hmm, btw ini point of view versi saya ya hu… bagi saya kejadian yang di ceritakan di atas memang pahit dan mengenaskan, tapi balik lagi tergantung siapa yang menjalani nya dan pastinya di latarbelakangi seperti apa cerita kedua belah pihak yang terlibat. biasanya sih perempuan selingkuh karena kesepian dan pria selingkuh karena tidak puas. saya sebenernya belum menikah tapi ini dari yang saya liat kebetulan saya mantan pelacur yang sering sekali mendengar cerita para para tamu saya yang notabene nya mereka sudah menikah. tapi td saya baca suhu sama wf itu ldr ya mungkin itu salah satu penyebab wf suhu selingkuh(?)
contoh aja deh yang serumah pun kalau punya pasangan hanya menjadikan kita sebagai pengantin saja, tapi tidak menjadikan kita partner hidup. bagi saya ini pahit, bayangin aja punya pasangan yang dari pagi sampai malem kerja, habis kerja di rumah main game atau sibuk sendiri dengan sosmed, habis itu doing sex, habis itu balik lagi ke kehidupan melempem kayak kerupuk ngales, ketika ada waktu senggang malah kecapean, mager, dan tidur seharian. bayangkan hidup dengan pasangan yang tidak excited dengan pembaruan kehidupan dan tidak mau menyertakan diri nya 100% dalam pernikahan, atau pasangan yang super males dan mager, pasangan yang jiwa nya tidak berwarna seperti (minimal lah ya) mencintai alam kek jadi ngajakin eksplore alam di waktu senggang, atau punya hobi kek, atau ngajak bisnis bareng kek, atau open minded kek yang seru di ajak ngobrol, minimal banget ini mah. atau apa gitu. pasangan yang berfikir ngasih nafkah uang atau sex aja cukup tapi emotionally didn't courage you or cut you off and make you dry. hidup dengan pasangan seperti itu menurut ku its living hell. kamu sebagai pasangan (istri terutama) di buat kehilangan tujuan hidup dan kehilangan makna dan arti hidup kita. walau dia tidak toxic dan normal saja, tapi resiko nya kamu kehilangan diri kita dan tujuan hidup kamu, atau losing your feeling of life. kalau bukan kamu sendiri sebagai pasangan yang pinter pinter memutar keadaan, menghibur diri dan tetap menjaga potensi diri mu, maka yang tersisa hanya tubuh mu saja, jiwa mu sudah hilang entah kemana. dan case seperti ini adalah realita yang paling banyak terjadi di lapangan berdasarkan pengamatan saya. kalau di lihat dari sudut pandang orang lain yang memandang sih, pernikahan mu tampak nya normal saja, bahkan baik baik saja, tapi di dalam diri mu you know it feels so wrong. pasangan mu setiap hari ada di depan mata mu tapi its just never got there. hidup mu benar benar di buat tanpa arah dengan pasangan modelan seperti itu. masih mending jika pasangan mu mau di ajak diskusi dan mau simpati, nah kalau enggak? kalau kamu bercerita justru dia malah menyalahkan mu. fix sih, ini kenyataan pahit paling terbanyak yang pernah aku lihat di sekitar ku dan berdasarkan curhatan orang orang di sekitarku. yaitu punya suami atau istri tapi tetap feeling lonely. dan pahit nya lagi adalah perlahan lahan pernikahan memang mau tidak mau akan menuju fase ini, yaitu fase lempem, fase abu abu yang entahlah. dan cuma rasa cinta dan rasa respek atau hormat mu kepada pasangan yang mampu mengurai fase ini, kalau sudah tidak respek, bagaimana mau peduli? biasanya pihak perempuan lah yang melarat karena perempuan kehabisan energy dan di buat tidak punya pilihan hidup selain bertahan, entah itu karena sudah ada anak atau alasan lain.
sempat saya baca sebuah kutipan di komentar t1kt0k, tapi lupa saya screenshoot. seperti ini kutipan nya :
"dalam pernikahan, semoga kamu tidak berada dalam pilihan bertahan karena anak"
Karena kalau sudah kenyataan meminta mu bertahan karena anak, dapat di pastikan betapa menyiksa nya dan betapa tidak berfungsi nya pasangan mu seperti sebagaimana mesti nya. atau sesuatu sudah terlalu mencekam dan sudah buntu untuk di perbaiki. maka dari itu penting nya mencari pasangan yang memiliki self awareness yang tinggi atau cerdas secara emosional, karena dia tidak cuma menikahi mu, tapi he/she will courage you emotionally, nurture you and show you what true love is.