Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Istriku Widya dan Para Preman Yang Menjadikannya Budak Seks

Part 03

Cruuttt!

Cairan pre-cum keluar lagi dari kemaluanku. Aku benar-benar lemah, aku tak mampu menahan rasa tegang di dalam tubuhku. Aku benar-benar lelaki hina. Bagaimana bisa aku justru terangsang melihat pemandangan yang ada di depanku saat ini. Pemandangan yang tidak seharusnya seorang suami lihat.

Kunto dan Somad membawaku dari halaman depan vila ke ruangan ini untuk melihat langsung keadaaan istriku Widya. Dan apa yang ada di hadapanku benar-benar membuat duniaku runtuh.

Screenshot-2022-12-07-185416.jpg


Aku melihat, orang yang bernama Bos Parjo ini sedang menggumuli wanita. Tubuhnya yang gempal itu membuatku sedikit tak bisa melihat dengan jelas wanita yang ia gumuli itu. Wanita itu telanjang bulat, kecuali hijab yang masih melekat di kepalanya.

Wanita itu, tidak lain dan tidak bukan adalah istriku sendiri, Widya!

Tubuh telanjang Widya tersental-sental mengikuti irama sodokan Parjo. Dari sini, aku bisa melihat vagina Widya membuka dengan lebarnya dimasuki penis Parjo yang ukurannya begitu besar. Jauh lebih besar dari batang kemaluanku. Widya meringis dan matanya tertutup. Aku tak tahu apakah ia kesakitan, atau justru merasakan hal yang lain.

Bos Parjo sadar aku berada di ruangan itu. Ia membisikan sesuatu kepada Widya. Bisikan itu membuat Widya membuka matanya yang sayu.

Widya menatapku dengan tatapan nanar. Tak ada satupun kata keluar dari bibirnya. Tangannya mencoba menggapaiku. Tapi bos Parjo cepat-cepat menggenggam tangan istriku dan bahkan menciumi bibirnya yang ranum.

Aku shock dan tak bisa bergerak. Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang ini. Tubuh istriku yang berkulit halus dan cerah, ditindih oleh seorang preman bertubuh tambun dan berkulit gelap.

Parjo menciumi Widya secara ganas. Lidah Parjo masuk ke dalam mulut istriku hingga membuat ludah mereka meluber keluar. Mata Widya awalnya masih melihatku. Entah apa arti tatapan matanya. Tapi tak lama kemudian, ia kembali merem melek, menanggapi sodokan-sodokan Parjo.

“Wah, suami macem apa itu, liat istrinya ngentot sama orang lain malah ngaceng!” Kata Kusni. Orang yang sepertinya kaki tangan Parjo.

“Iya, dia udah dua kali nge crit juga. Dasar, suami lemah!” Kata Kunto.

“Orang kayak dia, mana bisa puasin istrinya. Paling juga semenit ngentot dah ngecrot!” Tambah Somad.

Mereka semua tertawa terbahak-bahak melihatku.

Kusni mendekatiku dan kemudian membisik ke telingaku, “Kalau kamu mau sampai macem-macem, kita tidak segan-segan bakal siksa dan bunuh kamu. Istrimu juga bakal kita bunuh, tapi kita nikmati dulu badan semoknya itu ramai-ramai. Lalu kita bisa jual tubuh istrimu itu ke pelacuran rendahan, biar dia di entot sama sopir-sopir, tukang, ama buruh pasar.”

Bisikan Kusni itu membuat nyaliku ciut. Sembari membisikiku, ia juga menekan sebuah pisau di batang kemaluanku. Bahkan memasukan ujung pisau itu ke mulut kepala penis miliku. Untung bagiku, pisau itu tidak sampai melukai penisku.

‘Mengapa? Mengapa semua ini terjadi kepadaku!’ jeritku di dalam hati. ‘Mengapa aku menjadi suami yang lemah. Sudah seharusnya aku marah dan menyelamatkan istriku dari cengkraman para preman ini. Tapi yang terjadi malah bergerak saja aku tak berani.’

Kunto dan Somad kemudian mengikatku pada sebuah kursi kayu di ujung ruangan. Tangan dan kakiku diikat erat pada kursi. Kursi itu tepat menghadap pada kasur, tempat Parjo dan Istriku bergumul dengan liarnya. Sebelum diikat, aku ditelanjangi hingga bugil seutuhnya.

“Gila, ngaceng terus itu kontol suaminya.” Kata Kusni.

“Iya, kayaknya dia emang seneng istrinya dientot orang lain.” Tambah Kunto.

“Mungkin dia sadar, kontol kecilnya itu ndak bakal bisa muasin istrinya. Makanya dia seneng banget pas kontol gedhe bos Parjo bisa muasin istrinya.” Tambah Somad.

“Haha, bener-bener suami pecundang!” Ejek Kusni.

Widya sempat melihatku sejenak, terutama kemaluanku yang memang terus saja berdiri tegak. Jujur saja, sudah lama aku tidak ereksi sekeras ini. Ketika aku bercinta dengan Widyapun biasanya kontolku cukup lembek. ‘Ah, kenapa aku jadi bilang kontol?’

“Liat nih, jariku aja lebih panjang dari titt ini orang!” Kata Somad sambil membandingkan jari telunjuknya dengan kemaluanku.

Seisi ruangan itu lalu tertawa terbahak-bahak. Tidak terkecuali Bos Parjo yang sedang menghujam-hujamkan penisnya di vagina istriku.

Widya, istriku sama sekali tidak meronta atau menolak diperkosa oleh bos Parjo. Bahkan ia biarkan saja ketika Kusni sesekali ikut meremas-remas buah dadanya yang nampak ranum itu. Padahal, ketika aku bercinta dengannya, biasanya Widya akan merasa risih ketika payudaranya aku remasi. Aku sama sekali tak tahu, apakah ia diam karena ketakutan atau karena hal lain?

“Dek Widya, kamu ini seksi banget, dek Widya ini salah satu cewek paling cantik yang pernah aku entot.” Puji Bos Parjo kepada istriku.

Wajah Widya seketika berubah merah padam. Ia seperti tersanjung mendengar pujian itu. Pujian yang selama ini hampir tidak pernah keluar dari mulutku. Sebagai suami, aku akui memang kurang memanjakan Widya istriku. Apakah hal ini membuat Widya menjadi wanita yang kurang kasih sayang?

“Hmmmphhh, emmmphh, emmpphh!!” Rintih Widya.

Tubuh Widya menegang hingga punggungnya sedikit tertekuk ke atas. Setelah itu, istriku mengenjan-ngejan seperti tersetrum listrik.

Widya mengalami orgasme, orgasme karena sodokan kontol di memeknya. ‘Entah kenapa aku mulai mengatakan alat kelamin itu dengan sebutan kotor.’ Orgasme itu tentu saja orgasme pertama yang Widya peroleh karena persetebuhan secara langsung. Orgasme yang selama ini tidak pernah sekalipun ia dapat ketika bersetubuh denganku.

Aku lihat, cairan bening memuncrat dari lubang vagina istriku. Cairan squirt itu memuncrat cukup banyak hingga membasahi kasur yang mereka gunakan untuk bersengama.

Di saat itu, aku merasa kalah. Istriku mendapatkan kenikmatan puncak dari orang lain. Bukan dari diriku sendiri sebagai suami. ‘Apa Widya sebenarnya menikmati persetubuhan ini?’lagipula, preman-preman itu nampak tidak berbuat kasar kepada istriku. Ya, mereka memang memperkosanya, tapi mereka tidak menyakiti istriku. Mereka memperlakukannya dengan cukup lembut sampai saat ini. Apakah itu membuat Widya merasa nyaman dengan mereka? Hingga ia tidak memberontak sedikitpun.

“Wah, banyak nih keluarnya. Sampai basah kontolku!” Kata Parjo.

“Hehe, manteb bos, nanti kita pas giliranku pasti non Widya ini juga bakal croot sampe kek gitu?” Kata Somad

‘Apa giliran? Mereka mau secara giliran memperkosa Widya?’ di sini ada 5 orang preman, apa mereka mau satu per satu menikmati tubuh istriku ini?

“Santai Mad, pelan-pelan, biar dik Widya ini ndak kecapekan. Ya dek ya?” Kata Parjo sambil mengecup kening istriku.

Widya hanya diam saja sambil memejamkan mata. Ia seperti masih menikmati sisa-sisa nikmat orgasme yang baru saja meledak di tubuhnya. Nampak sesekali selangkangannya masih berkedut-kedut. Tanda jika orgasmenya belum sepenuhnya usai.

“Enak kan Dek Widya kontolku. Aku yakin kamu tidak pernah ngerasain enaknya dientot kontol gedhe kayak gini. Apalagi kontol suamimu mungil banget. Kontolku bisa masuk sampai mentok ke rahim kamu dek. Kamu pasti ngerasa enak banget.” Kata Parjo seenaknya.

Ya, jangankan mentok sampai ke mulut rahim istriku. Ketika dalam posisi doggi saja, kontolku sulit sekali masuk ke memek istriku.

“Dek Widya, Mang Parjo genjot lagi ya.” Kata si Parjo itu dengan nada suara brengsek.

Widya sekali lagi tidak menjawab, tapi ia juga tidak menolak ketika Parjo kembali memompa kontol besarnya itu ke dalam memek istriku. ‘Ah kenapa aku sebut lagi kontol dan memek?’

Tangan Widya mencengkram lengan Parjo, seolah menahan sesuatu ketika Parjo mulai mendorong masuk kontolnya hingga mentok. Aku bisa melihat dengan jelas, cincin dengan batu permata mungil di jari manisnya. Cincin pernikahan kami. ‘Widya, kenapa kamu mau disetubuhi preman itu?’

Parjo terus memompa kontolnya di memek Widya. Hingga 20 menit kemudian ia akhirnya mencapai puncaknya. Parjo tanamkan kontol itu sedalam mungkin di memek istriku. Saking dalamnya, istriku mengalami orgasme ke-2, nayris bersamaan dengan Parjo.

“Oh, enak banget Dek Widya, memek kamu enak banget!” Lenguh Parjo.

Aku lihat, kontol raksasa itu berkedut-kedut di dalam lubang vagina istriku. Memek istriku juga nampak berkedut bahkan mengeluarkan kembali cairan squirt.

‘Berarti Widya sudah orgasme 4 kali di malam ini?’

Semenjak di mobil waktu kita dipaksa para preman tadi, Widya sudah digerayang-gerayang. Ia sudah orgasme setidaknya 2 kali. Dan sekarang, orgasme 2 kali lagi ketika digagahi oleh Parjo.

Parjo mendiamkan sejenak kontolnya di dalam vagina istriku selama beberapa saat. Bahkan ia sempat memasukan lagi kontolnya sedalam mungkin entah untuk apa. Setelah dicabut, nampak lelehan sperma berwarna putih meluber keluar dari lubang kemaluan Widya. Aku belum pernah melihat lubang kemaluan Widya menggangga selebar itu sebelumnya.

“Bersihin ya dik.” Perintah Parjo.

Parjo menyodorkan kontolnya yang penuh dengan busa-busa putih itu ke mulut Widya. Selama ini, Widya tidak pernah mau melakukan oral seks kepadaku. Aku tidak pernah menanyakan alasannya, aku hanya berfikir jika ia berasal dari keluarga yang alim dan bentuk seks seperti itu mungkin ia anggap tidak wajar.

Tapi diluar dugaanku, menuruti permintaan Parjo dan membuka mulutnya. Ia biarkan kontol besar Parjo yang kotor dan baru saja mengobok-obok vaginanya itu masuk ke dalam mulutnya.

‘Sruuut!’

Aku merasa ada cairan kental kembali keluar dari batang kemaluanku. Aku sanga terangsang melihat istriku sendiri dengan mengoral kontol orang lain. Sementara itu dari vaginanya, cairan putih kental terus saja mengalir keluar.

Setelah kontolnya bersih, Parjo mencium kening istriku dan berkata “Terimakasih ya dik Widya. Kamu benar-benar hebat, bisa bikin Mang Parjo puas.” Katanya dengan suara lembut. Jauh dari kesan preman yang beringas.

Widya tak berkata apa-apa, hanya saja wajahnya nampak sedikit memerah karena sanjungan itu. Parjopun keluar dari ruangan, tapi sebelum itu ia sempat membisik kepadaku. “Tenang, tadi istrimu bilang ini bukan masa suburnya, jadi dia tidak bakal bisa hamil karena ini.” Katanya.

‘Apa fakta itu membuatku lebih nyaman? Tentu tidak sama sekali.’

Aku sempat melihat ke arah kontol Parjo. Meskipun sekarang dalam keadaan lemas, kontol Parjo nampak begitu besar. Bahkan jauh lebih besar dari ukuran kemaluanku ketika ereksi maksimal.

Setelah Parjo keluar, kali ini Kusni bersiap-siap. Ia sudah telanjang. Dan tubuhnya yang berisi itu nampak penuh dengan tato.

Kontol Kusni nampak hampir sama besar dan panjangnya dengan milik Parjo. Besarnya seperti lengan tangan anak kecil. Kontol Kusni nampak beruarat-urat dan kokoh. Kepala kontolnya juga berwarna ungu pekat.

“Non Widya, non nungging ya.” Kata Kusni.

Kontol Kusni yang sudah berdiri dengan tegak itu perlahan-lahan masuk ke memek Widya. Sekali lagi, bibir kemaluan istriku harus membuka lebar-lebar untuk menerima kontol raksasa itu. Aku bisa melihat tangan Widya meremas kasur dan ada sedikit lenguhan keluar dari bibirnya.

‘Ini posisi sex yang istriku idam-idamkan dari dulu.’

Widya pernah bilang, ia ingin aku menyetubuhinya dari belakang. Apalagi jika kita bisa lakukan itu di kamar mandi sambil diguyur air shower. Entah dari mana Widya punya impian seperti itu. Permintaan itu barangkali adalah permintaan posisi sex satu-satunya yang pernah Widya minta padaku selama kami menikah. Hanya saja, aku tidak bisa. Penisku terlalu pendek untuk dapat menghujam masuk lebih dalam ke vagina Widya. Apalagi, pinggul dan pantat Widya memang sedikit semok, membuat penisku semakin sulit untuk masuk dari belakang.

Kontol Kusni yang hitam dan berurat itu sedikit demi sedikit masuk ke dalam vagina Widya. Semabari itu, Kusni meremas dan membelai-belai pantat istriku yang membulat indah.

“Pelan aja dulu ya non. Non pasti ndak pernah kan ngentot dari belakang kayak gini?” Ujar Kusni. “Kontol suami non pendek gitu, mana mungkin bisa masuk dari belakang.” Tambah Kusni dengan nada mengejek.

Rasanya, aku sudah kenyang dihina-hina malam ini. Lagipula, aku memang pantas untuk menerima hinaan itu. Aku seorang pecundang, seharusnya aku menyelamatkan istriku yang sedang diperkosa preman-preman tepat di depan mataku sendiri. Tapi aku malah tak berdaya. Terikat di sebuah kursi dan hanya bisa melihat satu per satu preman menikmati tubuh istriku sendiri.

Payudara Widya menggoyang-goyang indah ketika Kusni mulai menyodoki vagina istriku. Kusni menghujam-hujamkan kontolnya dengan tempo yang pasti. Tidak terlalu kencang, tapi tidak juga terlalu lambat.

Payudara Widya itu tak luput dari remasan-remasan tangan Kusni. Diremasnya payudara istriku hingga kepalanya tertengadah menahan sensasinya. Aku tak paham, apakah Widya sebenarnya kesakitan, atau justru ia menikmati remasan-remasan itu. Satu yang jelas, dari lubang kemaluan istriku mengalir deras cairan bening yang bercampur dengan sperma Parjo.

Kusni terus memperkosa istriku itu hingga ia akhirnya mencapai orgasme dalam posisi doggy seperti itu. Tubuh Widyapun juga kembali menegang, tanda jika ia mencapai orgasme juga yang hampir bersamaan dengan Kusni. Kusni menancapkan kontolnya sedalam mungkin ke vagina istriku, bahkan hingga kepala istriku tenggelam di atas kasur lusuh itu.

“Oh enak banget tempikmu non.” Kata Kusni.

Kusni baru melepas kontolnya setelah Widya ambruk di atas kasur lusuh. Tubuhnya nampak lemah dengan peluh keluar dari sekujur tubuhnya.

“Manteb banget istrimu.” Kata Kusni di dekat telingaku. “Memeknya masih sempit banget. Tapi mungkin abis malem ini, memek istrimu bakal lower dihajar kontol-kontol kita. Dan kontol kamu ndak bakal terasa apa-apa lagi pas masuk ke memek istrimu itu.” Tambahnya.

Aku tertunduk lesu, aku tahu jika saja aku dan Widya selamat melewati malam ini, kehidupan kami tidak akan lagi sama. ‘Apakah Widya masih akan anggap aku suaminya? Atau ia hanya akan melihatku sebagai seorang laki-laki pecundang yang diam saja ketika melihat istrinya diperkosa habis-habisan? Apakah rumah tangga kami masih bisa berjalan sekarang ini?’

Setelah Kusni keluar dari kamar itu, masuklah kembali Kunto, Somad, dan Tono. Tubuh mereka nampak lebih kurus dibandingkan dengan Kusno maupun Parjo. Tapi batang-batang kontol mereka ternyata tidak kalah besar dan panjang.

Mereka rupanya benar-benar ingin menikmati tubuh istriku satu per satu malam ini. Giliran selanjutnya adalah Tono. Orang yang giginya tongos. Ia menyetubuhi istriku dalam posisi telentang seperti Parjo tadi. Yang beda, Tono menyetubuhi Widya dengan tempo yang sangat kencang. Bahkan payudaranya sampai bergoyang-goyang tak terkendali.

Kunto tak mau tinggal diam, ia pegangi payudara Widya. Iapun jilat dan sedoti payudara itu seperti anak bayi yang butuh susu dari ibunya. Kunto bahkan sempat memberikan beberapa cupang di payudara Widya.

Aku lihat, Widya hanya bisa pasrah menerima rangsangan demi rangsangan yang diberikan para preman itu ke tubuhnya. Mulutnya sedikit terbuka dan matanya terus terpejam.

Tono, Kunto, dan Somad secara bergantian menikmati tubuh istriku. Masing-masing dari mereka menumpahkan sperma-nya ke dalam vagina istriku kecuali Kunto. Ia cabut kontolnya sebelum keluar dan menumpakan spermanya di wajah dan hijab Widya.

Wajah dan Hijab Widya kini kotor dengan sperma. Tapi ia seperti tak peduli untuk membersihkan sperma itu. Tubuhnya nampak sudah sangat lelah. Setidaknya ia mencapai orgasme tiga kali lagi selama diperkosa tiga orang itu.

Tubuh Widya sekarang terkulai lemah di atas kasur lusuh itu. Keringat mengucur dengan deras di seluruh kulitnya yang halus. Kakinya nampak mengangkang lebar. Memperlihatkan kemaluannya yang terbuka menganga. Dari lubang itu, mengalir cairan-cairan putih kental yang merupakan peju dari para preman itu.

‘Widya, istriku!’ Jeritku di dalam hati.

Istriku yang dulu adalah wanita alim dan baik-baik, kini sudah dikotori oleh 5 orang preman yang sama sekali tidak kami kenal. Aku merasa sedih dan hancur karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong istriku sendiri. Tapi lebih dari itu, aku merasa sedih dan hancur karena aku ternyata merasa terangsang, melihat istriku sendiri disetubuhi oleh pria-pria lainnya. Terbukti, penisku sekarang tegang bukan main. Bahkan tak sedikit cairan-cairan pre-ejakulasi keluar dan membasahi kursi kayu tempat aku terikat.

Di saat itu, tiba-tiba Kunto dan Somad melepas seluruh ikatan tubuhku di kursi. Mereka lalu mendorongku ke kasur, tempat istriku tergeletak tak berdaya.

“Ayo, sekarang, kamu entot istrimu!” Kata Somad.

“Kamu kan udah ngaceng dari tadi, udah sekarang giliranmu entot istrimu.” Tambah Kunto.

Lima orang preman sekarang ada di dalam ruangan itu. Beberapa memegang kamera handphone, seperti siap untuk merekam kami.

‘Entot istriku?’ Tanyaku di dalam hati.

Aku lihat tubuh istriku kotor sekali. Bahkan tak sedikit bekas sperma preman itu yang berceceran di sekitar hijab dan kemaluannya. Aku hendak membersihkan sperma itu, tapi Kunto melarangnya.

“Kenapa? Ndak mau entot istri kamu? Kita aja mau.” Ejek Kunto.

“Kalau kamu ndak mau entot istrimu sendiri, kita aja yang entot selamanya? Gimana?” Tambah Somad.

Aku lihat, istriku nampak pasrah dan tidak peduli dengan kata-kata Somad. Aku berharap ia berkata, ‘jangan, ayo mas entot aku, jangan biarkan mereka menjamah tubuhku lagi.’ tapi kata-kata itu sama sekali tidak muncul dari mulut istriku. Ia hanya diam, bahkan sedikit membuang muka dariku.

“Ayo, cepet, entot!” Kata Bos Parjo. Ia juga sudah memegang handphone, siap mereka persetubuhan kami.

Aku bingung dan tak punya pilihan.

Dengan gagap, aku masukan penisku ke vagina istriku. Ada rasa jijik ketika aku memasukan penisku ke lubang itu. Lubang itu baru saja dipakai lima orang preman dan hampir semuanya menumpahkan peju di sana. Bau peju mereka benar-benar menyengat dan cairan-cairan itu nampak meluber-luber keluar.

Penisku yang kecil itu dengan mudah masuk ke dalam vagina istriku. Rasanya lubang ini sedikit lebih lebar dari biasanya. Aku hampir tidak merasakan jepitan sama sekali.

“Ayo genjot istrimu!” Perintah Bos Parjo.

Aku pasrah dan ikuti perintah para preman itu. Aku setubuhi istriku sendiri dihadapan 5 preman yang sebagian merekam adegan ini di handphone mereka.

“Nah gitu dong, semangat entot istrimu.” Kata Bos Parjo.

“Gitu, dari tadi kamu dah ngaceng kan liat istrimu sendiri kita entot. Sekarang gantian dirimu entot istrimu!” Tambah Kusni.

Mereka tertawa-tawa sambil melihat dan merekam adegan persetubuhanku dengan istriku. Widya sendiri tidak bergeming, ia masih membuang muka tidak mau menatapku. Tangannya tertengadah begitu saja, tanpa berusaha menggapaiku.

Seharusnya, aku merasa iba dengan keadaan istriku sekarang. Ia benar-benar telentang tak berdaya. Tapi entah kenapa aku justru begitu bernafsu. Aku sangat ingin menyetubuhinya, meskipun tubuhnya sekarang ini kotor setelah diperkosa 5 orang preman.

Aku sodok-sodokan penisku yang ukurannya tak berapa itu dibandingkan para preman. Aku merasakan, vagina istriku sangat licin dan longgar. Jauh lebih longgar dari biasanya. Tapi meskipun begitu, aku tetap saja merasa terangsang. Bahkan setelah 3 menit, aku sudah nyaris mencapai puncaknya.

“Ayo, kita liat, berapa lama dia bisa tahan ngentot istrinya?” Kata para preman itu.

Mereka merekam adegan ini dalam dengan berbagai kamera handphone milik mereka. Aku heran, meskipun mereka preman dengan penampilan dekil, tapi mereka mempunyai handphone terbaru yang cukup mahal harganya. Bahkan handphone miliku yang seorang asisten manager ini kalah canggih. Dengan handphone seperti itu, hampir bisa dipastikan rekaman video persetubuhanku dengan Widya akan terekam dengan kualitas baik. Apa yang akan terjadi jika rekaman itu sampai tersebar ke masyarakat umum? Atau apakah mereka akan menggunakan rekaman itu untuk memerasku di kemudian hari?

Sruuut, sruuuttt, sruuuutt!

Aku akhirnya mencapai puncaknya. Aku tanamkan penisku sekalam mungkin di vagina Widya seperti yang kebanyakan para preman itu lakukan.

“Haha, 3 menit 12 detik!” Kata Bos Parjo.

“Wahaha, payah, cepet banget ngecrotnya!” Kata Kusni.

“Gimana mau istrinya puas? Udah kecil, cepet lagi keluarnya!” Ucap Kunto.

Aku malu sekali mendengar ejekan-ejekan mereka. Aku merasa sangat gagal menjadi suami dan juga laki-laki.

Para preman itu memaksaku untuk mundur dari tubuh istriku. Mereka bahkan mendorongku keluar dari kamar itu. Dan menutup pintunya dengan sangat kencang.

Pintu itu ternyata kayunya sudah tidak utuh, aku masih bisa melihat apa yang terjadi di dalam kamar itu dari baliknya. Kelima preman itu rupanya kembali menggilir istriku. Satu demi satu, preman-preman itu menyetubuhi Widya. Mereka melakukannya dengan berbagai macam gaya. Widya sendiri sama sekali tidak menolak atau memberontak. Ia hanya diam, mengikuti perintah demi perintah para preman.

Aku seharusnya menolong istriku, aku seharusnya menyelamatkan kehormatannya. Meskipun jika tindakan itu sampai menghilangkan nyawaku. Tapi nyatanya, aku hanya terpaku mengintip di balik pintu. Dan yang lebih memalukan lagi, aku merasa terangsang. Penisku sudah berdiri dengan kaku-nya.

Aku merasa jijik dengan diriku sendiri, ‘mengapa aku bisa terangsang melihat istriku digagahi oleh pria lain?’ Tapi aku tidak berhenti sampai di situ. Perlahan aku melakukan masturbasi, mengocok kemaluanku sendiri sambil melihat Widya disetubuhi oleh preman-preman itu.
 
Mantap hu update nya, bikin widya jadi hyper dan jijik sama suaminya yg akhirnya dia nyari pelampiasan lain dengan laki-laki lain, kalo bisa ada pov dari widya nya hu biar tau isi hati dia pas tau kenikmatan seks yg sesungguhnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd