Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Jakartaku

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
nice Shoot , oh yeah .. gile bner emng paling keren dah nih cerita ...
 
Up...up...up....ayo suhu dilanjut ceritanya




Ane nitip sendal , ceritanya gokil
 
Sebelum ane update, ane mau memberi tahu, bahwa nanti malam adalah chapter terakhir. Tapi bukan, update terakhir.
Ane kasih bocoran, ane masih punya dua bonus. Walaupun update bonusnya, rada lama. Tapi bonus tetaplah bonus :haha:
Jadi, bagi yang tidak mau menyesal nantinya, jangan dibaca.
:papi:
-------------------------------------------

Part 59

"Hhhhhhhh...... Aahhhhhhh"
Gw lagi cari inspirasi di toilet, sambil bertapa.
Gw lagi pikirkan, bagaimana cara melamar Monique.

Cara romantis, nggak mungkin untuk orang kayak, gw. Sama, aja bunuh diri. Kira-kira, yang oke gimana, ya?

"Ge! Lo didalam?" Suara Teriakan, dari luar kamar gw.
Lah, suaranya si Sakti. Tumben, dia kesini.
"Ada!" Jawab gw.

Lalu gw menyudahi, kegiatan suci, gw.

"Kenapa, bro?" Tanya gw, ketika membuka pintu kamar.
"Temenin gw, belanja perlengkapan bayi, dong" jawab Sakti.

Hah, ini orang, nggak bisa ngeliat gw nganggur.

"Kapan?"
"Ya, sekarang. Calon bini gw nggak bisa. Jadi minta temenin, elo. Sekalian bantuin gw. Selera lo, kan, bagus-bagus" jawab dia.

"Ya, udah" jawab gw. Sekalian cari ide.
"By the way, kok, ada bau apa , gitu? Lo cium nggak?" Kata sakti.

Oopss! My bad.

"Gw belum, cebok. Bentar, ya, gw cebokkan, dulu" jawab gw.
"Anjrit! Tai, lo" kata dia.
"Beuh, tau aja, lo, tainya masih nempel"

Lalu kita berangkat, menuju mall.
Kenapa, harus sama gw, coba.

"Bro, wallpapernya, bagusan mana? Yang biru apa putih?" Tanya Sakti, ketika, lagi berbelanja.
"Emang kamarnya belon beres?" Tanya gw.
"Udah, tinggal wallpapernya. Yang mana?"

Hmmmm.
"Kalo gw bilang, yang biru. Kalau putih, gampang kotor" jawab gw.

"Tapi, calon gw maunya, yang putih"

Hehh, etah mah, belegug siah!
"Terus lo ngapain nanya gw, nyet!"

"Bro, strolernya, keren yang mana?" Tanya dia, lagi.
"Heum. Bodo. Pikir aja, sendiri" jawab gw. Ntar, dipatahkan, lagi. Sorry, ya, tapi gw tidak akan jatuh, ke lubang, yang sama.

"Ya elah, bro. Tolonglah"
"Yang item, bro" ah, gw jawab juga.

"Tapi, kayaknya, kekecilan, deh. Terus warnanya kurang, pas. Kemahalan, lagi. Ah, gw kecewa sama selera, lo" kata dia.

Tidakkkkk, aku jatuh kelubang yang lebih dalam.
Buset, pengen gw bunuh, ini orang. Bangsat-bangsat.

Ketika jalan, gw perhatikan, banyak orang yang melirik kita. Ada apa rupanya?

Ada yang cekikikan.
Ada yang senyam-senyum.
Ada juga yang sinis.
Pada, kenapa ini?

Ketika, lagi jalan, gw melihat ada sebuah, toko perhiasan.
Hmm. Ayank Monique.

"Bro, mampir sini bentar" kata gw.
Lalu kita masuk, ke toko, tersebut.

"Silahkan, mas. Ada yang bisa dibantu" kata mbaknya.
Tapi cekikikan juga.

"Saya mau cari cincin, mbak"
"Oh, mari mas, sebelah, sini" jawab mbaknya.

Gw ikuti, mbaknya.

"Maaf mas, kalau boleh tau, buat siapa, ya?" Tanya mbaknya.
"Buat pacar, saya mbak" jawab gw.

"Nah, yang ini, mas" kata mbaknya, memperlihatkan cincinnya.
"Kok, gede banget, mbak. Itu bukanya buat cowok?" Tanya gw.
"Lah, pacar mas, yang itukan" mbaknya menunjuk Sakti, yang lagi duduk sambil ngupil.

Wuaahhh. Pantesan dari tadi gw jadi pusat perhatian. Gw dikira gay, ternyata. Iya, sih. Dua laki-laki dewasa, belanja perlengkapan bayi. Amsyong, bener dah, gw.

"Lah, bukan mbak. Saya mah, normal. Pacar saya cewek. Kalo itu mah, saya nemu di selokan, tadi. Lagian, kalaupun saya gay, saya pilih-pilih kali" kata gw.
"Oh, maaf, mas"

Lalu, gw melihat-lihat, lagi.
Ada yang bagus, ada yang nggak.
Harga? Yang bisa diatur, ada, yang nggak juga, ada.
Tapi ukuran jari Monique, berapa, ya?

"Mbak, saya nggak tahu, ukuran jari pacar, saya. Kalau lihat dari foto, mbak bisa nebak-nebak, nggak?" Tanya gw.
"Coba saya liat, dulu fotonya mas"

Lalu gw kasih lihat, foto tangannya Monique, yang kebetulan ada di hape gw.

Sambil gw melihat-lihat, cincin yang lain. Dan gw menemukan yang pas, di mata gw dan kemungkinan pas, dijarinya Monique.

"Mbak, kalau yang ini, berapa?" Tanya gw.
"Wah, pilihan mas, bagus sekali. Yang itu 7.856.000 rupiah" jawab mbaknya.

"Buset, udah biaya admin, belum tuh mbak" mahal, juga, ya.
Udah, melebihi, budget, itu.
Kalau Moniquenya nggak suka, gimana? Hampir 8jt, prohhh.

Tapi, demi, Monique. Gw akan ambil yang ini.

"Kira-kira, pas nggak mbak, dijarinya?" Tanya gw.
"Kalau saya bilang, pas banget, mas"
"Oke deh, mbak. Saya ambil yang ini"

Keputusan gw, memilih yang ini.

Lalu kita, pulang ke kost.
Gw cuma di drop, sih.

"Nah, ini orangnya. Dari tadi di tunggu. Bro, mending lo langsung cabut" kata Kevin.
"Kenapa?" Tanya gw.
"Cewek, lo, lagi keluar sama temen-temennya. Dan ada laki-laki, yang katanya, akan nembak monique" jawab Alex.

"WHAT! Mereka kemana?" Tanya gw.
"Si Tere ikut, kok. Dia memvoulunterkan diri" jawab Boni.

"Nih, WAnya Tere" kata Alex memperlihatkan, WAnya.

"Oke gw berangkat, sekarang"

"Sorry ya, bro, tapi kita nggak bisa ikut" kata Kevin.
"Iya. Udah, ya. Gw harus menuju Medan perang" kata gw.

Lalu gw melaju, sekencang mungkin mengejar, Monique.

Eneng, tunggu akang!

Lalu gw sampe di restoran, tempat mereka nongkrong, yang berada dipinggir pantai.
Aduh, mereka dimana lagi?

Gw meWA Tere.
Gw: "Ter, lo dimana?"
Tere: "ada dibagian kanan"

Aduh, gw buta arah lagi, Kalo panik.
Cap-cip-cup, yang kiri mana, yang kanan mana? Yang sebelahan sini, aja, deh.

Lalu dari kejauhan, gw mendengar suara.

"Cie-Cie. Lanjut, aja"
Oh, shittt.
Damedayo, Monique.
Monique aku percaya Padamu. Please, believe me too.

"Gimana, Mon? Lo mau nggak jadi pacar gw" gw melihat seorang lelaki sujud didepan Monique.

Ora-ora-ora-ora-ora-ora.
Harus, gw hentikan!

"Huwaaaiyyaaaaa. Monique kagak mau sama lo" teriak gw, sambil loncat.
"Loh, Gavin" kata Monique.

"Siapa lo? Biar Monique yang jawab, bukan, elo" kata dia.
"Gw.... Hah, capek... Bagi minum dulu, dong" kawa gw.

Gw dikasih minum sama Monique.

"Ahhh. Enak"
"Eh, lo siapa, tong, ganggu gw aja" kata laki-lakinya.

"Eh, diem, lo. Gara-gara elo, gw dadakan, nih. Gw capek mikir rencana. Eh, ada elo. Buyar rencana gw semuanya. Nyolong start, lo" kata gw.
"Gavin!" Kata Monique.

"Emang lo, siapa, JING?" Kata cowoknya.
"Gw pacarnya, nyet! Lo main enjang-enjing, aja. Gw saksang, abis lo" jawab gw.

Lagian jadi cowok, sialan banget. Pacar orang mau diambil.

"Hah, pacar lo, Mon?" Tanya temen-temennya, Monique.
"Oh, gw inget. Elo yang waktu itu dateng ke nikahan gw sama Monique, kan? Yang dansa, terus mimisan" kata seorang temennya Monique.

Oh, ini anak yang waktu itu nikahan. Yang isinya borju semua, itu.

"Nah, noh, tahu. Akhirnya gw dikenal disini" kata gw.

"Iya, dia pacar, gw" kata Monique.
"Kok, lo nggak bilang? Tahu gitu, gw nggak nyomblangin elo" kata seorang temennya.
"Gw nggak tahu, gw dicomblangin" jawab Monique.

"Terus lo, pilih aku apa cowok lo, Mon?" Kata sang lelaki.

Wah, bangke. Masih pengeng aja, lo. Gw tusuk pake tusuk konde, nyaho, lo.

"Ya, cowok gw, lah. Ngapain gw milih, elo. Emang lo siapa?" kata Monique agak emosi.

Tau, emang lo siapa? Ningrat!
Udah lo urus aja, sawah mbah, lo.

"Tapi gw kaya, Mon" kata sang lelaki.

Eh, emak, gw kaya juga, coy. Biar kata emak, tiri. Tetep aja, gw kecipratan. Aturan gw bawa hasil bertapa gw tadi pagi. Turus gw lempar, ke mukanya.

"Eh, gw nggak matre, ya. Jangan sembarang. Kalau duit, gw juga punya. Lagian gw lebih kaya dibanding elo. Bisa hidup lo, gw beli" jawab Monique, tambah emosi.

Wuahahahaha. Mampus, lo.
Pacar gw dilawan.
Mati aja, lo!

"Oke fine. Gw cari cewek lain" jawab dia rada lenje. Dan langsung CAPCUS.

Ih, najis, cyn. Sana, pacaran sama tante Debora.

"Sorry ya, Mon. Kita nggak tahu, lo punya cowok" kata temennya.
"Iya, nggak papah" jawab Monique.

"Mon, aku mau ngomong bentar" kata gw.

Lalu gw ajak Monique, menjauh, dari kerumunan, menuju balkon yang menghadap pantai.

"Kenapa, Vin?" Tanya dia.
"Sorry sebelumnya, Mon. Tapi gw nggak mau kecolongan" kata gw.

"Ada, apa Vin?" Tanya dia.

Oke. To the point, aja.

"Hana Monika Verdiana Widjaya,
Will you marry me?" Gw mengeluarkan cincin, yang tadi, baru gw beli.

Jangan berpikir gw bersujud.
Gw tiarap. Halah.
Gw berdiri. Tapi kaki gw bergetar.

"Gavin, you know the answer.
Don't try to act romantic. It's not suit for you" kata Monique.

"Is it, yes?"
"Fuhhh..... Yes Gavin, yes. I will" jawab dia.

Wuahahahaha.
I find somebody to love!
It's magnificent!

"Vin-vin. Masih ada harganya, Vin. Copot dulu, dong" kata dia pas gw mau memakaikan, cincinnya.
"Hehe. Maafkan kakanda. Kakanda lagi nggak fokus" padahal, gw lupa menyerempet pamer.

Gw masukkan jarinya kecincin.
"Bagus juga pilihan kamu" kata dia.

Yess. Hampir 8jeti, tidak terbuang sia-sia.

"Cie-Cie. Kapan undangan dikirim?" kata temen-temennya Monique.

"Ntar, Kalo udah, jadi. Pasti dikirim" kata gw.
"Ye, Kita juga tahu, kali" jawab mereka.
"Ya, sapa tahu"

"Ah, Gege, Monique. So sweet banget, sih" kata Tere, dengan wajah inocentnya. Hah, Ter-ter.

"Gavin. Jangan mikir macem-macem" kata Monique.
"Ampun nyonya. Hamba minta maaf" gila, horor banget.
Parah-parah.

("Parah, men, mereka makin serius")
('Tau. Gw nangis, lagi')
(/lah, sama. Gw juga terharu\)
("Jangan nangis, bang. Ntar Jakarta banjir")
('Ah, elo juga nangis Bos. Jangan sok, kuat. Kalau mau nangis, nangis, aja')
("Iya, deh. Kita bareng-bareng aja, ya")

("/' huwaaaaaaaaaaaaaaaaa'")
 
Baru sempet baca lagi garagara hape rusak. Dan ketinggalan jauh banget. Ijin Marathon dulu gan...

Btw. Pertamax ye. Hehe
 
udah gitu doang lamarannya ?
Ge nungging gih lu biar gw tusbol pake tiang listrik :galak:
 
Jangan lama lama om bonusnya hehe
 
Sebelumnya sorry gue cuma SR lol :adek: . Good Stories lad. keep it up :beer::beer: GRP sended :pantat:
 
Awas gk bgs end nya suhu ..... Ntar suhu saya buat jadi Saksang na so margota... hahaha
 
Beuh cincin 8 jt?? Nasi padang bisa kebeli brp bungkus tuh broh? Lauknya udah enak bgt tuh pake ayam plus rendang :pandajahat: hoorrrraaaang kayaaaaahhh
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd