dewik pakk ahh ahhh, sampai keluar ahhh bentar lagi keluar pakkk ohhh"

Saya tersadar kalau pintu belum sempat di kunci dan siapapun bisa masuk tiba-tiba.Terpaksa kenikmatan ini harus segera saya akhiri. Oleh karena itu saya konsentrasi untuk menuntaskan bergulatan dengan Dewik pagi ini. Saya pompa Dewik dengan RPM tertinggi.

"Aaaaw aaawww oohhhh pakk ahhhh" Dewik tidak mampu mengeluarkan kosa kata. Hanya desahan dan jeritan yang meluar bersama dengan decitan ranjang clinic dan desahan saya yang tidak kalah heboh nya.

"Udah mauhh keluar saya Wik ahh ahh, mau keluar diamana ahhh??" Tanya saya ingat memastikan itu.

"Dewikkk ahhh ju-jugaaa ahhh ahhh lagi pakk aawww ahhhh ahh. Kelua aaaa arr nyahhhh awww ahhh diiihh ahhh..."

"Ahhh Wikkk enakk memek muhh ahhh ahh ahh"

"Keluaa aaa arr diiihh awwkk....
ohhhhh paaaaakkkkkkkkkk!!!!"

"Ohhh Wiikkkkkkkkkk!!!!!" "Croootttt croot crooooott"

Semprotan sperma saya disambut empotan dan cairan hangat oleh memek Dewik. Kami keluar disaat yang hampir bersamaan. Tubuh kami saling memeluk erat dan kemaluan saya menancap sedalam dalamnya di vagina Dewik. Beberapa semprotan masih saya lanjutkan hingga saya diamkan kontol saya di dalam dan ambruk diatas tubuh Dewik. Dewik pun pasrah melingkarkan kakinya di pinggang saya.

Beberapa menit diam hingga Dewik memecah keheningan.
"Sudan ya pak, takut ada yg masuk" Ternyata dia juga ingat akan pintu yg tidak terkunci.
Saya mengangkat badan sedikit dan memandang dalam wajah Dewik.
"Terimakasih ya Wik"
Saya mendaratkan ciuman ke bibirnya yg disambut oleh Dewik. Deep French kiss sebelum saya bangkit dan mencabut kontol saya dari vaginanya.
"Sama-sama pak... dan terimakasih juga" Dewik membalas dengan senyum manis.
Saya menjadi lega melihatnya, kenapa ada rasa sayang ya kepada dia, yang kemudian saya tepis jauh-jauh rasa itu.

Bergegas saya memakai pakaian. Begitu juga Dewik bergegas membawa pakainya dan masuk ke toilet clinic. Beberapa menit berselang dia keluar dengan pakaiannya yang sudah rapi dan duduk di kursi kerjanya dimana saya sudab duduk di kursi konsultasi dari tadi.

Ada perasaan dongkol dan tidak tau harus bilang apa. Tetapi Dewik kemudian berkata dg nada profesional
"Bagaimana keluhannya bapak? Apa sudah mendingan?"
Saya menoleh ke arah selangkangan dan menjawab.
"Sudah, sudah tenang dia, tidak perlu obat penenang lagi"
"Hahahahaha" Kami tertawa nyaring sejenak.

"Wik apa tidak apa-apa td? saya didalam" tanya saya perihal tadi crot di dalam.
Dia diam dan hanya sibuk menulis sesuatu di journal nya. Saya jadi tegang karena hal itu dan bayangan saya di tuntut tanggung jawab sudah di kepala.
"Dewik lagi tidak subur" huh jawaban yg membuat saya feel released.

"Dewik! apa yg tadi bisa terulang lagi?" Tanya saya serius.
"Bapak Bram, sudah saya katakan di awal kalau itu hanya tindakan medis!" Jawabnya tidak kalah serius dan profesional.
Saya agak terkejut dg jawaban ketusnya dan segera pamit ke kantor.
"Baik Wik, kalau begitu saya balik ke ruangan dulu dan terimakasih bantuan nya ya"
"Sama-sama pak Bram, senang bisa membantu" Jawabnya dengan senyuman.
Sampai di pintu sebelum saya sempat buka Dewik memanggil.
"Pak Bram! Nanti kalau punya keluhan serupa jangan sungkan untuk konsultasi sama Dewik ya!!" Serunya dengan senyuman centil nan binalnya.
"Siap Wik, saya sering ada keluhan seperti itu!" Jawab saya nyengir dan menutup pintu.
Dijalan balik ke ruangan saya tahu kalau ini baru permulaan dengan Dewik, perawat mungil yang cantik!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd