VONIS DOKTER
“Pak..Pak..” ucap pujo mengguncang tubuh frans, beberapa kali pujo mengguncang namun frans tak juga merespon, pujo dengan gemetar coba memeriksa napas frans, dia meletakkan telunjuknya di hidung bosnya itu, masih terasa semburan napas frans di tangannya.
Pujo bingung dan panik, dia melihat ada darah keluar dari hidung frans, “waduh si bos kenapa ini..” ujarnya, baru saja dia hendak memanggil security, pujo mendengar suara frans memanggil, “joo..”
Pujo menghampiri kembali bosnya itu, pujo kemudian membantu frans duduk di ranjang, “pak, apa saya antar ke rumah sakit, hidung bapak itu keluar darah,” ucap pujo.
“Wahh, sepertinya aku tidur kebablasan jo, kepalaku tadi sakit, aku minum obat sakit kepala 2 butir, tapi masih sakit, aku minum lagi, eh aku malah ngantuk dan kebablasan. Jam berapa ini jo,” ucap frans.
“Jam 5 sore pak..ini pak,” pujo menyerahkan kotak tisue pada frans, “hidung bapak berdarah,” ucap pujo. Frans menyeka darah yang sudah mengering di hidungnya dengan tisue, frans kemudian merasa sudah saatnya dia ke dokter untuk mengetahui apa penyakitnya ini
“Jo, kamu antarkan aku ke dokter hans di rumah sakit XXX ya, coba kamu ambilkan jaketku, kita berangkat sekarang,” ucap frans, pujo tergopoh-gopoh menjalan kan perintah frans, pujo kemudian memapah frans menuju rumah sakit.
Di rumah sakit, frans mendapatkan pemeriksaan menyeluruh, professor hans membawa frans menuju ruang ct scan, setelah melakukan beberapa tes, dokter hans kemudian mengajak frans kembali ke ruangannya.
“Apa yang saya derita koh hans,” tanya frans melihat air muka temannya sedikit serius membaca hasil pemeriksaan, “saya belum tahu, tapi sepertinya ada yang serius, mungkin beberapa hari ke depan baru saya bisa jawab pertanyaanmu frans,”
Dokter hans kemudian memberikan resep untuk obat sakit kepala frans, dan meminta frans untuk sementara meminum obat itu jika sakit kepalanya kembali datang, dokter hans berjanji akan menemui frans di apartemennya, jika hasil pasti atas penyakit yang dideritanya sudah diketahui.
Frans diantar pujo kembali ke apartemennya, setelah tiba di apartemennya, frans meminta pujo untuk tak menerima siapapun yang hendak berkunjung, frans juga meminta pujo, untuk merahasiakan apa yang terjadi tadi.
***
2 hari kemudian
Berita tentang kecelakaan dan korelasinya dengan penyekapan andi, masih terus menjadi perbincangan di publik, akun-akun gosip gencar berspekulasi tentang motif yang melatar-belakangi penyekapan andi tersebut. Namun semua sekarang sudah mengerucut menjadi cerita perselingkuhan yang berakhir tragis.
Pihak kementerian yang menjadi pelaksana KTT APEC cukup gerah dengan pemberitaan negatif yang semakin gencar, walau pihak kepolisian belum mengungkap secara resmi apa motif penyekapan andi serta apakah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan peristiwa penyekapan, pihak kementerian melalui juru bicara, mengeluarkan pernyataan bahwa untuk sementara andi di nonaktifkan sebagai panitia pelaksana KTT tersebut.
Bahkan di media sosial muncul petisi untuk memecat andi sebagai pegawai negeri, masyarakat sudah mulai terbawa opini dan mencap andi sebagai pebinor, hujatan demi hujatan mewarnai komen dari para netizen, setiap artikel yang berhubungan dengan penyekapan andi dibanjiri komentar yang menyudutkan andi, bahkan tak sedikit yang menyumpahi andi yang harusnya tewas, bukan suami selingkuhannya itu.
Video detik-detik kecelakaan yang sempat viral di youtube kini sudah tak ada lagi, pihak google telah menurunkan video tersebut, belakangan diketahui, kebijakan google itu merupakan permintaan dari pihak kepolisian agar proses pengembangan kasus tidak bias dengan opini masyarakat.
Pihak kepolisian dalam keterangan persnya menyatakan telah menganalisa video detik detik kecelakaan yang asli, dan menyatakan mereka menemukan fakta baru, bahwa kecelakaan tersebut bukan merupakan peristiwa kecelakaan biasa, kecelakaan tersebut sudah direncanakan sebelumnya, dan saat ini sedang dilakukan penyidikan yang lebih intens untuk mengungkap kasus tersebut.
***
Rina berlari-lari menyusuri lorong rumah sakit, dia baru saja mendapat kabar bahwa andi telah siuman, pak rudi dan bobi mengikuti dari belakang, saat ini andi dipindahkan ke ruang perawatan sementara, menunggu untuk dipindahkan ke ruang perawatan sesuai kelas yang dipilih keluarga.
Rina masuk ke ruangan tempat andi berada, rina melihat suaminya sedang terbaring memejamkan mata, selang di mulut andi telah dilepas, seorang dokter mendekati rina, “maaf bu, ibu keluarga pak andi,” tanya dokter tersebut, rina menoleh menatap dokter tersebut, “ya pak, saya istrinya,”.
“Baik bu, saat ini kondisi pak andi sudah siuman, dari pemeriksaan kami, tidak ada yang mengkhawatirkan, sungguh beruntung pak andi bisa ditemukan cepat, kalau saja terlambat, maka ada kemungkinan otaknya akan mati, saya juga tadinya pesimis, namun sepertinya pak andi punya daya juang yang luar biasa, semangatnya untuk hidup sangat kuat, makanya beliau bisa cepat pulih,” ucap dokter.
Rina menatap wajah suaminya yang terlihat damai, dia sungguh sedih melihat penderitaan suaminya ini, rina tak bisa membayangkan suaminya disekap selama 3 hari tak bisa bergerak, tanpa makan dan minum, rina menutup mulutnya, air matanya kembali jatuh, dia kini merasa senang suaminya telah siuman.
“Apa suami saya baik-baik saja dok, kenapa dia belum membuka mata,” tanya rina.
“Pak andi baru saja kami berikan penenang, jangan cemas, beberapa jam lagi beliau akan siuman, namun saya berpesan, ibu harus bisa memastikan agar beliau benar-benar total beristirahat, bukan hanya tubuhnya tapi juga pikiran, agar proses pemulihannya bisa lebih cepat, saya permisi dulu bu.” Ucap dokter berpamitan.
Seorang perawat menyerahkan beberapa kertas, perawat itu meminta rina mengurus administrasi rawat inap, pak rudi dan bobi langsung mengambil kertas-kertas tersebut dan mengurus administrasi seperti yang diminta perawat tadi.
***
Andi kini menempati kamar perawatan ruang VIP, karena ruangan VIP, maka banyak kemudahan yang diperoleh, seperti tak ada jam besuk, bebas dibesuk kapan saja, dan juga tak ada larangan bagi anak-anak untuk masuk ke ruang perawatan.
Pak rudi membawa akbar dan nanda untuk menemui ayah mereka, akbar yang melihat ayahnya terbaring, langsung berlari mendekati ayahnya, akbar menangis melihat ayahnya dipasangi infus, “bunda ayah kenapa, kok ayah merem bun, ayah kenapa bun, huhuhuhu,” ucap akbar tersedu-sedu, akbar yang pernah dirawat saat usus buntu, tahu benar rasa sakit di pasangi infus.
“Ayah sedang bobo sayang, abang doain ayah ya, biar ayah cepat sembuh,” ucap rina mengelus ranbut putranya itu, Nanda yang sejak tadi diam digendong oleh pengasuhnya, tiba-tiba menjerit menangis, tangannya menunjuk ke tempat andi berbaring, seolah nanda baru menyadari siapa yang tengah terbaring, “ya yaahhh, ya yahhh,” terdengar kata-kata pertama keluar dari mulut mungilnya.
Rina terkejut mendengar suara yang keluar dari mulut putrinya, usia nanda belum genap 8 bulan, dan kini kata pertama yang dia ucapkan adalah “ya yah”.
Pak rudi dan istrinya saling berpandangan, mereka sama-sama terkejut mendengar ucapan pertama nanda, lalu keduanya tersenyum, “kamu sudah bisa bilang ayah ya..” ucap bu rudi, nanda terus menangis mengucap kata tersebut berulang-ulang.
“Bun ayah buka mata..” ucap akbar tiba-tiba, rina terkejut dan melihat ke arah andi, ya benar, andi membuka mata, seolah mendengar ucapan putrinya memanggil dirinya.
“Ayah..” akbar langsung memeluk ayahnya, andi terbatuk, akbar melepaskan pelukannya, “ayah kenapa..ayah sakit ya..” ucap akbar menangis, andi menggerakkan tangannya berusaha menggapai wajah akbar, andi menatap akbar, air matanya terlihat menetes, andi hanya tersenyum menatap putranya.
Rina kemudian juga menghambur ke andi, dia memeluk suaminya, rina tak bisa lagi menahan tangisnya, dia menangis terisak isak memeluk tubuh andi. kembali andi terbatuk, “eh maaf yah..” rina melepaskan pelukannya dan menatap mesra suaminya.
Nanda masih menangis memanggil ayahnya, rina menghampiri nanda dan menggendongnya, dia mendekatkan nanda ke andi, andi tersenyum menatap nanda, andi menggenggam tangan mungil putrinya, nanda menatap ayahnya ajaibnya nanda kemudian tertawa melihat ayahnya, seolah mata mereka saling bicara, seolah andi berkata melalui tatapannya dan mengatakan pada nanda,”ayah baik-baik saja sayang..”
Rina tahu bahwa antara nanda dan andi sangat terikat erat secara emosional, rina kini melihat keajaiban disini, dan menyadari bahwa putri kecilnya itu sangat mencintai ayahnya, tak ada yang bisa memisahkan ikatan cinta mereka, walau tak ada hubungan darah, namun mereka terpaut dengan kasih sayang yang tulus.
Rina sadar, jika seorang niken yang telah kehilangan suaminya, dan nanda gadis kecil yang tak ada hubungan darah dengan suaminya, bisa mencintai andi dengan tulus, mengapa dia yang telah menerima banyak cinta dari suaminya, tak bisa mempercayai suaminya.
Rina memang marah dan kecewa, saat tahu niken memiliki anak dari suaminya, namun rina juga menyadari betapa banyak penderitaan suaminya akibat perbuatannya yang lalu, rina sadar dia tak bisa menyalahkan hubungan antara suaminya dan niken, hubungan itu adalah akibat perlakuannya pada andi di masa lalu, saat dia tergila-gila dengan frans.
Rina kemudian mengambil sikap, bahwa dia harus berkompromi dengan semua ini, seperti suaminya yang tulus mencintai nanda, diapun harus bisa menerima kenyataan bahwa suaminya memiliki anak dari rahim wanita lain.
Rina menyadari cintanya pada suaminya jauh lebih besar dari rasa marahnya, suaminya telah melupakan masa lalu yang menyakitkan, kini diapun harus bisa melupakan masa lalu yang telah terjadi, pembicaraannya dengan niken telah mengubah kemarahan rina menjadi penyesalan, penyesalan atas sikapnya pada suaminya di masa lalu.
“Permisi..” semua mata menoleh ke arah suara, doni datang membawa buah dan makanan, “silahkan masuk don,” sapa pak rudi, “terima kasih pak,”
Doni mendekati andi, “apa mas andi sudah baikan? tadi saya ke ICU, kata perawat disana mas andi sudah dipindahkan, uhh, saya senang sekali mendengar itu,” ucap doni, andi hanya tersenyum, dia belum mampu untuk bicara.
“Bang andi baru dipindahkan don, ini juga baru siuman, kamu tau gak siapa yang bikin bang andi siuman, tuh si gadis kecil,” ucap rina tersenyum menunjuk nanda
“Ya kah,” ucap doni berbinar menatap nanda, “pintar ya kamu, pasti karena ikatan cinta mereka sangat kuat kak,” lanjut doni, rina mengangguk.
“Eh ini si ganteng juga nangis, abang boleh nangis, tapi kalau udah selesai nangisnya, abang musti kuat, abang musti jagain ayah, bunda dan adek nanda, om doni boleh tau gak, kalau abang udah gede, cita-citanya jadi apa,” tanya doni berjongkok memandang akbar.
“Abang mau jadi polisi kaya om doni,” ucap akbar, “hehehe, pasti abang bakalan jadi polisi hebat, heheh,” doni berdiri kembali.
“Kak, saya ingin bicara sebentar dengan kakak,” ucap doni kepada rina, “ohh ada apa,” tanya rina.
Rina memandang andi meminta izin, andi menganggukan kepalanya, rina kemudian keluar dari ruangan bersama doni, setelah sebelumnya doni berpamitan pada andi dan orang tua rina.
***
“Nyuwun sewu pak, ada pak dokter datang,” ucap pujo memberitahukan pada majikannya kalau dokter hans datang, “suruh masuk jo,” pujo pun kemudian keluar dan tak lama masuk kembali mengantar dokter hans, setelah itu pujo kemudian keluar kembali sambil menutup pintu kamar.
Dokter hans mendekati frans yang tengah berbaring, “maaf koh hans saya disini saja ya,” ucap frans, dokter hans menarik kursi dan duduk di sisi ranjang frans.
“Bagaimana koh hans, apa sudah diketahui penyakit saya,” tanya frans, sejenak dokter hans menatap wajah frans.
“Sepertinya saya harus menyampaikan kabar yang kurang baik frans,” ucap dokter hans, kemudian dokter hans mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan dari tasnya.
“Dari operasi tempurung kepala kamu setahun lalu, terjadi efek samping berupa jaringan anomali yang tumbuh semakin membesar, jaringan itu menekan pembuluh darahmu sehingga terkadang menimbulkan luka, itu sebabnya hidungmu mengeluarkan darah, saya kuatir suatu saat, jaringan itu akan memecahkan pembuluh darahmu,” ucap dokter hans dengan tatapan serius.
Frans memang merasa ada sesuatu yang serius dengan dirinya, hingga penjelasan dokter hans itu tak membuatnya terkejut, “lalu apa solusi koh hans, apakah penyakit saya ini bisa disembuhkan, maksud saya apakah jaringan yang anomali ini bisa dihentikan pertumbuhannya,” tanya frans.
“Salah satu cara adalah operasi frans, namun melihat hasil ct scan, jaringan itu tumbuh sangat dekat dengan pembuluh darah di otak, sehingga saya juga khawatir operasi akan merobek pembuluh darah kamu, alternatif lain menggunakan metode kemotrapi untuk mematikan pertumbuhan jaringan, namun saya kuatir itu tak bisa menjamin efektif untuk menekan pertumbuhan jaringan yang anomali itu,” ucap dokter hans.
“Jadi menurut koh hans, tak ada yang bisa diperbuat, ehmm, kira-kira berapa lama lagi jaringan itu akan menghantam pembuluh darah saya,” tanya frans tenang tanpa sedikitpun khawatir.
“Jika dibiarkan, mungkin tidak lebih dari 60 hari, namun saya sarankan kita menggunakan metoda kemotrapi frans,” ucap dokter hans.
“Jadi waktu saya hanya tersisa 60 hari atau kurang ya, oke terima kasih koh hans, saya akan pertimbangkan kembali saran koh hans,” ucap frans.
“Saya berharap, lebih cepat kamu melakukan kemotrapi akan lebih baik, dan sebaiknya kamu menghubungi keluarga terdekat untuk mendampingimu, saya permisi dulu frans.” dokter hans meninggalkan kamar frans, pujo mengantarkan dokter hans hingga ke luar.
Pujo kemudian tergopoh-gopoh masuk ke kamar majikannya, ketika namanya dipanggil, “nggeh pak, ada apa,” tanya pujo.
“Jo, kamu simpan ini ya, jika terjadi apa-apa pada saya, tolong hubungi dia,” frans menyerahkan secarik kertas pada pujo, “tolong simpan baik-baik, jangan sampai hilang, ya sudah kamu keluar saya mau istirahat” lanjut frans.
Pujo kemudian keluar dan menutup pintu kamar frans, di luar kamar, pujo melihat kertas yang diberikan frans tadi, ternyata nomor telepon, di bawah nomor itu ada sebuah nama di tulis disana, “DONI”.
***
BERSAMBUNG
