(Sambungan dari: keamanan perkebunan shift malam...)
***
Pada jam 20:00, Surti telah sampai lagi dirumahnya. Dengan anak kunci serep dia membuka pintu depan rumah dan langsung masuk kedalam. Pintu itu dikunci lagi dengan memakai anak kunci yang tadi digantungkan pada daun pintu bagian dalam, dan anak kunci itu dibiarkan pada lubang kuncinya.
Dengan bersenandung kecil... seperti biasa yang selalu dilakukannya... tanpa disadarinya... kalau baru masuk dirumahnya dimana dia tinggal berdua saja dengan anak lelaki tunggalnya, Sarto, yang... beberapa jam berselang tadi... sudah tidak perjaka lagi... atas kemauannya sendiri.
'Kemana... Sarto? Jangan-jangan... uugghhh... sebaiknya aku jangan menduga jelek dahulu...'. Segera menaruh semua bawaannya diatas meja makan, kemudian melangkahkan kaki-kakinya sembari melepaskan sandalnya, dan bergegas membuka pintu kamar tidur Sarto, melongok kedalam... kosong! 'Dasar... anak-anak sekarang bandel-bandel!'.
Dengan lesu dan kesal, Surti membuka kamar tidurnya yang lebih komplit perabotannya, ada... lemari pakaian yang salah satu dari daun pintunya memakai cermin dan... menghadap kearah tempat tidurnya, ada meja rias bercermin besar, tempat tidur empuk lumayan besar dan... ada TV ber-diagonal 21 inci... ha... TV! Segera Surti membalikkan tubuhnya memandang kearah tempat tidur... "Oohhh... disini rupanya si Sarto...! Hi-hi-hi... dasaarrr... anak bengal! Hi-hi-hi...!". Dilihatnya Sarto sedang tidur terlentang, tangan kanannya menekan sebuah buku agak lebar yang terbuka 'menelungkup' diatas dadanya yang berayun turun-naik teratur pelan... karena sedang bernapas teratur, dan... nyenyak sekali tidurnya!
"Dasaarrr...! Baru juga... kena 'mulut-atas'-ku! Gimana kalau mendapatkan... 'mulut-bawah'-ku...! Hi-hi-hi... nggak kebayang deh... apa jadinya... hi-hi-hi...!", dengan hati-hati dia mengambil buku yang tergeletak diatas dada Sarto dan memeriksa dengan teliti... dengan menarik napas panjang lega... buku itu adalah buku pelajaran sekolah. 'Ternyata... didalam masa liburnya... Sarto tidak lupa mengisi waktu luangnya dengan belajar... ibu yakin... hidupmu kelak akan jauh lebih senang dari pada ibu-mu sekarang... karena ilmu yang dipelajari sekarang, menjadi tangga yang semakin meninggi untuk meraih 'bingkisan-bingkisan' pilihan cita-cita yang tergantung diatas sana...'.
Surti juga sangat lega... karena didalam buku pelajaran yang agak lebar bukunya itu... tidak terdapat sebuah buku tebal yang lebih kecil... sebuah buku komik 'anime' khusus orang dewasa. Banyak sekali anak-anak kecil men-dewasakan dirinya sendiri... dengan membaca komik itu, dengan cara menutupi bagian belakang buku komik 'anime' itu dengan buku yang lebih lebar. Suatu modus baca yang 'kuno' dan mudah sekali... untuk tertangkap tangan.
Karena merasakan 'tanggung', Surti meneruskan saja melepaskan semua pakaiannya sampai telanjang bulat tanpa busana. Dan segera mengunci pintu kamar tidurnya dari dalam.
Teringat Surti sewaktu dia masih bekerja sebagai jurumasak junior di resto yang cukup besar itu. Dia sering ditanyai oleh teman-teman rekan sekerjanya. "Mbak Sur... sering makan apa sih... sampai begini, mana wajahnya kece banget lagi... mengingat umur mbak, tuh... body... awet muda sekali!".
Rupanya bukannya 'awet-muda', tapi... memang masih muda, Surti sebenarnya... sekarang saja baru berumur 29 tahun! Masih dibawah kepala-3 rupanya.
Sewaktu kerja di resto, hampir semua rekan kerjanya, baik yang cowok maupun yang cewek rada segan padanya. Maklum saja Surti walaupun dengan wajahnya ayu... atau 'kece' kata teman-temannya itu, dia orangnya rada berani dalam arti sesungguhnya. Rekan-rekan cowok rada ragu... walau sangat mau untuk menjalin hubungan yang lebih jauh. Tak ada cowok yang berani nekat, mengajaknya ML bebas tanpa terikat, khawatir... di-'gebok' dengan buahdadanya yang montok kenyal berukuran 38B, dengan membandingkan keseluruhan tubuhnya yang pendek pun tidak... tingginya pun nggak, sekitar tinggi 159 cm, dan dengan tubuh tidak terlalu... gempal menjadikan buahdada montok itu terlihat... wuaahh...! Oke punya deh...! Mana tuh puting-puting susunya yang nongol ada kali sekitar 1 1/2 cm dan berwarna maroon gelap dikelilingi oleh areola sebesar kepingan gobang dan berwarna maroon saja.
Surti sekarang sedang meneliti seluk-beluk atas semua lekak-lekuk tubuhnya ini, seperti pelajar saja layaknya yang sedang mempelajari sesuatu penuh konsentrasi... siapa tahu besok ulangan ada pertanyaan yang berhubungan dengan apa yang sedang diteliti saat ini.
Asset kebanggaannya adalah sepasang buahdada yang sehat, montoknya sangat... banyak cowok senang melihat... bahkan dokter perusahaanya tempat kerjanya sering meneliti bagian ini dengan cermat... dan proses pemeriksaan 'general check up'-nya pun dilakukan sangat lambat... agar supaya kondisi tubuh Surti lebih sehat... begitulah sang dokter berkilah penuh... hasrat!
Ketika Surti berdiri miring kekanan, karena bobot tubuhnya lebih banyak bertumpu pada telapak kakinya yang kanan, lalu berganti posisi berdiri kekiri... bobot tubuhnya bertumpu pada telapak kakinya yang kiri... dan dilakukan lebih kencang, bermaksud mengetest tingkat kekenyalan pinggul dan bokongnya bahenol, ternyata tidak mengecewakan... saat itu dengan mata jeli-nya, Surti melihat pada pantulan bayangan semu didalam cermin pada daun pintu lemari pakaiannya, disana... Sarto si anak 'bandel'-nya tengah asyik memperhatikannya dengan seksama, dan... mulutnya rada mangap... tanpa disengaja oleh pemiliknya. Buru-buru Surti menekan saklar biar satu lampu lagi menyala terang...
"Hi-hi-hi... sekarang asyik kan...! Biar lebih jelas lagi kelihatannya... hi-hi-hi...! Gimana Sarto! Setuju nggak...! Hi-hi-hi...!", kata Surti menyindir Sarto yang tertangkap basah.
Seketika Sarto berbalik arah, sekarang berbaring miring kekiri, sambil tertawa cengengesan. "He-he-he... setuju asyik... bu! Itu baru yang bagian belakang, gimana... maaf... tapi terimakasih ya bu... he-he-he... jadi nggak perlu ngintip lagi yang... penuh resiko itu... he-he-he...", Sarto jadi tertawa terpingkal-pingkal.
Surti segera mendekati Sarto yang sekarang ini masih membelakangi dirinya, bukan dengan perasaan kesal, tetapi dengan diliputi kabut nafsu gairah yang menggelora amat sangat, birahi-nya semakin tinggi... <seerrr...!> ada semprotan kecil yang melumasi lorong nikmatnya dari vagina yang berbulu pubis tipis, dan... pake ndut-ndutan segala... lagi!
Dikecupnya pipi kanan anak remajanya penuh nafsu, sambil berbisik penuh gairah, "Buka bajumu cepat...! Kita gituan sekarang juga...! Makan-malam boleh menunggu... jangan khawatir kita bisa makan berpiring-piring... kalau mau...". Tangan kanan Surti tidak mau kalah aksi... segera mencekal mesra penis remaja ini... 'Hhmmm... sudah tegang rupanya, tapi kerasnya ini... minta ampun...! Keras dan panjangnya... pas benar dengan anakan pukul 'ketok-lele' saja rupanya!'.
(NB: ketok-lele = nama permainan anak-anak tempo doeloe, yang
menggunakan 2 buah tongkat kayu bulat panjang. Yang satu
panjangnya kurang lebih 14 cm dan satu lainnya sepanjang
lengan anak-anak, tongkat yang panjang sebagai penggetok dan
yang pendek sebagai yang diketok. Permainan yang sangat
mengasyikan ini biasa dilakukan oleh anak lelaki ketimbang
anak perempuan yang lebih suka bermain congklak).
Surti dengan tubuh telanjang bulatnya, melangkahi tubuh Sarto yang berbaring, dan masih berpakaian lengkap. Langsung membaringkan tubuh telanjangnya... terlentang, dan paha penuh dan mulusnya mengangkang lebar, siap menunggu tindihan tubuh anak remaja tunggal dengan tidak sabar... <seerrr...!> semprotan kecil yang kedua malam hari ini menyempurnakan lumasan disetiap bagian dalam vagina-nya yang sedari tadi ndut-ndutan saja...
Ternyata Sarto nggak kalah sigap... sudah telanjang bulat. Tanpa ragu melompat keatas tempat tidur, dan... langsung saja menindih tubuh ibunya yang terlentang... telanjang, dan... menantang...! Tak ayal Sarto, sang 'ksatria seks' remaja... memenuhi 'tantangan' ini. Mendekap erat tubuh telanjang bagian atas yang banyak terdapat 'instalasi-instalasi' vital... bila dapat menguasai area ini bisa dapat dipastikan... yang ditantang bisa menguasai keadaan yang akan sangat menguntungkan dirinya.
Mulut remaja Sarto bagai dahaga sibuk mengemut-emut pentil susu ibu-nya.. tiada takut, serta jari-jari tangan kiri remajanya bersikeras dengan santer meremas-remas buahdada montok ibunya, yang mulus dan kenyal, dan... guedee!
"Aahhh... ini baru nikmat rasanya... pintar kamu... To! Gantian dong emutan dan remasannya.... ama yang sebelahnya... biar adil, gitu... hi-hi-hi... aahhh... eeh... mana 'tamu' itu kok kagak masuk kedalam sih... malu kali... ya?!", Surti berkeluh-desah tanpa sungkan lagi. 'Pake dianggurin nih... 'barang' enak...', segera jari-jari lentik tangan kiri Surti... merogoh-rogoh area pangkal paha sang remaja ini... ketemu...! Langsung mencekal erat batang penis Sarto yang keras... Mengarahkan palkon-nya... melewati katupan labia majora terus menyeruak masuk melewati katupan labia minora, dan... tidak pake buang-buang waktu lagi... <bleesss...!> langsung merangsek masuk kedalam lorong nikmatnya berkat dorongan pinggul Surti keatas.
Penis remaja yang tegang dan keras ini, langsung disambut dengan cengkeraman kuat otot dalam vagina Surti yang 'lapar', otot-otot itu membelit ketat sekeliling dan sekujur batan penis yang 14 cm yang malah panjangnya itu lebih dari cukup mengingat umur remaja ini.
"Aaah... enaknya! Kalau 'gituan' enaknya kayak begini, kenapa... nggak dari dulu-dulu aja yaa...", Sarto menikmati sensasi ini untuk pertama kalinya.
"Eehhh... sayang! Jangan ngomong terus kenapa...! Pinggul kamu diayun... turun-naik... turun-naik... jangan berhenti! Biar kamu merasakan ML pertama-mu dengan... ibu... aduuhhh... nikmatnya! Penismu yang kerasnya kayak kayu ini tegang keatas... sampe itil ibu kegesek-gesek aahhh... terus sayang enjotannya... Kalau mau muncrat... bilang ya... nanti muncrat biar lebih enak dan nikmat rasanya... didalam memek ibu aja ya... jangan dicabut sampai habis... semprotannya...!", kata Sutri menikmati persetubuhan yang didamba-dambakannya... selama lebih dari 5 tahun dan sembari memberi instruksi apa yang harus dikerjakan oleh remaja ini yang belum mempunyai pengalaman praktek ngeseks dengan lawan jenisnya.
"Aahhh... ternyata... oohhh... ML itu nikmatnya aahhh... saat Sarto diam nggak ngomong tadi... kok ibu nyerocos terus... sih! He-he-he....", kata Sarto iseng, sambil tetap menikmati ML perdana-nya.
"Daasaaar... kamu To! Kamu diam tadi... kan terpaksa... hi-hi-hi... orang lagi ngemut... mana bisa nyebut... hi-hi-hi... rasakan goyangan memutar pinggul ibu ih... biar kamu tahu rasa!", goda Surti pada anak remajanya sambil tetap merasakan persetubuhan walaupun 'incest'... tetap merupakan persetubuhan yang selama ini... sangat ditunggu-tungu.
"Eh-eh-eehhh... bu! Goyangan putar-nya jangan... kenceng-kenceng dong... entar Sarto munrat nih...", kata Sarto merasakan penisnya mengalami 'perlakuan khusus' sehingga dia merasakan ML ini bertambah nikmat saja.
"Bilang aja... kamu udah kepengen klimaks ya... terus-terang aja! Biar kita nyampe bareng-bareng... aayooo jawab buruan...!", Surti meminta ketegasan dari anaknya. Ini momen yang sangat penting dalam persetubuhan ini... kalau... gagal... urung deh dapat orgasme...
"Iiya... ya benar bu... Sarto ngenjot yang kenceng ya... udah nggak ketahanan lagi nih... mana enaknya... kayak begini lagi...!", Sarto mengaku dengan cepat.
"Bagus kalau begitu... ngenjot memek ibu lebih kenceng lagii... ohh nikmatnya... pintar kamu... To! Jaga... jangan sampai terlepas penis-mu dari dalam memek ibu... jangan terlalu tinggi nariknya...! Palkon kamu harus selalu berada dalam memek ibu... aahhh... Sarto-ku sayang... kayaknya ibu bakalan nyampe deh... bakalan 'dapet' juga jadinya... aahhh oohhh... Sarto...!".
"Iiya-ya... bu ini juga udah pol bu... aaah... ibu...!".
<Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!>
<CROTTT...!> <Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!>
Sungguh sempurna persetubuhan-sedarah ini... antara sang ibu yang dahaga selama lebih dari 5 tahun dengan sang anak tunggal remaja yang selama 6 bulan terakhir... hampir setiap harinya melakukan onani sebagai akibat ulahnya sendiri... mengintip tubuh telanjang ibunda yang sedang mandi... membersihkan diri...
Orgasme yang didapat remaja ini... sesuatu hal yang sangat spektakuler... walau Sarto tidak bisa mengungkap dengan kata-kata, nanti... atau besok dia pasti... bisa membedakan mana yang rasa klimaks dan mana yang rasa penuh kenikmatan dan spektakuler dari pengalamannya menikmati dengan sadar orgasme-nya ini.
Sedangkan bagi Surti seberapa banyak dulu-dulu dia mendapatkan orgasme... tetap saja orgasme yang didapatnya malam ini... sesuatu kenikmatan yang tetap spektakuler, dan... akan terus didamba-dambakan kedatangannya selalu...
(Bersambung ke Bagian 14 - Akhir Sebuah Cerita)