Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
Part 28
Hani:
Hanifah_Mutiara_3.jpg

Zahra:
Zahrantiara_Aulia_3.jpg

*TOKTOKTOK*

Pintu kamarku diketuk dari luar. Aku yang masih terbaring di kasurku sedikit terkejut dengan kedatangan tamu yang tak diundang pagi-pagi ini.

Aku segera bangkit dan segera membuka pintuku sambil aku menguap.

“jahat kamu za” ucap wanita yang ada di depan pintuku.

Aku sangat tidak mengharapkan untuk bertemu dia dalam waktu dekat.

“aku bingung zaah. Aku bingung harus jawab apa….”

“tinggal jawab aja pernah atau engga kan selesai!”

“yakin selesai? Dengan kelakuanku saat ini? Jika aku menjawab tidak, kira-kira apa yang bakal kamu lakuin? Dan jika aku menjawab pernah apa yang bakal kamu lakuin?”

Zahra diam saja sambil terus menatapku tajam sekali. Aku sangat risih dipandangi oleh tatapan macam itu.

Tak lama kemudian aku dikejutkan lagi oleh seorang wanita lagi yang datang ke kamarku pagi ini.

“hadeeuuhhh mereka janjian kali ya” batinku.

Aku mengacak-acak rambutku karena kebingungan. Kini dihadapanku sudah berdiri Zahra dan Hani yang menatapku dengan tatapan yang ingin sekali membunuhku. Bunuh saja aku zah, han. Biar aku ketemu sama Winda dan bisa pergi dari kalian untuk selama-lamanya.

Aku yang tidak bisa merangkai kata-kata lagi untuk meladeni mereka akhirnya malah mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam kamarku dengan alasan tidak baik bertengkar di luar pagi-pagi ini, penghuni kos lain bisa terganggu.

“jadi? Apa yang bakal kalian lakuin ke aku?” Aku duduk di tepi kasurku dan di hadapanku sudah berdiri Zahra dan Hani yang melipat tangannya di dadanya.

“bener-bener deh kamu za. Aku bener-bener udah dilupain sama kamu” ucap Hani.

“mana mungkin aku ngelupain kamu han…..”

“buktinya kemarin aku minta tolong buat pindahan kos, kamu gaadaaa. Padahal kamu yang nyuruh aku pindah”

“udah ada Satya kan?”

“kamu kan yang nyuruh Satya!?”

Aku menganggukkan kepala. Hani menggelengkan kepalanya.

“aku bener-bener gaada kesempatan ya za?”

Aku akhirnya bangkit berdiri memandang mereka berdua.

“iya hani, kamu gapunya kesempatan. Kamu tau kenapa? Karena kamu mirip banget sama Winda. Sifatnya, tingkahnya, cara menenangkanku saat aku lagi terpuruk. Semua sama!! Jika aku bersamamu, maka yang ada di bayanganku adalah sosok Winda. Pasti hal itu sangat mengganggu kan? kamu tau kan Winda bagiku udah segalanya. Benar-benar tidak bisa digantikan. Kamu tau? Yang membuatku seperti ini adalah Winda. Tubuhku, sifatku, semua gara-gara Winda yang dengan sabarnya menemaniku, meredamku jika terjadi apa-apa terhadapku. Tidak mudah melupakannya dengan semua apa yang telah kami lewati. Jadi jika aku bertemu dengan sosok yang sangat mirip dengannya, aku tidak akan tahan. Kamu ngerti kan han?”

Aku mengatakan hal itu dengan nada cukup tinggi. Cukup membuat mereka berdua terkejut dengan pernyataanku.

“namun apa bedanya dengan pacarmu sekarang?” ucap Zahra.

“sampai saat ini aku belum tau, yang jelas adalah dia bisa mengalihkan perhatianku terhadap Winda. Walaupun itu hanya sesaat”

“hanya sesaat?”

“iyaa hanya sesaat. Tapi itu sudah cukup sehingga sepanjang waktu aku tidak memikirkan Winda. Pikiranku sedikit dialihkan olehnya”

“kenapa kamu yakin kalo milih aku atau Hani bakalan kepikiran Winda terus?”

“kita ga cocok” ucapku singkat.

Mereka berdua menggeleng melihatku.

Aku sangat frustasi. Padahal jika dipikir-pikir, sifat Rina dan Winda tidak jauh berbeda. Entah mengapa aku lebih memilih Rina dibandingkan dengan mereka.

“dan Zahra….” Aku memotong Zahra yang akan berbicara.

“aku hormati prinsip mu yang tidak ingin bersama orang yang hanya menikmati tubuhmu. Jadi aku tidak bisa bersamamu”

Zahra hanya bisa menggigit bibir bawahnya saat mendengar pernyataanku.

“kita bisa berteman kan? apa salahnya dengan itu?” ucapku.

“baiklah za, jika memang seperti itu. kita HANYA berteman. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan. Tapi aku berharap kesempatan itu takkan datang” ucap Zahra.

*DEG*

Zahra pergi meninggalkanku bersama Hani di kamar itu. Hani melihat kepergian Zahra dengan tatapan datar. Hani lalu duduk di pinggiran kasur sedangkan aku cuek menyalakan laptopku.

“kamu gaikut pergi juga?” ucapku tanpa menoleh kearah Hani.

“engga za. Gapapa kan aku disini?”

Aku hanya mengangguk dan membuka sebuah folder yang berisi foto maupun video semua perjalananku dengan Rina dari awal kami pacaran hingga sekarang. Aku berniat untuk menggabungkan beberapa video dan foto tersebut untuk dijadikan kado ulang tahunnya.

“Zahra bohong za….”

“eh?” aku mengalihkan pandanganku dari layar laptop ke arah Hani.

“dia terpukul gara-gara Jordi. Dia gak nyangka kalo Jordi kayak gitu”

“ya siapa juga ga terpukul”

“bukan. Maksudku adalah mungkin Zahra nyesel pas ngomong tentang gamau pacaran sama orang yang menikmati tubuhnya ke kamu”

“kenapa dia nyesel?”

“kamu tuh emang gapeka ya za haha. Zahra tuh cinta banget sama kamu. aku gatau semenjak kapan. Tapi dia bener-bener cinta sama kamu sebelum dia sama Jordi. Jadi pas tau Jordi kayak gitu, dia senyesel-nyeselnya kenapa milih dia bukan kamu”

“loh bukannya dia bareng sama Jordi pas aku udah sama Winda”

Hani menggeleng.

“dari awal kuliah dia udah dideketein sama Jordi bahkan dari zaman sebelum ospek. Dia cerita ke aku bahkan dia udah berani ke kosannya bawa-bawa sesuatu. Bisa bunga, makanan, aksesoris buat Zahra. Dan akhirnya kamu datang, memperkosa dia”

*DEG*

“dan kamu tau? Persis setelah kamu merkosa Zahra, besoknya Jordi dateng buat nyatain perasaan ke dia. Ya bodohnya Zahra adalah dia nolak dan dia ngaku abis gituan sama kamu. Jordi bener-bener sedih saat itu. Bahkan dia sampe nangis di depan Zahra. Dia bilang perjuangannya selama ini sia-sia”

“terus kenapa dia deketin Zahra lagi?”

“karena dia tau kamu udah sama Winda”

“terus intinya apa? Kamu mau jodohin aku sama Zahra? Padahal tadi bilang kamu pengen ada kesempatan buat bersamaku”

“engga za. Aku cuman pengen kamu tau yang sebenrnya. Zahra itu tipe orang yang gabisa ngomong jujur kalo terkait perasaan. Dan ya aku emang udah gapunya kesempatan kan? haha. Memang benar aku dan Winda sangat mirip sifatnya, hal itulah yang membuatku bisa berteman dengan Winda seperti kami berpacaran dulu haha. Makanya aku udah ngerti kenapa kamu gabisa lupain dia. Dia emang orang yang susah buat dilupain. Dan aku udah pacaran za sama Satya gara-gara kemarin dia nolongin aku. Dia langsung ngomong kalo dia ada perasaan ke aku. Aku udah jelasin kondisiku tapi dia tidak menolak. Yasudah coba saja dulu. Biar waktu yang menjawab apakah benar aku jodoh Satya atau bukan”

“selamat ya”

Aku kembali melanjutkan pekerjaanku karena dalam beberapa hari ke depan Rina akan ulang tahun sehingga aku harus cepat-cepat menyelesaikannya. Aku akan mengirimkannya via email di tengah malam pergantian hari ulang tahunnya. Semoga saja dia suka apa yang aku kerjakan.

Aku dikagetkan dengan rangkulan tangan Hani yang ia daratkan mengelilingi leherku. Hani juga mencium tengkuk belakangku dengan sangat lembut sampai-sampai aku kegelian.

Hani lalu bergerak ke samping tubuhku dan langsung menarik tanganku membuat aku mau tidak mau bangkit dari dudukku meninggalkan pekerjaanku.

“mau ngapain sih haan?” ucapku

Hani hanya diam saja dan ia langsung mencium bibirku lembut sekali. Hani juga merangkulkan tangannya di leherku saat kami berciuman.

Pikiranku ingin menolak adegan ini namun tubuhku malah menginginkannya. Tanganku aku rangkulkan ke pinggulnya yang ramping itu. Bahkan tanganku terus turun hingga bagian pangkal pahanya dan aku malah menaikkan tubuh Hani sehingga kini posisinya adalah aku menggendong Hani.

“kamu masih bisa nakal juga ya za hahah” ucap Hani di tengah-tengah ciuman kami.

Hani lalu menciumi leherku membuatku sedikit kegelian.

Karena tubuh Hani yang ramping dan ringan, aku bisa berjalan sambil terus menggendong tubuhnya. Aku berjalan kearah pintu untuk menutup pintu kamarku. Setelah aku menutup pintu, aku bergerak menuju kasurku dan aku membaringkan tubuh Hani di kasurku.

Kali giliran aku yang menciumi lehernya yang masih terbungkus sebuah kain jilbabnya itu. Hani tertawa dan sedikit menepuk nepuk tubuhku karena kegelian.

“faaazaaa hahahaha. udaaaahhh geliii ahahahaha” ucapnya mendorong tubuhku.

“kamu duluan lohh yang minta” aku melanjutkan kegiatanku.

Hani masih terus tertawa kegelian hingga akhirnya aku menghentikan kegiatanku beberapa menit kemudian.

“mau za?” ucapnya sambil bangkit dari rebahannya. Aku hanya duduk di sampingnya.

“gatau han. Aku bingung”

“yaampun. Kalo sekarang urusan ginian kamu bingung ya zaa. dulu ajaa… hahaha”

Aku hanya diam saja melihat Hani tersenyum manis sekali sambil merangkulkan tangannya di leherku.

“kamu kan udah punya orang”

“dari dulu aku masih punyanya orang tuaku za. Belum pindah ke yang lain haha”

Aku meletakkan ibu jariku dan jari telunjukku di bagian dagu Hani dan kami berciuman. Akhirnya aku tahu kenapa tubuhku tidak bisa menolak adegan ini, walaupun pikiranku dengan kerasnya mencegah adegan ini semakin jauh. Tubuhku sudah lama tidak merasakan sensasi ini. Aku kembali merebahkan tubuh Hani namun kali ini Hani menolak namun masih dengan senyumannya.

“maaf za. Aku gabisa. Aku lagi dapet hehehe”

Aku tidak bisa menyembunyikan kekecewaanku. Aku langsung tertunduk lesu.

“maaf zaa hahaha”

“terus tadi kenapa nawarin?”

“pengen godain kamu aja hahaha”

Aku menyentil jidatnya dan ia sedikit berteriak sambil terus tertawa. Aku bangkit dan segera menjauh dari tubuh Hani.

“zaa. kayaknya kamu belum dikasih sama pacar baru kamu yaa? hahaha”

“heeehhh….. udah deehh. Kalo mau godain aku, mending kamu pulang aja”

“sini zaaa, anumu aku mainin hahaha. kasian kamu”

Hani mendekat kearahku yang sedang duduk di sebuah kursi yang berada di depan laptopku. Sebenarnya aku hendak melanjutkan pekerjaanku namun sepertinya situasi memaksaku untuk menundanya sedikit lebih lama. Hani langsung memposisikan dirinya berada di depan bagian selangkanku. Karena memang aku menggunakan celana boxer sehingga hal itu tidak menyulitkan bagi Hani untuk menurunkan celanaku.

“ihh udah tegang hahaha” ucapnya.

“berisik”

Hani hanya tertawa dan kini tangannya sudah mulai mengocok penisku dengan perlahan.

Beberapa menit berlalu, Hani masih mengocok penisku yang akhirnya mencapai titik tegang maksimalnya. Hani lalu membuka mulutnya dan memasukkan kepala penisku ke dalam mulutnya.

“ooohhhh” desahku karena sudah lama aku tidak merasakan penisku masuk ke dalam mulut seseorang wanita.

Hani memperlakukan kepala penisku seperti ia sedang mengulum permen lollipop. Aku beberapa kali menggenggam sangat erat pegangan kursiku saat lubang penisku terkena sapuan lidah Hani.

“kamu juga nakal yaa haan. Udah jago hahaha. belajar dimana hayooo”

“eehhhmmm. Engga kok zaa. gak belajar darimana-mana. Yang udah masuk ke tubuhku tuh baru kamu zaa. belum ada siapa-siapa lagi haha” ucapnya disela-sela kulumannya.

Hani lalu melanjutkan mempermainkan penisku lagi. Kali ini dia memasukkan beberapa senti batangku ke dalam mulutnya namun tak berapa lama ia keluarkan lagi dan kembali bermain dengan kepala penisku.

“ooohhhhh” desahku lagi saat lubang penisku terkena sapuan lidah Hani.

Beberapa menit berlalu, aku masih terus mendesah keenakan dan Hani beberapa kali mencoba memasukkan penisku lebih dalam ke dalam mulutnya.

“uhhuukk uhhukkk”

Hani terbatuk dan melepaskan penisku dari dalam mulutnya.

“eehhh haaan. Gausah dipaksain atuh” aku bangkit dan memberinya satu botol air mineral yang merupakan stok milikku.

Hani hanya menggeleng dan ia menerima minuman dariku dan ia meminum air itu cukup banyak dan akhirnya batuknya bisa teratasi.

“hehehehe. Maaf zaa. mulutku gak dalem. Gabisa masukin semua”

“-_-“

Hani kembali meraih penisku dan kembali mengocoknya perlahan dan mulai memasukkan kepala penisku serta beberapa senti batang penisku.

Kali ini lidah Hani bergerak memutar sambil kepalanya naik turun memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Hal itu membuat ada sengatan yang datang dari penisku dan aku sudah berada di ujung untuk mengeluarkan spermaku.

Aku menepuk kepala Hani untuk memberi kode bahwa aku sudah ingin mengeluarkan spermaku. Hani masih terus mengulum penisku dan aku sudah tidak tahan ingin mengeluarkannya.

“ooooohhhhhhhh” desahku cukup panjang dan aku menyemprotkan spermaku di dalam mulut Hani.

“uhhuuukk uhhuukk fazaaaaa”

Hani kembali melepas penisku dari kulumannya dan ia mencari minuman yang aku berikan. Hani menegak minuman itu hingga habis namun di pinggir mulutnya masih ada sisa spermaku yang meleleh keluar. Aku lalu mengelap sisa spermaku yang keluar dari mulut Hani.

“gabilang-bilang siihhh” ucapnya sedikit kesal.

“aku udah nepuk-nepuk kepalamu biar berhenti. Eehh kamu keasikkan hahaha”

Hani ikut tertawa lalu menubruk tubuhku. Kami berpelukan.

Beberapa menit kami berpelukan dan akhirnya Hani memutuskan untuk pamit dengan sebuah ciuman mendarat di keningku dan ia berbisik bahwa ia mendoakanku nyaman dengan pacarku saat ini.

Selepas Hani pergi aku sedikit termenung karena adegan barusan. Oh maafkan aku Rina. Aku mengkhianatimu.

Aku lalu memutuskan untuk melanjutkan pekerjaanku yang tadi sempat tertunda dengan mengumpulkan beberapa momen aku dan Rina dalam bentuk video maupun foto.

.

.

Sudah hampir 3 jam lamanya aku berkutat dengan hal ini dan akhirnya tingga sentuhan terakhir. Aku meletakkan HP-ku di atas meja. HP tersebut aku sanggah sehingga ia bisa berdiri dengan kamera belakang mengarah kepadaku. Aku lalu bersiap-siap lalu menekan tombol record di HP-ku.

“rina selamat ulang tahun. Udah kepala dua lewat dua tahun nih cieee hahaha. udah tua ya kamu. maaf aku cuman bisa ngasih ini doang sebagai hadiah karena emang aku cuman bisa ini haha. Maaf juga belum bisa jadi pacar kamu yang baik selama ini. Aku ada sesuatu yang akan aku jelaskan rin. denger baik baik ya rin”

Aku menghela nafas.

Aku menceritakan kondisiku yang masih belum bisa melupakan Winda sampai saat ini juga. Aku bercerita panjang sekali hingga tanpa terasa air mataku menetes sedikit. Aku juga menceritakan mengenai Zahra, Hani, Nayla dan Kintan dengan sangat detail hingga perbuatanku ke mereka semua bahkan aku menunjukkan foto mereka di depan kamera. Aku juga bahkan menceritakan sebab kejadian yang menimpa Winda.

“aku harap kamu engga marah sama aku karena itu. Aku gatau lagi diapain sama orang, tapi orang-orang ini memang berniat jahat kepadaku. Jadi jika kamu memergokiku aku sedang bersama salah satu dari mereka atau bahkan wanita lain, aku harap kamu tidak melakukan hal yang Winda perbuat. Kamu mau kita putus gapapa. Asalkan kamu jangan ninggalin aku. Aku gabisa liat orang yang aku cinta mati di depan mataku. Benar-benar pengalaman yang menyedihkan”

Aku menghela nafas lagi.

“maaf ya malah bikin suasana jelek padahal ini ulang tahun kamu. yaudah gitu aja ya rin. Selamat ulang tahun sekali lagi. Aku sayang sama kamu"

Aku mematikan kamera dan segera memindahkannya ke laptopku. Aku sedikit memberikan efek-efek yang cukup menarik ditambah lagu-lagi kesukaannya sehingga video tersebut terkesan bukan seperti video amatir (haha). Aku lalu menggabungkan video itu dengan video yang sudah aku buat sebelumnya dan proses pun berlangsung.

“fyuuhh. Selese juga” ucapku menyenderkan diri di kursi.

Aku membelai sendiri kepalaku karena aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku melihat jam dinding dan jam sudah menunjukkan pukul 11.30. Aku sepertinya harus mandi.

*****
Aku pergi ke kampusku lebih tepatnya laboratorium untuk melihat hasil yang sudah aku lakukan beberapa hari kemarin. Rina sudah berada di Semarang saat ini dan baru saja dia mengirimiku sebuah foto sebuah tempat di semarang dan dia ingin mengajakku disana.

“mir, gimana berhasil?” ucapku sambil meletakkan tas di sebuah rak tas di laboratorum itu.

Aku melihat Rina hanya memainkan HP-nya saja saat aku datang. Suasana di ruangan itu sepi karena memang ini merupakan hari libur. Tapi tidak ada kata libur bagi mahasiswa tingkat akhir sepertiku (haha).

“belum aku liat za hehe. Nunggu kamu kan.. kamu sendiri yang nyuruh kalo nunggu kamu”

“emang iya ya? Haha. Yaudah yuk diliat”

Aku pergi ke tempat dimana aku menyimpan pekerjaan ku beberapa hari kemarin.

Aku senang sekali melihat hasilnya yang berhasil, dengan ini berarti tugas akhirku selesai dan aku hanya tinggal menulis laporannya lalu mempresentasikan hasil yang aku dapatkan. Aku senang akhirnya pekerjaan ini selesai dan aku bisa lebih fokus untuk mengerjakan hal lain.

“mir bener kan minggu depan kita udah selese haha”

Mira hanya mengangguk dan tersenyum senang sekali.

Kami lalu membereskan hasil pekerjaan kami setelah kami mendokumentasikannya. Kami mencuci semua peralatan yang digunakan dan membuang semua bahan yang sudah tidak terpakai.

“za, ada sesuatu yang mau aku tanyain” ucap Mira sambil mencuci sebuah gelas yang terbuat dari kaca.

“apa mir?”

“kemarin kamu kenapa ngeliat aku kayak gitu?”

“hemmm? Pas kapan?”

“pas kamu sama Toni mau ketemu”

Aku berusaha mengingat-ingat.

“oohh itu. kamu duluan yang liatin aku kayak gitu”

“hah?”

Aku menghela nafas.

“aku disuruh sama seseorang buat berhati-hati sama orang terdekatku. Karena kamu orang terdekatku saat ini jadi aku harus hati-hati sama kamu” ucapku datar sambil terus mencuci peralatan yang terbuat dari kaca juga.

“aku gatau kenapa kejadian Winda kayak disetting sama orang. tapi aku gatau orang itu siapa. Mungkin saja orang itu berpikiran bahwa jika aku kehilangan Winda, pasti aku akan melakukan hal yang bodoh hingga nyawaku terengut. Yang jelas orang itu pengen liat aku menderita. Dan kamu tau mir? Aku udah menderita sekarang” lanjutku.

“zaa……”

“bagaimana mungkin aku tidak menderita jika melihat orang yang aku sayangi ditabrak oleh sebuah mobil persis di depan mataku. dan juga aku melihat dia mati persis di depan mataku. aku gatau apa yang aku perbuat ke orang itu hingga aku harus mengalami semua ini” aku menghela nafas.

“yang jelas. Aku ingin bertemu dengan orang itu. Kamu bisa bantu aku mir?” Aku menoleh kearah Mira.

Mira benar-benar sangat terkejut dengan pertanyaanku barusan. Terlihat dari ekspresi wajahnya dan cara menggenggam gelas yang terbuat dari kaca itu.

Tak kusangka Mira menganggukkan kepalanya sambil menunduk.

Aku menyelesaikan pekerjaan mencuciku dan kulihat Mira juga sudah selesai melakukannya dan ia sedang merapikan peralatan di tempat kami menyimpan peralatan kami.

“kamu sebenernya siapa sih mir” batinku sambil memperhatikan dia memasukkan peralatan ke dalam tempat penyimpanan kami.

“jangan pernah liatin aku kayak gitu lagi za” ucap Mira yang memergokiku.

“maaf” aku mengalihkan pandangan dan segera mengambil tasku dan pergi meninggalkan ruangan itu.

Tanganku tiba-tiba ditarik oleh Mira.

“tunggu zaa”

Aku menepis tangan Mira dan nampaknya Mira terkejut karena aku melakukan hal itu. Aku melihatnya cukup tajam dan wajah Mira sedikit takut karenaku.

“kemarin ngobrolin apa aja sama Toni?”

“apa pentingnya buat kamu?”

“ZA!”

Mira meninggikan nadanya. Aku hanya memperhatikannya saja Mira yang nampaknya kesal.

“kamu yang meminta bantuan!”

Aku hanya diam saja sambil terus memperhatikannya.

“maaf mir, aku belum percaya sama kamu” ucapku dan aku langsung meninggalkannya.

Aku tidak tahu perasaan Mira seperti apa sekarang. Yang aku tahu adalah aku harus berhati-hati terhadap segala informasi yang masuk ke telingaku ataupun keluar dari mulutku.

Aku berpapasan dengan Kintan namun aku cuek saja dan berjalan melewatinya. Sekilas aku melihat ekspresi wajahnya yang sedikit sedih. Aku tidak tahu kenapa. Apa peduliku?

*****
Malam harinya, aku memutuskan untuk menelfon Rina karena aku sedikit rindu dengan suaranya. Kami mengobrol, bersenda gurau di kesempatan itu. Aku berniat ingin berganti ke video call namun ia tolak karena penampilannya sedang tidak cantik saat ini. Aku terus memaksanya dan akhirnya ia luluh. Dan ya memang benar dia sedikit berbeda tanpa make-up nya.

“tuhkaaan kamu gasuka zaa. dibilangin ngeyel sihh” ucapnya sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

“makanya kalo pake make-up nya jangan ketebelan ahaha”

“iihhh. Kan buat kamu jugaaa. Kamu maaah…”

“aku kan udah bilang, gausah pake make-up juga gapapa. Aku terima kamu apa adanya hahaha”

“halaaah. Gombal doang bisanya ahaha”

Tanpa terasa kami mengobrol cukup lama. Sekitar 3 jam jika dihitung dari awal aku memutuskan menghubunginya. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan telingaku juga sudah kursakan sedikit panas karena terlalu lama menempel dengan HP-ku.

“udah yaa riin. Udah malem. Kupingku panas niihh hahaha” ucapku.

“iyaa sama zaa. besok telfon lagi yaa zaa. aku kangennn haha”

“iyaaa haha. Yaudah yaa. aku sayang kamu”

“aku juga sayang kamu”

Rina tersenyum dan aku menekan tombol berwarna merah dengan gambar telefon disana dan seketika layar HP-ku berganti dari wajah Rina menjadi gambar wallpaper HP-ku yang aku set. Gambar aku bersama Rina sedang berjalan di sebuah pantai sambil tersenyum kearah kamera. Sebelumnya aku memang belum pernah memasang gambar seseorang di HP-ku. Bahkan saat bersama Winda aku juga tidak memasang gambarnya di HP-ku. Aku melakukan ini karena aku ingin cepat-cepat bisa melupakan Winda. Maaf ya Rina. Aku memang pria lemah.

*TOKTOK*

Pintu kamarku diketuk dari luar.

Karena aku memang belum mengunci pintu kamarku, aku langsung mempersilahkan orang itu masuk tanpa aku beranjak dari tempatku saat ini.

Tama dan Dimas mendatangi kamarku malam ini.

Tumben mereka mendatangiku malam-malam begini tanpa memberi tahu sebelumnya.

“hai za” ucap Tama mendekatiku.

Dimas kulihat menutup pintu kamarku dan ia duduk di sebuah kursi yang berada di sebelah kiri kasurku.

“ngapain malem-malem kesini? Haha” ucapku bangkit dari rebahanku.

“gini zaa” Tama duduk di pinggiran kasurku. Di sebelahku.

“gue mau cerita. Tapi lu jangan potong apapun yang bakal gue ceritain”

“sorry tam. gue bukannya gamau percaya sama elo. Elo temen gue, sahabat gue. Tapi gue lagi ancur. Ada yang niat ngancurin gue. Dan dia berhasil”

“itu maksud guee. Kemarin gue didatengin Jordi pas lagi sama Zakiyah”

Aku hanya diam saja sambil memandang kosong lantai kamarku.

“gue kira dia mau ngapa-ngapain gue, soalnya kan kemarin gue yang bikin dia putus sama zahra. Ehh ternyata dia cuman nanya-nanya tentang elo. Bahkan dia nanyain kalo lo itu udah punya pacar lagi apa belum. Begonya, zakiyah bilang kalo udah punya”

“dia aman tam. dia lagi balik sampe wisuda”

“oohh gitu. yaudah bagus deh. aman berarti”

“dia nanyain apa aja emang?”

“kebanyakan tentang organisasi lo sih. Dan zakiyah yang jawab. Tapi aneh banget. Dia ketemu gue udah kayak kita gapernah ketemu sebelumnya. Padahal jelas banget kemarin gue sama dimas yang nemenin Zahra”

Aku masih memandang kosong lantai kamarku. Tama mungkin bingung apa yang terjadi kepadaku.

“denger-denger kemarin lo ketemu Toni?”

*DEG*

Aku menoleh ke arah Tama dan nampaknya Tama terkejut dengan pandanganku yang ditunjukkan ke arahnya. Tama langsung meloncat berdiri dan Dimas juga berdiri.

“santai zaa. santai. Gue dikasih tau sama Mira”

Aku berdiri sedangkan Tama dan Dimas mengambil kuda-kuda akan menyerangku.

“berarti gue gabisa percaya sama elo lagi tam”

Aku masih memperhatikan mereka berdua yang semakin bersiap dengan kemungkinan terburuk. Aku mengepalkan tanganku dan benar saja mereka berdua semakin bersiap.

“mereka orang baik za” ucap Dimas.

Tama kulihat sedikit terkejut karena pernyataan Dimas dan mereka saling menatap. Dimas memberi isyarat seolah ‘mau bagaimana lagi’. Aku terus memperhatikan mereka saling bertukar bahasa isyarat.

“iya mereka orang baik. Mau denger cerita gue ga? terserah kalo mau percaya atau engga”

Aku hanya menggeleng dan akhirnya aku memutuskan untuk duduk lagi dipinggiran kasurku. Aku menutup wajahku menggunakan kedua tanganku. Aku frustasi sekali.

“gini za. Gue gaakan khianatin elo. Elo sahabat gue. Lo masih inget kan kita selalu bantuin elo kalo elo lagi butuh bantuan. Dan gue juga kurang percaya sama Mira kemarin ditambah kemarin dia bareng sama Nayla. Dia udah lulus ngapain masih disini Makin gak percaya gue. Tapi kalo cerita ini bener, berarti elo bakal tau siapa yang bunuh Winda sebenernya”

Aku terus menggelengkan kepalaku. Aku tidak mau mendengar cerita dari orang-orang. Aku ingin membuktikan sendiri.

“gini zaa. gue paham perasaanlo saat ini. Elo gaakan bisa sendirian kali ini. dan emang elo gapernah bisa sendirian. Makanya ada gue sama Dimas. Kita beneran mau bantuin elo. Sekarang mau denger cerita gue ga?”

Aku menghela nafas.

“gue dulu yang mau cerita kemarin gue ketemu Toni” Aku masih berusaha meyakinkan diri bahwa mereka memang bisa dipercaya.

“Dia cerita kalo si kembar Jordi sama Jodi yang bikin rencana pembunuhan Reza senior di organisasi gue. Dan dia ingin bales dendam tapi belum tau gimana caranya, karena markasnya lagi dikepung beberapa orang dari kepolisian kayaknya. Seragamnya bebas sih cuman kayaknya sih emang dari pihak polisi. Nah dia minta gue nunggu. Nanti bakal dikabarin. Tapi gue juga gabisa percaya sama dia”

“kenapa?” ucap Tama.

“ngaco ngomongnya. Katanya dia cinta sama Yanti. Dia tau kalo gue pacaran sama Winda. Tau darimana coba? dia kan ilang sampe dua tahun gaada kabar”

Tama hanya mengangguk mendengar ceritaku.

“oke za. Giliran gue ya”

Aku mengangguk dan Tama menghela nafas bersiap menceritakan semuanya yang dia tau.

“mulai dari Toni aja kali ya za. Iya bener. Dia yang bunuh Reza dan rencana itu adalah rencana dari Jordi. Mira sama Nayla kemarin cerita itu. Toni mau karena imbalannya adalah tubuh Nayla, Mira, Kintan, Dewi dan Tina. Mereka berdua, Toni dan Mamat bebas make mereka. Dan kalo katanya dia cinta Yanti, dia boong. Gue gapaham sama mereka kenapa milih Yanti, padahal kalo misal milih Zahra, itu lebih masuk akal dengan cerita lanjutan gue”

“bentar deh. kenapa Mira Nayla sama Kintan?” potongku.

“kalo itu biar mereka yang cerita ya za. Gue gapunya hak buat cerita”

“gue gamau ketemu mereka lagi. Khususnya Nayla sama Kintan. Gue gamau ketemu sama orang yang udah bikin semua kayak gini. Coba aja kalo……” Tama memotong perkataanku.

“oke oke. Yang jelas adalah Jordi tau kalo mereka bertiga itu korban pemerkosaan dan gamau fakta bahwa mereka korban diketahui oleh orang banyak. Jordi manfaatin itu. gue juga gapaham darimana Jordi tau karena mereka juga ga cerita”

“oke. Terus maksudnya kalo milih Zahra dibandingkan Yanti bisa lebih masuk akal?”

“karena Jordi pengen bikin elo menderita kayak dia dulu”

“maksudnya?”

Obrolan kami terpotong karena HP-ku berdering cukup kencang dan mengangetkan kami semua yang ada dikamarku.

Aku lalu mengambil HP-ku dan melihat seseorang menelfonku. Toni menelfoku malam ini

Bersambung​
Part 28
Hani:
Hanifah_Mutiara_3.jpg

Zahra:
Zahrantiara_Aulia_3.jpg

*TOKTOKTOK*

Pintu kamarku diketuk dari luar. Aku yang masih terbaring di kasurku sedikit terkejut dengan kedatangan tamu yang tak diundang pagi-pagi ini.

Aku segera bangkit dan segera membuka pintuku sambil aku menguap.

“jahat kamu za” ucap wanita yang ada di depan pintuku.

Aku sangat tidak mengharapkan untuk bertemu dia dalam waktu dekat.

“aku bingung zaah. Aku bingung harus jawab apa….”

“tinggal jawab aja pernah atau engga kan selesai!”

“yakin selesai? Dengan kelakuanku saat ini? Jika aku menjawab tidak, kira-kira apa yang bakal kamu lakuin? Dan jika aku menjawab pernah apa yang bakal kamu lakuin?”

Zahra diam saja sambil terus menatapku tajam sekali. Aku sangat risih dipandangi oleh tatapan macam itu.

Tak lama kemudian aku dikejutkan lagi oleh seorang wanita lagi yang datang ke kamarku pagi ini.

“hadeeuuhhh mereka janjian kali ya” batinku.

Aku mengacak-acak rambutku karena kebingungan. Kini dihadapanku sudah berdiri Zahra dan Hani yang menatapku dengan tatapan yang ingin sekali membunuhku. Bunuh saja aku zah, han. Biar aku ketemu sama Winda dan bisa pergi dari kalian untuk selama-lamanya.

Aku yang tidak bisa merangkai kata-kata lagi untuk meladeni mereka akhirnya malah mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam kamarku dengan alasan tidak baik bertengkar di luar pagi-pagi ini, penghuni kos lain bisa terganggu.

“jadi? Apa yang bakal kalian lakuin ke aku?” Aku duduk di tepi kasurku dan di hadapanku sudah berdiri Zahra dan Hani yang melipat tangannya di dadanya.

“bener-bener deh kamu za. Aku bener-bener udah dilupain sama kamu” ucap Hani.

“mana mungkin aku ngelupain kamu han…..”

“buktinya kemarin aku minta tolong buat pindahan kos, kamu gaadaaa. Padahal kamu yang nyuruh aku pindah”

“udah ada Satya kan?”

“kamu kan yang nyuruh Satya!?”

Aku menganggukkan kepala. Hani menggelengkan kepalanya.

“aku bener-bener gaada kesempatan ya za?”

Aku akhirnya bangkit berdiri memandang mereka berdua.

“iya hani, kamu gapunya kesempatan. Kamu tau kenapa? Karena kamu mirip banget sama Winda. Sifatnya, tingkahnya, cara menenangkanku saat aku lagi terpuruk. Semua sama!! Jika aku bersamamu, maka yang ada di bayanganku adalah sosok Winda. Pasti hal itu sangat mengganggu kan? kamu tau kan Winda bagiku udah segalanya. Benar-benar tidak bisa digantikan. Kamu tau? Yang membuatku seperti ini adalah Winda. Tubuhku, sifatku, semua gara-gara Winda yang dengan sabarnya menemaniku, meredamku jika terjadi apa-apa terhadapku. Tidak mudah melupakannya dengan semua apa yang telah kami lewati. Jadi jika aku bertemu dengan sosok yang sangat mirip dengannya, aku tidak akan tahan. Kamu ngerti kan han?”

Aku mengatakan hal itu dengan nada cukup tinggi. Cukup membuat mereka berdua terkejut dengan pernyataanku.

“namun apa bedanya dengan pacarmu sekarang?” ucap Zahra.

“sampai saat ini aku belum tau, yang jelas adalah dia bisa mengalihkan perhatianku terhadap Winda. Walaupun itu hanya sesaat”

“hanya sesaat?”

“iyaa hanya sesaat. Tapi itu sudah cukup sehingga sepanjang waktu aku tidak memikirkan Winda. Pikiranku sedikit dialihkan olehnya”

“kenapa kamu yakin kalo milih aku atau Hani bakalan kepikiran Winda terus?”

“kita ga cocok” ucapku singkat.

Mereka berdua menggeleng melihatku.

Aku sangat frustasi. Padahal jika dipikir-pikir, sifat Rina dan Winda tidak jauh berbeda. Entah mengapa aku lebih memilih Rina dibandingkan dengan mereka.

“dan Zahra….” Aku memotong Zahra yang akan berbicara.

“aku hormati prinsip mu yang tidak ingin bersama orang yang hanya menikmati tubuhmu. Jadi aku tidak bisa bersamamu”

Zahra hanya bisa menggigit bibir bawahnya saat mendengar pernyataanku.

“kita bisa berteman kan? apa salahnya dengan itu?” ucapku.

“baiklah za, jika memang seperti itu. kita HANYA berteman. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan. Tapi aku berharap kesempatan itu takkan datang” ucap Zahra.

*DEG*

Zahra pergi meninggalkanku bersama Hani di kamar itu. Hani melihat kepergian Zahra dengan tatapan datar. Hani lalu duduk di pinggiran kasur sedangkan aku cuek menyalakan laptopku.

“kamu gaikut pergi juga?” ucapku tanpa menoleh kearah Hani.

“engga za. Gapapa kan aku disini?”

Aku hanya mengangguk dan membuka sebuah folder yang berisi foto maupun video semua perjalananku dengan Rina dari awal kami pacaran hingga sekarang. Aku berniat untuk menggabungkan beberapa video dan foto tersebut untuk dijadikan kado ulang tahunnya.

“Zahra bohong za….”

“eh?” aku mengalihkan pandanganku dari layar laptop ke arah Hani.

“dia terpukul gara-gara Jordi. Dia gak nyangka kalo Jordi kayak gitu”

“ya siapa juga ga terpukul”

“bukan. Maksudku adalah mungkin Zahra nyesel pas ngomong tentang gamau pacaran sama orang yang menikmati tubuhnya ke kamu”

“kenapa dia nyesel?”

“kamu tuh emang gapeka ya za haha. Zahra tuh cinta banget sama kamu. aku gatau semenjak kapan. Tapi dia bener-bener cinta sama kamu sebelum dia sama Jordi. Jadi pas tau Jordi kayak gitu, dia senyesel-nyeselnya kenapa milih dia bukan kamu”

“loh bukannya dia bareng sama Jordi pas aku udah sama Winda”

Hani menggeleng.

“dari awal kuliah dia udah dideketein sama Jordi bahkan dari zaman sebelum ospek. Dia cerita ke aku bahkan dia udah berani ke kosannya bawa-bawa sesuatu. Bisa bunga, makanan, aksesoris buat Zahra. Dan akhirnya kamu datang, memperkosa dia”

*DEG*

“dan kamu tau? Persis setelah kamu merkosa Zahra, besoknya Jordi dateng buat nyatain perasaan ke dia. Ya bodohnya Zahra adalah dia nolak dan dia ngaku abis gituan sama kamu. Jordi bener-bener sedih saat itu. Bahkan dia sampe nangis di depan Zahra. Dia bilang perjuangannya selama ini sia-sia”

“terus kenapa dia deketin Zahra lagi?”

“karena dia tau kamu udah sama Winda”

“terus intinya apa? Kamu mau jodohin aku sama Zahra? Padahal tadi bilang kamu pengen ada kesempatan buat bersamaku”

“engga za. Aku cuman pengen kamu tau yang sebenrnya. Zahra itu tipe orang yang gabisa ngomong jujur kalo terkait perasaan. Dan ya aku emang udah gapunya kesempatan kan? haha. Memang benar aku dan Winda sangat mirip sifatnya, hal itulah yang membuatku bisa berteman dengan Winda seperti kami berpacaran dulu haha. Makanya aku udah ngerti kenapa kamu gabisa lupain dia. Dia emang orang yang susah buat dilupain. Dan aku udah pacaran za sama Satya gara-gara kemarin dia nolongin aku. Dia langsung ngomong kalo dia ada perasaan ke aku. Aku udah jelasin kondisiku tapi dia tidak menolak. Yasudah coba saja dulu. Biar waktu yang menjawab apakah benar aku jodoh Satya atau bukan”

“selamat ya”

Aku kembali melanjutkan pekerjaanku karena dalam beberapa hari ke depan Rina akan ulang tahun sehingga aku harus cepat-cepat menyelesaikannya. Aku akan mengirimkannya via email di tengah malam pergantian hari ulang tahunnya. Semoga saja dia suka apa yang aku kerjakan.

Aku dikagetkan dengan rangkulan tangan Hani yang ia daratkan mengelilingi leherku. Hani juga mencium tengkuk belakangku dengan sangat lembut sampai-sampai aku kegelian.

Hani lalu bergerak ke samping tubuhku dan langsung menarik tanganku membuat aku mau tidak mau bangkit dari dudukku meninggalkan pekerjaanku.

“mau ngapain sih haan?” ucapku

Hani hanya diam saja dan ia langsung mencium bibirku lembut sekali. Hani juga merangkulkan tangannya di leherku saat kami berciuman.

Pikiranku ingin menolak adegan ini namun tubuhku malah menginginkannya. Tanganku aku rangkulkan ke pinggulnya yang ramping itu. Bahkan tanganku terus turun hingga bagian pangkal pahanya dan aku malah menaikkan tubuh Hani sehingga kini posisinya adalah aku menggendong Hani.

“kamu masih bisa nakal juga ya za hahah” ucap Hani di tengah-tengah ciuman kami.

Hani lalu menciumi leherku membuatku sedikit kegelian.

Karena tubuh Hani yang ramping dan ringan, aku bisa berjalan sambil terus menggendong tubuhnya. Aku berjalan kearah pintu untuk menutup pintu kamarku. Setelah aku menutup pintu, aku bergerak menuju kasurku dan aku membaringkan tubuh Hani di kasurku.

Kali giliran aku yang menciumi lehernya yang masih terbungkus sebuah kain jilbabnya itu. Hani tertawa dan sedikit menepuk nepuk tubuhku karena kegelian.

“faaazaaa hahahaha. udaaaahhh geliii ahahahaha” ucapnya mendorong tubuhku.

“kamu duluan lohh yang minta” aku melanjutkan kegiatanku.

Hani masih terus tertawa kegelian hingga akhirnya aku menghentikan kegiatanku beberapa menit kemudian.

“mau za?” ucapnya sambil bangkit dari rebahannya. Aku hanya duduk di sampingnya.

“gatau han. Aku bingung”

“yaampun. Kalo sekarang urusan ginian kamu bingung ya zaa. dulu ajaa… hahaha”

Aku hanya diam saja melihat Hani tersenyum manis sekali sambil merangkulkan tangannya di leherku.

“kamu kan udah punya orang”

“dari dulu aku masih punyanya orang tuaku za. Belum pindah ke yang lain haha”

Aku meletakkan ibu jariku dan jari telunjukku di bagian dagu Hani dan kami berciuman. Akhirnya aku tahu kenapa tubuhku tidak bisa menolak adegan ini, walaupun pikiranku dengan kerasnya mencegah adegan ini semakin jauh. Tubuhku sudah lama tidak merasakan sensasi ini. Aku kembali merebahkan tubuh Hani namun kali ini Hani menolak namun masih dengan senyumannya.

“maaf za. Aku gabisa. Aku lagi dapet hehehe”

Aku tidak bisa menyembunyikan kekecewaanku. Aku langsung tertunduk lesu.

“maaf zaa hahaha”

“terus tadi kenapa nawarin?”

“pengen godain kamu aja hahaha”

Aku menyentil jidatnya dan ia sedikit berteriak sambil terus tertawa. Aku bangkit dan segera menjauh dari tubuh Hani.

“zaa. kayaknya kamu belum dikasih sama pacar baru kamu yaa? hahaha”

“heeehhh….. udah deehh. Kalo mau godain aku, mending kamu pulang aja”

“sini zaaa, anumu aku mainin hahaha. kasian kamu”

Hani mendekat kearahku yang sedang duduk di sebuah kursi yang berada di depan laptopku. Sebenarnya aku hendak melanjutkan pekerjaanku namun sepertinya situasi memaksaku untuk menundanya sedikit lebih lama. Hani langsung memposisikan dirinya berada di depan bagian selangkanku. Karena memang aku menggunakan celana boxer sehingga hal itu tidak menyulitkan bagi Hani untuk menurunkan celanaku.

“ihh udah tegang hahaha” ucapnya.

“berisik”

Hani hanya tertawa dan kini tangannya sudah mulai mengocok penisku dengan perlahan.

Beberapa menit berlalu, Hani masih mengocok penisku yang akhirnya mencapai titik tegang maksimalnya. Hani lalu membuka mulutnya dan memasukkan kepala penisku ke dalam mulutnya.

“ooohhhh” desahku karena sudah lama aku tidak merasakan penisku masuk ke dalam mulut seseorang wanita.

Hani memperlakukan kepala penisku seperti ia sedang mengulum permen lollipop. Aku beberapa kali menggenggam sangat erat pegangan kursiku saat lubang penisku terkena sapuan lidah Hani.

“kamu juga nakal yaa haan. Udah jago hahaha. belajar dimana hayooo”

“eehhhmmm. Engga kok zaa. gak belajar darimana-mana. Yang udah masuk ke tubuhku tuh baru kamu zaa. belum ada siapa-siapa lagi haha” ucapnya disela-sela kulumannya.

Hani lalu melanjutkan mempermainkan penisku lagi. Kali ini dia memasukkan beberapa senti batangku ke dalam mulutnya namun tak berapa lama ia keluarkan lagi dan kembali bermain dengan kepala penisku.

“ooohhhhh” desahku lagi saat lubang penisku terkena sapuan lidah Hani.

Beberapa menit berlalu, aku masih terus mendesah keenakan dan Hani beberapa kali mencoba memasukkan penisku lebih dalam ke dalam mulutnya.

“uhhuukk uhhukkk”

Hani terbatuk dan melepaskan penisku dari dalam mulutnya.

“eehhh haaan. Gausah dipaksain atuh” aku bangkit dan memberinya satu botol air mineral yang merupakan stok milikku.

Hani hanya menggeleng dan ia menerima minuman dariku dan ia meminum air itu cukup banyak dan akhirnya batuknya bisa teratasi.

“hehehehe. Maaf zaa. mulutku gak dalem. Gabisa masukin semua”

“-_-“

Hani kembali meraih penisku dan kembali mengocoknya perlahan dan mulai memasukkan kepala penisku serta beberapa senti batang penisku.

Kali ini lidah Hani bergerak memutar sambil kepalanya naik turun memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Hal itu membuat ada sengatan yang datang dari penisku dan aku sudah berada di ujung untuk mengeluarkan spermaku.

Aku menepuk kepala Hani untuk memberi kode bahwa aku sudah ingin mengeluarkan spermaku. Hani masih terus mengulum penisku dan aku sudah tidak tahan ingin mengeluarkannya.

“ooooohhhhhhhh” desahku cukup panjang dan aku menyemprotkan spermaku di dalam mulut Hani.

“uhhuuukk uhhuukk fazaaaaa”

Hani kembali melepas penisku dari kulumannya dan ia mencari minuman yang aku berikan. Hani menegak minuman itu hingga habis namun di pinggir mulutnya masih ada sisa spermaku yang meleleh keluar. Aku lalu mengelap sisa spermaku yang keluar dari mulut Hani.

“gabilang-bilang siihhh” ucapnya sedikit kesal.

“aku udah nepuk-nepuk kepalamu biar berhenti. Eehh kamu keasikkan hahaha”

Hani ikut tertawa lalu menubruk tubuhku. Kami berpelukan.

Beberapa menit kami berpelukan dan akhirnya Hani memutuskan untuk pamit dengan sebuah ciuman mendarat di keningku dan ia berbisik bahwa ia mendoakanku nyaman dengan pacarku saat ini.

Selepas Hani pergi aku sedikit termenung karena adegan barusan. Oh maafkan aku Rina. Aku mengkhianatimu.

Aku lalu memutuskan untuk melanjutkan pekerjaanku yang tadi sempat tertunda dengan mengumpulkan beberapa momen aku dan Rina dalam bentuk video maupun foto.

.

.

Sudah hampir 3 jam lamanya aku berkutat dengan hal ini dan akhirnya tingga sentuhan terakhir. Aku meletakkan HP-ku di atas meja. HP tersebut aku sanggah sehingga ia bisa berdiri dengan kamera belakang mengarah kepadaku. Aku lalu bersiap-siap lalu menekan tombol record di HP-ku.

“rina selamat ulang tahun. Udah kepala dua lewat dua tahun nih cieee hahaha. udah tua ya kamu. maaf aku cuman bisa ngasih ini doang sebagai hadiah karena emang aku cuman bisa ini haha. Maaf juga belum bisa jadi pacar kamu yang baik selama ini. Aku ada sesuatu yang akan aku jelaskan rin. denger baik baik ya rin”

Aku menghela nafas.

Aku menceritakan kondisiku yang masih belum bisa melupakan Winda sampai saat ini juga. Aku bercerita panjang sekali hingga tanpa terasa air mataku menetes sedikit. Aku juga menceritakan mengenai Zahra, Hani, Nayla dan Kintan dengan sangat detail hingga perbuatanku ke mereka semua bahkan aku menunjukkan foto mereka di depan kamera. Aku juga bahkan menceritakan sebab kejadian yang menimpa Winda.

“aku harap kamu engga marah sama aku karena itu. Aku gatau lagi diapain sama orang, tapi orang-orang ini memang berniat jahat kepadaku. Jadi jika kamu memergokiku aku sedang bersama salah satu dari mereka atau bahkan wanita lain, aku harap kamu tidak melakukan hal yang Winda perbuat. Kamu mau kita putus gapapa. Asalkan kamu jangan ninggalin aku. Aku gabisa liat orang yang aku cinta mati di depan mataku. Benar-benar pengalaman yang menyedihkan”

Aku menghela nafas lagi.

“maaf ya malah bikin suasana jelek padahal ini ulang tahun kamu. yaudah gitu aja ya rin. Selamat ulang tahun sekali lagi. Aku sayang sama kamu"

Aku mematikan kamera dan segera memindahkannya ke laptopku. Aku sedikit memberikan efek-efek yang cukup menarik ditambah lagu-lagi kesukaannya sehingga video tersebut terkesan bukan seperti video amatir (haha). Aku lalu menggabungkan video itu dengan video yang sudah aku buat sebelumnya dan proses pun berlangsung.

“fyuuhh. Selese juga” ucapku menyenderkan diri di kursi.

Aku membelai sendiri kepalaku karena aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku melihat jam dinding dan jam sudah menunjukkan pukul 11.30. Aku sepertinya harus mandi.

*****
Aku pergi ke kampusku lebih tepatnya laboratorium untuk melihat hasil yang sudah aku lakukan beberapa hari kemarin. Rina sudah berada di Semarang saat ini dan baru saja dia mengirimiku sebuah foto sebuah tempat di semarang dan dia ingin mengajakku disana.

“mir, gimana berhasil?” ucapku sambil meletakkan tas di sebuah rak tas di laboratorum itu.

Aku melihat Rina hanya memainkan HP-nya saja saat aku datang. Suasana di ruangan itu sepi karena memang ini merupakan hari libur. Tapi tidak ada kata libur bagi mahasiswa tingkat akhir sepertiku (haha).

“belum aku liat za hehe. Nunggu kamu kan.. kamu sendiri yang nyuruh kalo nunggu kamu”

“emang iya ya? Haha. Yaudah yuk diliat”

Aku pergi ke tempat dimana aku menyimpan pekerjaan ku beberapa hari kemarin.

Aku senang sekali melihat hasilnya yang berhasil, dengan ini berarti tugas akhirku selesai dan aku hanya tinggal menulis laporannya lalu mempresentasikan hasil yang aku dapatkan. Aku senang akhirnya pekerjaan ini selesai dan aku bisa lebih fokus untuk mengerjakan hal lain.

“mir bener kan minggu depan kita udah selese haha”

Mira hanya mengangguk dan tersenyum senang sekali.

Kami lalu membereskan hasil pekerjaan kami setelah kami mendokumentasikannya. Kami mencuci semua peralatan yang digunakan dan membuang semua bahan yang sudah tidak terpakai.

“za, ada sesuatu yang mau aku tanyain” ucap Mira sambil mencuci sebuah gelas yang terbuat dari kaca.

“apa mir?”

“kemarin kamu kenapa ngeliat aku kayak gitu?”

“hemmm? Pas kapan?”

“pas kamu sama Toni mau ketemu”

Aku berusaha mengingat-ingat.

“oohh itu. kamu duluan yang liatin aku kayak gitu”

“hah?”

Aku menghela nafas.

“aku disuruh sama seseorang buat berhati-hati sama orang terdekatku. Karena kamu orang terdekatku saat ini jadi aku harus hati-hati sama kamu” ucapku datar sambil terus mencuci peralatan yang terbuat dari kaca juga.

“aku gatau kenapa kejadian Winda kayak disetting sama orang. tapi aku gatau orang itu siapa. Mungkin saja orang itu berpikiran bahwa jika aku kehilangan Winda, pasti aku akan melakukan hal yang bodoh hingga nyawaku terengut. Yang jelas orang itu pengen liat aku menderita. Dan kamu tau mir? Aku udah menderita sekarang” lanjutku.

“zaa……”

“bagaimana mungkin aku tidak menderita jika melihat orang yang aku sayangi ditabrak oleh sebuah mobil persis di depan mataku. dan juga aku melihat dia mati persis di depan mataku. aku gatau apa yang aku perbuat ke orang itu hingga aku harus mengalami semua ini” aku menghela nafas.

“yang jelas. Aku ingin bertemu dengan orang itu. Kamu bisa bantu aku mir?” Aku menoleh kearah Mira.

Mira benar-benar sangat terkejut dengan pertanyaanku barusan. Terlihat dari ekspresi wajahnya dan cara menggenggam gelas yang terbuat dari kaca itu.

Tak kusangka Mira menganggukkan kepalanya sambil menunduk.

Aku menyelesaikan pekerjaan mencuciku dan kulihat Mira juga sudah selesai melakukannya dan ia sedang merapikan peralatan di tempat kami menyimpan peralatan kami.

“kamu sebenernya siapa sih mir” batinku sambil memperhatikan dia memasukkan peralatan ke dalam tempat penyimpanan kami.

“jangan pernah liatin aku kayak gitu lagi za” ucap Mira yang memergokiku.

“maaf” aku mengalihkan pandangan dan segera mengambil tasku dan pergi meninggalkan ruangan itu.

Tanganku tiba-tiba ditarik oleh Mira.

“tunggu zaa”

Aku menepis tangan Mira dan nampaknya Mira terkejut karena aku melakukan hal itu. Aku melihatnya cukup tajam dan wajah Mira sedikit takut karenaku.

“kemarin ngobrolin apa aja sama Toni?”

“apa pentingnya buat kamu?”

“ZA!”

Mira meninggikan nadanya. Aku hanya memperhatikannya saja Mira yang nampaknya kesal.

“kamu yang meminta bantuan!”

Aku hanya diam saja sambil terus memperhatikannya.

“maaf mir, aku belum percaya sama kamu” ucapku dan aku langsung meninggalkannya.

Aku tidak tahu perasaan Mira seperti apa sekarang. Yang aku tahu adalah aku harus berhati-hati terhadap segala informasi yang masuk ke telingaku ataupun keluar dari mulutku.

Aku berpapasan dengan Kintan namun aku cuek saja dan berjalan melewatinya. Sekilas aku melihat ekspresi wajahnya yang sedikit sedih. Aku tidak tahu kenapa. Apa peduliku?

*****
Malam harinya, aku memutuskan untuk menelfon Rina karena aku sedikit rindu dengan suaranya. Kami mengobrol, bersenda gurau di kesempatan itu. Aku berniat ingin berganti ke video call namun ia tolak karena penampilannya sedang tidak cantik saat ini. Aku terus memaksanya dan akhirnya ia luluh. Dan ya memang benar dia sedikit berbeda tanpa make-up nya.

“tuhkaaan kamu gasuka zaa. dibilangin ngeyel sihh” ucapnya sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

“makanya kalo pake make-up nya jangan ketebelan ahaha”

“iihhh. Kan buat kamu jugaaa. Kamu maaah…”

“aku kan udah bilang, gausah pake make-up juga gapapa. Aku terima kamu apa adanya hahaha”

“halaaah. Gombal doang bisanya ahaha”

Tanpa terasa kami mengobrol cukup lama. Sekitar 3 jam jika dihitung dari awal aku memutuskan menghubunginya. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan telingaku juga sudah kursakan sedikit panas karena terlalu lama menempel dengan HP-ku.

“udah yaa riin. Udah malem. Kupingku panas niihh hahaha” ucapku.

“iyaa sama zaa. besok telfon lagi yaa zaa. aku kangennn haha”

“iyaaa haha. Yaudah yaa. aku sayang kamu”

“aku juga sayang kamu”

Rina tersenyum dan aku menekan tombol berwarna merah dengan gambar telefon disana dan seketika layar HP-ku berganti dari wajah Rina menjadi gambar wallpaper HP-ku yang aku set. Gambar aku bersama Rina sedang berjalan di sebuah pantai sambil tersenyum kearah kamera. Sebelumnya aku memang belum pernah memasang gambar seseorang di HP-ku. Bahkan saat bersama Winda aku juga tidak memasang gambarnya di HP-ku. Aku melakukan ini karena aku ingin cepat-cepat bisa melupakan Winda. Maaf ya Rina. Aku memang pria lemah.

*TOKTOK*

Pintu kamarku diketuk dari luar.

Karena aku memang belum mengunci pintu kamarku, aku langsung mempersilahkan orang itu masuk tanpa aku beranjak dari tempatku saat ini.

Tama dan Dimas mendatangi kamarku malam ini.

Tumben mereka mendatangiku malam-malam begini tanpa memberi tahu sebelumnya.

“hai za” ucap Tama mendekatiku.

Dimas kulihat menutup pintu kamarku dan ia duduk di sebuah kursi yang berada di sebelah kiri kasurku.

“ngapain malem-malem kesini? Haha” ucapku bangkit dari rebahanku.

“gini zaa” Tama duduk di pinggiran kasurku. Di sebelahku.

“gue mau cerita. Tapi lu jangan potong apapun yang bakal gue ceritain”

“sorry tam. gue bukannya gamau percaya sama elo. Elo temen gue, sahabat gue. Tapi gue lagi ancur. Ada yang niat ngancurin gue. Dan dia berhasil”

“itu maksud guee. Kemarin gue didatengin Jordi pas lagi sama Zakiyah”

Aku hanya diam saja sambil memandang kosong lantai kamarku.

“gue kira dia mau ngapa-ngapain gue, soalnya kan kemarin gue yang bikin dia putus sama zahra. Ehh ternyata dia cuman nanya-nanya tentang elo. Bahkan dia nanyain kalo lo itu udah punya pacar lagi apa belum. Begonya, zakiyah bilang kalo udah punya”

“dia aman tam. dia lagi balik sampe wisuda”

“oohh gitu. yaudah bagus deh. aman berarti”

“dia nanyain apa aja emang?”

“kebanyakan tentang organisasi lo sih. Dan zakiyah yang jawab. Tapi aneh banget. Dia ketemu gue udah kayak kita gapernah ketemu sebelumnya. Padahal jelas banget kemarin gue sama dimas yang nemenin Zahra”

Aku masih memandang kosong lantai kamarku. Tama mungkin bingung apa yang terjadi kepadaku.

“denger-denger kemarin lo ketemu Toni?”

*DEG*

Aku menoleh ke arah Tama dan nampaknya Tama terkejut dengan pandanganku yang ditunjukkan ke arahnya. Tama langsung meloncat berdiri dan Dimas juga berdiri.

“santai zaa. santai. Gue dikasih tau sama Mira”

Aku berdiri sedangkan Tama dan Dimas mengambil kuda-kuda akan menyerangku.

“berarti gue gabisa percaya sama elo lagi tam”

Aku masih memperhatikan mereka berdua yang semakin bersiap dengan kemungkinan terburuk. Aku mengepalkan tanganku dan benar saja mereka berdua semakin bersiap.

“mereka orang baik za” ucap Dimas.

Tama kulihat sedikit terkejut karena pernyataan Dimas dan mereka saling menatap. Dimas memberi isyarat seolah ‘mau bagaimana lagi’. Aku terus memperhatikan mereka saling bertukar bahasa isyarat.

“iya mereka orang baik. Mau denger cerita gue ga? terserah kalo mau percaya atau engga”

Aku hanya menggeleng dan akhirnya aku memutuskan untuk duduk lagi dipinggiran kasurku. Aku menutup wajahku menggunakan kedua tanganku. Aku frustasi sekali.

“gini za. Gue gaakan khianatin elo. Elo sahabat gue. Lo masih inget kan kita selalu bantuin elo kalo elo lagi butuh bantuan. Dan gue juga kurang percaya sama Mira kemarin ditambah kemarin dia bareng sama Nayla. Dia udah lulus ngapain masih disini Makin gak percaya gue. Tapi kalo cerita ini bener, berarti elo bakal tau siapa yang bunuh Winda sebenernya”

Aku terus menggelengkan kepalaku. Aku tidak mau mendengar cerita dari orang-orang. Aku ingin membuktikan sendiri.

“gini zaa. gue paham perasaanlo saat ini. Elo gaakan bisa sendirian kali ini. dan emang elo gapernah bisa sendirian. Makanya ada gue sama Dimas. Kita beneran mau bantuin elo. Sekarang mau denger cerita gue ga?”

Aku menghela nafas.

“gue dulu yang mau cerita kemarin gue ketemu Toni” Aku masih berusaha meyakinkan diri bahwa mereka memang bisa dipercaya.

“Dia cerita kalo si kembar Jordi sama Jodi yang bikin rencana pembunuhan Reza senior di organisasi gue. Dan dia ingin bales dendam tapi belum tau gimana caranya, karena markasnya lagi dikepung beberapa orang dari kepolisian kayaknya. Seragamnya bebas sih cuman kayaknya sih emang dari pihak polisi. Nah dia minta gue nunggu. Nanti bakal dikabarin. Tapi gue juga gabisa percaya sama dia”

“kenapa?” ucap Tama.

“ngaco ngomongnya. Katanya dia cinta sama Yanti. Dia tau kalo gue pacaran sama Winda. Tau darimana coba? dia kan ilang sampe dua tahun gaada kabar”

Tama hanya mengangguk mendengar ceritaku.

“oke za. Giliran gue ya”

Aku mengangguk dan Tama menghela nafas bersiap menceritakan semuanya yang dia tau.

“mulai dari Toni aja kali ya za. Iya bener. Dia yang bunuh Reza dan rencana itu adalah rencana dari Jordi. Mira sama Nayla kemarin cerita itu. Toni mau karena imbalannya adalah tubuh Nayla, Mira, Kintan, Dewi dan Tina. Mereka berdua, Toni dan Mamat bebas make mereka. Dan kalo katanya dia cinta Yanti, dia boong. Gue gapaham sama mereka kenapa milih Yanti, padahal kalo misal milih Zahra, itu lebih masuk akal dengan cerita lanjutan gue”

“bentar deh. kenapa Mira Nayla sama Kintan?” potongku.

“kalo itu biar mereka yang cerita ya za. Gue gapunya hak buat cerita”

“gue gamau ketemu mereka lagi. Khususnya Nayla sama Kintan. Gue gamau ketemu sama orang yang udah bikin semua kayak gini. Coba aja kalo……” Tama memotong perkataanku.

“oke oke. Yang jelas adalah Jordi tau kalo mereka bertiga itu korban pemerkosaan dan gamau fakta bahwa mereka korban diketahui oleh orang banyak. Jordi manfaatin itu. gue juga gapaham darimana Jordi tau karena mereka juga ga cerita”

“oke. Terus maksudnya kalo milih Zahra dibandingkan Yanti bisa lebih masuk akal?”

“karena Jordi pengen bikin elo menderita kayak dia dulu”

“maksudnya?”

Obrolan kami terpotong karena HP-ku berdering cukup kencang dan mengangetkan kami semua yang ada dikamarku.

Aku lalu mengambil HP-ku dan melihat seseorang menelfonku. Toni menelfoku malam ini

Bersambung​

mantap suhu.. tetap semangat. ditunggu update selanjutnya..
 
Part 29
Mira:


Zakiyah:
Nur_Zakiyah_1.jpg


Yanti:
Diyanti_Rabbah_1.jpg


Devi:
Devi_Maharani_2.jpg

Sudah beberapa hari berlalu dari saat Toni menelfonku. Aku masih tidak percaya apa yang ia katakan. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?

Saat ini aku sedang menunggu seorang dosen untuk melakukan bimbingan skripsi. Ya aku sangat cepat dalam menulis laporan hasil penelitianku. Aku sedang ditemani oleh Mira saat ini yang duduk persis di depanku dan ia memperhatikanku sedari tadi. Aku cuek saja sambil memainkan HP-ku dan memikirkan semua perkataan Toni dan kaitannya dengan semua hal yang sudah aku lalui.

“mir, katanya aku gaboleh liatin kamu kayak gitu. kok kamu liatin aku terus kayak gitu?”

Mira langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu ruangan dosen yang masih tertutup itu.

Aku menggelengkan kepalaku. Aku kembali memandang layar HP-ku yang berisi sebuah screenshoot sebuah percakapan yang ia kirimkan setelah ia menelfonku.

“dari mana lo dapet cerita ini?” ucapku tidak percaya saat Toni menelfonku beberapa hari lalu.

“gak penting dari mana. Gue cuman ngasih tau yang sebenernya” ucap Toni kala itu di telfon.

Aku sangat mengingat perkataannya kala itu.

“ati-ati za pokoknya sama Nayla sama Kintan” ucapnya lagi.

Lamunanku berhenti saat seorang pria yang sudah cukup umur berjalan di depan kami dan menyapa kami. Ia lalu masuk ke dalam ruangannya dan beberapa saat kemudian aku dan Mira masuk ke dalam ruangan untuk bimbingan skripsi.

.

.

.

Dua jam kemudian, akhirnya berakhir juga sesi bimbingan ku bersama Mira. Cukup banyak yang harus diperbaiki dari laporanku maupun laporan Mira dari segi cara penulisan. Kami akan kembali untuk bimbingan beberapa hari kemudian untuk memperbaiki tulisan kami.

Aku mengajak Mira ke kantin kampusku karena aku merasa sangat lapar saat ini dan ia bersedia.

“za, mau pesen apa?” tawarnya saat kami sudah duduk di meja kantin.

“karedok aja sama es teh manis mir” ucapku.

“oke za”

Mira segera menuju kios-kios penjual makanan di area kantin kampusku. Aku memperhatikannya memesan makanan dan aku memikirkan segala hal yang sudah aku dengar dari Tama beberapa hari kemarin terkait dengan keadaan Mira saat ini. Jika cerita itu benar, pasti berat jadi Mira saat ini.

“DOR”

Mira menepuk tangannya persis di depan wajahku. Aku akhirnya sadar dari lamunanku.

“mikirin apa sih za?” ucapnya.

Aku hanya menggeleng sambil memperhatikannya mengeluarkan sesuatu dari tas-nya. Mira mengeluarkan sebuah cermin yang ia gunakan untuk memeriksa make-up yang menempel di wajahnya.

Saat ini pikiranku berkecamuk antara mempercayai perkataan Toni seseorang yang ingin balas dendam kepada Jordi atas perlakuannya itu atau perkataan sahabatku Tama dan Dimas. Pernyataan mereka saling bertolak belakang. Sehingga yang bisa aku simpulkan adalah salah satunya adalah kebenaran dan satunya lagi mungkin adalah trik yang bisa membuatku berada di situasi yang tidak menguntungkan. “berhati-hatilah dengan orang-orang didekatmu”. Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku akhir-akhir ini. Oh Winda aku benar-benar bingung kali ini. Andai saja kamu masih disini disisiku, aku pasti tidak akan sebingung ini.

Aku sekali lagi disadarkan oleh Mira dari lamunanku. Mira mengenggam tanganku dan melihatku dalam sekali.

“za, tenang bakal aku bantuin. Tapi nanti. Belum bisa sekarang. dan juga Rina lagi di luar kota jadi gausah khawatir. Mereka gaakan bisa macem-macem sama Rina” ucapnya sambil menatap mataku.

Aku segera menarik tanganku yang ia genggam. Suasana menjadi canggung dan caraku melarikan diri dari situasi ini adalah membuka HP-ku dan mengirim sebuah pesan ke pacarku dan Mira kulihat juga melakukan hal yang sama sepertiku.

Aku segera membuka kembali sebuah gambar screenshot percakapan yang dikirimkan oleh Toni setelah dia menelfonku malam itu. Gambar itu menceritakan bahwa Nayla ditugaskan untuk menggodaku dengan cara memberiku tubuh Kintan. Dan menurut gambar itu, Nayla memang sengaja kembali lebih awal karena ia tau bahwa aku belum selesai bermain dengan Kintan dengan tujuan membuatku semakin penasaran dan ingin menuntaskan permainanku bersama Kintan. Gambar-gambar selanjutnya menjelaskan sebuah rencana bahwa memang Kintan dengan sengaja mempermainkanku dengan tujuan membuat Winda marah terhadapku. Kintan memang sengaja memilih tempat aku dan dirinya bermain di sebuah ruangan yang akan digunakan organisasinya untuk sebuah acara. Dimana acara tersebut Winda juga turut andil. Dan akhirnya terjadilah tragedi Winda.

Aku langsung menutup HP-ku dan sedikit kubanting ke meja yang berada di depanku. Aku menutup wajahku menggunakan kedua tanganku dan aku menunduk sampai hampir mengenai meja yang ada di depanku.

Kedua pundakku seperti di pijat oleh seseorang dan karena terkejut aku langsung mendongakkan kepalaku lagi dan kulihat Virzha berada di belakangku.

“pak ketua kenapa pak? Haha. Semangat dooong. Lesu banget” ucap Virzha dan dia duduk di sebelahku.

Aku lihat Virzha seperti memberi sebuah kode yang mengatakan “kenapa Faza?” dan Mira menjawab kode itu seperti mengatakan “gatau”.

“ohh iyaa zaa, bukan bermaksud menambah pikiran elu, cuman bulan depan kita udah harus lengser. Elu udah kelar kan penelitian?” ucap Virzha.

“ohhh iyaaa. Astaghfirullah. Lupa gue vir”

“iyaa za. Maksudnya kita agendain rapat buat bahas lpj. Abis itu baru kita bahas mau ngajuin siapa peneruslu biar terarah besok”

“emang iya ya vir? Harus ngajuin?”

“setau gue sih iyaa kalo di hima gue kemarin. Biar pertanyaannya lebih terarah berdasarkan sifat orang-orang yang diajuin”

“tapi gausah diajuin juga kayaknynya udah tau semua lah ya haha”

“iya za. Andi. Siapa lagi coba haha”

“iya Andi mirip sama elu, galih mirip sama gue haha”

“dih ngaku-ngaku ahahaha”

“tapi emang udah gitu za polanya. Siapa yang jadi ketua panitia penerimaan anggota baru pasti jadi ketum deh”

“gak juga aah. Beberapa taun yang lalu ga gitu”

“udah 5 tahun berturut zaa haha. Mulai dari Mas Firman dulu sampe elu, dan mau lanjut lagi ke Andi haha”

“pola atau kutukan? Ahaha”

Kami hanya tertawa beberapa saat.

“Minggu depan gimana? Kita rapat bahas laporan tanggung jawab dan semuanya. Biar gak terlalu mendadak” Aku berusaha kembali ke topic awal.

“sip. Nanti gue kasih tau pengurus lain”

“sip. Makasih vir”

“yow”

Tak berapa lama kemudian, pesanan makanan aku dan Mira datang dan Virzha juga memesan makanan. Selama aku dan Mira memakan makanan kami, datanglah gerombolan yang lain. Zakiyah, Devi, Anton dan Yanti yang sepertinya baru saja menyelesaikan pekerjaannya dari masing-masing laboratoriumnya.

“akhirnya gue kelarrrrr cokkk hahaha” ucap Anton duduk menarik sebuah kursi sehingga ia bisa duduk di sebelahku.

“weeehhh udah kelar semua dong berarti?” ucap Zakiyah yang duduk di sebalah Mira. Disebelahnya lagi juga ada Yanti sedangkan Devi duduk di sebelah Anton.

“udah dooong” ucap Devi semangat. “tinggal nulis laporannya doang ini” lanjutnya.

Obrolan kami berlanjut seperti hal nya obrolan para mahasiswa tingkat akhir. Dari hasil obrolan akhirnya kami mengetahui bahwa Zakiyah dan Yanti sudah selesai menulis laporan penelitiannya berserta revisiannya dan ia sudah siap untuk mendaftar ke bagian administrasi untuk melangsungkan seminar hasil penelitiannya.

“mau kemana nih kita? Mumpung udah selesai semua haha” ucap Mira memulai topic baru.

“jogja? Haha” usulku.

“jangan aah za, bosen haha” ucap Zakiyah.

“sombong amat ke jogja bosen?” ucap Virzha sambil terkekeh.

Dan semua orang ikut tertawa dengan perkataan Virzha.

“yee bukaaan. Kemarin ke jogja juga gaada yang istimewa” ucap Zakiyah.

“yaiyaalaah zak, kemarin kan kita cuman bolak-balik penginapan sama tempat acara doang. Apaan sih haha. Yaa gaada yang istimewa laah” ucapku.

“yeeuu yaudah. Kemana deh kalo emang mau ke jogja?”

“pantainya bagus-bagus kookk apalagi di kawasan gunung kidul” ucap Yanti

“tapi jalurnya susah. Motor kita kan ada yang motornya sakit-sakitan hahaha” ucap Devi menyindir seseorang.

“sial kamu dev haha” ucap Anton.

Pembahasan mengenai destinasi rekreasi kami semakin runyam karena minimnya informasi dari kami mengenai tempat-tempat rekreasi yang seru namun masih mudah dijangkau. Ditambah lagi jumlah kami yang ganjil juga menyulitkan apalagi jika ada perjalanan malam dimana sang pengendara lebih baik para laki-laki dibandingkan dengan perempuan karena fisiknya yang lebih prima.

Kami akhirnya berselancar di internet dan mendapatkan beberapa tempat.

“emang yang deket dan gak terlalu mahal-mahal amat ya di jogja. Gunung kidul” ucap Zakiyah.

“yaudah sepakat jogja?” ucap Mira.

“bentar dulu mir. Main ambil keputusan aja. Itu Anton gimana nanti. Trus juga kita ganjil dan jumlah laki-laki sama perempuannya gak sama. Kalo bisa jangan yang jauh-jauh amat” ucap Virzha.

“iyaaa. Kalo kalian yang cewe gapapa jalan naik motor 6 jam sih gapapa” ucapku.

“aku bawa tama deh za. tama kan ada motor. Nanti Anton pake motorku aja” ucap Zakiyah.

“kalo kamu bawa tama, nanti pasti kalian ehem ehem ahahah” ucapku.

“iiihh apaaan sih zaa, ya engga laaah. Masa iyaa. kan sama kalian. Kecuali kalian juga pengen hahaha”

“apaasih zak hahaha”

Semua orang tertawa. Bahkan pengunjung kantin yang berada di seberang kami sampai menengokkan kepalanya ke arah kami karena kehebohan yang kami timbulkan.

“gaada remnya yaa emang pada. Semua dikeluarin haha” ucap Mira.

“yaelah sama kita ini hahaha. yang tau juga cuman kita-kita doang kan haha”

“mira juga kayaknya sih udah jebol sama Virzha. Lengket banget sekarang” ucap Yanti.

“yantiiiiiiii apaaa siiihhhhh” ucap Mira.

Mira memegang kepala Yanti sambil ia pukul-pukul bercanda kepala Yanti. Yanti hanya minta ampun yang dibuat-buat sambil terus tertawa.

“oooohhh gituu mirrrr” ucapku kompak bersama Anton. “dulu aja nolak-nolak” lanjut kami tak kalah kompak.

Mira tertunduk lesu dan Virzha kulihat hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa.

“gak seruu aaah. Kirain kita temenan tapi komitmen gamau ada perasaan apapun” ucap Zakiyah.

“kenapa kamu zak?” ucapku.

“gapapa sih zaa. cuman kalo dulu kan seru gaada yang pacaran di geng ini. jadinya murni temenan, becandaan. Kukira cuman Yanti doang yang naksir faza dan untungnya dulu kamu udah punya pacar. Jadinya kan gamungkin kamu pacaran sama yanti. Eh sekarang malah devi sama anton, virzha sama mira. Gak seru aja menurutku”

“hhmmm. Aku gaada apa-apa kok zak sama Mira beneran deh. kemarin kita ngelakuin itu juga karena dia nya kasian sama aku yang ngejar terus tapi dia tetep gamau. Ya kan mir? Mira juga gamau pacaran sama aku. Dia juga bilang kita enakan temenan” ucap Virzha.

Mira menganggukkan kepala lemah.

“aku juga gaada apa-apa sama anton. Kemarin gak sengaja aja itu” ucap Devi.

Yanti membelai kepala Zakiyah.

“maaf ya zak” ucap Devi.

“ih apaansih yan. Kok minta maaf haha. Ya kalo kalian ada apa-apa juga gapapa. Cuman aku aja yang lebay haha” ucap Zakiyah.

“udaah. Kan ini juga geng gak sengaja kebentuk haha. Ya wajar aja kalo emang ada benih cinta tumbuh haha”

“jijik za haha” ucap Yanti sambil terus membelai kepala Zakiyah

“tau nih zakiyah lebay. Pasti kamu juga pernah kan sama faza? kemarin ke jogja emang gak ngapa-ngapain? Denger-denger kan nadya sama galih satu kamar, berarti kalian juga satu kamar dong? Aahahaha” ucap Virzha.

“weeesss. Enak aja. Gue gapernah macem-macem sama dia. Kalo gue macem-macem, badan gue diremukkin sama satpamnya haha” ucapku.

“tau virzha. Ngaco ngomongnya. Mentang-mentang tinggal aku doang sama faza haha. Oiya vir seger ya vir mira? Hahaha” ucap Zakiyah.

“seger banget zak hahaha”

Mira menempeleng kepala Virzha.

“aku juga mau dong mir” Sekali lagi aku kompak bersama Anton. Mira langsung tertawa terbahak karena kelakuan kami.

“hhhmm langsung deh ini cowok-cowok. Bening sedikit langsung gas” ucap Yanti.

Kami sekali lagi tertawa cukup keras dan kali ini membuat semua orang yang sedang makan di kantin menoleh kearah kami.

Memang inilah kami. Sama sekali tidak ada yang ditutupi satu sama lain. Bahkan terkait perasaan sekalipun. Senang sekali memang bertemu mereka di kehidupan perkuliahanku. Aku sangat tidak menyangka nasibku di dunia perkuliahan berbanding terbalik dengan kehidupan sekolahku dulu. Menerima pukulan, caci maki, candaan yang bersifat melecehkan sering sekali menimpaku dahulu. Keputusan untuk pergi dari ibu kota dan kuliah di luar kota adalah benar. Aku tidak sabar ingin melihat teman-temanku yang dahulu yang mencaci diriku. Aku ingin sekali berteriak di telinganya bahwa aku sudah berubah dan kalian tidak bisa memperlakukan aku seperti dulu.

Akhirnya rencana kami untuk bertamasya jatuh di kawasan lereng gunung di daerah tempat kami menimba ilmu. Tak perlu jauh-jauh yang penting kualitasnya. Lagipula memang ada beberapa lokasi di kawasan itu yang belum pernah kami kunjungi.

*****
Tiga minggu kemudian.

Lima dari tujuh orang dari kami sudah melaksanakan sidang skripsinya. Urutannya adalah Zakiyah, Mira, Yanti, Virzha dan aku terakhir. Hasilnya cukup memuaskan namun masih harus ada beberapa perbaikan yang diberikan oleh tim penilai. Sedangkan Devi dan Anton akan seminar beberapa minggu kemudian karena naskahnya belum bisa diterima oleh dosen pembimbing dan masih perlu perbaikan dari segi penulisan.

Malam ini kami sedang berada di secretariat organisasiku dan baru saja menyelesaikan rapat menuju musyawarah anggota yang akan dilaksanakan satu minggu lagi. Rapat hanya membahas mengenai persiapan terakhir sebelum musyang berlangsung.

Para pengurus lain mulai meninggalkan ruangan secretariat dan sebelum meninggalkan ruangan ada Nadya dan Wati yang laporan ingin mem-fix-kan ruangan yang akan digunakan dan digunakannya berapa lama.

Di dalam ruangan, seperti biasa tersisa kami ber-tujuh. Aku, Zakiyah, Devi, Yanti, Mira, Anton dan Virzha. Posisi kami berada di sudut ruangan sambil menyender di dinding kecuali Devi dan Anton. Anton meletakkan kepalanya di paha Devi sehingga membuat paha Devi seperti bantal bagi Anton.

“za, yan, zak, vir, besok ngurus komprehensif yukk” ucap Mira.

“wedewww udah komprehensif aja nih haha” ucap Devi.

“iyadong haha. Kalian cepet nyusul biar abis musyang udah gaada apa-apa lagi dan kita bisa liburan haha” ucap Mira.

“iyaaa. Besok mau acc kok, sebel juga dosennya susah ditemuin” ucap Devi.

“oiyaa. Aku udah dapet penginapan nih buat rencana kita. Harganya 1.5 an semalem. Tapi udah dapet satu rumah” ucap Zakiyah.

“serius zak? Kok murah amat?” ucap Virzha.

“disini kan emang murah-murah virz haha”

“yaudah mau disana aja? Posisinya ga jauh amat kan zak dari mana-mana?” ucapku.

“tergantung za. Nanti mainnya mau kemana haha. Cuman pemandangannya bagus dan tempatnya juga enak kok kemarin pas aku ke sana. Lumayan lah buat leseh lesehan haha”

Tak lama kemudian kami mendapat kata sepakat dan kami hanya leyeh-leyeh saja di ruangan skretariat ini. Aku dan Virzha tengkurap sambil memainkan game yang ada di HP-nya. Anton kulihat sedang dibelai kepalanya oleh Devi dan sisanya hanya sibuk dengan dunianya sendiri.

Beberapa menit kemudian, dimulai dari Zakiyah yang merasa bahwa ini sudah mulai larut, ia izin pulang ke rumahnya terlebih dahulu kemudian disusul oleh yang lainnya. Aku ingin berada di ruangan ini sedikit lebih lama sehingga kini ruangan hanya tersisa aku sendirian.

Beberapa saat, aku hanya diam saja melihat berbagai perabotan yang ada di dalam ruangan itu. Hingga akhirnya aku termenung dan mengingat masa-masaku bersama Winda. Aku yang bodoh masih saja mengingat Winda padahal orang itu sudah lama meninggalkanku. Aku memukuli kepalaku sendiri karena ingin mengeluarkan semua hal tentang Winda. Aku benar-benar tidak kuat jika terus mengingat masa-masa itu. Apalagi ditambah fakta bahwa mungkin saja kematian Winda sudah diatur oleh orang-orang yang memang membenciku sehingga ingin merusak hidupku.

“hei kamu kenapa za?” ucap seorang wanita yang tiba-tiba masuk saat aku kacau sendiri.

Aku segera merubah ekspresi wajahku dari frustasi menjadi seakan tidak terjadi apa-apa.

“gapapa mir. Kok balik lagi?”

“iyaa ini ketinggalan hehe” ucapnya sambil mengambil sebuah jaket yang tercecer di lantai.

Aku tidak sadar bahwa ada jaket yang tercecer di sana.

“zaa. aku mau bantu kamu” ucap Mira.

“bantu apa mir? Kamu tau apa?”

“aku udah janji mau bantu kamu kan kemarin? aku tau za. Aku terlibat”

“maksudnya?”

Mira mendekatiku dan duduk persis di depanku sambil duduk bersila.

“mau dengerin ceritaku?”

“aku gaakan percaya”

“itu hak kamu”

“udah banyak cerita dari orang-orang dan cerita itu sama sekali gak masuk akal. Aku juga yakin bahwa cerita ini gaakan jauh berbeda dari…….”

Bibirku ditahan oleh jari telunjuk Mira. Aku sedikit terkejut dan gerakan itu sedikit memuat mataku melotot.

Mira lalu mendekatkan diri lagi ke tubuhku. Lalu ia bercerita panjang lebar bahwa ia merupakan mata-mata yang ditugaskan untuk melaporkan segala kegiatan yang aku lakukan. Itu menjelaskan mengapa ia memilih topic skripsi yang sama sepertiku.

Sebelum Mira melanjutkan ceritanya, ia tiba-tiba memelukku dan meminta maaf atas kejadian yang menimpa Winda. Ia sama sekali tidak mengira bahwa Winda akan sampai kehilangan nyawanya gara-gara kelakuannya. Aku yang risih karena sekali lagi ada yang membahas Winda, langsung mendorong tubuh Mira dan hal itu nampaknya membuat Mira sedikit terkejut. Aku lalu menatapnya dengan tatapan marah dan kesal.

“maaf zaa. aku tau kamu gamau bahas masalah itu lagi dan aku tau sampai sekarang kamu juga gabisa ngeluapin Winda….” Ucapannya kupotong.

“langsung ke intinya aja!!”

Mira kulihat sedikit terperanjat karena bentakanku. Bola matanya bergerak ke segala arah karena tidak mau melihatku.

“Jordi za” ucapnya singkat.

Aku menutupi wajahku menggunakan kedua tanganku karena sekali lagi aku merasa frustasi.

“Jordi nyuruh aku ka nayla sama ka kintan buat bikin kamu pisah sama Winda”

“kenapa harus kamu mir!? Kamu temenku. Kamu bahkan udah tau aku sama Winda kayak gimana.. tega kamu ya”

Mira kulihat menggigit bibir atasnya sambil menahan sesuatu yang tidak ingin dia keluarkan.

“Jordi za….. dia bos. Papahnya dia bos…. Bos orang yang udah….. bikin aku jadi pelacur za…..” ucap Mira sambil menutup wajanya menggunakan kedua tangannya dan dari nada bicaranya sepertinya ia mengeluarkan air matanya.

“aku gatau darimana dia dapet semua informasi tentang aku. Aku tiba-tiba didatengin terus di ancam kalo ga nurut maka aku bakal balik ke dunia itu lagi za. Aku gamau balik lagi ke sana…..” lanjut Mira terbata-bata.

Aku memicingkan mataku karena tidak mengerti apa yang Mira katakan. Yang aku tau bahwa Mira hanya melakukan hal itu bersama Virzha beberapa hari yang lalu. Itu juga dari pernyataan dia langsung.

Rina said:
“dulu aku korban pemerkosaan za. Semua temen sekosanku korban dan kami dijadiin alat buat mereka cari uang”

Mataku melotot karena baru saja aku mengingat perkataan Rina beberapa waktu lalu. Aku baru sadar bahwa Mira dan Rina merupakan teman satu kosan. Dan jika Rina merupakan korban, Mira pasti juga merupakan korban.

“ka nayla sama kintan juga sama za. Kita diancem kalo ga nurut bakalan masuk ke dunia itu lagi. Padahal kita udah seneng kalo orang yang udah bikin kami kayak gini masuk penjara beberapa tahun lalu” Mira masih terbata-bata namun sedikit lebih tenang.

“kami bertiga ga nyangka kalo Winda bakal meninggal kemarin. padahal niatnya emang bikin kalian pisah aja. Gak sampe meninggal kayak kemarin. makanya kita bertiga berontak sama Jordi kemarin tapi dia gak peduli dan malah anggep pekerjaan kita bagus banget. aku bener-bener minta maaf zaaa. Aku jg terlibat. Aku yang ngasih tau kalo kamu tuh mau ke kampus dan…..” ucapannya kupotong dengan menutup bibirnya dengan jari telunjukku.

“gausah dilanjutin. Aku gak mau inget lagi” aku menarik lagi jari telunjuknya dari bibirnya.

Mira hanya bisa menunduk.

“sekarang mereka berdua dimana?”

“kemarin udah balik ke daerah asal za. Mereka udah gak peduli lagi sama Jordi, tentang ancamannya. Mereka mutusin buat kabur aja”

Aku hanya diam saja. Aku kembali mengingat-ingat bahwa mereka berdua ingin mengatakan sesuatu setelah kejadian Winda namun aku tidak mendengarkannya karena terlalu emosi terhadap mereka. Aku kini hanya menggelengkan kepalaku karena tidak percaya dengan semua ini.

Pengakuan yang baru saja diceritakan oleh Mira seperti menjelaskan semuanya. Intinya adalah Jordi. Si berengsek itu.

Aku ingin sekali berhadapan dengannya tapi pasti tidak semudah itu. Aku memikirkan segala cara untuk bisa bertemu dengannya tapi satu-satunya cara yaitu dengan perantara Toni. Dan aku yakin bahwa Toni bisa membuat aku bertemu dengannya.

“mir coba jelasin ini” Aku memberikan sebuah screenshot percakapan yang dikirimkan oleh Toni beberapa hari yang lalu.

Mira menerima HP-ku dan membacanya dengan seksama.

“iyaa za. Itu rencana yang aku bikin bareng ka nayla sama ka kintan. Ka nayla tau kalo nafsu kamu tinggi jadinya dia manfaatin itu. sebenernya rencana dimulai dari kegiatan kita dulu za pas kamu ditunjuk Jordi buat ngisi sambutan karena dia gabisa. Inget kan? kamu sama ka nayla dibelakang ngelakuin itu?”

Aku hanya mengangguk.

“dan Jordi gabisa karena jemput toni….” Aku menunduk lesu.

Mira hanya mengangguk dan ia kini menggenggam tanganku.

“terserah kamu mau percaya apa engga sama ceritaku barusan. Yang jelas kamu punya banyak orang di sekitarmu yang bakal bantuin kamu. jangan takut” ucap Mira.

“trus tujuan dia ngelakuin sampe sejauh ini tuh apa sih mir?”

“Jordi pengen kamu menderita kayak dia dulu za. Jordi bilang bahwa dia iri sama elu. Iri karena dia tau kamu pasti korban bully juga sewaktu sekolah dan dia juga korban. Tapi keadaan berubah pas kuliah. Kamu udah bisa ngesex sama perempuan. Bahkan ngesex perempuan yang Jordi cinta. Makanya dia bener-bener pengen bikin kamu menderita seperti dia yang menderita bahwa orang yang dicinta udah ilang kehormatannya. Dan caranya ya kayak gini”

“kamu tau darimana kalo Jordi kaya gitu?”

“dari kelakuannya. Dari cara dia ngomong pas dia garap aku. dia sering banget nyebutin faza faza terus bahkan beberapa kali dia bayangin aku jadi Zahra dan dia ngomong sendiri ‘ra, ini yang dilakuin faza ke kamu. tega ya dia’ kurang lebih kaya gitu. sering dia kayak gitu”

“kamu bohong mir”

“hah? Maksudnya?”

“kamu bohong berarti tentang alasan kenapa putus sama Jodi kemarin, kamu bohong pas kita main truth or dare kemarin di ruangan ini”

“yaampun zaa. iyaa aku boong maaf. Aku gamungkin ngomong semua ini di depan temen-temen yang lain”

“kalo kamu ngomong itu dulu. Kejadian ini semua gaakan terjadi”

Mira sedikit terkejut dengan pernyataanku dan akhirnya dia menunduk lemah.

“iya za aku tau. Aku egois emang. Aku gamau dinilai buruk sama temen-temenku. Tapi aku juga gamau balik ke dunia itu. sakit banget. Sakit karena tau bahwa tubuhku dinikmati banyak orang. sakit saat tau bahwa tubuh ini udah kotor. Sakit saat…...”

Sekali lagi jari telunjukku aku letakkan di depan bibir Mira untuk menghentikan ucapannya.

“kalo sekarang?”

“maksudnya?”

“berarti kamu udah siap balik? kamu cerita semua ini berarti udah siap balik kan ke dunia itu”

Mira hanya menggeleng.

“trus apa bedanya dulu sama sekarang?”

“zaa…..”

“udah mir. Yang udah kejadian gabisa diubah dan ya mau gimana lagi. Udah gabisa diubah juga. Winda gaakan hidup lagi kan?” Aku bangkit dari duduk dan berdiri.

Mira hanya melihatku berdiri. Membuat aku menarik tangannya agar bangkit berdiri juga.

“udah. Mulai sekarang ini urusanku sama Jordi doang. Kamu gausah ikut-ikut lagi. Aku bakal bantuin gimana caranya biar kamu gak masuk ke dunia itu lagi. Aku tau sakitnya gimana. Rina udah cerita”

Mira seketika itu langsung memelukku dan berteriak berterima kasih kepadaku. Pelukan itu sedikit lama karena aku berusaha melepaskan diri tapi ditahan oleh Mira.

Beberapa menit kemudian, aku mengajaknya kembali ke kosan masing-masing karena malam ini sudah sangat larut.

Tunggu Jordi aku akan menemuimu sebentar lagi. Aku harus meluruskan semuanya denganmu. Tapi, aku masih ada beberapa tanggung jawab sehingga aku harus menyelesaikannya terlebih dahulu. Setelah itu selesai, aku pasti akan datang kepadamu.

Bersambung​
 
OKE SUDAH UPDATE!!!

Mohon maaf karena telat yang harusnya hari sabtu kemarin udah bisa di update malah baru malem ini haha.

ENJOY the update!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd