Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG ISTRI BINAL

yg bikin penasaran anaknya benih dari siapa...ditunggu cerita penanaman benih liza bos...
 
awal yang baik, semoga bisa lanjut sampai selesai....
 
Pagi yang indah sambil menatap kebun samping rumah sebelum berangkat kerja aku berangkat sendiri mas Erwin sudah berangkat dulu katanya mau ada rapat diperusahaannya.
Mbak… Jangan melamun mbak… Haloo…” Sapa Seto sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah Nia.
“Ee… Ehhh.. Iya… Kenapa mas…?” Jawab Nia kaget.
“Jangan melamun… Disini banyak copet… ”
“Aaa… Apanya yang mau dicopet mas…. Wong aku orang yang nggak punya apa-apa…”
“Heeehh… Jangan gitu aah… Mbak masih punya banyak barang berharga loh…”
“Barang apaan mas…?”
“Itu…” Jawab Seto sambil menunjuk ke arah Nia dengan dagunya.
“Hayoooo… Matanya nakal yaaa…” Jawab Nia malu-malu, sambil berusaha menutup bagian payudaranya dengan jilbabnya yang tidak berpengaruh apa -apa karena besarnya payudaranya
“Hehehe.. Bukan tetek kamu mbaaak… Maksud aku, mbak khan masih punya kecantikan dan tubuh yang indah… Bagiku itu tak ternilai mahalnya loh…” Puji Seto tipu-tipu, sambil meneruskan melirik asset terbesar Nia yang membusung indah.
“Ooooo… Kirain kamu nunjuk-nunjuk tetek aku… Hihihi…”
“Hmmm… Sebenernya iya juga sih… Hehehehe… ” Canda Seto,
” Habisan, cowok mana sih mbak yang ga tertarik kalau melihat tetek segede itu…? Apalagi yang punya cantiknya banget-banget-banget…”
“Aaaaah Mas jago gombal juga…”
“Ya Ampun mbak… Jangan panggil aku mas dooonk.. Kaya udah tua aja… ” Kata Seto basa-basi, “Panggil aku Seto atau Set aja…”
“Set…?”
“Iya, Set… Asal jangan panggil aku Setan aja…”
“Hihihihii… Ternyata kamu lucu juga yaa…” Tawa Nia cekikikan.
“Omong-omong kok belum berangkat mbak..?
” Iya nih… Aku lagi nunggu bis…”

“Oalaaah…. Kirain tadi nungguin aku… Hehehe…” Jawab Seto sambil bercanda,
“Nggak bakalan dateng mbak… Hari ini supir-supir bisnya pada demo…” Jelas Seto,
“Kalo mau, mbak berangkat bareng ama aku aja… Kantor kita khan sama…”
Hmmmm… Okedeh….” Merasa tak ada cara lain yang lebih cepat selain menerima tawaran Seto, akhirnya Nia menerima ajakan itu.
Melihat tingkah Seto yang easy going, membuat Nia seketika itu langsung tertarik. “Ternyata… Seto playboy juga…. Kita lihat, sejauh apa kenakalannya…”
“Bener nggak kenapa-napa nih kalo aku berangkat kerja bareng kamu gini…?” Tanya Nia basa-basi, “Ntar kalo Anissa cemburu atau marah, jangan salahin aku yaa…”
“Yeee… Dia Anissa nggak bakalan marah mbak…. Wong sekarang dia sedang diterminal, mau pulang kampung… Jadinya ya nggak bakalan tahu,,, Hehehehe”
“Huuuuu… Dasar…. ” Ucap Nia,
“Aku duduknya sambil peluk badan kamu ya… Takut jatuh… ”
“Jangankan cuman minta meluk mbak… Mau minta yang lain juga pasti bakal aku kasih kok..Hehehe…
“Bener nih…? Nanti kalo tau aku mintanya apa… Bakal capek loh… Hihihi…”
” Enak kali mbak kalo capek-capek itu…. Bikin sehat… Hehehehe… Yuk naek..”
Dengan lincah, Nia segera menempatkan pantat semoknya diatas jok motor Seto. Kemudian ia segera memeluk pinggang Seto kuat-kuat, sengaja membiarkan payudara besarnya tergencet ke tubuh Seto.
“Waduh…. Empuk bener…” Celetuk Seto.
“Eeehh… Empuk apanya Set…? ”
“Ituloh mbak… Apem yang dijual deket kantor aku, pasti jam segini udah pada mateng…Hehehe..” Canda Seto berusaha mengalihkan percakapan.
“Pegangan yang kenceng mbak… Aku mau jalan…”
“Yeeee… Ngeles nih yeee…Hihihi… Bilang aja yang empuk tetek aku… Hihihi…”
Meladeni cara becanda mesum Seto, entah kenapa Nia merasakan sebuah kesenangan tersendiri. Sebuah kesenangan yang pernah ia rasakan dulu, ketika ia dan Marwan masih pacaran.
Sepanjang perjalanan, senyum lebar selalu tersungging di wajah cantik Nia. Ia sama sekali tak pernah menyangka jika hari ini ia bisa berdekatan dengan Seto. Bahkan bukan hanya berdekatan, melainkan bisa memeluk tubuh suami tetangganya yang sering ia bayangkan ketika sedang bermasturbasi.
“Mbak… Kok senyum-senyum sendiri? Jangan jadi orang gila dulu ya mbak… Kita khan nggak kearah Rumah Sakit Jiwa.” Kata Seto sembari melirik Nia dari kaca spion motornya.
“Hihihi.. Biarin… Mulut-mulut aku ini…. Weeeekk…” Jawab Nia sambil menjulurkan lidahnya.
“Hehehe… Eh mbak… Boleh jujur nggak…”
“Kenapa Set..?”
“Makasih ya mbak sudah mau berangkat bareng aku…”
“Loh kok…?”
“Iya mbak… Sebenernya aku mengagumi mbak loh… ”
“Megagumi gimana??”
“Beneran.. Mbak itu cantik, pinter, jago masak, ngomongnya lembut… Beda banget ama Anissa…” Ujar Seto tiba-tiba membanding-bandingkan Nia dengan istrinya.
“Mbak juga seksi, putih, semok trus….”
“Kok diem…? Teruuuussss…?”
“Teteknya geeddeeee baaangeeeet… Bikin aku selalu adem panas mbak… Hehehehe…” Asal tau aja ya mbak… Gara-gara sering mbayangin kamu… Anissa tuh yang aku jadikan pelampiasan… ”
“Maksudnya? Pelampiasan gimana Set…”
“Hehehehe… Tapi mbak janji jangan marah ya… ”
“Hmmmm… Iyadeh. Aku janji nggak bakal marah…”
“Jadi mbak… Karena keseringan ngeliat kecantikanmu, keseksianmu, kemolekanmu… Aku jadi sering ngebayangin kamu… Dan ujung-ujungnya, aku jadi sering deh, ngewein Anissa sambil ngebayangin Anisaa itu kamu… Hehehe…”
“Owalaaaaaahhh… Daaaasssaaaar geniiiiiitttttttttt….” Teriak Nia tiba tiba sambil memberi pelajaran ke Seto karena telah berbuat mesum.
Dengan kekuatan penuh, Nia memberikan pelukan keras kepunggung Seto, ia menghukum lelaki cabul itu dengan memberinya sengatan birahi.

“Hehehe… Makasih ya mbak… ”
“Idiihh…. Ada gitu ya orang mesum kaya kamu itu… “Ejek Nia.
“Eh tapi-tapi… Gimana rasanya begituan sama istri sambil ngebayangin orang lain..pasti lebih enak ya? Hihihi…” Tanya Nia penasaran.
“Enak sih mbak… Cuman bakalan lebih enak kalo beneran bisa ngajak ngewe orang yang dibayangin itu…Hahaha… Pasti enaknya banget banget banget…”
“Yeeeeeee…. Maunya…. Awas loh sampe ketahuan yang punya… Hihihi…”
“Yaaa… Khan mas Erwin nggak ada disini mbak… Hehehe…”
Berkali-kali mendengar Seto menyebut nama suaminya, membuat perasaan aneh yang sedari tadi ada dihati Nia menjadi semakin terasa. Perasaan dilecehkan oleh Seto menjadi benih bunga² cinta di hati Nia, seolah mengubah Nia yang biasanya tabu meladeni ucapan-ucapan mesum orang lain, menjadi sosok yang haus akan kenakalan.
“Dasar cabul…” Kata Nia sambil kembali mencubit pinggang Seto.
“Addduhhh… Pedes bangeeeett..” Jerit Seto spontan.
“Sudah punya istri cantik, masih aja ngegodain istri orang…”
“Hehehe… Namanya juga usaha mbak…”
“Emang kamu kurang puas ama Anissa Set…?”
“Ya khan kalo punya dua istri bakalann lebih puas lagi mbak… Hahahaha….”
“Hihihihi… Kaya kamu kuat aja ngehadepin dua istri Set…? Secara tiap pagi main mulu…”
“Loh… kok mbak bisa tahu…?”
“Hihihi… Sekomplek kontrakan juga tahu kali Set… Wong kalian kalo begituan berisiknya minta ampun… ”
“Hehehe… Habisan enak sih mbak…” Jawab Seto cengengesan.
“Ga kebayang gimana rasanya punya dua istri… Apalagi kalo nambah istrinya kaya mbak… Biiiuuuhhh… Genjot teruuuusss…”
“Meesssuuuummm…” Ucap Nia “Loh… kok mbak bisa tahu…?”


“Hahahaha… Ampun mbak ampun… Hahaha…” Kata Seto sambil tertawa-tawa kegelian.
“Udah-udah Mbaaakk… Ampuuunnn”
“Bisa-bisanya ya kamu ngebayangin mbak jadi istri kamu…”
“Habisan salah mbak sendiri sih jadi orang kok cantik banget… Ya sudah tak ada jalan lain… Mbak harus terima saja resikonya…” gombal Seto,
“Ga kebayang puasnya mas Erwin seperti apa… Pagi dikamar, siang diruang tamu, sore didapur, malem dihalaman belakang… Pasti dia puas banget ya mbak… Hehehe…”
“Hei hei hei… Nyetirnya tuh lihat jalan… Jangan merem-merem terus…” Tegur Nia.
“Hahaha… Ngobrol ama mbak tuh bikin adem panas… Bikin aku jadi…”
“Horny…?” Potong Nia, “Pantesan keras banget jendolan celananya…..” Tambah Nia tanpa malu-malu lagi.
“Jendolan apaan mbak…?” Tanya Seto pura-pura nggak tahu.
“Jendolan yang ini niiiihhhh……..” Jawab Nia sambil meremas selangkangan Seto.
Entah keberanian darimana, jemari lentik Nia tiba-tiba meremas batang penis lelaki yang bukan suaminya itu. Dan seketika itupula, Nia menyadari jika apa yang ia remas bukanlah batang biasa.
“Astaga besar sekali….” Batin Nia dalam hati
 
Terakhir diubah:
sesampainya di ruangan divisinya, Elizannia segera melepas blazer biru yang dipakainya dan segera menggantinya dengan jas lab putih
khas laboratorium.



sementara itu rekan kerjanya di ruangan itu langsung memusatkan perhatian mereka pada sosok Eliza yang baru masuk ke dalam ruangan.

terutama pandangan rekan laki laki yang lekat pada tubuh Eliza yang memang cukup menggoda bagi mereka.

pagi itu Eliza memakai rok berwarna hitam senada dengan blazer yang sudah dilepasnya tadi dan kemeja putih yang cukup menempel pas pada tubuhnya.

meskipun sudah dilapisi jas lab putih di luarnya, namun semua itu tidak bisa menyembunyikan keseksian tubuhnya.

'bu Eliza, ini laporan sampel kemarin' rekan kerjanya yang bernama Bejo menyerahkan laporan pada Eliza.
Dikantor, Nia di bagian laboratorium bagian riset obat.
sama sekali tak dapat berkonsentrasi dengan apa yang sudah menjadi kerjaannya. Beberapa kali ia salah menekan nomor telephon, salah mengetik proposal, salah memphotocopy dokumen, salah memasukkan garam kedalam teh. Bahkan Nia pun salah memesan menu makan siang. Semua yang ada di otaknya hanyalah berisikan senyum Seto, sosok Seto dan penis Seto tetangganya sekaligus sekretaris di perusahaannya

yang jadi hambatan kami sampai saat ini belum menemukan relawan untuk pengujian obat'
'bukannya kemarin sudah disiapkan dari perusahaan' tanya manajer produksi
'memang benar pak tapi hasil pemeriksaan tidak ada yang memenuhi kriteria'
'trus bagaimana? deadline nya tinggal 4 bulan lagi' tambah manajer pemasaran.
'kami usahakan segera pak, tapi kita harus bersiap siap untuk merubah tanggal produksi'

'tidak bisa, kita sudah terikat kontrak pada klien, kalo sampai terlambat kita bisa kena penalti' potong manajer pemasaran
'tapi saya tidak bisa membuatnya seperti itu pak, karena untuk sertifiksai obat paling tidak butuh waktu 3 bulan'
'sudah sudah, bu nia , masalah ini saya serahkan pada anda' kata general manajer 'saya harap akhir bulan ini laporan hasil uji obat sudah jadi, bagaimana sanggup?'
'saya usahakan pak'
'ya sudah, sekian dulu rapat hari ini, silakan melanjutkan pekerjaan masing masing'

hari sudah sore dan langit mendung mulai menurunkan air hujan dan Nia menyelesaikan pekerjaan di ruangannya.
pikirannya berpikir keras untuk menyelesaikan masalah yang dia hadapai, semua usaha dia lakukan agar laporan pengujian pemakaian obat selesai tepat waktu.
'bu ambar, saya duluan' kata rekan kerjanya yang bernama wawan dari balik pintu ruangannya.
'oiya mas silakan'
Nia menyandarkan kepalanya dan mengambil nafas dalam dalam, dia berpikir tidak ada gunanya dia tinggal lebih lama di kantor.
selain tidak akan menyelesaikan masalah yang dihadapinya juga ,Suaminya menunggu kepulangannya sendirian di rumah.
akhirnya Nia membereskan barang barangnya dan segera keluar ruangan kerjanya untuk pulang ke rumah Bersama Seto.
Nia berlari lari menembus hujan gerimis di parkiran kantornya, buah dadanya bergoyang goyang seiring dengan derap langkahnya. Seto sudah menunggu di parkiran dengan jas hujan ponco
Gimana mbak grimisnie ,
Lanjut aja mas mumpung masih gerimis
Tapi nanti yang rapet ya ngrakutnya jalan licin soalnya
Iya iya maunya ih kamu tu
Ya mumpung ada pujaan hati eembak
bisa aja kamu set ,pipi Nia memerah karena di puji Seto
Dalam perjalanan di grimis itu Nia dan Seto berajak pulang menyusuri jalan dengan motor
empuknya tetek kamu mbak pengen ngremes aja rasanya dalam hati Seto
Mbak
Iya Seto ada apa?
Tu nempel di punggung empuk banget
Ini bonus buat otak mesum mu sayang ucap Nia yang mulai
Kena pungung aja aku udah berasa enak, apalagi kalo kena remes?”
“Sakit dong kalo diremes.Hihihi… Sumpah…. Kamu bener-bener mesum Set….” Ledek Nia,
“Heran. Kok Anissa bisa betah ya punya lelaki cabul kaya kamu. Isi otaknya begituan mulu. Kaya ga ada cowo lain aja. Hihihi…”
“Yaaah. Kamu juga kalo udah kena sengatanku, pasti bakal lupa ama suamimu mbak. Hahahaha…”
“Yeee. Emang kamu kalajengking. Pake nyengat-nyengat segala…”
“Hehehe.Eh iya mbak,
menyadari sesuatu yang salah yang ditumpanginya Nia mengamati dengan seksama keadaan motor.
Baru jalan 4.5 Km ban motor Seto kempes
Kenapa set kok pelan ,
Kempes mbak , nepi dulu di gubuk tu
Nia semakin bingung karena dalam keadaan hujan semakin deras seperti ini dia tidak bisa pulang cepat
Nia dan Seto mampir di gubuk tepi jalan ,dengan kemeja putih Nia yang basah menerawang payudaranya yang hampir tak tertampung
Membuat kontol Seto tegang dan nafsu birahinya membuncah
Gimana nie seto hujan deras banget mana masih jauh
Kita neduh dulu mbak hujan masih deras ,kalau dah reda kita nambal ban dekat sini aku tau ada tambal ban.
WUAAHHH. Busyeeett. Gede banget tetek kamu mbak. Putih. Sampe uratnya keliatan” Ketik Seto kegirangan,“Kalo gini mah aku bisa langsung muncrat.”
Wajah malu Nia yang memerah , serta ingatan tadi pagi kontol besar Seto membuat gairah Nia semakin berani menggoda Seto
Hihihi… Sini aja kalo mau…” Godaku.
Basah² goni kamu cantik sekali mbak basah basah begangin…” Rayu Seto.
“Ooohhh jadi kemaren-kemaren aku biasa aja nih…?”
“Hahahaha…. Enggak mbak… Bukan begitu… Hari ini cantikmu melebihi hari-hari kemaren…” Canda Seto yang tiba-tiba memeluk rubuh ramping Nia.
“Iiiihhh… Genit ah… Baru juga jalan udah peluk-pelukan gini…” Kata Nia genit.
Pengen apa nafsu? Sampe keras gitu… Hihihi..” Celetuk Nia.
“Gimana nggak keliatan…? Wong ngejendol gitu… Hihihi..” Jawab Nia sambil menunjuk tonjolan penis di pangkal kaki Seto.
“Waduh….”
“Emang kamu ga pernah pake celana dalem ya…?”
“Engga…” Jawab Seto singkat, “Habisan celana dalem biasanya bikin kontolku kesempitan. Jadi susah ngacengnya…. Hehehe…”
“Huuuu… Ngacengan….” Seloroh Nia,
” Genit sih…. “.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd