Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Innocent Facade of a Naughty Girl

Next episode lanjutnya apa ya:


  • Total voters
    44
  • Poll closed .
Update progress 50% ya gan. Moga-moga sebelum Jumat bisa di update. sesuai request vote, next part akan fokus ke kenakalan di rumah.

Spoiler dikit biar semangat :D

Usahaku untuk mengalihkan pikiranku tidak bertahan lama. Bendungan yang perlahan aku coba buat di dalam pikiranku, runtuh seketika bersamaan dengan meledaknya suatu skandal di tempatku berkuliah. Sebuah sex tape singkat dari mahasiswi alumni jurusan lain yang diunggah ke berbagai website. Teman-temanku menunjukan video yang sedang ramai diperbincangkan semua mahasiswa. Aku terpaku melihat video tersebut. Wajahnya terlihat familiar. Seorang mahasiswi senior cantik dan juga menjadi pujaan banyak laki-laki, terlihat sedang asik menikmati sentuhan laki-laki. Tidak sehelai benangpun menutupi lekukan tubuhnya. Di video itu, dia sedang menaiki laki-laki yang tidak kukenal, tubuh mereka hanyut dalam irama gerakan naluri birahi. Berkali-kali video tersebut diulang oleh teman-temanku di salah satu laptop di dalam kelas. Dan kuperhatikan, seringkali mereka menghentikan putaran video itu tersebut di momen yang sama. Saat si laki-laki tersebut mengambil kamera dan mendekatkannya ke arah senior ku, memperlihatkan bagian paling intim tubuhnya. Beberapa kali juga kuperhatikan, sebagian laki-laki yang berusaha melirik diriku saat video tersebut diputar. Tak diragukan lagi, pasti mereka membayangkan apakah dibalik pakaianku yang tertutup sopan, tubuhku memiliki keindahan yang sama seperti yang sedang mereka lihat di layar komputer. Aku hiraukan perhatian mereka itu, karena perhatian ku terfokus hanya pada satu hal. Tatapan wajah cewe itu di awal video, yang dengan penuh kepercayaan diri menatap langsung ke kamera. Senyuman nakalnya menyiratkan sebuah kenikmatan yang melampaui sensasi fisik yang dia rasakan di momen itu. Senyuman yang seakan hanya dapat dimengerti oleh batinku. Sebuah sensasi kenikmatan dan kepuasan saat dia direkam, dan terlintas sebuah kesadaran di pikirannya bahwa mungkin saja, suatu saat, orang lain akan menonton rekaman tersebut dan mengagumi keindahan tubuhnya. Mengagumi, membayangkan, terbawa nafsu, namun tidak akan bisa membuat impian itu menjadi kenyataan. Sebuah ilusi kontrol dan kendali atas kemauan dan nafsu laki-laki yang seperti ekstasi yang candu.
 
Mantep gaya bahasa dan penulisannya, makin ga sabar buat episodr yg selanjutnya hu, semangat
 
Update 3
---------
Mohon maaf updatenya yang agak lama. Update kali ini lebih berfokus kepada transformasi pikiran Nessa yang akan membantu menjelaskan episode-episode berikutnya. Mohon maaf jika ada kesalahan, silahkan dinikmati suhu!.
---------
Beberapa minggu sudah berlalu sejak insiden itu. Sejak kenakalanku hampir saja membuatku membayar harga yang aku belum siap bayarkan. Aku habiskan waktuku merenungi kejadian baru-baru ini. Sejak aku menginjak remaja dan tubuhku mulai berkembang, aku selalu dikenal sebagai gadis impian. Ya, impian. Impian yang entah bagaimana berhasil menjadi kenyataan bagi 2 laki-laki yang sama sekali tidak kukenal, walau hanya untuk beberapa saat. Karena untuk banyak orang yang mengenalku, mereka memang hanya bisa memandangi dan mengagumi kecantikan dan keindahan tubuhku dari kejauhan. Untuk mereka, memilikiku dan menikmati tubuhku adalah suatu impian yang tidak mungkin tercapai. Dua puluh tahun lamanya aku mampu menjaga kesucian tubuhku, sesuai ajaran orang tuaku. Lagipula, apa yang aku harapkan sebetulnya? Perhatian? Sudah kumiliki berlimpah dari orang tuaku yang sangat menyangiku. Perlakuan khusus? Paras wajahku sudah memastikan aku akan selalu menerima perlakuan lebih baik dari orang lain di sekitarku. Semua laki-laki pasti tak mampu menolak permintaanku, apalagi setelah aku memberikan senyuman manisku yang meluluhkan hati mereka. Harta? Orang tua ku sudah memberikanku hidup yang serba berkecukupan. Tapi semua kelebihan yang kumiliki di hidupku, ternyata masih tidak cukup bagiku. Lantas, apa sebetulnya yang kuharapkan dari kelakuan nakalku? Apa yang membuatku ketagihan dengan sensasi sentuhan laki-laki? Apakah hanya sebatas peninggalan insting purbakala? Sebuah keinginan dasar yang ada di semua wanita yang tertanam sejak dahulu. Apakah ini normal? Ataukah ada kelainan di diriku?

Semua pertanyaan ini terus bergejolak di pikiranku. Ditambah dengan trauma insiden tempo hari itu sungguh membuatku merasa bingung. Seperti ada konflik di dalamku, antara rasa takut atas apa yang mungkin terjadi, dengan perasaan kecil yang ingin kupungkiri kehadirannya di batinku. Perasaan nikmat, sensual, dan kerinduan untuk mengulangi kenakalan-kenakalanku. Pada akhirnya, aku putuskan untuk menyibukkan diriku. Kubenamkan pikiranku dalam tugas kuliah dan kesibukan-kesibukan organisasi. Tujuanku? Membuat diriku sendiri terlalu sibuk untuk bisa memproses berbagai perasaan yang bertolak belakang di dalam hatiku. Untuk beberapa saat, aku hibur diriku sendiri dengan sebuah kebohongan. Kebohongan bahwa aku sama sekali tidak menginginkan kejadian yang sama terulang lagi. Tapi jauh di dalam lubuk hatiku, rasa penasaran itu terus ada, terus bertumbuh. Entah berapa lama aku akan mampu membendungnya.
--------
Usahaku untuk mengalihkan pikiranku tidak bertahan lama. Bendungan yang perlahan aku coba buat di dalam pikiranku, runtuh seketika bersamaan dengan meledaknya suatu skandal di tempatku berkuliah. Sebuah sex tape singkat dari mahasiswi alumni jurusan lain yang diunggah ke berbagai website. Teman-temanku menunjukan video yang sedang ramai diperbincangkan semua mahasiswa. Aku terpaku melihat video tersebut. Wajahnya terlihat familiar. Seorang mahasiswi senior cantik dan juga menjadi pujaan banyak laki-laki, terlihat sedang asik menikmati sentuhan laki-laki. Tidak sehelai benangpun menutupi lekukan tubuhnya. Di video itu, dia sedang menaiki laki-laki yang tidak kukenal, tubuh mereka hanyut dalam irama gerakan naluri birahi. Berkali-kali video tersebut diulang oleh teman-temanku di salah satu laptop di dalam kelas. Dan kuperhatikan, seringkali mereka menghentikan putaran video itu tersebut di momen yang sama. Saat si laki-laki tersebut mengambil kamera dan mendekatkannya ke arah senior ku, memperlihatkan bagian paling intim tubuhnya. Beberapa kali juga kuperhatikan, sebagian laki-laki yang berusaha melirik diriku saat video tersebut diputar. Tak diragukan lagi, pasti mereka membayangkan apakah dibalik pakaianku yang tertutup sopan, tubuhku memiliki keindahan yang sama seperti yang sedang mereka lihat di layar komputer. Aku hiraukan perhatian mereka itu, karena perhatian ku terfokus hanya pada satu hal. Tatapan wajah cewe itu di awal video, yang dengan penuh kepercayaan diri menatap langsung ke kamera. Senyuman nakalnya menyiratkan sebuah kenikmatan yang melampaui sensasi fisik yang dia rasakan di momen itu. Senyuman yang seakan hanya dapat dimengerti oleh batinku. Sebuah sensasi kenikmatan dan kepuasan saat dia direkam, dan terlintas sebuah kesadaran di pikirannya bahwa mungkin saja, suatu saat, orang lain akan menonton rekaman tersebut dan mengagumi keindahan tubuhnya. Mengagumi, membayangkan, terbawa nafsu, namun tidak akan bisa membuat impian itu menjadi kenyataan. Sebuah ilusi kontrol dan kendali atas kemauan dan nafsu laki-laki yang seperti ekstasi yang candu.

Di perjalanan pulang dari kampus, aku terus mengulang adegan yang aku lihat itu. Sebuah kesadaran mulai terbentuk di dalam benakku. Hasrat perempuan itu untuk membuat laki-laki bernafsu adalah hasrat sama yang aku pendam di dalamku. Ternyata, aku tidak sendiri! Mungkin saja, perilaku aku bukanlah sesuatu yang abnormal, tapi bentuk manifestasi sebuah hasrat kewanitaan yang hadir di dalam semua perempuan. Mungkin saja, aku tidak perlu memendamnya, tapi menerima itu sebagai sebuah kenyataan yang harus aku jalani. Tidak ada salahnya kalau aku memang menikmati perhatian laki-laki.

Mobilku terus melaju di jalan tol luar kota, seiring dengan pikiranku yang terasa berbalapan dengan laju mobilku. Terlintas sejenak kejadian di bis travel malam hari saat aku ke Bandung. Memori sentuhan pria tak dikenal itu pada tubuhku membuatku merasa merinding. Sebuah gagasan nakal mulai terbentuk di pikiranku. Terlintas kembali juga kejadian baru-baru ini dengan teknisi internet yang datang ke apartemenku. Teringat janjiku pada diriku sendiri untuk lebih berhati-hati. Tapi di sisi lainnya, rasa ingin memamerkan dan membiarkan seorang laki-laki menikmati keindahan tubuhku terus bertumbuh. Aku berpikir keras bagaimana cara aku memenuhi berbagai kemauan dan sekaligus mengatasi ketakutan yang kumiliki.

Di tengah lamunanku, tanpa kusadari salah satu tanganku sudah berada di balik rokku, bagian depannya tersingkap memperlihatkan sepasang paha putih mulus yang sedang diraba di tengah kegelapan ini. Sebuah rencana nakal mulai berwujud di benakku. Perlahan, kedua tanganku bergerak semakin naik di pahaku. Terus bergerak jemariku hingga mereka akhirnya sampai di tali samping celana dalamku. Dengan tanpa suara, aku selipkan kedua ibu jariku kebalik samping celana tipis tersebut. Sedikit kuangkat pinggulku, dan perlahan aku turunkan celana dalamku. Sensasi merinding kembali menjalar ke sekujur tubuhku. Walaupun aku hanya sendirian di mobilku, bagian bawah tubuhku kini tidak tertutupi pakaian. Kini, aku hanya memakai sebuah tanktop berwarna putih dan rok bahan berwarna hitam. Aku rasakan udara dingin dari A/C mobilku berhembus lembut diantara bulu-bulu tipis yang menutupi bagian intim tubuhku. Aku melihat kondisi sekelilingku. Arus lalu lintas semakin melambat, dan di kejauhan aku lihat bahwa aku sudah mendekati gerbang tol. Kenakalanku pun semakin menggila. Entah apa yang merasuki diriku, tapi disaat aku memasuki antrian gerbang tol, aku meraih resleting di belakang rokku, dan dengan cepat aku menurunkannya. Kini aku benar-benar tidak ditutupi apapun. Di dalam kegelapan mobilku, aku melihat kebawah. Cahaya terang dari lampu gerbang tol perlahan mengungkap kemulusan kulit pahaku yang selama ini aku rawat dengan baik, dan sedikit demi sedikit seiring dengan pergerakan mobilku, bayangan yang tadinya melindungi bagian atas pahaku mulai tersingkap. Untuk beberapa saat, aku terbawa persona keindahan tubuhku sendiri. Tapi ada satu perasaan lain yang di saat bersamaan bertumbuh di dalamku. Suatu kesadaran, bahwa dalam kondisi inilah manusia terlahir ke dalam dunia ini. Terlintas di pikiranku bahwa mungkin saja keadaanku yang hampir telanjang saat ini bukanlah suatu keanehan. Ini terasa alami, natural, seakan kodrat yang sepantasnya untuk seorang wanita.

Aku terhentak dari pikiranku oleh suara klakson. Pandanganku sontak kembali melihat sekeliling dan aku tersadar bahwa sudah ada jarak cukup jauh antara mobilku dan antrian kendaraan lainnya di depanku. Sedikit tekanan kakiku kuberikan kepada pedal gas mobilku, dan kembali ku melaju, bergabung dengan aliran antrian kendaraan-kendaraan lainnya. Saat aku berhenti kembali, aku baru sadar bahwa di antrian sebelah, ada sebuah truk besar berwarna kuning. Aku perhatikan seorang pemuda yang tangannya terjulur keluar dari jendela, di tengah lamunan dan tatapan kosong. Keletihan tersirat di wajahnya, pastinya karena beban kerja sepanjang harinya sebagai buruh kasar. Di benakku terpintas sejenak, apa yang akan terjadi jika pandangannya turun ke bawah. Dari posisinya di truk yang lebih tinggi, mungkin sekali bahwa dia akan bisa melihat ketelanjanganku ini. Satu suara di dalamku ingin membuatku berteriak sambil menurunkan jendela kaca, menarik perhatiannya dan sadarnya keluar dari lamunan untuk suguhan yang tidak dia duga. Pemandangan seorang mahasiswi idola kampus, tubuhnya hanya terbalut sepotong tank top tanpa apapun menutupi selebihnya. Kulit putihku yang kontras dengan kegelapan di balik kaca mobilku.

Antrian terus bergerak, dan tidak terasa akupun mencapai giliran berikutnya untuk membayar tol. Suatu dilema membuatku terhenti sejenak. Aku layangkan kembali pandanganku kepada truk di sebelah. Jika aku buka kaca jendelaku ini, aku yakin, dia akan bisa melihat ketelanjanganku dengan jelas. Tapi pandangannya sedang tidak mengarah kesini. Detak jantungku terasa semakin cepat, dan tubuhku bergerak seperti memiliki pemikiran sendiri. Perlahan kulihat kaca jendela mobilku turun, sinar cahaya luar kini tanpa halangan apapun menerangi interior mobilku. Mobilku terus melaju, kearah loket pembayaran. Aku merogoh ke tas ku yang terletak di konsol tengah, jariku keluar mengapit sebuah kartu kuning. Saat aku berputar dan tanganku mulai menggapai keluar menggenggam kartu pembayaran tol, pandangan mataku terlayang kembali ke pemuda di truk sebelahku. Akupun terkejut karena lain dari sebuah tatapan lamunan lesu, aku melihat langsung ke mata dia. Tatapannya pun sudah berubah, tak diragukan lagi efek dari melihat keindahan tubuhku. Hilanglah keletihan hari kerja yang panjang, tatapan matanya kini dipenuhi sebuah semangat dan nafsu terpendam. Perasaan hangat merasuki daerah di antara pahaku. Tak bisa kusangkal, aku terbawa oleh hawa nafsu pemuda itu. Sebelum aku sadar apa yang aku lakukan, tangan kiriku melepas genggam setir mobilku, dan tanpa memutus tatapan mata, perlahan meremas dada kiriku. Kedua pahaku kulebarkan, pinggulku sedikit kunaikan, menyuguhkan sebuah pemandangan yang tidak pernah dilihat pria manapun, sebuah lapisan tipis bulu yang menyembunyikan hartaku yang paling kuhargai. Aku tahan posisiku sampai akhirnya laju kendaraan memutuskan tatapan kita, disaat loket pembayaran tol otomatis memisahkan kedua kendaraan kita. Akal sehatku kembali seketika itu juga, dan usai menyelesaikan pembayaran, langsung aku tutup rapat jendela mobilku dan menekan pedal gas dengan dalam. Akupun melesat dengan cepat, menjauhi gerbang tol dan pemuda di truk, dirinya masih menjadi saksi bisu kenakalanku itu.

Tak dapat kupungkiri, aku sangat menikmati perhatian orang itu. Sesampainya di apartemenku, kenekatanku semakin menjadi. Setelah memarkir mobilku, akupun turun dari mobil masih dalam kondisi hanya mengenakan sebuah tank top, kesepian gedung parkir di jam yang larut ini menjadi pelindungku. Aku ambil jaket hoodie yang masih ada di dalam mobil, dan kulilitkan di sekitar pinggangku hingga menutupi bagian samping dan belakangku. Tapi dari depan, sama sekali tidak ada yang menutupi bulu kemaluan dan pahaku. Aku pun menarik tas jinjing ku dan mengunci mobilku. Keraguanku untuk berjalan ke arah lift apartemenku dalam kondisi ini hanya berlangsung sampai aku sadar, bahwa bisa saja aku menutupi ketelanjanganku dengan menaruh tasku di depanku. Toh, aku pikir, satpam apartemen di jam segini biasanya tertidur di meja resepsionisnya.

Saat aku mendekati pintu masuk lobby, aku menyadari kesalahan pradugaku. Dari balik kaca, kulihat samar-samar cahaya hijau terpantul. Sepertinya, ada pertandingan sepak bola yang sedang berlangsung. Aku berhenti sejenakm tanganku menggenggam gagang pintu. Debar jantungku ingin membuatku mengurungkan niat, tapi kehangatan di antara pahaku dan sensasi nakal dan nikmat yang kurasakan di perjalan tadi menorongku untuk melangkahkan kakiku ke dalam pintu yang kini terbuka. Akupun berjalan menyeberangi lobby resepsionis, kearah lift yang akan membawaku ke dalam tempat aman di balik pintu apartemenku. Kupelankan langkahku saat aku mendekati meja resepsionis. Ternyata, malam ini ada 4 orang laki-laki di balik meja resepsionis itu, tubuh tegap besar mereka membelakangi meja dan perhatian mereka terpaku kepada pertandingan yang sedang berlangsung di layar TV yang terpampang di tembok bagian belakang meja resepsionis. Suara langkahku membuat salah satu dari mereka menoleh. Aku mengenali wajahnya sebagai satpam yang memang rutin berjaga di lobby tower ini setiap malam.

“Eh Non Nessa, baru pulang jam segini non?” ujarnya.

Aku menghela napas, karena jika dia menoleh beberapa detik lebih awal, dia mungkin saja mendapati aku yang hampir tidak berbusana. Beruntung sekali bahwa kini tubuhku dari dada ke bawah tertutupi oleh sebuah meja marmer resepsionis apartemen.

“Iya pak, lagi banyak tugas kampus. Saya naik dulu ya”. Sengaja aku tidak mengujarkan namanya, karena sejujurnya aku memang tidak mengingatnya.

“Ok Non, selamat malam”. Tanpa banyak basa-basi lagi dia kembali membalik badannya dan menujukan perhatiannya kembali ke TV. Entah apa yang kupikirkan, di balik meja resepsionis dan tersembunyi dari pandangan mereka, perlahakan kubuka simpul lengan hoodieku yang mengikatnya ke pinggangku. Kini, aku benar-benar tidak tertutupi apapun di balik meja itu. Pikiranku pun melayang jauh. Aku yang seorang mahasiswi idaman banyak cowo di kampusku, dari keluarga yang baik-baik dan anak dari seorang pengusaha yang sukses. Aku yang selalu dianggap sebagai murid teladan, baik, dan sopan. Kini aku berdiri hampir telanjang, tubuhku dikendalikan bukan lagi oleh akal sehat melainkan nafsu jasmani dan birahi. Aku berdiri seakan menyajikan tubuhku kepada 4 laki-laki yang hampir tidak kukenal, keindahan tubuhku hanya di tutupi sebuah meja. Ingin rasanya aku melangkah kebalik meja ini, mempersembahkan tubuhku kepada laki-laki ini sebagai objek hiburan mereka di malam hari, memuaskan hasratku untuk sentuhan laki-laki yang terakhir kurasakan pertama kalinya hanya beberapa hari yang lalu, yang dulu kusesali namun kini aku sangat dambakan. Ingin rasanya, aku mengesampingkan identitasku sebagai seorang gadis idaman, dan untuk semalam saja menurunkan derajatku hanya sebagai objek pemuas nafsu laki-laki.

Sebuah kelembapan kini mengalir di antara kakiku. Tanganku meraih ingin merasakannya, dan sentuhan jariku pada clitorisku hampir membuat suatu erangan keluar dari mulutku. Kudapati jariku kini terlapisi sebuah cairan lengket, sebuah reaksi alami tubuh wanita yang siap untuk dibuahi sebagai pelestarian spesies. Ya, ingin aku dibuahi, menerima benih laki-laki di depanku ke dalam tubuhku, memenuhi sebuah naluri keibuan yang terpendam. Beruntung, kali ini akal sehatku berhasil menang, janjiku pada diriku sendiri untuk berhati-hati menjaga kesucianku kembali terpampang di benakku. Akupun melangkah perlahan menuju pintu lift yang terbuka, akalku ingin menyudahi cobaan ini, tapi tubuhku masih menghadap kepada meja resepsionis. Sebagian hatiku berharap bahwa untuk sepersekian detik saja, salah satu dari mereka akan menoleh dan berhasil melihat, menikmati keindahan pemandangan yang mereka lihat, menciptakan keraguan di pikiran mereka apakah penglihatan mereka sebuah kenyataan atau sebuah fatamorgana. Tapi itu semua tidak terjadi, dan pintu lift pun tertutup.

Sesampainya aku di apartmen, akupun membuka komputer rumahku. Disaat itulah, aku mulai belajar mengenai sebuah fenomena yang terdengar sangat familiar buatku. Eksibionisme. Sebuah hasrat untuk memamerkan keindahan tubuh kepada lawan jenis untuk menimbulkan suatu kepuasan birahi. Berjam-jam lamanya kutelusuri berbagai artikel dan konten tentang bentuk-bentuk dan berbagai macam aksi eksibisionisme. Kutonton kembali video yang temanku tunjukan siang tadi, video seorang mahasiswi dan pasangannya yang sedang beraksi di atas sebuah ranjang tidur. Kuhentikan kembali putaran video tersebut saat tatapan mata gadis itu tertuju tepat ke kamera. Kuperhatikan lagi tatapan matanya, penuh kenikmatan dan kepercayaan diri, kepuasan yang melebihi raga situasi dia di saat itu. Suatu kepuasan yang melangkahi batas jarak dan waktu. Ya, aku bilang ke diriku sendiri. Kini aku mengerti perasaan itu.

Aku adalah seorang eksibisionis.
 
Saran aja gan, sebaiknya gak usah nyebut merk ya... Meskipun disensor tapi percuma,orang juga tau... Karna ini menyangkut nama baik suatu perusahaan... Sebaiknya dihilangkan saja merk tsb, sebelum anda kena tuntutan...
 
Tambah mulustrasi huu... Biar makin liar imajinasi nya..
 
Hmm banyak yg request mulustrasi, kira2 tampilannya begini sih gf. (Bukan asli)
27839832c64cbd629222cb5ab598260ef1cbeedf.jpeg
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd