Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
Part 21
Rina:
Putri_Oktarina_2.jpg


Zahra:


Tina


Dewi:

Sudah sebulan aku hidup bersama dengan tim KKN ku di desa yang cukup terpencil ini. Selama sebulan ini juga ada beberapa kejadian yang cukup menyeramkan bagi kami. Misalnya beberapa hari belakang, tiap selesai melaksanakan ibadah maghrib. Kami yang memang melaksanakannya di musholla terdekat sering mendengar suara ramai-ramai di bagian belakang rumah. Awalnya kami sedikit ketakutan karena hal itu namun setelah kami bercerita ke para tetangga terdekat dan juga kepala desa, suara itu memang berasal dari mereka yang tidak terlihat. Mereka hanya ingin kenalan dan jangan mencoba diusir, namun perbanyak ngaji saja dan selama memang mereka tidak mengganggu yang berlebihan, maka biarkan saja. Mendengar kata-kata itu maka kami bersikap tetap tenang dan menjalankan nasihat yang diberikan dari para warga walaupun jika ada sesuatu terjadi ya kami langsung berkumpul di satu tempat di salah satu bagian rumah itu (haha).

Banyak dari hal yang sebelumnya para laki-laki bahas itu adalah sebuah gosip yang tidak ada kebenarannya sama sekali. Misal gosip tentang Novi yang menurut tuturan David sudah menikah. Menurut tuturan Novi, yang sudah menikah adalah Novi yang satunya lagi dan memang satu fakultas dengan Novi yang satu kelompok dengan kami. Hanya tinggal gosip mengenai Rina yang katanya pernah diperkosa oleh seorang sales make-up. Aku tidak berani menanyakannya langsung kepada Rina, karena jika memang hal itu benar, maka aku baru saja membuka luka Rina yang mungkin saja tidak mau ia buka lagi.

“rin, hari ini gaada apa-apa kan ya?”

Aku bertanya pada Rina yang sedang bersantai di teras rumah. Ada Novi dan Fatma juga di sana.

“gaada za. Paling nanti sore sih ada pengajian buat ibu-ibu tapi”

“oohh okedeeh. Aku mau pergi yaa. mau ketemu temen hehe. Kalo ada apa-apa telefon aja ya. Jangan sms. Bacanya suka lama soalnya”

Semenjak kejadian Rina yang katanya khawatir berlebihan terhadapku saat aku pergi menyelamatkan Zahra tempo hari, jika aku ingin pergi. Ehh bukan hanya pergi, semua kegiatanku yang kemungkinan besar meninggalkan posko KKN cukup lama, aku harus memberitahukannya ke Rina. Aku pernah iseng tidak memberitahukannya dan kejadian itu terulang lagi. Rina marah-marah di depan mataku dan juga didepan teman-teman yang lain. Padahal aku pernah juga iseng menyuruh David atau Ahmad untuk pergi ke mana saja hingga larut malam. Namun kejadian Rina marah-marah tidak ada.

Karena kejadian itu, aku mendapat ledekan oleh teman-teman khususnya dari para perempuan karena Rina hanya khawatir terhadapku bukan ke laki-laki lain. Awalnya Rina marah-marah dan menganggap ledekan itu mengada ada namun tetap saja ketika aku sekali saja tidak memberitahu kemana aku pergi, saat pulang aku akan disambut oleh muka sebal Rina dan nada tinggi yang sedikit memekakan telinga.

“ooohh. Yaudah. Pulangnya jangan malem-malem”

“yaaah. Padahal mau main ke kota haha”

“gausah macem-macem. besok agendanya padat. Kalo kamu gaada, siapa kormadesnya nanti”

“iyaa iyaa. yaudah gajadi ke kota”

“eehhheemm ehheeeemmm. Ada yang takut sama istri nihh fat haha” nyinyir Novi sambil sibuk dengan bahan bacaannya.

“iyaa tuhh. Kasian ya suaminya dikekang banget” ucap Fatma dengan nada nyinyir yang sangat menyebalkan itu.

“SIAPA YANG NGEKANG??” teriak Rina

“loh lohh. Kalian udah suami istri?” ucap Fatma.

“selamat yaaa kalian yaampuunn” ucap Novi melanjutkan.

Rina langsung beranjak pergi dengan muka khas menyebalkannya. Novi dan Fatma hanya tertawa melihat kelakuan Rina.

“kalian tuh yaa haha. Dasarr” ucapku.

“kamu tuh kapan peka sih zaaa. Rina itu udah cinta sama kamu. Udah sih tembak aja apa susahnya” ucap Fatma.

“ya gak secepat itu laaah. Lagipula aku ngebet punya pacar juga haha”

“masa kurang lama za? Udah sebulan kalian deket, bahkan kayaknya malah udah lebih sebulan. Sebelum KKN kalian udah deket kan?”

“ya gak deket-deket amat nov”

“halah aku denger dari Arif kalo Rina udah pernah nginep di kosmu”

“itu nginep gara-gara ngurusin naskah proker yaa. lagipula kita gak ngapa-ngapain”

“tetep ajaa. Zaa. Cewek kalo mau diajak main ke kosan cowo apalagi sampe nginep berarti, cewe itu udah percaya banget sama cowo itu. percayanya dalam banyak artian yaa”

“iyaatuhh zaa. Kasian Rina. Semenjak putus sama cowoknya dia galau banget” ucap Fatma.

“loohh. Perasaaan dia bilang gak kenapa-kenapa dulu”

“yaelah zaa. Kamu kan jg abis cerita kalo kamu abis kehilangan pacar kamu. Kalo dia cerita dia galau banget, yang ada kamu makin galau karena keingetan mantan kamu itu”

“masa sih? Tapi ekspresinya biasa aja”

“Rina tuh masuk ke organisasi seni peran. Wakil ketua malah. Dia jago lah masalah begituan haha. Dia tuh tiap malem suka merenung sendiri di kamar. Kita lagi asik, dia mojok aja sendirian sambil mainin HP-nya. awalnya dia gamau cerita, tapi akhirnya dia mau cerita juga” Fatma menghela nafas. “zaa. Buruan atuh ngomong ke Rina kalo kamu jg punya rasa yang sama. Walaupun mungkin masih kecil rasa itu, gapapa, biarin waktu memberi kesempatan bagi rasa itu mau membesar atau mengecil. Sayang kan sama Rina?”

“apasih faaat. Udah laah. Aku lagi ga ngebet punya pacar juga ahaha”

“jangan sampe nyesel zaa haha”

Aku tidak terlalu mendengarkan kalimat terakhir Fatma. Aku langsung masuk ke dalam rumah dan segera bersiap-siap karena aku ingin menjenguk Zahra. Aku belum menjenguknya setelah kejadian tempo hari karena aku terlalu sibuk mengurusi proker di desa ini. Sebelumnya juga aku sudah memberi tahu Zahra bahwa aku akan menjenguknya dan kebetulan dia juga tidak ada kegiatan apa-apa hari ini.

“zaaa. Kalo jadi ke kota aku nitip jajanan yaa hehe” ucap Rina tiba-tiba keluar dari kamar dan berlari menghampiriku di teras saat aku sudah siap berangkat.

“katanya aku gaboleh ke kota -_-“

“kan kalo jadi ke kota ihhh”

“yaudah yaudah. jajan apa?”

“apa aja deehh. Terserah kamu, nihh duitnya”

Aku menerima dua lembar uang yang berwarna biru. “jajan apa yang harganya sampe 100rb?” batinku.

“banyak amat rin?”

“udaaah gapapa, sama uang bensinmu itu”

“yaelaah lebay amat haha. Nih ahh aku kembaliin satu. Kebanyakan”

“iiihh udaahh sihh terima aja” Rina menolak.

Aku terus memaksa Rina untuk menerima uang kembaliannya. Tangannya terus menghindar dan terus menepis tanganku yang hendak memberikannya uang kembalian. Hingga pada akhirnya karena aku sebal, aku menangkap tangannya dan secara tidak sengaja aku malah menarik tangan itu cukup keras. Karena tidak siap dengan tarikan itu, tubuh Rina ikut tertarik dan tubuh Rina menabrak tubuhku. Suasana menjadi canggung saat tubuh kami saling menempel.

“yaammpuunnn. Temen-temen liat dehh bapak sama ibu kita lagi mesra-mesraan di teras” ucap Sandra yang tidak sengaja melihat kami.

Sontak semua teman-temanku langsung mendatangi kami dan akhirnya mereka melihat kelakuanku bersama Rina. Wajah Rina kulihat sedikit memerah dan ia langsung mendorong tubuhku agar menjauh darinya.

“UDAH ITU BUAT KAMU AJA ZA” ucap Rina sambil masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah, mereka semua meneriakkan kata-kata “cie cie cie” terus menerus dan Rina kulihat masuk ke dalam kamar dan membanting pintu.

“zaa zaa. Udah tembak aja itu Rina nya” ucap Arif yang tiba-tiba menghampiriku.

“apaaan sih ah. Udah gue mau pergi dulu”

Aku langsung menuju motorku dan memanaskan mesinnya.

Semua orang sudah kembali sibuk dengan urusannya masing-masing dan aku sedikit melirik jendela kamar dan aku mendapati wajah Rina. Ia lalu melambaikan tangan ke arahku sambil tersenyum. Aku membalas lambaian tangan itu dan aku segera pergi menuju desa Zahra.

Sesampainya di posko Zahra. Aku langsung disambut langsung olehnya yang memang sedang santai di teras rumah.

“hei zaa. Lama banget haha”

“iyaa tadi macet haha”

“mana ada macet sih zaa haha. Yaudah ini tulis buku tamu dulu” Zahra memberikanku sebuah buku.

Aku menuliskan namaku di buku itu dan setelah selesai aku memberikan kembali buku itu ke Zahra.

“kamu gimana kabar zah?”

“yaa gini gini aja za haha. Kamu sendiri?”

“ya sama gini gini aja haha”

“udah gak kenapa kenapa kan?”

“maksudnya?”

“winda zaa. Kamu udah gapapa kan?”

“yaampuuun. Udah gapapa kookk haha. Gausah bahas Winda ya zahh. Aku males haha”

“yaampuun haha. Kalian tuh yaa relationship goals banget”

“aahh darimana zaah. Kalo kamu tau kejadian beneran jg gabakal ngomong gitu”

Ditengah-tengah obrolan kami, ada seseorang pria yang keluar dari rumah dan mendapati kami berdua sedang di teras.

“yaampun raa. Dikasih minum atuh itu tamunya” ucap Pria itu.

“iyaa liih. Nanti aah. Lagi seru ini ngobrolnya haha” ucap Zahra.

“yeeuu” ucap Pria itu sambil mengambilkan kami minuman dari dalam rumah.

Pria itu berlalu dari hadapan kami. Aku lalu melanjutkan bercerita mengenai kejadian yang sebenernya terjadi. Dari mulai Kintan tiba-tiba menarikku ke dalam ruangan hinga akhirnya Winda tertabrak sebuah mobil. Setelah mendengar cerita itu Zahra terdiam dan menepuk-nepuk punggungku.

“oiya za, Ka Kintan tuh temennya Ka Nayla bukan sih?”

“iyaa zah, kenapa emang?”

“hhmmm gapapasih. Cuman kemarin aku liat Jordi sama Ka Nayla di kantin. Aku padahal udah bilang kalo Ka Nayla tuh cewe gabener. Tapi masih aja mau dideketin sama dia”

“husshhh. Jangan mikir yang aneh aneh”

“gimana ga mikir aneh-aneh coba zaa. Jordi tau tau minta jatah mulu setelah kejadian di Jakarta. Yang kamu nyelametin aku itu” Zahra menghela nafas. “padahal dulu jarang dan gapernah sama sekali kecuali ciuman. Paling sekali-kali pegang pegang. Tapi gapernah minta masuk. Tau tau kok sebelum aku KKN minta muluuu” Zahra tiba tiba berkaca-kaca.

Aku hanya mengelus punggungnya. Mencoba menenangkannya.

“zaa, tau ga hubungan Jordi sama Ka Nayla?”

Aku terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaannya.

“eemmm setau aku sih dulu Ka Jordi pacaran sama Nayla sebelum sama kamu zah”

“serius za??”

“iyaaa zaahh”

“heeemmm” sela-sela mata Zahra semakin banyak mengeluarkan air mata. “pasti mereka udah macem-macem deh yaa. Terus kamu ada cerita ga za tentang mereka berdua??” lanjutnya.

Aku sedikit menghela nafas lalu menceritakan apa yang kutahu tentang hubungan mereka berdua. Bahkan aku akhirnya menceritakan semua hal tentang Jordi. Hal yang diceritakan oleh teman-temanku tempo hari dan juga cerita dari Nayla sendiri.

“aahhh masa sih za Jordi kayak gitu? kan pas nyelametin Yanti dia semangat banget”

“naah itu kata temenku itu agak aneh. Tapi itu kan cuman denger denger doang. Gatau bener apa engga zaahh”

Zahra hanya mendusel di pundakku. Aku hanya membelai kepalanya seraya mengusapnya.

Cukup lama posisi kami seperti ini dan aku memutuskan mengajaknya ke kota untuk refreshing dan Zahra mengiyakan. Zahra lalu masuk ke dalam rumah dan kutebak ia meminta izin kepada kormadesnya untuk pergi sejenak. Ada semacam ribut-ribut di dalam namun aku tidak paham maksudnya apa dan akhirnya Zahra keluar dari rumah dan dengan pakaian yang cukup rapi.

“tadi kenapa zah?”

“biasa kormadesku riweh haha. Ngasih tau aku kalo pulangnya jangan malem-malem. Besok acaranya banyak katanya. Biasalah. Dia naksir sama aku hahaha”

“dihh pede banget hahaha”

Zahra hanya tersenyum saja menanggapi perkataanku dan kami langsung menaiki motorku dan kami menuju ke kota.

Kami langsung menuju alun-alun banjar dan perjalanan memakan waktu 1 jam karena pelosoknya daerah kami (haha). Sampai di alun-alun kami langsung memutuskan untuk makan makanan yang ada di kawasan tersebut. Setelah selesai makan kami lalu memutuskan untuk mencari pusat perbelanjaan terdekat.

Beberapa saat kemudian kami menemukan sebuah pusat perbelanjaan dan kami langsung menuju ke pusat perbelanjaan tersebut.

Sepanjang kami berputar-putar di pusat perbelanjaan tersebut, tangan Zahra tidak bisa melepaskan rangkulan tangannya terhadapku. Aku sempat iseng mencoba melepaskan namun tangannya langsung ditarik oleh Zahra.

“kenapa pegangan sih zah? Haha” ucapku iseng.

“gapapa. Udah lama gak kayak gini haha”

“kan kamu udah punya pacar”

“gak tau ini lah gapapa haha”

Aku tidak terlalu memperdulikan kata-katanya dan mengikuti kemauan Zahra.

Zahra membeli banyak barang diantara baju-baju dan kerudung. Kami memutari pusat pernbelanjaan tersebut hingga bosan.

Setelah mendapatkan barang-barang, kami memutuskan untuk bermain di kawasan fun park yang ada di pusat perbelanjaan itu. cukup lama kami bermain di sana dan tanpa terasa saat aku melihat jam tanganku sudah menunjukan pukul 6 petang. Aku lalu meminta Zahra untuk cukup bermain dan kita melaksanakan ibadah lalu pulang.

“oiyaa zaa, beli makanan dulu yukk buat orang-orang posko. Peraturan kita kayak gitu. kalo ada yang keluar pergi buat main, kalo pulang bawa makanan. Kalo engga gabakal di bukain pintu katanya haha”

“waah jahat amat haha. Yaudah yuukk”

Kami langsung menuju bagian jajajan di pusat perbelanjaan itu. Untungnya cukup lengkap jajanan disini dan aku juga membeli untuk Rina tentu saja dan juga untuk teman-temanku yang lain.

Setelah cukup membeli jajanan, kami langsung menuju posko Zahra. Perjalanan memakan waktu sedikit lebih lama dari waktu berangkat karena kondisi jalan yang gelap serta tanpa penerangan membuatku mengurangi kecepatan.

Setelah sampai di posko Zahra aku langsung pamit untuk segera kembali ke poskoku.

Sesampainya di poskoku jam sudah menunjukan pukul 8 malam kurang 15 menit. Seperti biasa aku disambut oleh Rina yang sedang berada di teras namun wajahnya tidak menyebalkan.

“loohh kok sendirian sihh?” ucapku setelah aku memakirkan motor.

“iyaa. di dalem lagi pada pacaran semua haha”

“hah pacaran?”

“liat aja sendiri”

Aku masuk ke dalam rumah untuk meletakkan jajanan yang aku belikan untuk mereka. Aku mendapati teman-temanku sudah sibuk dengan pasangannya sendiri kecuali Arif dan Novi serta David dan Angel yang kulihat masih canggung walaupun mereka terlihat dekat. Boni dan Fatma serta Ahmad dan Sandra sudah terlihat sangat dekat. Lancar rencana kita (haha). Yang membuatku tergelitik adalah posisi mereka yang berbeda beda. Ada yang di ruang tamu, di ruang tengah, di ruangan laki laki tidur bahkan ada yang di dapur sambil memasak mie.

Aku langsung kembali ke teras untuk menemani Rina. Aku jg membawa jajanan khusus untuk Rina yang aku pisah dan aku bedakan dengan jajanan untuk teman-teman yang lain.

“pada pacaran kan za? Haha”

“iyaa haha. Lucu ya mereka”

“iyaaa. Padahal ledekin yaa, taunya sama sama aja haha”

“kasian ya kamu sendirian haha”

“kamu pergi sih lagian”

Aku hanya tertawa menanggapi Rina dan memberikan jajanan titipannya.

“waahhh kok kamu tau aku suka coklat sih zaaa ehehehe” ucapnya saat membuka jajan yang aku berikan.

“masa aku gatau sih rin haha”

“hehehehe makaassihhh” ucapnya yang kemudian menyantap coklat yang aku berikan.

Sesekali Rina menawarkan coklat itu dan aku dengan isengnya meminta Rina menyuapkannya untukku. Tak kusangka Rina menyuapiku.

Aku lalu duduk menyender sebuah dinding persis di depan Rina yang duduk di kursi teras.

Rina tiba-tiba berdiri dan duduk persis di sebelahku.

“zaa. Makasih” Rina menyenderkan kepalanya di pundakku.

“iyaa riiinnn haha” tangan kananku aku gerakan membelai kepalanya.

Gerakanku membuat Rina mendusel di pundakku dan kulihat ia tersenyum dan wajahnya memerah.

Aku masih terus membelai kepala Rina dan sampai akhirnya ada Boni yang keluar dari rumah dan membawa sepiring mie goreng dengan porsi yang cukup banyak.

“nihh zaa, riin punya kalian” ucap Boni meletakkan di meja teras.

“wuihhh kirain bikin buat sendiri haha”

“niatnya gitu, tapi Fatma pengennya bikinin buat yang lain jg”

“yaudah makasih boon”

Boni hanya menunjuk ibu jarinya itu dan langsung masuk ke dalam rumah.

“rinn mau makan mie?”

Rina hanya mengangguk tanpa menolehkan wajahnya ke arahku.

Aku menggerakkan tanganku yang satunya karena untungnya posisi kami tidak jauh dari meja. Setelah mendapatkan piring itu, aku memakan mie nya dan menyuapi Rina karena ia yang memintaku. Sesekali aku mengelap mulut Rina karena bumbu bumbu nya menempel di sekitaran mulut Rina. Rina hanya tertawa menanggapi hal itu dan malah lama kelamaan hal itu sengaja dilakukan oleh Rina.

Tak terasa sudah jam 10 malam dan sudah cukup lama aku berduaan dengan Rina di teras ini. Aku lalu mengajak Rina masuk ke dalam rumah dan mendapati semua teman-temanku sudah berada di depan TV dan sedang menonton acara TV. Aku meletakkan piring di dapur dan Rina duduk di ruang tengah.

Aku lalu menyusul teman teman yang lain menonton TV.

*****
Dua minggu kemudian, teman-teman organisasiku lebih tepatnya adik-adik kelasku mengirim pesan kepadaku bahwa mereka ingin menjenggukku. Pesan itu diwakilkan oleh Nadya.

Aku mengiyakan karena hari ini memang tidak ada kegiatan apapun. Sebenarnya kegiatan kami atau program kerja kami sudah selese semua di minggu kemarin. Proker terakhir kami adalah kegiatan 17 Agustus an yang diisi oleh lomba lomba. Kami memang meminta kepada Pak Kades untuk menjadi panitia lomba agustusan. Kegiatan tersebut sangat seru dan dimulai dari pagi hingga maghrib tiba. Kami semua langsung tepar saat itu karena benar-benar seharian kami ada di lapangan.

Hari ini rencananya David dan Angel akan melaksanakan kegiatan ibadah mingguannya bersama. Padahal sebelum sebelumnya mereka pasti berbeda waktu tapi baru kali ini mereka akan melakukannya bersama. Aku pun meledek mereka dan Angel yang tersipu malu, David hanya cengengesan saja.

Siang harinya Nadya dan kawan-kawan sudah datang. Rombongan dari organisasiku adalah Nadya, Wati, Andi, Galih. Nura, Wisti, Narto, Hidan, Tina dan Dewi. Aku sedikit terkejut dengan kehadiran Tina dan Dewi. Aku tidak tahu bahwa mereka memutuskan untuk KKN bukan di periode kali ini.

“heeii tiin dew, kok kesini? Haha” ucapku saat mereka memakirkan motornya di halaman rumah kami.

“iyaa zaaa. Aku mau penelitian dulu baru KKN hehe” ucap Tina.

“ooohhh gituuu. Dewi juga?”

Dewi hanya mengangguk.

“HEII KA FAZAAAA” teriak Nura yang cukup memekakan telinga.

Gara-gara teriakan Nura, Rina yang memang sedang menonton TV tiba-tiba keluar dari dalam rumah.

“yaampun kirain apa” ucap Rina.

Rina lalu masuk ke dalam rumah dan kembali keluar dengan membawa beberapa jajanan. Rina juga membawa sebuah buku untuk mencatat tamu yang datang ke posko ini. Rina kemudian kembali masuk ke dalam rumah setelah buku tersebut sudah diisi.

“gimana ka betah disini?” ucap Dewi membuka obrolan.

“ya betah ya dew haha. Warga sini baik baik banget. Hampir tiap hari kita dikasih makanan haha”

“iyaa disini juga sejuk ya. Tin, besok KKN nya disini aja haha”

“iya enak disini haha” ucap Tina.

“kalian berapa jam tadi jalan?” tanyaku.

“emm 3 setengah jam apa ya?” ucap Wati.

“oiya Ka Nayla sama yang lain kok gaikut?”

“kalo Ka Nayla, itu lagi sibuk ngurusin wisudanya mereka, oiya dia juga titip salam buat kamu za. Kalo sehat-sehat aja katanya suruh nanti malem telfon. Kalo Ka Jordi sama Ka Jodi gatau. Mereka gak keliatan lagi semenjak ka Faza jadi ketum” ucap Andi.

“yaampuun haha. Yaudah dehh oke”

Kulihat Ayu Wisti dan Nura hanya menyimak kami sambil menghabiskan makanan yang tadi disediakan Rina.

“eeehhh jangan diabisin nurr” ucap Wati saat menyadari kerjaan mereka hanya makan jajanan.

“abisnya kita gangerti kalian ngobrolin apa hehe” ucap Nura tidak berdosa.

Kami lalu melanjutkan obrolan mengenai ada apa saja yang terjadi di organisasi pasca aku berangkat KKN. Karena aku tidak bisa mengontrol dari jauh karena sinyal disini sangat jelek. Menurut Andi selama aku tidak ada kabar, ada Virzha yang selalu bolak balik dari desa KKN nya ke kampus jika terjadi hal yang tidak bisa diatasi oleh adik-adik kelasku ini. Aku cukup bersyukur karena ada seorang Virzha. Walaupun memang desa KKN Virzha lebih dekat dariku tapi itu merupakan pengorbanan waktu dan tenaga.

Tanpa terasa kami sudah mengobrol selama 1 jam lamanya.

“oiya zaa, Zahra KKN nya disini juga kan ya?” ucap Dewi setelah beberapa saat terjadi kekosongan obrolan.

“iyaa kenapa emang?”

“bisa anterin aku kesana. Sama Tina juga sihh”

“oohh okedeh. Ada apasih?”

“ada sesuatu yang harus diobrolin sama Zahra za hehe. Biasa urusan wanita haha”

“ohhh okedeehh”

“oiya kalian abis ini mau kemana?” tanyaku kepada yang lain.

“udah gak ke mana mana sih kak. Ka Faza orang terakhir yang kami jenguk. Soalnya paling jauh haha” ucap Nadya.

“oohh gitu, berarti udah ke Zakiyah, Devi, Mira ya?”

“iya udah semua pokoknya haha”

“yaudah kita ke posko ka Zahra yaa. pacarnya ka Jordi”

“OKE KAAKK” ucap mereka serempak.

Aku masuk ke dalam rumah dan meminta izin ke Rina bahwa aku akan ke posko temanku untuk mengantar teman-temanku ke sana. Rina hanya mengangguk dan masih fokus dengan acara yang disajikan oleh TV.

Setelah aku bersiap-siap dan mereka juga siap. Maka kami berangkat menuju posko Zahra.

.

.

.

Sesampainya di posko Zahra. Untungnya Zahra juga sedang bersantai di teras dan nampak terkejut dengan kedatanganku.

“zaa kok gabilang-bilang?” ucap Zahra mempersilahkan kami.

“hehe.. ini aja mendadak zah”

“haaloo ka Zahraa” ucap Nura. “cantik yaa kaka. Pantesan Ka Jordi kelepek-kelepek haha” lanjutnya.

“ahahaha bisa aja kamu. Siapa namanya?”

“Nura kaakk”

Mereka lalu duduk lesehan di teras. Kulihat Dewi dan Tina langsung memisahkan diri bersama Zahra. Aku beropini ria di dalam benakku mengenai apa yang akan dibicarakan oleh mereka berdua. Aku lalu masa bodo dengan hal itu karena tidak menemukan jawaban yang logis. Aku lalu bercakap cakap saja dengan Nura, Wisti, Ayu, Nadya, Wati, Andi, Galih, Narto dan Hidan.

Beralih dari Faza kita ke Dewi Tina dan Zahra.

“ehh ada apa?” ucap Zahra bingung karena mereka memisah dari rombongan.

“gini raa. Ada yang mau kita obrolin. Ini mengenai Jordi” ucap Tina.

*DEGG*

Jantung Zahra langsung berdetak tidak karuan.

“gini raaa. Kita mau ngaku kalo kita itu mainannya Jordi. Sama Jodi juga sih lebih tepatnya. Kita udah lama jadi mainan mereka. Lebih tepatnya Jodi sih, Jordi jarang, cuman sekali kalo gasalah. Cuman dia kan juga terlibat”

“kok….. kok…bisaa..?” ucap Zahra terbata-bata karena tidak percaya.

Mereka berdua menghela nafas.

“aku ceritain dari awal ya ra biar kamu tau semua peristiwanya” Dewi menghela nafas lagi. “jadi gini raa. Kayaknya sih awalnya dari makrab kami. Waktu itu HP kami disita karena emang kami nakal masih aja bawa HP padahal di peraturan gaboleh bawa HP. Nah terus kita gak sadar kalo di HP kita tuh ada banyak foto-foto telanjang kita. Lebih tepatnya aku lupa hapus hapusin. Aku jg baru sadar pas tau tau Jordi nge chat aku dan bilang kalo dia mau nyebar foto itu kalo ga nurutin semua permintaannya. Aku nyesel senyesel-nyeselnya itu kenapa ga hapus foto-foto itu. yaudah kita akhirnya diajak ke kontrakannya dan yaa mereka berdua ngambil perawan kita. Pokoknya kalo mereka pengen ya pasti mereka manggil kita ke kontrakan”

Dewi bercerita dengan sedikit terbata-bata sambil sedikit mengeluarkan air mata.

“aku lanjutin ya raa” kali ini giliran Tina.

Zahra hanya mengangguk.

“Aku cuman ngasih tau kelakuan pacar kamu raa, biar banyak yang tau cerita ini lebih baik. Aku udah gak peduli lagi sama foto itu, kalo pun emang udah disebar sama mereka yaudahlah gapapa. Aku cuman pengen mereka berdua dikasih hukuman yang setimpal. Jujur aku gakuat raa kalo mereka masih mainin kami. Apalagi sekarang Ka Kintan sama Ka Nayla mereka juga panggil akhir-akhir ini”

*DEEGGG*

“maksud kamu selama aku di sini Jordi…….”

“bisa jadi” Dewi dan Tina mengangguk pelan.

Kali ini Zahra yang sudah tidak kuat menahan air matanya keluar.

“tau ga sama kasus mamat sama toni tin?” ucapku yang sepertinya mengangetkan Tina dan Dewi.

“ehh faza?”

“iya tin, sorry nguping. Tau ga masalah itu?”

“ituu… siihhh…. Emmm…. Kejadian itu aku juga gak nyangka kalo Jordi sama Jodi juga terlibat. Maksudnya adalah ternyata yang bikin Mas Reza meninggal itu ya pada dasarnya mereka berdua. Pernah baca berita tentang kecelakan mobil yang masuk ke jurang kan za? Itu semua rencana mereka berdua. Sewaktu itu aku abis digarap abis-abisan sama Jodi nah mungkin Jodi ngira aku pingsan atau gimana jadinya dia nelfon seseorang dan percakapannya bener-bener mencurigakan. Aku yang kepo akhirnya buka-buka HP Jodi naah akhirnya aku tau kalo orang yg abis ditelfon itu Toni. Di chat itu bilang bahwa emang rencananya seperti itu. Toni sama Mamat disuruh untuk rusuh saat makrab sama mereka abis itu mereka ditangkep dan Mas Reza nganter buat masukin mereka ke polisi. Di tengah perjalanan mereka bikin seolah itu kecelakaan” Tina menghela nafas.

“naaahh lebih parahnya lagi adalah setelah Toni dan Mamat lolos dari polisi karena kemampuan Jordi yang pandai bicara itu, mereka ngasih kita ke Toni sama Mamat… sakit…” Tina sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi.

“udaah udaah kalo gakuat jangan dilanjutin” ucap Zahra. “aku udah bisa nebak ke mana maksud kalian. Tapi aku mau tanya satu hal, kalo mereka berdua bantuin Toni dan Mamat, kenapa mereka terlihat menggebu-gebu sekali saat Faza dkk ingin menangkap Toni?”

“itu aku tidak tahu pastinya raa. Kalo menurut kami sih mereka juga ingin memasukkan Yanti sebagai koleksi mereka untuk bisa dimainkan kapan saja seperti kami, namun jika Yanti masih ada di pelukkan Toni maka tidak akan memberinya waktu yang luas”

Keheningan tiba-tiba mendatangi mereka semua.

“tapi kenapa Yanti tin?” ucapku.

“kalo masalah itu aku pernah baca history chat Jodi sama Toni kalo Yanti itu anak seorang konglomerat yang cukup agamis juga. Nah mereka khususnya Toni pengen dapet uang dari Yanti. Itu doang sihh yang aku tahu”

Aku hanya termenung mendengar cerita itu. Aku lalu kembali ke rombongan Nadya dkk karena niat awal hanya iseng saja aku menghampiri Zahra. Tapi malah mendapatkan bingkai puzzle lain.

“itu ajar ra, yang ingin kami katakan. Kelakuan pacarmu udah keterlaluan. Sebagai sama-sama wanita aku pengen kamu gak terjerumus terlalu dalam di dunia mereka. Akan susah untuk keluar”

Zahra hanya bisa mengangguk.

“oohh iyaa zaaa. Aku baru inget ada sesuatu yang harus kami jelasin ke kamu” ucap Tina sedikit berteriak.

Aku menoleh dan kembali ke kerumunan Tina, Dewi, dan Zahra.

“raaa maaf yaa. ini urusan kami hehe. Maaf bangeettt”

Zahra mungkin mengerti dan hanya tersenyum. Mereka lalu berpelukan dan tak lama setelahnya bergabung dengan para adik kelasku.

“gini zaa, aku jadi inget gara-gara tadi bahas Yanti” ucap Tina.

Aku duduk bersila di depan mereka. Dewi mungkin yang tidak tau apa-apa mengenai obrolan ini memutuskan untuk memisahkan diri dari kami.

“gimana tin?”

“kamu mulai sekarang hati-hati sama temen-temenmu itu yaa”

“maksudnya?”

“aku pernah beberapa kali ga sengaja dengar temenmu Mira lagi ngomongin kamu bareng Ka Nayla sama Ka Kintan. Aku gapaham kenapa mereka jadi deket. Tapi mereka juga ngomongin Winda”

*DEG*

Seketika itu mataku melotot.

“sabar zaa sebelum kamu motong ceritaku, mereka memang berniat misahin kamu sama Winda. Aku denger dari telinga ku sendiri. Aku gak tau kenapa mereka pengen misahin kamu sama Winda tapi itu fakta yang bener-bener aku denger sendiri”

Aku menunduk sambil menutup wajahku menggunakan kedua tanganku. Aku menggelengkan kepalaku sembari menghubungkan cerita dari Tina dengan apa yang aku lalui beberapa bulan terakhir.

“busuk ya mereka” aku mengangkat wajahku dan menatap Tina yang sepertinya terkejut dengan perkataanku.

“intinya kamu hati-hati sama orang-orang terdekatmu. Gaada yang tau zaa itu teman atau kawan”

Aku hanya mengangguk dan segera berdiri untuk bergabung bersama yang lain.

Setelah puas mengobrol Nura kembali bikin ulah karena menghabiskan jajanan lagi. Zahra hanya cekikikan melihat kami memarahi Nura. Nura dengan tampang polosnya hanya meminta maaf.

Kami lalu pamit kepada Zahra untuk segera meninggalkan tempat ini karena hari sudah cukup sore dan perjalanan mereka yang cukup jauh.

Aku mengantar mereka ke sebuah jalan yang bisa memotong waktu perjalanan mereka. Setelah aku memberi tahu arah-arahnya aku kembali ke poskoku.

Winda ternyata kita dijebak. Aku gaakan maafin mereka win. Saat ini aku memang kurang bukti tapi aku akan nyari bukti itu dan nanti aku ceritain pas aku main kerumahmu. Tunggu ya win. Maafkan aku karena aku masuk ke dalam permainan mereka.

Bersambung​
 
Terakhir diubah:
SUDAH UPDATE!! HAHA

Mohon maaf baru bisa update karena emang nulisnya nyicil-nyicil jadinya lama haha. Semoga pada suka sama updatenya..

ENJOY!!
 
Di dunia ini tidak ada kawan yg abadi, semua bisa jadi lawan ataupun kawan tergantung kepentingan masing-masing. Jadi jangan 1x pun mempercayai seseorang terlalu dalam karena semua ny bulshit. Yg harus di percayai hanya diri sendiri, karena ia tak mungkin mencelakai tuanya..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd