Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT ISTRIKU DIREBUT PEGAWAI BANK

Bimabet
Mr Hendra Mrs dita kira2 apakah jadi couple sex yang romantis sampai hubungan sex dari hati ke hati sampai menuju akad nikah 🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
 
3. MELANGKAH

POV ANDI

Bangun tidur pagi ini terasa begitu semangat dan kulihat istriku masih tidur terlelap disampingku. Aku pandangi wajahnya yang polos namun tidak mengurangi kecantikannya. Aku menatap tajam kearah wajahnya sambil merenungi bahwa hari ini aku akan melakukan langkah besar yang bisa saja mengubah nasib keluargaku.

Setelah 11 tahun pernikahan hubungan kami cenderung monoton tiap harinya. Sejak mengenal fantasi pasutri dari forum itu, hubungan kami kembali menghangat. Namun aku sebenarnya sangat takut kalau nantinya perbuatanku ini malah akan membuat keluargaku hancur. Sejak mengenal istriku saat kuliah, dia belum pernah sekalipun mengungkapkan ketertarikannya kepada lawan jenis.

Akan tetapi rasa penasaran terhadap apa yang akan kami hadapi membuatku semakin tertantang untuk melangkah maju. Aku penasaran untuk menaikkan level fantasi kami dari sebelumnya yang hanya menyuruh istriku membayangkan pria lain saat berhubungan badan menjadi kontak langsung dengan calon partner yang akan aku temui pagi ini. Dalam hati kecilku aku sangat yakin bahwa istriku tidak akan mungkin meninggalkanku karena fantasi ini.

Kembali lagi aku memandangi wajah cantik istriku yang masih terlelap tidur. Saat ini jam menunjukkan pukul 03.00 pagi dan belum masuk waktu subuh. Semalaman aku tidak bisa tidur nyenyak karena pikiranku dipenuhi dengan banyak tanda tanya. Sehingga wajar saja sepagi ini saya sudah tidak bisa tidur lagi.



Birahiku mulai bangkit melihat paha mulus istriku yang tersingkap. Aku membayangkan kalau nanti Hendra bisa meraba kulit mulusnya. Pikiranku seketika menjadi kacau dan rasa cemburuku mulai muncul sehingga membuatku bergairah lagi ingin menyetubuhi istriku yang sedang tidur. Aku mulai membuka celana pendek yang ku pakai dan nampaklah penisku yang sudah berdiri. Aku merangkak mendekati istriku yang sedang tidur dan mulai menyingkap celana dalamnya diarea lubang vagina.

Aku mulai memasukkan penisku secara perlahan berharap agar istriku terkejut setelah semua penisku masuk. Penisku menerobos masuk dengan sempurna namun belum ada tanda-tanda istriku akan bangun. Aku mencoba memompa maju mundur namun istriku juga belum bangun. Akhirnya aku pacu tanpa henti dan tidak berselang aku merasa spermaku akan keluar dan CROOOOOT.

Dari dulu aku memang parah dalam menahan ejakulasi saat berhubungan badan dengan istriku. Aku merasa selama ini istriku juga merasa kurang puas saat berhubungan badan denganku. Namun dia selalu bisa menyembunyikan ketidak puasannya dan bersikap seolah-olah baik-baik saja didepanku. Sebenarnya salah satu hal yang membuatku tidak pernah menyewa PSK seperti teman-temanku adalah karena ejakulasi dini ini. Aku malu kalau nanti menyewa PSK dan spermaku keluar dengan cepat maka kepercayaan diriku akan runtuh seketika.

Dalam lamunanku tiba-tiba istriku bangun dari tidurnya dan menyapaku.

"Sudah bangun sayang?" Tanya istriku membuyarkan lamunanku

"Iya sayang.. sudah dari tadi" jawabku singkat. Kulihat tangan istriku meraba vaginanya. Mungkin dia merasakan ada sesuatu yang lengket divaginanya karena spermaku.

"Sayang habis ngeluarin sperma didalam ya? Tanya istriku dengan sedikit kaget

"Iya sayang.. hehe" jawabku malu-malu

"Kok Dita gak ngerasain apa-apa ya yang?" Tanyanya. Pertanyaanya sebenarnya sangat menghancurkan hatiku. Dia seolah-olah mengatakan kalau penisku kecil sehingga membuatnya tidak merasakan apapun.

Dita beranjak dari tidurnya untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan vaginanya dan meninggalkanku sendiri merenungi ucapannya. Kami pun segera mandi besar untuk bersiap-siap sholat subuh berjamaah. Tidak berselang lama adzan pun berkumandang kemudian kami melaksanakan shalat dia rakaat di rumah.

Pukul 09.00 WIB aku sudah sampai di parkiran Bank tempat Herman bekerja. Perasaanku bercampur aduk ketika akan menemuinya walaupun hanya sebatas menjadi customer saja. Bagaimanapun pria ini berhasil membuat wanita yang selama ini aku sayangi tertarik kepadanya. Aku mencoba meyakinkan diri untuk melangkah masuk kedalam bank dengan tenang kemudian mengambil antrian.

Aku duduk untuk menunggu antrian dan pandanganku fokus ke arah meja customer service di depanku. Ada plakat bertuliskan HENDRA namun meja itu masih kosong. Aku mulai merasa kecewa karena kalau tidak bertemu dengannya berarti rencana yang sudah aku susun semalaman akan gagal. Aku putuskan untuk menunggu sejenak sambil berharap Hendra akan datang dan duduk di mejanya.

Doaku ternyata terkabul karena tidak menunggu lama seorang pria berkulit putih, rapi dan rupawan datang dan duduk di meja kosong itu. Aku sempat minder melihat penampilan Hendra secara langsung karena penampilannya jauh lebih baik dari penampilanku. Wajar saja karena dia pekerja kantoran tapi aku pekerja lapangan ucapku dalam hati untuk menjaga mental agar tidak down.



Wajar saja istriku terpesona dengan Hendra karena perawakannya yang sangat rupawan. Hingga tiba giliran nomor antrianku disebut oleh Mesin antrian dan aku maju menuju mejanya. Saat ini aku sudah duduk tepat di depannya sambil berusaha bersikap tenang. Dia memberikan senyuman yang ramah kepadaku karena itu adalah SOP dikantornya.

Setelah mengutarakan niatku untuk membuka tabungan, maka dia mulai menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan. Aku mulai membuka obrolan ringan dengannya sambil melihatnya menyiapkan berkas. Dia merespon dengan hangat dan sampailah pada topik diskusi yang dia sukai. Dia bertanya seputar profesiku dan alamat rumahku. Aku juga bertanya seputar kehidupannya agar terjadi diskusi dua arah. Dari obrolan pembuka, diketahui kalau Hendra ternyata berumur lebih muda 2 tahun dari istriku dan belum berkeluarga. Kemudian dia mencoba untuk menawarkan program perbankan kepadaku. Aku berfikir inilah jalan agar bisa berkomunikasi terus dengannya setelah dari Bank.

Aku menyuruhnya untuk bermain kerumah dan menjelaskan program yang ditawarkan kepada istriku. Saat itu dia belum tahu bahwa customer yang dia layani kemaren adalah istriku. Aku beralasan bahwa semua keputusan financial aku pasrahkan ke istriku. Terlihat dia mulai semangat karena dia berfikir bahwa aku adalah nasabah potensial yang bisa didaftarkan kedalam programnya. Akhirnya dia menyanggupi untuk datang kerumah keesokan hari setelah selesai jam kerja. Tidak terasa kami ngobrol hampir satu jam dan Setelah semua selesai, aku pun pamit kepada Hendra.

Aku sengaja tidak memberi tahu istriku kalau Hendra akan datang ke rumah besok agar menjadi kejutan untuknya. Begitu juga Hendra yang belum tahu kalau Dita yang dilayani kemarin adalah istriku. Aku penasaran ingin melihat mereka terkejut satu sama lain saat saling bertemu di rumahku besok. Dari ekspresi istriku dan Hendra besok mungkin aku bisa sedikit mengetahui ketertarikan satu sama lain.

Hari berikutnya Hendra datang ke rumah pada sore hari setelah pulang dari kantor. Dia mengetuk pintu rumahku pada saat aku dan istriku sedang berada dikamar tidur. Mendengar ketukan pintu dari luar aku beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu. Ternyata sesuai perkiraanku bahwa tamu yang mengetuk pintu adalah Hendra. Tapi kali ini dia datang tidak sendiri melainkan mengajak temannya yang setelah itu diketahui bernama Linda. Hendra dan Linda kupersilahkan masuk kemudian aku meminta istriku untuk membuatkan minuman tanpa kuberi tahu siapa tamunya.

Saat istriku menyajikan minuman ke ruang tamu aku melihat ekspresinya sangat kaget setelah melihat tamu yang datang. Begitu juga dengan Hendra yang tidak kalah kagetnya kalau istriku adalah customer yang dia layani sebelumnya. Melihat ekspresi keduanya membuatku merasa tergelitik sehingga membuatku sedikit tertawa. Dengan cepat aku sadar jangan sampai Hendra curiga bahwa kedatanganku menemuinya mempunyai rencana tertentu.

"Loh, kalian sudah saling kenal?" Tanyaku kepada keduanya pura-pura tidak tahu. Terlihat wajah keduanya menjadi merah menahan malu. Aku bisa sedikit mengetahui kalau sebenarnya istriku dan Hendra sebenarnya sama-sama punya ketertarikan.

"Kita baru ketemu dua hari yang lalu mas. Mbak Dita kemarin saya layani di Bank" jawab hendra dengan segera. Aku hanya mengangguk memberikan respon atas penjelasan Hendra.

Hendra dan Linda mulai menjelaskan beberapa program dari Bank. Kami mendengarkan penjelasan mereka dengan seksama. Beberapa kali kami menanyakan hal yang kurang jelas dari penjelasan mereka sehingga menjadikan suasana semakin hidup. Aku beberapa kali memergoki pandangan Hendra melirik kearah istriku. Begitu juga istriku yang sering juga melirik kearah Hendra.

Setelah selesai semua penjelasan dari hendra, kami mengobrol santai. Hendra sesekali mengajak ngobrol istriku tapi aku pura cuek. Saat Hendra mengajak ngobrol istriku terlihat tatapannya seperti orang yang terpukau. Dia tidak hanya menatap wajah istriku namun sesekali juga melirik payudara dan paha istriku. Melihat kelauan Herman rasa marah dan cemburuku menjadi muncul namun aku masih bisa menahan.

Aku berpura-pura minta ijin kepada mereka untuk pergi kebelakang sebentar karena akan menelpon seseorang. Kemudian aku meninggalkan mereka mengobrol diruang tamu. Aku pergi ke kamar untuk melihat aktivitas mereka dari CCTV rumahku. Tidak berselang lama Linda minta izin untuk pergi ke kamar mandi sehingga hanya istriku dan Hendra yang berada diruang tamu.

Melihat CCTV aku merasakan sebuah kejanggalan tentang kepergian Linda ke toilet. Kecurigaanku berawal ketika Hendra memegang ponsel dan mengetik sesuatu kemudian setelah itu Linda pergi. Apakah Linda meninggalkan ruang tamu karena perintah dari Hendra? Tapi aku tidak bisa membuktikan apapun tentang dugaanku karena tidak bisa kulihat dari CCTV tampilan ponselnya.

Aku melihat Hendra melirik kearah istriku dan mulai mengajak ngobrol. Terlihat istriku sangat antusias merespon obrolan dari Hendra. Obrolan mereka bisa aku dengar karena CCTV ku bisa menangkap suara dari ruangan.

" Saya kaget ternyata mbak Dita istrinya mas Andi. Saya kira kita gak bakal ketemu lagi mbak" ucap Hendra memulai obrolan. Hendra dengan berani sudah mulai membuat kalimat pancingan.

"Emang kalau ketemu lagi mau ngapain mas?" Tanya istriku sambil tersenyum. Sungguh aku gak mengira kalau istriku yang selama ini lugu dimataku berani mengucapkan godaan kepada lawan jenis.

"Mbak Dita orangnya cantik dan enak diajak ngobrol. Banyak topik yang bisa dibahas kalau sama mbak Dita" jawab Hendra sambil matanya sesekali melirik kearah payudara istriku. Pujian Hendra tentunya membuat istriku bahagia. Bagaimana tidak, pria yang dia kagumi akhir-akhir ini melontarkan pujian kepadanya.

"Ah… mas Herman bisa aja. Cantik dari mana coba. Mas Hendra suka gombal ya" istriku mencoba merendahkan diri dan mencoba menepis perkataan Hendra.

"Beneran mbak, aku tidak bohong. Waktu pertama lihat mbak dan bisa ngobrol asyik aku sudah dibuat kagum sama mbak. Maaf aku terlalu jujur hehe" Hendra memberikan gombalan lagi. Gaya komunikasi Hendra ini memang benar-benar halus. Pujian yang dia keluarkan seoalah-olah dari dalam hati padahal sebenarnya hanya gombalan semata. Istriku terlihat hanya tersenyum dan tampak sekali kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.

"Kenapa mas Hendra belum menikah? Kebanyakan milih ya?" Tanya istriku mengalihkan pembicaraan.

"Kemaren belum nemu yang cocok mbak, tapi sekarang sudah. Tapi sayang….." jawab hendra sambil tersenyum penuh arti. Apakah yang dimaksud dia adalah istriku

"Sayang kenapa mas?" Tanya istriku polos. Istriku memang wanita yang sangat lugu. Dia tidak sadar bahwa sebenarnya wanita yang di maksud adalah dirinya.

"Sayang dia sudah jadi istri orang" jawabnya singkat dan Hendra memasang wajah pura-pura sedih untuk membuat istriku berempati kepadanya.

"Wah bisa bahaya mas" ucap istriku singkat karena mungkin dia binggung mencari kata yang tepat.

"Menurut mbak Dita salah gak kita mencintai istri orang? Katanya nasib dan jodoh ditangan tuhan ya?kalau kita jodohnya sama istri orang apa salah?" Hendra mulai memancing pertanyaan kepada istriku. Aku semakin penasaran jawaban apa yang akan diucapkan istriku untuk pertanyaan Hendra tadi.

"Kalau bicara jodoh ditangan Tuhan tidak salah juga suka sama istri orang. Tapi jangan deh mas… " jawab istriku kebingungan.

"Kenapa mbak?" Tanya Hendra singkat sambil menatap tajam kearah istriku. Istriku terlihat kebingungan mengartikan tatapan tajam dari Hendra. Selain itu istriku terlihat gugup ditatap tajam seperti itu olehnya.

'aku binggung jawabnya mas. Pokoknya jangan deh" jawab istriku sambil menunduk tidak berani menatap wajah Hendra.

Dari obrolan mereka aku tahu bahwa Hendra memang benar-benar tertarik kepada istriku. Aku memutuskan untuk keluar kamar dan bergabung lagi dengan mereka diruang tamu.

"Wah maaf banget saya tinggal agak lama mas Hendra" ucapku saat memasuki ruang tamu.

" Gak papa mas. Tadi malah ngobrol dengan mbak Dita" jawab Hendra setelah itu dia mengetik diponselnya dan tak berselang lama Linda keluar dari kamar mandi untuk bergabung bersama kami.

Kecurigaanku semakin kuat kalau Linda memang disuruh Hendra untuk menyingkir dari ruang tamu. Hendra memang lihai mencari celah agar bisa ngobrol berdua bersama istriku yang cantik.

"Mas hendra, nanti kita pikirkan dulu tawaran program yang tadi ya" ucapku

"Iya mas. Kami tunggu kabar baiknya" jawabnya dengan ramah

"Kalau saya tergantung istri aja. Nanti mas Hendra komunikasi langsung dengan Istri soalnya akhir-akhir ini saya sibuk" ucapku. Aku heran dengan ucapanku barusan. Kenapa memberikan akses kepada orang yang jelas-jelas tertarik kepada istriku. Fantasi ini memang membuatku gila sehingga pikiranku tidak normal. Mereka pun akhirnya bertukar nomor handphond sebelum akhirnya pamit pulang.


POV DITA

Keesokan harinya ketika suamiku sudah berangkat kerja tiba-tiba ada pesan dari Hendra yang menanyakan kelanjutan dari penawarannya kemaren. Dia meminta izin kepadaku untuk bertemu lagi saat jam makan siang. Akhirnya aku memberitahu suamiku dan suamiku mengizinkanku bertemu dengan Hendra diluar rumah.

Aku berdandan sebaik mungkin agar terlihat cantik didepan Hendra saat bertemu. Entah kenapa aku merasa seperti orang yang sedang kasmaran. Rasa ini pernah aku rasakan ketika berpacaran dengan suamiku dulu. Selama 11 tahun rasa itu telah hilang namun kini datang lagi setelah bertemu dengan Hendra. Dengan penampilanku saat ini aku kira sudah cukup untuk membuat Hendra semakin memujiku nanti. Karena menurutku penampilanku saat ini lebih baik dari pada saat bertemu dengannya pertama kali.

"Astagfirullah.. Ingat Dita, kamu sudah bersuami. Seharusnya kamu berpenampilan terbaik untuk suamimu Andi bukan untuk Hendra" ucap hati kecilku mengingatkan.

Setelah semuanya siap, aku memacu mobilku menuju restoran yang sudah dipesan oleh Hendra. Kata Hendra restoran ini nyaman buat ngobrol dan makanannya enak. Aku hanya menurut saja usulan darinya karena aku bukan orang yang terlalu suka hunting kuliner sehingga referensiku akan tempat kuliner tidak banyak. Restoran ini berjarak sekitar 20 menit dari rumahku dan terletak di pinggir kota.

Saat ini aku sudah sampai di restoran yang disepakati. Setelah masuk ke dalam, aku bertanya ke pelayan tempat yang dipesan atas nama Hendra. Restoran ini adalah restoran jepang yang mana terdapat banyak ruangan privat sehingga sangat nyaman untuk ngobrol. Kebanyakan para pelanggannya orang kantoran dan pebisnis yang mungkin akan melakukan pembicaraan bisnis ditempat ini. Aku sudah sampai di ruangan yang dipesan Hendra dan segera aku membuka pintu. Didalam sudah ada Hendra dan Linda yang sudah datang terlebih dahulu.

Aku pun duduk dan kita mulai memesan menu terlebih dahulu. Setelah itu kami berdiskusi tentang tawaran kemarin sambil menikmati makanan yang sudah dipesan. Tidak berselang lama, ponsel Linda berbunyi dan dia minta ijin untuk mengangkatnya karena ditelepon oleh atasannya. Ternyata Linda diminta untuk kembali ke kantor segera karena ada sedikit permasalahan. Maka terjadilah saat ini hanya tersisa kami berdua saja didalam ruangan ini.

Hendra sepertinya tahu kalau aku kurang nyaman berada didalam ruangan ini berdua dengan pria yang bukan muhrim. Hingga dia mulai mengajak ngobrol untuk menghilangkan rasa canggung yang sangat terlihat dari wajahku. Jujur saja aku merasa grogi karena saat ini aku berada didalam ruangan berdua dengan orang yang aku kagumi. Rasa salah tingkahku sepertinya membuat Hendra mengerti dengan kondisiku sekarang.

"Mari mbak di makan. Kalau jam-jam kerja kesibukan mbak Dita apa?" Tanya Hendra mencoba membuka obrolan

"Iya mas. Kalau jam-jam kerja biasanya mengurus toko mas" jawabku

"Mbak Dita punya toko? Toko apa mbak?" Tanyanya lagi

"Toko pakaian mas. Tapi toko online kok. Dibantu sama karyawan jadi bisa ditinggal" jawabku apa adanya

"Wah hebat ya…. Suami sudah mapan tapi mbak Dita masih mau bekerja menjadi wanita mandiri" pujinya. Terus terang pujian Hendra membuatku sangat senang.

"Mas Hendra bisa aja, dari pada gak ada kerjaan dirumah mas" jawabku singkat

"Saya sangat mengagumi wanita yang mau bekerja mbak. Karena menurutku mereka wanita hebat" ucapnya menyisipkan sebuah pujian yang halus.

"Mas Hendra ini sudah mapan masih aja jomblo" ucapku mengalihkan pembicaraan agar tidak terlalu grogi karena pujiannya

"Ya seperti yang saya sampaikan kemarin mbak, sudah menemukan tapi dia istri orang" jawabnya membuatku bingung.

"Emang siapa sih mas? Jangan-jangan saya kenal" tanyaku polos

"Mbak Dita sangat kenal" jawabnya singkat sambil tersenyum ke arahku. Aku Pun membalas dengan senyuman dan semakin penasaran.

"Siapa sih mas? Bikin kepo aja" tanyaku mendesak

"Mau tau aja atau mau tau banget?" Hendra menggodaku sambil cekikikan. Aku melihat wajahnya yang tertawa memang benar-benar ganteng. Aku kemudian memasang ekspresi cemberut

"Iiih…. Yasudah kalau gak mau kasih tahu" ucapku singkat sambil cemberut. Baru kali ini aku bersikap seperti ini kepada lawan jenis. Bukankah sikap manjaku ini seharusnya untuk suamiku.

"Aku takut mbak Dita kaget dan gak mau ketemu lagi sama Hendra. Kecuali kalau mbak Dita janji dulu tidak akan menjauh mendengar kejujuranku" lanjut Hendra mencari jaminan agar aku tidak menjauh setelah mendengar jawabannya

"Iya mas aku gak bakalan menjauh. Masalah cinta kan masalah hati mas Hendra jadi gak ada hubungan dengan program yang mas Hendra tawarkan. Aku bisa profesional kok mas" jelasku meyakinkannya sambil menikmati makanan diatas meja

"Wanita itu adalah mbak Dita" DUAAAAAR…. Aku tersedak setelah mendengar ucapannya. Kemudian segera aku mengambil minum dan berusaha menetralisir ketegangan.

"Maaf ya mbak kalau jawabanku membuat mbak Dita gak nyaman. Tapi itu jawaban jujur dari saya" lanjutnya semakin membuatku grogi. Hendra menatap tajam ke arahku seolah olah menunggu respon dariku. Jangan tanya bagaimana perasaanku saat ini karena jantungku hampir copot.

"Apa mas Hendra gak salah? Saya kan sudah bersuami mas" tanyaku

"Saya tahu mbak. Yang penting setelah tahu ini mbak Dita jangan menjauh ya. Mbak Dita menerima saya sebagai teman saja saya sudah bersyukur kok" jawab hendra dan sekarang terlihat sedih.

"Kalau boleh tahu, kenapa mas Hendra suka saya?" Tanyaku lagi

"Saya tidak tahu mbak. Sejak pertama lihat mbak Dita saya langsung suka. Mbak Dita percaya sama cinta pada pandangan pertama?" Tanyanya. Aku merasa sangat senang sekali sebenarnya. Bagaimana tidak pria yang membuatku kagum ternyata malah suka kepadaku terlebih dahulu. Hal ini menaikkan lagi kepercayaan diriku.

"Iya mas saya percaya" jawabku singkat tidak tahu lagi harus mengucap apa.

Tidak terasa kami sudah berada diruangan ini hampir dua jam. Hendra berhasil membuat suasana mencair lagi dan kita juga membahas topik yang lucu-lucu. Hal ini membuat kami saling tertawa dan tidak canggung lagi. Kami pun akhirnya sepakat untuk menyudahi pertemuan karena dia harus kembali ke kantor. Makanan yang kami makan tadi ternyata sudah dibayar oleh Hendra dan aku pun tak lupa mengucapkan terima kasih. Setelah itu aku pamit untuk kembali kerumah.

Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat ini. Aku merasakan kegundahan yang sangat besar didalam hati. Jujur saja aku memang sangat bahagia mendengar pengakuan dari Hendra namun disatu sisi aku takut kalau kedekatanku dengannya membuat keluargaku dengan mas Andi bermasalah. Apakah semua kejadian hari ini akan aku ceritakan semua kepada mas Andi? Aku takut dia akan marah karena aku berada di dalam ruangan berdua saja dengan Hendra. Mas Andi hanya tahu bahwa kami bertemu bertiga walaupun sebenarnya Linda juga ikut tapi dia pergi terlebih dahulu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd