begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 602
- Like diterima
- 10.464
Istri Simpanan
HARUN mempunyai kegiatan baru. Setiap pagi selesai jalan pagi dengan beberapa tetangganya, Harun pasti mampir ke rumah anaknya, Rianto.
Dimulai sewaktu Rianto kembali ke daerah asalnya setelah ia dimutasikan oleh perusahaan tempat kerjanya ke luar pulau Jawa.
Waktu itu istri Rianto baru hamil 5 bulan. Sekarang anak Rianto sudah berumur hampir 4 tahun.
Rianto menyewa sebuah rumah di sebuah perumahan yang tak jauh dari rumah orangtuanya.
Jumpa pertama Harun dengan istri Rianto yang chubby sewaktu Rianto menempati rumah baru, Harun langsung tertarik.
Bagi Latih, istri Rianto yang berusia 25 tahun ini adalah lumrah dan wajar-wajar saja jika ia memakai tanktop atau celana boxer yang membuatnya bebas bergerak di rumah, tetapi ia tidak ingat dengan kesopanan bertetangga.
Maka itu jangankan Harun, Muhsin tetangga depan rumah Rianto sekarang jadi betah merokok dan ngopi duduk di depan rumahnya menunggu Latih keluar dari rumah menyapu halaman rumahnya karena Muhsin akan mendapat pemandangan yang indah dan gratis tanpa perlu ia berwisata jauh-jauh.
Cukup duduk di depan rumah, Muhsin bisa melihat paha Latih yang mulus, tidak hanya setengah paha mulus Latih yang bisa dinikmati mata Muhsin, melainkan terkadang semua paha Latih karena Latih memakai celana boxer yang kebangetan pendeknya.
Barangkali Latih mau memamerkan pahanya yang mulus dan payudaranya yang montok, siapa tau perasaan manusia, sekarang bukankah banyak perempuan yang pamer perut dan puser di mall?
Ngaku gan, ya apa iya?
Kalau begitu yang beruntung adalah tanaman hias yang ditanam istri Muhsin di depan rumah. Istri Muhsin tidak perlu memberi pupuk pada tanaman hiasnya karena sudah disuburkan oleh Muhsin dengan air maninya.
Muhsin duduk merokok sambil onani menyaksikan payudara montok istri Rianto yang polos telanjang itu bergoyang-goyang di dalam tanktop longgar yang dipakai Latih kala Latih menunduk menyapu di halaman rumahnya atau menunduk memungut sampah yang sudah di sapu.
Begitu pula Harun. Harun lebih parah. Harun hanya belum pernah melihat vagina menantunya itu, kalau selangkangan menantunya yang tembem sudah sering dilihat Harun kalau menantunya itu berjongkok.
Latih pada suatu hari mengajak mertuanya pergi ke mall. Lumayan, pikir Latih. Latih bisa memanfaatkan mertuanya ini untuk menjaga anaknya yang lumayan aktif ini sementara ia belanja.
Latih menukar pakaian anaknya terlebih dahulu. Setelah itu Latih baru masuk ke kamar mengganti pakaiannya, sementara Harun dengan cucunya duduk di lantai menyusun balok-balok LE*O.
Berhubung anak laki-laki Rianto ini aktif, tidak bisa diajak duduk tenang bermain, tiba-tiba ia bangun mendorong pintu kamar.
Harun yang tidak mau cucunya ini mengganggu maminya menukar pakaian selekasnya bangun dari duduknya mengejar cucunya.
Harun tidak hanya terperangah dan terkejut, tetapi Harun terpesona melihat tubuh Latih yang telanjang bulat. Beruntung selangkangan Latih tertutup oleh tubuh kecil Bobby yang memeluknya.
"Main sana sama Kakek, Mami belum selesai menukar pakaian." Latih merayu anaknya.
Bobby melepaskan diri, kemudian tampaklah oleh Harun yang masih berdiri terpaku di depan pintu kamar, rambut hitam yang menghiasi bagian bawah perut Latih.
"Jangan bilang-bilang ya, Pah." kata Latih pada mertuanya. Maksud Latih supaya mertuanya itu tidak cerita sama Rianto atau ibu mertuanya di rumah.
"Iyaa... ngg..***k, Tih... Papa bukan orang yang iseng..." jawab Harun memandang tubuh Latih yang polos mulus itu dari ujung rambut sampai ujung kaki Latih, sementara cucunya sudah kembali pada permainan LE*O-nya di lantai.
Dari sini Harun bisa menilai kepolosan menantunya itu dalam masalah seks, atau dianggap tidak apa-apakah tubuh telanjangnya dilihat oleh mertuanya berhubung mertuanya sudah tua dan sudah tidak mampu, bisa juga begitu pikiran Latih.
"Tapi mana tahan Tih... Papa melihat tubuhmu yang indah itu..." kata Harun, suaranya bergetar karena menahan syahwatnya yang sedang berkecamuk.
"He.. he.. indah apa Pah, tubuh Latih gemuk begini mau diet gak bisa..." jawab Ratih meraih celana dalamnya yang terlipat di kasur. "Tiap pagi Papah membawa makanan yang enak-enak terus ke sini..."
"Maksud Papa baik, Tih... badan Rianto kurus sepulang dari sana, biar Rianto makan yang banyak... ya, salah kamu sih kalau kamu makannya banyak-banyak..."
Latih yang sudah memakai celana dalam tertawa. Harun belum mau beranjak pergi.
Hari lain belum tentu Harun akan menemukan kesempatan seperti ini lagi. Harun mau melepaskan uneg-unegnya terhadap menantunya itu yang selama ini dipendamnya.
"Boleh Papa cium kamu, Tih...?" tanya Harun mendekati Ratih yang sedang mengalungkan tali BH ke lengannya.
Latih seperti terpesona mendengar kelembutan suara mertuanya, sehingga tanpa ia sadari kedua tangannya sudah dipegang mertuanya sehingga Ratih berhadapan dengan mertuanya, lalu Harun menunduk mencium buah dada Latih tepat di puting Latih dan Latih menggelinjang, sementara telapak tangannya menempel di celana panjang mertuanya yang menggelembung besar.
"Maaf Pa, Latih gak bisa..."
"Papa mengerti, kita mau pergi ke mall..."
Bobby berlari masuk ke kamar lagi. "Sebentar lagi ya sayang, kita pergi..." rayu Latih lagi. "Mami lagi ngomong sebentar dengan Kakek... main lagi sana..."
Bobby berlari keluar, Harun menyambung kata-katanya. "Kalau Papa cium celana dalam kamu, boleh...?"
"Tapi cepet ya, Pah... Bobby bolak balik... itu yang Latih khawatirkan, nanti ia ngomong dengan Papinya." kata Latih.
Tapi Harun mana memikirkan Rianto lagi, di depannya terpampang sebuah lukisan nan indah dan molek.
"Kamu baring..." suruh Harun.
Latih seperti seekor sapi yang dicokok hidungnya oleh Harun. Latih naik ke tempat tidur berbaring hanya memakai celana dalam, lalu paha Latih yang mulus yang selalu menjadi fantasi liar Muhlis saat ia onani, dipentangkan Harun lebar-lebar.
Harun bukan mencium celana dalam Latih, melainkan jarinya menyibak bagian selangkangan celana dalam Latih lalu setelah ditemukan Harun belahan vagina Latih yang mulus... Latih merasa vaginanya dijilat... bukannya Latih menjerit.
Kenikmatan yang tidak pernah Latih dapatkan dari Rianto selama ia menikah 5 tahun dengan Rianto. Seks Rianto datar-datar saja, apalagi ia sibuk dengan pekerjaannya dan sering pulang malam, seksnya pun seadanya, hanya sekedar untuk melepaskan kejenuhan di pekerjaannya. Maka itu Rianto ngeseks dengan bininya hanya kalau ia perlu saja.
Ini dimanfaatkan oleh Harun dengan sebaik-baiknya. Sepanjang Latih tidak meronta, Harun terus menjilat belahan vagina menantunya ini sampai suatu saat iapun berani menaikkan tangannya ke payudara Latih untuk meremasnya.
Latih sudah melayang-layang. Boro-boro masih diingatnya Rianto, Bobby dan mall sudah jauh dari ingatannya.
"Ouuugghhhhh... Pappp... ahhh... teruu..usss... Pahhh..." lenguh Latin dengan suara berat.
Harunpun secepatnya melepaskan celana panjang dan celana dalamnya, apalagi Bobby sudah tidak lagi masuk-keluar kamar, Harun juga melepaskan celana dalam menantunya itu dan tanpa penolakan Latih.
Mana Latih bisa menolak kalau ia merasa nikmat dan membutuhkan?
Jangankan Latih, setiap wanita kalau ia dilayani dengan baik dan ia merasakan nyaman, dan nikmat apalagi membutuhkan seperti Latih, mana mungkin ada penolakan?
Harun bersidekuh memasukkan penisnya yang mengacung itu ke lobang vagina Latih yang sudah menganga merah.
Tekan-tarik-tekan-tarik...
"Pah... Bobby masuk nggak nanti..." kata Latih.
"Kita selesaikan dulu..." jawab Harun dengan penis separuh sudah terjepit di lobang vagina Latih, mana ia rela melepaskannya lagi. "Kamu memerlukannya juga kan...?"
Harun melepaskan kaosnya lalu menjatuhkan dadanya yang telanjang menindih dada Latih, lalu membuka mulutnya membekap bibir Latih yang masih basah memerah delima, lalu dihisapnya.
Merasa vaginanya nikmat ditusuk-tusuk dan dihentak-hentak keluar-masuk oleh penis mertuanya yang besar lagi panjang itu, lidah Latihpun terjulur masuk ke rongga mulut mertuanya merogoh lidah mertuanya sembari pantatnya meliuk berputar mengimbangi tusukan penis mertuanya yang nikmat tidak peduli lagi payudaranya diremas-remas.
"Ohhh... Papp... paahh... enak, Paa...aahh..." Latih merintih.
Rintihan Latih selesai, tubuh Harunpun menegang lalu didorongnya penisnya dalam-dalam sembari tangannya mencengkeram payudara Latih dan mulutnya menghisap leher Latih seperti lintah, lalu dilepaskannya bendungan air maninya. Air mani Harun menerjang rahim Latih, menantunya itu.
"Oooggghhhhhh...." dengus Harun dengan jantung berdebar dan napas ngos-ngosan seperti nyawanya mau lepas dari tubuhnya.
Croooottt... crroooottt... crraatttt... crroootttt.... craattt... crroooottt... crraatttt... crroootttt.... craattt... crroooottt... crraatttt... crroootttt.... craattt...
Tiba-tiba Bobby melompat naik ke atas tempat tidur menonton tubuh kakeknya yang menghimpit tubuh maminya di bawah.
"Kek, kok berkelahi sama Mami, sih...? Lepaskan Mamiii...!!" seru Bobby memukul punggung kakeknya dengan tinju kecilnya.
"Nggak boleh gitu, sayang... nanti Kakek nggak beliin mainan sama Bobby lagi deh..." rayu Latih. "Kakek bukan berkelahi sama Mami, tapi Kakek sangat sayang sama Mami... turun, main lagi sana..."
Bobby bukan turun dari kasur, tapi terlentang memejamkan matanya.
"Sudah selesai, Pah...?" tanya Latih.
"Belum sih... kamu enak, sayang..."
"Latih bersihkan dulu kalo Papah mau sekali lagi..." kata Ratih melihat Bobby sudah tidur.
Mereka berdua turun dari tempat tidur membersihkan tubuh di kamar mandi. Latih sudah tidak malu berjongkok mengangkang di depan mertuanya saat membersihkan lobang persetubuhannya.
Setelah memek Latih bersih dicuci, Harun mendudukkan Latih di penutup closet. Harun berjongkok menjilat memek Latih kembali.
Harun sekarang berani memasukkan 2 jarinya ke lobang di selangkangan menantunya itu merogoh rahim menantunya sembari biji kelentit menantunya dihisap.
Bagaimana perasaan Latih?
--- ©©© ---