Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
Bimabet
Masih menunggu dan menanti update dengan sabar. Tolong kasih kritik dan komentar yg membangun dan jangan menjatuhkan TS.
 
Part 23
Rina:
Putri_Oktarina_3.jpg


Keesokan harinya, kami semua bangun kesiangan karena tubuh yang masih lelah. Aku laki-laki pertama yang bangun dari pergumulan tadi malam dan aku sedikit terkejut karena tubuh Fatma sudah tidak ada lagi di ruangan itu. Aku yang tidak ambil pusing dan memutuskan untuk tidur lagi. Suasana pagi itu benar-benar mendukung tubuh ini untuk segera tidur lagi. Tidak lupa aku memakai pakaianku karena kondisi disana benar-benar dingin pagi ini.

Saat aku bangun untuk yang kedua kalinya, aku melihat jam yang menempel di dinding sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Selain itu, yang lebih parahnya lagi adalah aku baru mendapati Rina yang sudah bangun dan sedang menuju kamar mandi. Dengan wajah baru bangun tidur tentu saja.

“loohh zaaa. Baru bangun? hahaha”

“iyaaa niihhh. Kamu baru bangun juga?” aku beranjak dari tempatku dan menuju tempat Rina berdiri.

“engga siihh. Cuman baru keluar dari kamar aja. Yang lain tapi masih pada tidur, mau aku bangunin gaenak”

“iyaa sih. Tuh juga masih pada tidur” Aku menunjuk ke bagian laki-laki yang masih menikmati dunia mimpinya.

“yaudah deh zaa, aku mandi dulu yaaa. Mau ikut? Hahaha”

“serius nihh? Kalo boongan gamau aah”

“hahaha boongan laaah. Ngarep pasti kamu”

“diihhh udah sana mandi”

Rina hanya cekikan dan masuk ke dalam kamar mandi.

Aku yang bingung ingin berbuat apa, lalu memutuskan untuk pergi keluar untuk sekedar mencari udara segar. Aku lalu mengitari desa ini, desa yang sudah kutinggali selama dua bulan ini dengan sedikit berlari.

“eehh mas Fazaa. Kapan pulang mas?”

“eehhh mas Faza. kalo ada waktu nanti main-main ke sini lagi ya mas”

Begitulah sapaan para warga disini saat aku berpapasan dengan mereka dijalan.

“mas Faza, untuk masalah uang makan sudah beres?” ucap Kepala desa saat berpapasan denganku.

“oohh sudah pak. Kemarin sudah diurus oleh teman saya”

“oke baiklah. Saya hanya memastikan”

“baik paak”

Kami berdua kembali melanjutkan aktivitas masing-masing. Cukup puas aku mengitari desa ini mungkin untuk terakhir kali. Aku memutuskan untuk kembali ke posko.

Sesampainya di posko, di teras sudah ada Rina yang sedang duduk sambil menikmati susu hangat buatannya sendiri.

“dari mana za?” ucap Rina sambil menyeruput susunya.

“muter-muter aja haha. Bingung abisnya mau ngapain” aku duduk di sebelahnya.

“mau?” ia menyodorkan sebuah gelas.

Aku menerima gelas itu dan meminumnya dua teguk.

“semalem ngapain aja sama Fatma?” tanyanya.

Aku bingung dengan arah pertanyaannya saat ini.

“emmm. Ya gitudehh”

“hhhmmm”

Keheningan menyertai kami. Aku bingung dengan sikapnya kali ini. dia hanya memandangi sebuah pohon yang berdiri di depan halaman teras rumah ini.

“yang lain udah bangun?” Aku mengembalikkan gelas kepada Rina.

“udaah. Tadi pas aku selesai mandi, udah ngantri David. Novi juga udah bangun tadi cuman mungkin masih sakit kali jadinya belum mau bangun dari kasur”

Aku hanya ber-oh ria dan tidak ada percakapan diantara kami dalam beberapa menit kedepan.

“oohh iya rin, nanti jam 1 aja kali ya otw dari sini?”

“emmm kurang sore zaa haha. Aku masih pengen disini. Lagipula kasian fatma, dia aja masih teler di kamar”

“kamu ya bawa dia?”

“iya laahhh. Siapa lagi. Aku bangun jam 5 yaampun kalian telanjang semua. Jijik lihatnya”

“jadi kamu liat anuku dong?”

“iyaalaah”

“ih curang”

“apaan sih” Rina menjewer telingaku dan aku hanya tertawa mesum

“terus kita ngapain disini?”

Rina menyeruput susunya. “eemmmm. Jalan-jalan deehh”

“HOYYYYY!!” teriak Sandra yang baru saja keluar dari rumah.

“iihhh apaaan sih san” Rina sedikit meninggikan nada suaranya.

“yaelah galak amat sih ibu haha. Pak presiden, kita pulang jamber?”

“gatau nihh. ibu negara kalian pengen jalan-jalan dulu katanya”

“lohh kalian udah jadi?”

Rina tiba-tiba terbatuk saat menyeruput susunya.

“jadi apaaan deh?” ucapku sambil membantu membersihkan kekacauan Rina.

“itu, pak presiden kan pasangannya ibu negara” ucap Sandra yang beberapa saat kemudian ia masuk kembali kedalam rumah.

“yaelah san, enggaaa. Kan gayanya dia emang udah kayak ibu negara. Sukanya nyuruh-nyuruh”

Rina masih terbatuk-batuk dan akhirnya ada Sandra keluar dari dalam rumah dan memberikan segelas air mineral. Ia lalu memberikannya ke Rina.

“ihhh kalian tuuhh kenapa gak jadian aja siiihhh. Lucu tau haha”

“hal kayak gitu bukan buat lucu lucuan san” ucap Rina saat sudah tidak terbatuk lagi.

“kan….. serem sih orangnya. Pantes Faza gamau nembak-nembak” Sandra langsung ngacir ke dalam rumah.

Rina hanya menggerutu sambil terus melanjutkan meminum susunya. Aku yang tidak tau ingin melakukan apa, akhirnya meninggalkan Rina sendirian di teras itu.

Di dalam rumah, aku mendapati David dan Angel sedang menonton TV namun kedua orang itu wajahnya seperti orang yang baru saja bangun tidur. Lalu disamping David terbaring Boni yang mungkin hanya pindah tempat untuk tidur saja. Aku yang kebelet pipis, memutuskan untuk menuju kamar mandi dan sekalian mandi di pagi itu.

.

.

“za ke kota yuukk” ajak Rina. “selama disini kita belum pernah jalan-jalan lohh” lanjutnya.

“berdua aja?”

“emmm. Yang lain mau gak ya?”

“liat aja itu mereka haha. Masiih tidur tiduran”

“mau za kalo berdua aja?”

“yaudah kalo kamu mau”

“ZAA. Nitip makanan yang kemarin doong. Yang pas kamu pergi ke kota juga katanya” teriak Angel

“MAU NGE DATE YA KALIAAAN????” ucap Novi yang baru saja keluar dari kamar.

Rina hanya menggerutu dan masuk ke dalam kamar untuk mempersiapkan diri.

Beberapa menit kemudian, Rina sudah siap dan kepalaku langsung di tempeleng olehnya karena aku terlalu fokus ke acara yang ada di TV.

“semangat zaaa, kami doain yang terbaik”

Itu perkataan yang mengantar kepergian Aku dan Rina. Aku menyalakan motor dan meninggalkan posko itu sambil cengengesan dan kepalaku sekali lagi di tempeleng oleh Rina sambil menggerutu.

Sepanjang perjalanan, tidak ada obrolan sama sekali. Rina hanya melingkarkan tangannya di perutku dan kepalanya ia senderkan di punggungku. Aku terkadang iseng menarik tuas rem mendadak dan setelah itu kepalaku menjadi korban pukulannya. Aku hanya tertawa dan ia menggerutu.

Beberapa puluh menit kemudian, karena Rina tidak memberi tahu tujuan secara spesifik maka aku menghentikan motorku di sebuah alun-alun kota itu.

“za mau makan?” ucap Rina sambil mengaet tanganku.

Kami berputar-putar alun-alun itu mencari tempat dan makanan yang cocok.

“eemmm. Boleh deehh. Cari makanan khas rin haha”

Rina lalu menyapukan pandangannya ke seluruh alun-alun ini sambil kami terus berjalan.

“zaa, soto krandegan gimana? Sama dawet?”

“iyaa boleh boleh”

Rina langsung menarik tanganku menuju sebuah kedai yang menjual makanan tersebut. Aku sempat menyuruhnya untuk tidak terburu-buru karena untuk apa terburu-buru. Ia lalu memelankan jalannya dan kami berjalan normal sambil masih terus tanganku digaet olehnya.

Sesampainya di kedai itu, Rina langsung masuk dan menempatkan diri di meja yang sudah di sediakan.

“pak, soto dua dawet satu sama air putih satu” ucap Rina kepada penjual.

Penjual itu lalu menyiapkan pesanan kami. Aku yang awalnya duduk di depannya, kemudian disuruh olehnya untuk duduk di sebelahnya. Aku sempat menolak, namun tatapan matanya sangat menusuk sehingga aku luluh dan duduk di sebelahnya.

Setelah aku duduk di sebelahnya, Rina diam seakan banyak sekali hal yang ia pikirkan saat ini.

“DOOORR” aku menepukkan tanganku persis di depan wajahnya.

Rina terkaget dan wajahnya sangat lucu. Rambutku lalu dijambak olehnya karena ia kesal.

“zaa, aku mau cerita”

“cerita apa?”

“emmm kamu udah gak galau lagi kan?”

“galau apa sih? Kamu kali yang galau haha”

“iiihhh. Udah engga berarti?”

“kenapa emangnya?”

“gapapa tanya aja”

“diihhh. Yaudah dehh. Kamu mau ga jadi pacar aku?”

*DEG*

Kenapa aku mengatakan hal yang sedang kukatakan di kepalaku?

Kulihat Rina juga tak kalah terkejutnya. Matanya tidak menatapku namun aku tau dia sedang menenangkan diri karena pertanyaanku barusan.

“riiiin. Masih disitu kan?” sudah kepalang tanggung akhirnya kulanjutkan saja.

“maa maasih kok zaaa. Kamu beneran nanya itu?” akhirnya Rina menatap mataku.

“iyaa. mau aku ulangin biar jelas?”

“gausah zaaa” Rina menghela nafas. “eemmmm. Zaa. Aku bukan perempuan yang kamu kira”

“maksudnya?”

“eeeemmm. Aku udah gak suci lagi za” Rina terlihat bingung sekali dalam merangkai kata-kata.

“maksudnya?”

“aku takut bikin kamu kecewa nanti”

“kecewa kenapa emang?”

“zaaa…..”

“riiin. Aku udah tau kok masa lalu kamu gimana. Beneran. Aku udah tau. Dan aku gak terlalu mempermasalahkannya.”

“bukan za…. Aku tuh udahh enggaa pera…….”

“ssstttt” jariku aku letakkan di bibirnya. “ya terus kenapa emangnya?”

“aku takut bikin kamu kecewa”

“masa hal kayak gitu aja aku kecewa sih riin. Lagipula aku kan jg pernah” Aku menghela nafas. “yaudah gini dehh. Kamu mau apa engga? jawabannya cuman itu”

Rina menghela nafas dan beberapa saat kemudian sambil ia terus menatap mataku ia lalu mengangguk lemah dan memalingkan pandangannya dari mataku. Kulihat pipinya sedikit memerah dari samping. Aku langsung tersenyum dan membelai kepalanya yang terbungkus jilbab itu.

“kita pacaran ya za”

“iyaa”

Beberapa saat aku masih terus membelai kepalanya dan ia masih belum sanggup untuk melihatku. Pipinya masih saja merona dan akhirnya pesanan kami datang. Kami makan pesanan kami dan seperti biasa saat bersama Winda, aku selalu selesai makan duluan. Biasanya Winda menyuapiku saat itu, namun saat ini Rina yang berusaha menyuapiku karena porsinya cukup banyak. Akhirnya Rina bisa menatapku lagi. Akhirnya sisa makanan Rina habis olehku.

Setelah makan selesai, kami lalu saling tersenyum dan terkadang tertawa saat kami mengobrol. Awalnya obrolan seputar mantan kami masing-masing dan Rina ingin menjadi seperti Winda. Namun aku tolak dan kuanjurkan untuk menjadi dirinya sendiri. Jika ia seperti Winda, yang terjadi adalah aku membayangkan Winda bukan Rina dan hal itu pasti akan sangat menganggu hubungan kami.

Lalu obrolan berlanjut ke kejadian semalam. Aku tak menduga bahwa kejadian semalam sebenernya sudah di perkirakan oleh para wanita. Menurut tuturan Rina, cukup aneh bahwa masing-masing laki-laki tiba-tiba melakukan pendekatan kepada para wanita. Namun mereka memang tidak menduga bahwa mereka akan digilir dan Fatma yang dijadikan mainan para lelaki semalaman. Yang aku tidak tahu bahwa semua hal yang dilakukan oleh para laki-laki menjadi bahan pembicaraan sebelum mereka tidur. Para wanita sudah siap jika akan kehilangan mahkotanya malam itu.

Aku menjadi terdiam dan giliran tangannya yang bertepuk cukup keras persis di depan wajahku. Rina hanya cekikan saja melihatku terkejut.

Setelah puas, aku membayar makanan kami. Awalnya Rina yang ingin membayarnya namun kucegah karena tak etis bila perempuan yang membayar makanan.

Kami lalu berjalan menuju motorku dan seperti saat berangkat, tanganku digaet lagi oleh Rina namun kini lebih erat.

Aku lalu meyalakan motorku dan menuju ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli pesanan dari teman-teman di posko.

*****
Pukul 5 sore.

Kami sedang bersiap-siap untuk meninggalkan desa ini dan kembali ke kehidupan asal kami yaitu menjadi mahasiswa.

Kami semua tergesa-gesa karena kami menilai bahwa ini sudah sangat terlambat untuk pergi dari desa ini karena perjalanan membutuhkan waktu kira-kira 3 jam. Belum lagi jika ada yang kebelet atau apa yang mengharuskan kami untuk berhenti sejenak.

Hal ini terjadi saat aku kembali ke posko pada pukul 3 sore, teman-teman yang lain sedang menunggu David dan Angel yang sedang bercinta di dalam rumah. Saat aku datang mereka sedang bersenda gurau di teras rumah itu. setelah beberapa saat kemudian akhirnya ku tahu bahwa David dan Angel sedang bercinta di dalam rumah.

Mereka baru menyelesaikan kegiatannya pukul 4 lebih dan kami belum bersiap-siap sama sekali. Akhirnya kini kami tergesa-gesa. Teriakan mencari-cari pakaian dan barang-barang perabotan masing-masing menggema seisi rumah.

Pukul 6 sore. Kami baru selesai bersiap-siap. Rina mengusulkan untuk melakukan ibadah terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan.

Setelah melakukan ibadah, kami sekalian pamit kepada warga sekitar posko kami dan kami akhirnya kembali ke kota tempat kami menimba ilmu.

Selama perjalanan, aku yang ditunjuk sebagai pemandu arah bersama Rina diminta oleh teman-teman yang lain untuk tidak terlalu cepat dalam membawa kendaraan karena kondisi sudah gelap. Akupun menurutinya karena tidak ingin terjadi apapun selama perjalanan pulang.

Perjalananmu memakan waktu 4 jam lebih karena kami sering berhenti untuk buang air kecil, membeli bahan bakar dan lain-lain. Sesampainya di kawasan kampus, kami berpisah sesuai arah kos kami masing-masing.

“zaaa. Kosanku udah tutup jam segini” ucap Rina.

Aku masih terus mengendarai motorku kearah kosan Rina.

“ohh iyaa. terus gimana? Nginep di aku lagi?”

“iyaa zaa. Boleh ga?”

“ya kalo kamu mau ya aku gapapa, cuman kayaknya temen kamar sebelah udah balik lagi ke kamarnya”

“eemmmm gapapa deh zaa”

Aku langsung memutar arah menuju kosanku. Waktu memang sudah cukup larut yaitu pukul 11 malam kurang 15 menit jika sesuai degan jam tanganku. Sesampainya di kosanku, kosan yang sudah 2 bulan lamanya aku tinggal, aku langsung meletakkan motorku di halaman parkir kosanku dan Rina langsung masuk saja tidak menungguku.

Aku masuk ke dalam kamar kos ku sambil menenteng barang bawaan kami berdua. Dan benar saja Rina sudah terbaring lemah di kasurku.

“capek banget apa?” ucapku.

“iyaaa za hehe”

“yaudah gih tidur” aku melepaskan semua pakaian paling luar dan menyisakan kaos dan celana pendek untuk tidur.

Aku lalu keluar dari kamar untuk sekedar pergi ke kamar mandi sekalian aku memeriksa kondisi kamar temanku dan yap ia belum kembali dari desa KKN nya. Sudah kuduga karena memang dari mulai proses pemberangkatan, lokasi Tama KKN memang paling terakhir pemberangkatannya. Mungkin baru esok hari ia kembali. Sayangnya aku tidak punya kunci cadangan untuk kamar Tama sehingga memang malam ini aku harus tidur satu kamar bersama dengan Rina.

Aku kembali ke kamarku dan mendapati Rina sedang melepas jilbabnya dan melepas pakaian paling luarnya. Hampir sama sepertiku, ia hanya menyisakan kaus oblong dan celana ketat ¾ - nya.

“udah gak marah-marah nih aku liat kamu kayak gini haha” ucapku mulai duduk di pinggiran kasurku.

“hehehe. Kemarin kan gak sengaja”

“oohh jadi kalo sengaja tuh gak papa ya haha”

“yee bukan ituu. Udahlah zaaa. Aku capek haha” Rina melompat ke kasurku dan ia tengkurap di kasurku.

Aku masih canggung dengan Rina. Walaupun aku sudah menjadi pacarnya namun aku belum pernah melakukan hal macam-macam ke Rina dan memang tidak ada niatan untuk itu.

Aku akhirnya mengeluarkan selimut yang cukup lebar dan tebal dari dalam lemariku. Selimut pemberian Winda saat ulang tahun pertamaku bersamanya. Aku lalu membentangkan selimut itu di lantai di sebelah kasurku. Aku lalu mengambil lebih tepatnya merebut bantal dari Rina untuk kujadikan alas untuk kepalaku.

Setelah Rina tidak mengomel-ngomel lagi karena bantalnya kurebut, aku mulai bisa menikmati rebahan ini. Aku lalu memeriksa HP-ku untuk sekedar melihat apakah ada sesuatu yang terjadi.

“zaa, udah sampe kosan?” ada pesan masuk di HP-ku

Pesan itu masuk 3 jam yang lalu dan kulihat nama pengirimnya yaitu Zahra.

“udah zaah. Kamu gimana? Udah sampe?” balasku.

“zaa tiduuurrr. Jangan mainan HP mulu” ucap Rina yang kepalanya melongok dari pinggiran kasurku. Itu membuatku sedikit terkejut.

“bentarrr, bales-balesin duluu. Maklum orang penting haha” ucapku.

“halaahh dasaarr”

“kamu tidur aja riin, gausah nungguin aku haha”

“GEER BANGET YA KAMU ZA HAHA. Aku gabisa tidur zaaa. Capek tapi gabisa tidur haha”

“utuk utuk. Sini sini. Dikelonin biar bisa tidur haha”

“kamu dong yang kesini ahaha”

Aku langsung bangkit dan naik ke kasurku.

Melihat aku yang naik ke kasur, Rina lalu merebahkan diri. Aku ingin iseng dengan memposisikan diriku di atas Rina.

“ehh mau ngapain kamu?” ucap Rina sambil tersenyum.

“mau cium kamu, biar cepet tidur haha” Aku mulai memajukan bibirku ke bibirnya.

“apa hubungannyaa de…..” kata-katanya tertahan karena bibirnya aku cium.

Cukup lama kami berciuman. Mungkin sekitar 5 menit atau mungkin lebih. Lidahku benar-benar dipermainkan olehnya.

“zaa, jangan dulu ya, aku belum siap” ucap Rina mendorong tubuhku. “kamu tidur di sampingku aja” lanjutnya.

“okedeehh riinn” aku membelai kepalanya dan mengusapnya.

Tak berapa lama, aku masih terus membelai kepalanya dan ia pergi tidur meninggalkanku. Aku yang mendengar sebuah notifikasi dari HP-ku, langsung mengambil HP-ku dan membaca pesan yang masuk.

“minggu depan temenin aku ya. Aku mau ketemu Jordi” tulis pesan itu.

“Emang Jordi sih dimana sekarang? kok lama banget sampe minggu depan” balasku.

“lagi di bandung katanya, ada nikahan saudaranya. Tadi aku tanya ke Tina sama Dewi emang beneran karena beberapa hari kemarin mereka belum di panggil sama mereka. ” balas pesan itu.

“ooohh gituu. Okedehhh. Kamu semangat ya zah, jangan berpikiran negative dulu. Barangkali itu cuman Jodi yang kayak gitu, Jordi enggaa”

“iyaa zaa, aku juga pengennya mikir kayak gitu haha”

Aku tidak menemukan kata-kata lagi untuk membalasnya sehingga aku memutuskan untuk tidak membalasnya.

HP-ku berbunyi lagi.

“kamu lagi apa?”

“ini mau tidur hehe, baru sampe soalnya. Agak capek haha”

“seriusan? Yaudah deh zaa. Kamu istirahat dulu. Met malem”

“malem”

Aku kembali meletakkan HP-ku di tempat semula. Kini aku terdiam sambil melihat langit-langit kamarku.

Apa yang harus aku lakukan? Lagipula Toni dan Mamat sudah ditangkap. Sudah tidak ada yang harus dilakukan lagi. Lagipula tidak ada bukti bahwa Jordi dan Jodi adalah dalang semua ini. Tunggu sebentar.. Toni? Jodi? Oohhh. Aku paham sekarang. Maksud perkataan Toni kepada Jodi pasca penangkapannya.

Aku menggigit jari-jariku sambil memikirkan semua hal yang bisa aku ingat yang berhubungan dengan kasus Yanti. Sudah menjadi sebuah kebiasaan aku menggigiti jari-jariku jika kondisinya seperti ini. Entah sejak kapan.

Menurut Nayla, Jordi bukan tipe yang mempermainkan perempuan. Atau mungkin hanya untuk pacarnya saja, tapi ia tetap main dibelakang? Jika menurut Dewi dan Tina, tempo hari adalah Nayla dan Kintan serta Mira juga menjadi mainan mereka berdua, berarti memang kemungkinan kedua yang kemungkinan besar terjadi. Mungkinkah harus kubawa Yanti sehingga semua ini bisa jelas?

Ah Nayla…. Aku sudah tidak percaya lagi dengan segala perkataanmu.

Pusing sekali aku memikirkan semua kejadian yang terjadi di dekatku. Bahkan aku sempat berpikir bahwa Wahyu juga merupakan orang suruhan mereka berdua, namun segera kutepis karena Wahyu murni dendam kepadaku. Dan wanita incarannya sekaligus pelampiasannya adalah Zahra.

Sudahlah, besok aja aku pikirkan lagi. Pusing sekali rasanya. Tubuhku juga sudah lelah dan di sebelahku sudah terbaring bidadari keduaku. Semoga kamu beneran bisa jadi bidadari bagiku ya rin. Mungkin aku juga bakalan sering minta maaf karena sering keingetan Winda apabila kita sedang bersama. Aku bohong soal aku sudah move on atau belum. Winda benar-benar pergi dengan sangat cepat dan aku belum siap dengan hal itu.

Aku lalu mencium kening Rina dan membuat Rina sedikit mengeluh dan membalikkan badannya.

Karena posisi tubuh Rina yang sedikit ke tengah kasurku, mengakibatkan daerah ku untuk tidur menjadi sangat sempit. Ingin sekali aku mendorong Rina agar sedikit geser, namun kuurungkan. Aku saja yang mengalah.

Aku lalu turun dari kasur dan memposisikan diri seperti sebelum aku naik ke kasur tadi.

Aku menutup mataku dan tak lama setelah itu aku pergi ke alam mimpi.

*****
“Faza. Bangun. Udah Siang”

Aku yang terkejut karena mendengar suara yang saat ini sangat kurindukan dan aku langsung bangkit dari tidurku. Aku langsung mendapati orang yang sangat kurindukan benar-benar ada di depan mataku. Aku mengucek mataku karena tidak percaya. Dia hanya tersenyum melihat tingkahku.

“winda…. Maa… maaaffff” ucapku sedikit terbata-bata.

Sekali lagi Winda hanya tersenyum menanggapiku. Aku berusaha mendekati tubuhnya dan memeluknya namun tangannya menahan tubuhku dan kepalanya ia gelengkan.

“zaaa, jujur aku kaget kemarin pas liat kamu sama Mba Kintan kayak gitu kemarin” Winda akhirnya mengeluarkan suara.

“aku merasa gagal za. Gagal karena gabisa jagain kamu. Padahal kamu udah jagain aku banget makanya gaada cowok lain gaada yang bisa godain aku. Inget kan? Pas Bima ngirim pesan ke aku terus padahal aku gamau pas kita awal-awal pacaran? Kamu berani negur aku dan kamu langsung ngomong sama dia, ditambah lagi kamu rela babak belur karena berantem sama dia dan temen-temennya. Tapi setelah itu Bima udah gapernah ngirimin aku chat lagi dan udah gapernah hubungin aku lagi. Mas Rendi juga kamu gituin, walaupun gak sampe berantem sih. Tapi kamu berani ngomong sama Mas Rendi buat jauhin aku karena aku udah punya kamu. Dan masih banyak lagi daftar laki-laki yang kamu gagalkan za dan kamu sampe babak belur. Capek banget dulu ngerawat kamu haha.” Winda menghela nafas. “Tapi aku malah gabisa apa-apa za kemarin. Aku lemah. Bukannya aku nyamperin Mba Kintan, ngomong sama dia kalo kamu tuh udah punya aku. Aku malah pergi. Pergi jauh banget sekarang” Winda kulihat hanya menghela nafasnya sambil terus tersenyum.

Aku sama sekali tidak punya kuasa untuk menanggapinya.

“zaa, maaf. Selama ini belum jadi pasangan yang baik buat kamu. Belum bisa bikin kamu jadi lebih baik karena kehadiranku di hidupmu. Tapi mudah-mudahan kamu dapet pelajaran selama menghabiskan waktumu bersamaku. Jujur zaa, menghabiskan waktu bersamamu, berbagi cerita denganmu, ngerawat luka kamu yang banyak banget itu benar-benar masa-masa terindah bagiku. Sekarang kamu udah ketemu sama orang yang cinta sama kamu sama kayak aku cinta sama kamu. Mungkin cintanya malah lebih besar daripada aku kala awal berpacaran denganmu. Jagain dia ya za. Jagain dia kayak kamu jagain aku dulu. Kamu harus janji” sekali lagi Winda menghela nafas.

“Dulu kalo ditanya kenapa aku mau sama kamu ya aku bingung jawabnya haha. Kalo sekarang sih kalo ditanya hal itu udah engga bingung lagi. Pasti aku jawab karena kamu adalah pahlawan bagiku. Kamu juga bagian terindah aku za. Maaf aku gabisa nemenin kamu lebih lama lagi.” Winda menghela nafasnya.

“Terimakasih udah mencintaiku dengan caramu. Terimakasih udah pernah mengisi hari-hari ku dan berbagi cerita denganku dan terimakasih karena pernah jadi bagian terindah dalam hidupku” Winda kulihat menitihkan air mata.

Sosok Winda tiba-tiba berubah menjadi kelopak-kelopak bunga sakura yang berterbangan menjauhi ku. Aku yang tak kuasa menggenggam satupun kelopak bunga itu hanya bisa melihatnya menghilang terbang terbawa angin.

.

.

.

“FAZAAA, FAZAA, KAMU KENAPAAAA???”

Suara yang sangat kukenal berteriak-teriak persis di telingaku.

Aku lalu membuka mataku dan melihat Rina dengan wajah yang panik.

“alhamdulillaah udah banguunn” ucap Rina.

Aku dengan cepat langsung memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Rina yang bingung dengan kelakuanku hanya membalas pelukanku beberapa saat kemudian.

“kamu kenapa tadi teriak-teriak zaa” ucap Rina masih memelukku.

“gapapa riin, Winda tadi dateng ke mimpiku”

Rina lalu membelai kepalaku lembut sekali.

“pantesan sampe nangis gini haha. Dasar cengeng haha” ucap Rina masih terus membelai kepalaku.

Aku juga sedikit terkejut karena air mataku keluar dari sela-sela mataku.

“ini kelilipan kok riin haha” ucapku mengeles.

“halah kelilipan apaan di kamar tertutup kayak gini haha. Gapapa kok zaa, mungkin aku gak tau apa yang udah kamu lakuin sama Winda, tapi aku bisa ngerasain bahwa kamu sayang banget sama dia, dan kamu ditinggal dengan kondisi kayak gitu, siapapun juga pasti sedih”

“tapi jangan kelamaan sedihnya. Nanti orang-orang di sekitarmu akan gak nyaman dengan kondisimu. Winda, aku minta izin ya buat gantiin posisi kamu di hatinya Faza. walaupun pasti sulit, tapi aku akan berusaha” lanjut Rina.

Mendengar kata-kata itu aku langsung mengeratkan pelukanku dan Rina juga membalas dengan mengeratkan pelukannya.

Kami terus berpelukan hingga suara panggilan untuk melaksanakan ibadah bergema dan kami melepas pelukan kami. Kami lalu hanya saling pandang dan hanya tersenyum.

Beberapa saat kemudian, aku bangkit dan langsung keluar dari kamarku dan melaksanakan ibadah pagiku.


Bersambung​
 
Oke sudah update!!

Akhirnya update juga part ini haha. Beberapa hari kemarin laptop ane bermasalah jadinya terhambat haha. Maafkan

Semoga pada suka sama update an kali ini

ENJOY!!
 
Maaf banget kalau kurang berkenan ya hu, agak kurang puas part ini. Tdnya berharap faza selaku kordes dpt persembahan dari para cewek gitu bisa ml sama cewek semua, gak cuma merasakan fatma saja.

Rasanya part itu gak aneh sih, toh mereka jg sdh digilir dan merasakan ml gantian ama semua cowok, malah faza yg blm. Saran aja, ucapan thanks cewek itu mungkin bisa digarap lain episode mungkin pas reuni kkn or sengaja ngumpul buat faza, kan seru faza bisa ml ama semuanya
 
Oke sudah update!!

Akhirnya update juga part ini haha. Beberapa hari kemarin laptop ane bermasalah jadinya terhambat haha. Maafkan

Semoga pada suka sama update an kali ini

ENJOY!!
Makasih hu... baper ane... cuma rada bingung yg mau bercerita itu Faza atau Rina kok tiba2 Faza yg nembak
 
Akhirnya dapat juga pengganti winda, semoga dapat banyak lobang lagi si faza, di tunggu next ny gan..
 
maaf in ane huu baru koment lagi sejak winda meninggal.. itupun karena winda ada lagi walaupun cuma dalam mimpi.. mantau sampai tamat #fansgariskeraswinda wkwkwkw
 
Makasih suhu updatenya. Mantap benar cara pembawaan cerita dan karakternya, sampai terharu ketika winda pamitan ama ama faza. Rina ini wanita terakhir faza ya hu, jangan dimatiin lagi..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd