Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Innocent Facade of a Naughty Girl

Next episode lanjutnya apa ya:


  • Total voters
    44
  • Poll closed .
Update 6 - Descent into Addiction
New Year, new update.


---

Kegelapan malam jalanan kota jakarta berlalu dengan cepat di balik jendela mobilku. Mobilku terasa melaju dengan sendirinya tanpa turut campur kendaliku. Di lampu merah, perhatianku teralih sejenak dari jalanan oleh gerakan diatas roda setir mobilku. Seluruh jariku gemetar, akibat pengaruh syok dan rasa takut akan apa yang mungkin terjadi bagiku.

Aku, Nessa, seorang mahasiswi teladan dan yang dikenal selama ini berperilaku baik dan sangat tertutup, kini terancam terekspos kebinalannya ke dunia maya. Lebih-lebih lagi, identitas ku kini dipegang oleh seorang sosok yang tidak kukenal. Aku tidak bisa lagi berpikir bagaimana caranya dia bisa mengakses file-file pribadiku tersebut. Apakah mungkin ini adalah pekerjaan salah satu temanku? Atau mungkin seseorang yang pernah mengakses komputerku? Atau meminjam laptop? Atau ini benar-benar orang asing?

Rangkaian pikirku terputus saat aku kembali meraih handphone ku. Kubuka lagi catatan peninggalan orang yang kini memegang kendali hidupku.

“Saya tahu siapa kamu. Nama kamu Nessa, kuliah di Universitas xxxx jurusan xxxx. Foto fotomu sudah aman kusimpan. Kalau kamu tidak mau foto-foto tersebut tersebar ke kampus dan ke orang tuamu, kamu harus mengikuti instruksiku.”

“Sesampainya di apartemen, akan ada box titipan menunggumu di sekuriti. Instruksi pertama kamu adalah membuka isinya di hadapan sekuriti itu dan mengeluarkan isinya satu persatu.”

“Kalau tidak percaya, follow private account media sosial @xxxxx. Semua fotomu kini ada disana, tapi sudah disensor dan sekarang masih berstatus private. Kamu punya waktu sampai besok siang untuk mengikuti instruksi di dalam box itu, dan kirimkan buktinya ke DM account media sosial tersebut.”

Mataku pun tepejam, di dalam hati berdoa memohon ampun dan belas kasihan dari yang maha kuasa agar aku terlepas dari genggaman orang ini. Kulihat isi media sosial itu dan betul, seluruh foto ku tapi dari leher ke bawah kini sudah terpampang untuk semua yang bisa mengaksesnya. Mereka akan bisa melihat setiap centi kulit mulusku, puting mungilku sampai lipatan labia ku yang hanya tertutupi bulu-bulu tipis. Berbagai foto tubuhku yang sedang berpose minim dan tanpa sehelai benangpun, di kamar, di jendela, bahkan di dalam mobil. Post terakhir, adalah foto sebuah bibir dan lidah yang terjulur keluar, sebuah garis lendir tipis menghubungkan ujung lidah itu ke g-string yang berlapis cairan putih kental pekat.

Ada kehangatan yang terbentuk di antara pahaku. Tanganku bergerak menggapai ke g string yang sama yang sedang kukenakan dan ke jok kulit yang berada di bawahnya. Basah!

Kebingungan melanda pikirku seiring tetesan sebutir air mata, sebuah reflek normal seorang wanita yang sedang dipenuhi ketakutan dan kekhawatiran. Tapi yang membuatku bingung adalah sebuah paradoks - yaitu kekhawatiranku dan ketakutan untuk dipermalukan itu mengakibatkan respon berlawanan dari liang kewanitaanku yang kini semakin banyak memproduksi cairan - pertanda meningkatnya birahiku sebanding dengan takut dan malu ku. Rasa nafsu yang semakin berlipat saat aku membayangkan orang yang tidak dikenal itu sedang menikmati keindahan tubuhku dengan keseluruhannya. Foto-foto ku dan badanku menjadi sekadar objek pemuas dan penghibur dia. Getaran kecil menyebar dari dalam perutku saat aku terbayang jika tubuhku berhasil membuat lelaki itu terangsang. Insting kewanitaan purbaku untuk diingini seorang pria mengalahkan rasa malu yang terbentuk oleh norma sosial yang relatif lebih modern.

Suara klakson mobil menghentakanku dari imajinasiku. Kulihat bahwa ternyata lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau. Dalam lamunanku aku membuat orang lain menjadi tidak sabar menungguku untuk bergerak agar tidak menghalangi mereka.

Pedal gas kutekan dengan pelan dan kembali aku menyusuri jalanan ibukota yang kian semakin sepi. Sekilas kulihat jam digital di konsol tengah mobil. Jam 1 malam. Harusnya berarti hanya satu orang sekuriti yang masih terjaga di resepsionis. Tangan kiriku bergerak ke tuas indikator belok, dan aku putar mobilku mengikuti rambu yang bertanda “residence parking”. Tak terasa, aku sudah memasuki komplek apartemenku. Sebuah komplek private residence mewah tempat ku tinggal selama semester ini agar lebih dekat ke kampusku. Kembali aku mengecek busana yang aku pakai. Hanya sebuah kemeja flanel yang hanya menutupi sampai sebagian pantatku, dan sebuah g string yang terasa sangat lembap.

Setelah memarkirkan mobilku di reserved parking khusus milikku, aku sekali lagi melihat layar ponselku yang masih menunjukan akun media sosial ku. Ya, tidak bisa kupungkiri, itu kini adalah akun ku. Akun yang menunjukan diriku yang sesungguhnya, seorang perempuan nakal dengan hasrat bergejolak terpendam untuk memamerkan ketelanjanganku, hasrat untuk menimbulkan kenafsuan di kalangan kaum adam. Sepintas kubayangkan jika aku menolak instruksi pemerasku. Dalam kurun 1 hari, semua teman-teman dekatku dan keluargaku akan menerima request sebuah media sosial account public, yang berisi identitas lengkapku di bio nya beserta foto-foto tanpa busanaku. Tidak bisa kubayangkan amarah dari orang tuaku akan sebesar apa. Dan saat aku kembali ke kampus, apakah aku akan mendapatkan simpati, atau sebaliknya menjadi korban dari label ‘pelacur’, di keluarkan dari kampus itu atas kekhawatiran merusak nama baik institusi pendidikan terkemuka itu dan dijauihi oleh semua teman-temanku akibat stigma yang tidak kuinginkan.

Aku menggelengkan kepalaku. Tidak, aku harus mengikuti kemauan dia, setidaknya aku harus mencari tahu dulu apa kemauan dia? Mungkin dia hanya ingin memerasku untuk mendapatkan sebagian harta kekayaan orang tuaku. Sebuah sinar harapan muncul di dalam hatiku. Berharap bahwa sumber daya yang aku miliki mampu mengeluarkanku dari malapetaka ini. Tapi belum kusadari, bahwa sinar harapan itu adalah sesuatu yang sejujurnya tidak kuinginkan.. Belum kusadari saat itu apa yang sebetulnya aku betul-betul inginkan. Belum saat itu aku sadari bahwa harapan ku yang sesungguhnya di momen itu adalah agar orang tidak dikenal itu memerasku untuk mendapatkan tubuhku.

Kupejamkan mataku dan kubulatkan tekadku. Kubuka pintu mobilku, pahaku kuayunkan melangkah keluar dalam kondisiku yang hampir tidak berbusana ini. Perlahan aku menuju lobi residence akses dari gedung parkir ini. Sesuai dugaanku, setibanya aku di lobi aku lihat di balik meja resepsionis hanya satu sosok. Dengan perlahan agar tidak membuat suara yang menarik perhatian - agar dia tidak menoleh dan melihatku dari jauh yang hanya memakai kemeja - aku hampiri meja tersebut. Saat aku sudah dekat dan hampir seluruhnya tertutupi meja, kehadiranku pun akhirnya disadari oleh dia dan dia menoleh keatas, menyapaku dengan rupa wajah yang sudah lama kukenal. Surjono, kulihat name tag yang dia kenakan.

“Oh, non Nessa, selamat malam! Lagi sibuk kuliahnya ya non sampe pulang malem-malem gini?”

“Iya pak, lagi sibuk nih.” Entah kenapa, ada sedikit nada memanja yang sebelumnya tidak pernah kupakai yang kini keluar dari mulutku. “Ada paket titipan buat aku ya pak?”

“Oh iya non tadi ada ojol yang anterin, sebentar saya cari”.

Dia pun mengeluarkan sebuah box polos tak bertanda yang ditutup aman oleh sehelai selotip. Mengingat instruksiku, akupun melepas tutup box tersebut masih di hadapan resepsionis. Jantungku sedikit berdebar saat aku singkapkan isi di balik cover box tersebut. Di dalamnya, ada sebuah kamera instan dan beberapa roll isinya. Aku pun mengerenyitkan dahiku, sedikit bingung dengan “hadiah” itu.

“Oh abis belanja online ya non?”

Aku sedikit terkejut dengan pertanyaan nya dia. Aku pun tersenyum sambil mengangguk, perhatianku kini tertuju ke balik kertas pelapis di dasar box itu. Saat ku angkat, aku lihat sepasang pakaian dalam model bikini motif berwarna merah yang semi transparan, dan bentuknya sangat minim dan aku yakin hampir tidak menyembunyikan putingku dan pantatku. Debar jantungku kini semakin memacu, mengingat instruksi pemerasku untuk memperlihatkan isi dari box itu kepada sekuriti. Dengan gugup, perlahan aku mengangkat set lingerie seksi itu ke hadapan pak Surjono.

“EH, non, maaf, bukan maksud ngeliat. Saya jadi ga enak”.

Aku sedikit tersenyum di dalam hatiku. Ternyata sopan sekali dia. Tapi ada sedikit kekecawaan di dalam hatiku. Dengan sedikit heran aku sadari bahwa aku berharap dia melontarkan komentar nakal dan tidak sesuai jabatannya kepadaku. Kenakalanku membuatku ingin sedikit menggoda dia.

“Oh gpp mas, kan cuma gini aja ga perlu minta maaf. Lain hal nya dong kalo ngeliatnya aku lagi pakai ginian aja.” Aku jawab dengan senyum nakal terbaikku yang kusamarkan sebagai sebuah senyuman lugu. Aku senang saat melihat matanya seakan terbelalak dan wajahnya sedikit memerah. Yes! Dalam hatiku ku berteriak. Pasti dia sedang membayangkan tampak tubuhku kalau hanya mengenakan ini. Akupun merasakan liang wanitaku kini semakin menjadi basah, nafsu birahiku semakin memuncak. Sebelum aku berbuat gegabah, akal sehatku pun kembali mengambil kendali. “saya permisi naik dulu ya mas, malam.”

“Oh iya, malam non.” Senyum balik Pak Surjono yang tatapannya terus tidak terlepas dari gerakanku yang kian menjauh. Saat aku melangkah ke dalam lift, aku menoleh sekilas dan aku lihat Pak Surjono sedikit berdiri. Aku pun menjadi penasaran, apa dia sempat melihat lipatan pantatku yang muncul di balik ujung kemejaku.

Sesampainya di dalam apartemenku, aku kembali mengecek isi box peninggalan pemerasku itu. Di dalamnya, kutemukan secarik kertas yang berisi instruksi selanjutnya.

“Ga perlu takut Nessa. Saya tidak mengincar harta kamu. Saya tidak mengincar tubuhmu. Saya tahu apa yang kamu inginkan dan saya hanya mau membantu kamu menemukan jati dirimu sebetulnya. Ikuti petunjuk, dan akan ada 5 tantangan yang harus kamu penuhi. Jika kamu berhasil memenuhi kelimanya, saya akan menghapus semua foto foto mu.”

“Tantangan pertama: Pakai baju pemberianku ini, dan ambil beberapa foto kamu hanya menggunakan lingerie tanpa memperlihatkan wajahmu di tiga lokasi: di pos sekuriti kampus, di gudang tempat pembersih kampus, dan di dalam ruang kelas jurusanmu. Dibaliknya, tulis Fakultas xxxxx Universitas xxxxxx. Kirim bukti foto itu ditinggalkan di tempat foto tersebut diambil sebelum siang.”

Aku sedikit terkejut dengan permintaan dia. Sejujurnya ini bukan bentuk pemerasan yang aku duga. Tanpa kusadari, aku sudah menyetujui untuk mengikuti tantangan ini. Rasa takut bercampur dengan nafsu nakal saat membayangkan teman-teman kuliahku dan orang-orang di kampusku yang martabatnya dibawahku bisa melihat ketelanjanganku, tanpa mereka sadari mereka sedang menjadikan mahasiswi teladan dan bunga kampus idaman yang mereka pasti tidak sangka bisa mereka sentuh, kini menjadi objek fantasi nyata pemuas nafsu mereka. Besok, kupikir, adalah hari sabtu. Jadi harusnya kampus sepi. Sangat memungkinkan untuk aku beraksi. Membayangkan tubuhku menjadi objek pemuas hasrat mebuatku semakin terangsang.

Aku selipkan tanganku ke balik g-stringku, jariku menelusuri lekukan labiaku yang kini sudah sangat basah. Telunjukku pun menemukan clitorisku, dan perlahan kugerakan jariku memutari tonjolan kecil itu. Sebuah erangan nikmat keluar dari ku bersamaan dengan terbaringnya tubuhku di tempat tidur. Aku semakin mempercepat gerakan jariku yang kini bergerak naik turun, tanganku yang satunya meremas payudaraku dari balik kemeja. Pikiranku membayangkan foto-foto bugilku tersebar di sekeliling kampus, dioper dari satu laki-laki ke laki-laki lainnya, menjadi bahan masturbasi dan membawa hawa nafsu dan kenikmatan buat mereka. Aku bayangkan cairan sperma mereka terjatuh mendarat di foto-foto tersebut, menghiasi foto tubuh mulus telanjangku dengan cairan pekat lengket mirip dengan yang beberapa saat lalu aku rasakan untuk pertama kalinya. Aku pun berteriak penuh kenikmatan, terlena sebuah fantasi yang aku ciptakan sendiri seiring dengan gerakan jariku yang mencubit putingku. Hanya dalam hitungan detik, tubuhku pun mulai kejang-kejang, dan perasaan seperti mau buang air kecil muncul dan tidak bisa kukendalikan. Aku membalik badanku, wajahku kubenamkan ke bantal saat aku berteriak di tengah kenikmatan dahsyat yang melanda sekujur tubuhku yang semakin bergetar. Jariku merasakan sebuah cairan hangat keluar dalam sebuah aliran kencang, suara becek mengikuti gerakan jariku seiring dengan mendaratnya cairan itu di tempat tidur, dan sampai ke lantai di samping tempat tidurku. Aku hentikan permainan jariku dan semakin kucubit putingku ketika tubuhku tidak henti-hentinya bergetar, teriakanku terancam terdengar oleh penghuni lain di lantai apartemenku ini. Butuh 30 detik untuk gelombang kenikmatan itu berhenti membuat tubuhku bergetar. Akupun collapse, dalam keletihanku dengan cepat terselip kedalam tidur nyenyak. Bibirku pun tersenyum, membayangkan mimpi indah yang bisa kubuat jadi kenyataan di esok hari. Menjadi objek fantasi semua pria di kampusku.

—-

(POV Didi - Fast Forward 2 bulan)

Sebuah kendaraan sedan hitam berhenti di dekat tempatku duduk, terparkir di pinggir jalan daerah wisata kuliner ini. Lampu rem pun meredup dan suara mesin terdengar dimatikan. Pintu terbuka, dan dari dalam mobil, kulihat seorang bidadari cantik muncul keluar melangkah ke dunia manusia. Tubuh langsing, kulit putih mulus bercahaya, rambut hitam lurus panjang dan wajah cantik khas campuran Indonesia-Eropa. Pinggang ramping, payudara yang sedikit diatas proporsional, tapi yang paling tidak bisa dilewatkan, adalah senyuman lugu yang mampu membuat hati semua laki-laki hanyut meleleh.

Aku perhatikan gadis muda itu melangkah dengan ragu. Dia keluar hanya menggunakan sebuah rok bahan pendek dan kemeja putih tipis. Sebuah mobil SUV melintas di depannya, lampu depannya memberi penerangan yang cukup selama sekilas saja menembus kemjanya dan menunjukan siluet puting mungilnya yang tidak tertutupi bra. Wajahnya terlihat semakin ragu, tapi dia terus melangkah menyeberangi jalanan menuju tempat duduk kosong yang terpisah beberapa meja dari tempatku duduk.

Seorang bapak tua beranjak menghampiri gadis itu segera setelah dia duduk. Dia duduk di posisi memojok, membelakangi para pengunjung lainnya. Bapak itu tersenyum sambil berjalan. Dasar mesum, kupikir di benakku. Pasti udah perhatiin dari tadi tuh, ada cewe cakep aja langsung dilayanin. Gue dari tadi ga ditanya-tanyain mau pesen apa, gerutuku.

Perhatian ku kembali tertuju kepada gadis itu. Sesuai instruksi, aku lihat tangannya bergerak, membuka dua kancing paling atas kemejanya dan dengan jelas menunjukan belahan dadanya. Akupun tersenyum puas, mengingat foto-foto di dalam ponselku yang menunjukan kedua payudara bulat sempurna dengan puting pink mungil, sebuah visual yang teringat sempurna di otakku. Aku mengambil handphoneku, membuka aplikasi remote control. Indikator menyatakan ponselku sudah terhubung. Aku gerakan slider setting ke posisi mid, perhatianku tidak lepas dari sosok gadis yang duduk sendiri di pojokan.

Posturnya seketika tegak terkaget, pinggulnya sedikit menggeliat terbawa sensasi stimulus getaran yang dihasilkan celana dalam pemberianku. Dia terus bergerak menggelinjang, berusaha mengendalikan tubuhnya yang kini diserbu rangsangan birahi. Bapak itupun tiba, menanyakan pesanan gadis itu. Kuperhatikan bapak itu berusaha berdiri sedekat mungkin, pasti ingin mendapatkan sudut lebih baik untuk melihat ke dalam kemeja perempuan itu. Perempuan itu memberitahukan pesanannya dengan cepat, sesuai instruksiku. Bapak itu terlihat sedikit kecewa, sepertinya dia belum menyadari gerakan aneh gadis itu dan belum menyadari keberuntungan yang akan dia terima malam ini.

Ponselku bergetar.

“Om, plis, matiin. Aku ga kuat udah dari tadi di rangsang, udah mau keluar nih. plis plis”.

Aku tersenyum membaca pesan masuk tersebut. Aku tutup DM aplikasi itu dan membuka aplikasi remote. Aku turunkan slider setting ke posisi low.

“Bersyukur lu lonte gw lg merasa baik. Jangan lupa instruksi gue, atau hidup lu abis.”, balasku.

Gerakan tubuh gadis itu terlihat sedikit mereda. Kepalanya kini bergerak memperhatikan sekelilingnya. Hanya beberapa saat, gadis itu melihat bapak tadi kembali berjalan menuju dia, di tangannya sebuah mangkok berisi seporsi bakso. Perempuan itu mengalihkan pandangannya, dan bahasa tubuhnya terlihat tegang dan ragu.

Aku naikan lagi setting vibrator. Dia terhenyak, dan keraguan seperti tergantikan oleh kendali nafsu dan hasrat nakalnya. Saat bapak itu tiba di sebelahnya, dia pun sekejap berdiri menabrak bapak itu, menumpahkan seluruh mangok itu ke tubuhnya.

Aku tersenyum memperhatikan dari kejauhan gadis itu berusaha berpura-pura marah sambil mereda godaan nafsu. Sesuai dugaanku, kini kemejanya yang basah dari kejauhan pun menjadi hampir transparan, siluet putingnya kini terpampang jelas dari tempat ku duduk.

Sesuai rencanaku, gadis itu kembali duduk membelakangi keramaian, meminta bapak itu membantu mengeringkan pakaiannya. Aku harus menahan ketawa, saat bapak itu dengan cepat bergerak mengambil kesempatan itu. Dia ikut merubah posisinya membelakangi orang-orang. Kulihat lengannya bergerak-gerak. Aku berusaha menebak, apa tangannya meremas payudara itu dari luar kemeja atau sudah masuk ke dalam. Vibrator aku naikan ke posisi max. Bapak itu terlihat semakin bersemangat ‘membantu membersihkan’ pakaian gadis itu yang kini terlihat seperti kejang-kejang.

Aku membayangkan pemandangan itu dari sisi lain. Seorang gadis perawan putri keluarga baik-baik, payudaranya diremas-remas bapak tua penjual bakso, menahan erangan kenikmatan birahi. Gadis lugu yang membiarkan laki-laki tidak dikenal yang cukup tua untuk menjadi kakeknya, mungkin, menikmati tubuh perawan di tempat umum.

Perempuan itu seperti tersungkur. Aku matikan setting vibrator, dan kulihat gadis itu beranjak, tangannya mengapit kemejanya. Rupanya semua kancingnya sudah terbuka sepenuhnya. Dia setengah berlari, kembali memasuki mobil nya. Perhatianku kembali ke bapak itu yang seperti berdiri tertegun. Aku pun tertawa membayangkan apa yang di pikiran dia. Pasti dia akan bercerita tentang gadis cantik hyper yang dimainkan putingnya saja langsung orgasme. Aku yakin, tidak akan ada yang mempercayai ceritanya. Tapi aku setidaknya berhasil memberikan bapak itu sebuah kenangan indah. Akhirnya bapak itu berbalik. Di celananya, ada sebuah noda gelap yang berusaha dia tutupi…

Aku tidak bisa menahan senyumku, sambil mengetik sebuah pesan DM: “Good job slut. Ready for your final challenge?”
 
bro, kok ada yg sedikit ngeganggu ya di cerita terakhirnya... ya kali nabrakin bakso ke diri sendiri, apa ga melepuh? kenapa ga coba diganti sama minuman? sorry ya kl rewel ehehehe.. kl misalnya bro edit, saya jg edit ini tulisan biar sama2 singkron. ga mengganggu pemandangan di salah 1 cerita yahud ini..
 
bro, kok ada yg sedikit ngeganggu ya di cerita terakhirnya... ya kali nabrakin bakso ke diri sendiri, apa ga melepuh? kenapa ga coba diganti sama minuman? sorry ya kl rewel ehehehe.. kl misalnya bro edit, saya jg edit ini tulisan biar sama2 singkron. ga mengganggu pemandangan di salah 1 cerita yahud ini..
Mungkin itu bagian dari permainannya >.<
 
Mungkin itu bagian dari permainannya >.<

ohh hahaha.. ok2 deh.. maksud saya sih permainannya emang gitu, cuma objek nya itu loh, bakso, pasti kan kuahnya puanas banget. kasian si nessa melepuh kulitnya ntar jd gak seksi lg wkwk...

btw ceritanya mantap, kesukaan gw banget, ga sabar buat baca next update.
 
Terakhir diubah:
More suhuuuu.....
Can't wait for the next Nessa story...
Terlanjur nge Fans sm Nessa nih Huuu....

Happy New Year...
 
Nice story suhu..
Makasih udah menyajikan cerita keren awal tahun ini.. :beer:

Ditunggu update selanjutnya suhu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd