Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT JALAK v3

Selama ini, siapakah tokoh antagonis yang bikin suhu-suhu di sini geregetan dan emosi?

  • Ki Juru Martani

    Votes: 149 33,3%
  • om Janu

    Votes: 82 18,3%
  • Bambang Jenggo

    Votes: 91 20,3%
  • Joko Gunar

    Votes: 6 1,3%
  • Reynaldi

    Votes: 187 41,7%
  • Rama

    Votes: 25 5,6%
  • Rahu Kala

    Votes: 7 1,6%
  • Darsono

    Votes: 3 0,7%
  • Mox

    Votes: 3 0,7%
  • Tokoh antagonis lain

    Votes: 3 0,7%

  • Total voters
    448
  • Poll closed .
BAGIAN 11
BAYANG-BAYANG




โ€œIngatlah, kita tidak punya teman kecuali bayangan.โ€
- Genghis Khan





.:: SEKARANG



Wilayah kota yang dinamakan Kampung Tejam ada di utara ringroad, dekat dengan stadion baru kawasan utara. Rumah-rumah yang ada di sana sudah mulai memiliki desain hybrid โ€“ menggabungkan desain modern tapi ada yang tetap mempertahankan desain rumah ala puluhan tahun yang lalu.

Kawasan yang dulu-dulunya disebut sebagai tempat jin buang anak tumbuh menjadi kawasan paling hijau di kota. Perumahan demi perumahan memadati, kluster-kluster rumah mekar dan bertumbuh. Tempat ini menjadi hidup.

Jalan utama yang teramat lebar agak unik karena membentang luas. Seakan-akan cukup untuk empat lajur sekaligus. Mengarah ke timur dari perempatan besar yang jika ambil jalur ke barat menjadi jalan utama menuju stadion, jalanan kemudian akan berkelok-kelok sampai melewati sebuah sungai dan jembatan kecil. Di dekat tempat itu, ada penjual sembako kelas kakap dengan gudang beras yang cukup besar.

Di sanalah Bian saat ini berada.

Ia mengangkut karung demi karung beras dari dalam rumah yang bertindak sebagai kios utama dagang beras dan sembako ke atas pickup truck yang akan membawa beras itu ke salah satu pasar yang berada di Jalan Kalipenyu. Keringat menetes deras dari tubuh Bian yang kini berwarna lebih gelap karena sering terbakar matahari. Dia tersenyum setelah meletakkan karung beras itu di dalam bak mobil.

โ€œWes kebak, Mas! Sudah penuh ini.โ€ Teriak Bian. โ€œWes ya? Sudah ya.โ€

โ€œHahahaha, hasemik. Kok uwes? Durung rampung kok. Masih kurang enam karung lagi. Aku kan belinya segitu.โ€ Sang sopir protes sambil cekakakan.

Bian tertawa.

Pemuda itu hanya mengenakan kaus kutung berwarna hijau dan celana pendek warna khaki. Di pundaknya terselampir handuk kecil untuk mengelap keringat. Dia tersenyum dan tertawa-tawa saat bercanda dengan sang supir. Sepertinya dia sudah jauh lebih sober akhir-akhir ini terutama setelah bekerja di tempat ini dan akrab dengan sahabat-sahabat baru.

โ€œBang! Ini gambar siapa ini Bang di belakang? Cakep beud euy.โ€ tanya Bian sembari tertawa, di belakang bak mobil pickup bak pengangkut beras, ada foto selebgram berhijab digambar pada bagian penutup bak. Lebih asiknya lagi ada tulisan di dekat gambar sang selebgram berhijab ada tulisan Sopirnya Om Om Pemersatu Bangsa. Gimana gak mantap?

โ€œBojoku kuwi, Mas. Hahahaha.โ€Sang sopir menjawab sekenanya yang langsung disambut gelak tawa mereka-mereka yang ada di sekitar Bian saat itu. โ€œMbuhlah sopo itu. Gak ngerti siapa langsung tempel saja. Yang penting cakep, Mas. Hahahahaha.โ€

Bian dan seorang teman pun bolak-balik mengangkut enam karung lagi dan diletakkan di atas bak pickup. Mobil itu pun segera pergi setelah semua pesanan terangkut. Bian mengeluarkan bungkus rokok dari dalam kantong celananya dan menawarkannya pada yang lain. Siapa yang nolak? Hehehe.

Bian menjumput satu batang, menyelipkannya ke bibir dan duduk di kursi yang ada di samping sang pemilik toko sembako, Koh Mon. Pria keturunan tapi berkulit gelap itu hanya mengenakan kaus kutung putih dan celana panjang hitam dengan handuk melingkari leher. Keringat sebesar-besar jagung menetes menuruni wajahnya.

โ€œWajahnya kayak curut gitu, Koh. Yang ceria sedikit napa?โ€

โ€œSedih lah.โ€

โ€œLah, kenapa juga sedih?โ€

โ€œSepi Bi. Sejak adanya perang dua kelompok besar yang mengacau kota, jarang ada yang beli beras karena kondisi sedang tidak aman di kawasan ini. Tejam itu sering banget ada bentrok. Masyarakat pun sebagian besar lebih memilih pesan di toko online ato apa itu... yang toked-toked itu?โ€

โ€œToked? Jinguk. Beli beras apa open BO, Koh? Mungkin yang dimaksud Toped kali, Koh? Yang kayak OpenLapak? Marketplace yang dimaksud ya?โ€

โ€œIya apa itu tadiโ€ฆ? Markuplis itu tadi. Kalau pelanggan isa beli di toko online yang aman kan bikin mereka ndak perlu keluar rumah untuk beli ke kita, jadi mereka isa beli dari rumah. Cilaka kan? Padahal harga beras ndak berubah. Segitu-gitu melulu sejak jaman kereta dibikin dari bawang, relatif stabil beberapa tahu ini ga ada naik-naiknya. Udah ga ada perubahan, ga ada kenaikan, tapi yang beli malah turun terus. Pemerintah sama sekali ndak turun tangan. Ndak isa nek begini terus, Bi. Gajimu bulan depan dipotong lagi ya.โ€

โ€œAsem ig. Baru kerja sebulan udah dipotong aja. Hahaha. Santai aja Koh. Saya di sini niatnya membantu kok. Digaji sukur ga digaji kok ya kebangetan. Hahaha. Emang dulunya dapet berapa sekarang dapet berapa, Koh?โ€

โ€œDi tempat sesepi ini dulu isa lumayan lho, Bi. Nek sekarang ya boro-boro isa segitu. Parah banget kan?โ€ Koh Mon geleng kepala, โ€œYah mudah-mudahan pertempuran ndak guna itu isa selesai cepet, masyarakat aman, semua isa keluar rumah tanpa ketakutan, dan roda ekonomi kembali normal, omset juga kembali stabil.โ€

Bian manggut-manggut. โ€œSemoga Koh.โ€

โ€œSudah sore, Bi. Aku pulang dulu yo. Kamu yang jaga sama Si Encup ya malam ini.โ€

โ€œSiap Koh.โ€

Bian memang bekerja serabutan di tempat itu. Koh Mon sebenarnya punya banyak toko sembako, tapi tempat ini menjadi lokasi penjualan utama sekaligus punya gudang utama yang sangat besar. Gudang itu terletak di bagian belakang ruko-ruko di depan jalan. Seiring hari itu berjalan, Bian berjualan sembako membantu Koh Mon bersama dengan karyawannya, Si Encup.

Sore menjelang, langit mulai gelap.

โ€œKowe sek jogo yo, Cup. Aku yang ngurusin gudang.โ€ Bian melangkah ke belakang toko, membagi tugas dengan si Encup. Dia yang akan menata dan membersihkan gudang, sementara si Encup jaga toko. Encup manggut-manggut sambil terus memainkan game online-nya. Sepertinya seru banget.

Sembari bersiul-siul dan bernyanyi-nyanyi ringan, Bian menyapu gudang dan menutup separuh pintunya yang berupa rolling door geser. Sebenarnya ada dua pintu di gudang, yang satu pintu biasa di samping dan satu lagi pintu rolling door yang mengarah ke jalan untuk jalur pengiriman dan penyimpanan. Ia pun merapi-rapikan tumpukan karung beras yang meskipun berat, tapi ia pindahkan dengan mudahnya. Bian sempat melirik ke sana sini agar tidak ada orang yang menyadari kekuatan yang ia miliki. Dia memang tidak ingin ada orang yang tahu seperti apa kemampuannya yang sebenar-benarnya.

Inilah alasan Bian kerja di sini, gajinya memang tidak seberapa, paling-paling cuma cukup buat makan dua kali sehari. Tapi setidaknya dia bisa berlatih angkat berat dengan gratis dan terus menerus menggenjot fisiknya. Daripada mabuk, bekerja sembari berlatih olah kanuragan di sini sepertinya lebih lurus. Dia juga tidak kerepotan makan karena Koh Mon selalu membagikan beras buat karyawan-karyawannya, tinggal cari lauknya.

Bian mengikat ujung kantong sampah yang sudah banyak menumpuk, dan mengangkatnya ke pinggir jalan. Di sana sudah ada tempat sampah tersedia.

Bian menatap cakrawala.

Langit mulai gelap.

Bulan dan bintang mulai berbaris dan berjajar. Menempati posisinya masing-masing di angkasa malam, kadang berkelap kadang berkelip, kadang mengejap kadang berkedip. Angin semilir menandakan udara malam mulai mengambil alih tahta di bumi, menghembuskan dingin ke seluruh penjuru negeri.

Ah, malam. Bian tersenyum sambil memasukkan kantong sampah ke tempatnya. Besok pagi akan diambil oleh truk pengangkut sampah seperti biasanya.

Ia lantas melihat satu orang lari.

Wah olahraga malam ya? Sepertinya seru malam-malam begini lari keliling kampung.

Dua orang lari. Tiga orang. Empat. Lima. Enam.

Wah wah, sedang populer ya olahraga begini? Baguslah. Men sana in corpore sano. Di dalam tubuh yang kuat ada kalimat yang seterusnya dan seterusnya. Hahaaha. Bian tidak hapal. Saat hendak berbalik ke gudang ia baru menyadari sesuatu.

Orang ketujuh, kedelapan, sembilan, sepuluh, sebelas.

Eh?

Ini bukan olahraga!!

Saat itulah tiba-tiba saja terjadi keributan besar di jalan. Terdengar teriakan-teriakan dan jeritan. Orang-orang berlarian dan masuk ke rumah. Ruko-ruko mulai ditutup dengan buru-buru. Encup juga melakukan hal yang sama. Semua orang berlari mencari aman.

โ€œBi! Tutup gudangnya, Bi!! Cepetan! Kunci semua pintu!!โ€

โ€œKenapa emangnya Cup?โ€

โ€œTawuran geng di sana! Banyak yang lari kejar-kejaran nyampe sini! Cepetan Bi!โ€

โ€œOke oke siap!โ€ Bian berlari sembari menyiapkan kunci. Ia cepat-cepat menggeser rolling door dan menguncinya dari luar, nanti ia harus memastikan dengan menguncinya dari dalam juga. Ia berlari ke arah pintu yang satu lagi, menyiapkan kunci danโ€ฆ

Hmm?

Bukannya tadi pintu ini tidak pernah dia sentuh? Kenapa sekarang terbuka? Sejak awal Bian selalu keluar masuk melalui rolling door, tidak pernah membuka pintu ini. Di dekat pintu juga ada jejak yang tak ia kenali. Ia melirik ke kanan dan kiri, memastikan tak ada yang melihat.

Ini sudah jelas ada seseorang yang masuk!

Bian masuk ke dalam dan mengunci pintunya.

Ia mengantongi kunci dan berjalan perlahan-lahan. Ia melirik ke kanan dan kiri dengan penuh kewaspadaan. Matanya memindai sudut demi sudut. Kakinya menandak, ia mengendap-endap. Tidak ingin menimbulkan keributan di dalam gudang. Ia takut barang-barang Koh Mon berantakan.

โ€œHei! Aku tahu kamu di dalam! Dengar yaโ€ฆ! Aku tidak ada niat untuk menyerahkan dirimu ke lawan. Kalau memang mau bersembunyi, tidak apa-apa bersembunyi di sini dulu. Asal jangan merusak dagangan kami, oke?โ€ Bian melirik ke arah sebuah tumpukan beras. Ada bercak merah di atas karung putih.

Darah?

โ€œApakah kamu terluka?โ€ tanya Bian yang masih belum menemukan si penyusup. โ€œTenang saja, aku tidak akan berniat buruk. Kalau kamu meneteskan darah seperti yang aku lihat di karung ini, berarti ada luka terbuka, sebaiknya dirawat. Masalahnya kalau lukanya cukup besar maka bisa berbahaya, kamu harus segera dibawa ke rumah sakit atau klinik. Kalau kecil sebaiknya ditutup. Lawan akan mudah menemukanmu dari tetesan darahmu.โ€

Bian terus mengendap-endap. Ia mencoba menajamkan rasa. Seperti ada aura Ki terasa.

Di balik tumpukan karung di pojokan!

Bian berlari menyusuri gudang dan naik ke atas tumpukan beras.

Benar saja. Ada yang sembunyi di sana. Seseorang yang terluka, si penyusup memegang tangannya yang nampak membiru karena pukulan, dan tersayat sedikit sehingga berdarah, namun tidak parah. Gerakan tangan kiri itu kaku - mungkin terkilir, kram, atau bahkan patah? Orang itu terengah-engah dan langsung siaga saat menyadari Bian sudah ada dihadapannya.

Bian mengerutkan kening, orang yang tengah sembunyi itu sebenarnya mengenakan topeng, tapi topeng itu sudah pecah, dan wajah yang tersembunyi di balik topeng putih yang berlumuran darah itu sepertinya tidak asing.

Sosok itu maju ke depan dengan berani, menantang Bian.

Bian menunjuk ke sang penyusup, โ€œTu-tunggu dulu. Kamu kanโ€ฆ?โ€

Bian mengenalnya.

Bian menatap ke arah wanita yang baru sembunyi di dalam gudang beras. Ini bukannyaโ€ฆ cewek bertopeng rubah yang tempo hari datang menolongnya ketika dia mabuk di Pantai Selatan? Si putri duyung nan magical itu? Si mentos the freshmaker?

โ€œLho kok kamu!!โ€ Bian menunjuk ke arah sang perempuan bertopeng, โ€œApa yang kamu lakukan di sini!? Kok bisa-bisanya mak bedunduk ada di sini? Ketemu pirang perkoro? Meeting how many problems? Kok bisa-bisanya!? How can do can do?โ€

โ€œKa-kamu!? Si cowok ga guna? Si pemabuk itu kan!? Lha kamu sendiri ngapain ada di sini?โ€ gadis muda berbibir mungil itu menarik pedangnya dan menghunjukkannya ke depan, ke arah Bian yang sebenarnya juga sedang kebingungan. Entah kenapa gadis itu menjadi sangat tegang saat melihat keberadaan Bian. Gadis itu terluka, tangan kirinya jelas disembunyikan di samping tubuh, di dahinya juga ada luka sobek kecil. Si Rubah Putih menggertak Bian, โ€œJa-jangan mendekat! Apakah kamu orang QZK?โ€

โ€œBukan!โ€ Bian menggaruk kepala, gimana nih cara jelasinnya ya? โ€œAyolah, aku tidak akan menyakitimu. Aku bukan ancaman. Kita tidak perlu menggunakan kekerasan. Aku tahu pasti kalau kamu tidak akan membunuhku. Dulu kamu berusaha menyelamatkan aku, jadi tidak mungkin kamu berniat membunuhku hari ini. Benar kan?โ€

Pedang si topeng rubah putih mendekat ke leher Bian.

โ€œEh!? Be-benar kan?โ€ Bian pun mengangkat tangan sementara keringat turun deras di keningnya. Tapi pedang si Rubah Putih seperti tidak berhenti mendekat, ini serius lho!

Asem!

Terpaksa Bian memutar ke samping dan berusaha menepis tangan sang dara.

Namun entah karena Bian tidak awas ataupun gadis itu tidak menyerang dengan serius, alih-alih menepis tangan sang dara, tangan Bian justru mendarat di dada sang dara. Pedang si Rubah Putih pun terjatuh, bukan karena terkena sambaran tangan Bian, melainkan karena reflek hendak menutup dadanya.

โ€œLho? Kok empuk?โ€

โ€œKyaaaaaaaaaaaaaaa!!! Hentai!!โ€

โ€œJabangbayi!!โ€ Bian buru-buru menarik tangannya setelah sadar apa yang baru saja ia lakukan.

Plaaaaaak!!

Wajah si Bandel pun memerah karena ditampar oleh sang Rubah Putih.

โ€œMa-maaf.โ€ Bian lemes sambil mengelus-elus pipinya yang telah menjadi sasaran amarah sang dara. Dia tidak mengelak karena merasa pantas ditampar.

โ€œBaka!โ€ si rubah putih bersungut-sungut. โ€œHentai! Mesum!โ€

Gimana sih ini kok malah dituduh mesum segala? Gawat ini sudah keluar jalur. Mereka harus fokus pada permasalahan yang sebenarnya.

โ€œOke mari kita luruskan dulu. Pertama, aku lebih dulu berada di sini karena aku memang orang yang jaga gudang ini, jadi aku lebih berhak berada di tempat ini dibandingkan kamu. Kedua, kamu menghunus pedang ke leherku dan aku berusaha menepisnya, tapi salah sasaran. Tidak sengaja itu tadi. Bukan berniat mau mesum. Ketiga, aku tidak berusaha menjebakmu atau berbuat jahat kepadamu. Kebayang ketemu kamu saja tidak. Jadi sekarang kita fokus pada permasalahan utama, kamu sedang tidak aman karena dikejar-kejar QZK? Sembunyilah di tempat ini. Aku akan menutup karung-karung ini dan membuat benteng untuk melindungimu dari orang-orang yang mengejarmu.โ€

โ€œApaan! Kamu kan pemabuk tidak berguna! Dulu mau bunuh diri sekarang mau mesum! Pura-pura mau bantuin padahal mau nakal! Pasti tadi nggak kepikiran tapi sekarang kebayang hal-hal mesum! Hayo mengaku saja! Kyaaa! Aku mau diperkosaaaa! Aku mau dinodai!! Harakiri! Aku lebih baik mati daripadaโ€ฆ hpphhhh!โ€

Bian menutup mulut sang rubah putih dengan tangannya. Sebisa mungkin ia melakukannya tanpa menyakiti sang dara. Benar saja, tak lama kemudian terdengar suara orang berlarian.

Gawat kalau sampai mereka menemukannya.

Kalau cewek ini terus menerus panik dan menjerit, posisi mereka pasti akan ketahuan. Bian menarik pergelangan tangan gadis itu dan melompati karung demi karung. Dia tidak peduli apakah gadis itu protes atau tidak. Dia dulu pernah menolongnya, sekarang giliran Bian membalas budi.

Mulut si Rubah Putih ditutup oleh Bian, ia lalu merangkul dara mungil itu di balik tumpukan karung beras. Karena posisinya sangat mepet, keduanya harus teramat berdekatan satu sama lain, pipi Bian menempel di pipi sang dara sementara tangannya terus menerus menutup mulutnya.

Si Bandel pun berbisik, โ€œDengarโ€ฆ aku akan menolongmu bersembunyi dari kejaran orang-orang QZK, tapi kamu harus tenang dan jangan berteriak-teriak. Aku sama sekali tidak ada pikiran untuk menyakiti atau melakukan hal yang tidak baik padamu. Aku hanya ingin balas budi kebaikanmu yang dulu pernah menolongku. Permen yang kamu berikan juga membantuku melalui masa-masa buruk karena aku akhirnya sadar ternyata masih ada yang peduli sama aku. Paham? Anggukkan kepalamu kalau paham.โ€

SI Rubah putih mengangguk.

โ€œAku akan melepaskan tanganku pelan-pelan. Tapi jangan teriak. Oke?โ€

Si Rubah Putih merengut, tapi ia lalu kembali mengangguk.

Bian pun menarik tangannya mundur, lepas dari mulut mungil si Rubah Putih. Tiba-tiba saja gadis itu terlihat mengernyit kesakitan, Bian pun beraksi.

โ€œTanganmu sepertinya terkilir dan terluka,โ€ Bian berlari ke arah meja kerjanya, membuka laci dan mencari kain yang bersih. Dia sering menyimpan kaus cadangan di sini. Setelah menemukannya, Bian merobek kaus itu dan mengikat lengan sang dara dengan potongan kausnya. Setelah itu ia melihat ke sekeliling dan berbisik kembali, โ€œtetaplah di sini. Aku akan mengatur ruangan sebentar.โ€

Bian yang sebelumnya sudah menyusun karung-karung beras kini menata dengan buru-buru tapi tetap serapi mungkin โ€“ ia mengerahkan Ki dan mengatur tumpukan karung-karung beras dengan mudah. Ia memastikan bahwa pintu dan rolling door sudah tertutup rapat sehingga tidak ada orang yang bisa masuk ke dalam gudang beras itu. Setelah semuanya karung beras tersusun, Bian masuk ke dalam bagian di tengah karung-karung yang tertumpuk. Dari samping terlihat karung itu seperti rapat tersusun, padahal di bagian tengahnya ada lubang, mirip seperti susunan sumur atau donat raksasa.

Suara langkah kaki orang yang berlari-lari mengejar kesana kemari kembali terdengar. Pintu samping digedor beberapa kali, namun setelah mengintip ke dalam ruangan melalui satu jendela sempit yang buram dan mendapati hanya ada tumpukan beras yang berjajar dari ujung ke ujung, orang-orang QZK meninggalkan gudang itu.

Semua, kecuali satu orang.

Bian dan si Rubah Putih terdiam di dalam perlindungan benteng karung beras. Mereka mencoba mendengarkan langkah-langkah kaki yang berderap makin lama makin lenyap, suasana pun jadi lebih senyap.

Ketika si Rubah Putih hendak naik, Bian memegang tangannya dan menggelengkan kepala. Ia menempelkan telunjuk pada bibirnya dan menunjuk ke arah jendela. Perlahan-lahan mengintip melalui sela-sela karung beras, si Rubah Putih hampir terhenyak karena melihat seseorang di sana. Terdiam dan terlihat mengamati ke dalam.

โ€œHeheheh. Aku tahu kalian ada di dalam. Aku bisa membaca Ki berkekuatan besar dilepaskan.โ€ Orang yang mengintip melalui jendela berucap sedikit kencang sehingga terdengar oleh Bian dan si Rubah Putih. โ€œKamu punya kekuatan yang disembunyikan, kekuatan yang luar biasa. Kamu pikir bisa mengelabui orang lain dengan meredam tenagamu itu, tapi kamu tidak akan bisa mengelabuiku. Aku tahu kamu bukan orang JXG โ€“ kamu hanya berada di tempat yang salah dan waktu yang salah. Serahkan orang JXG itu dan semuanya akan baik-baik saja.โ€

Sial, batin Bian dengan bersungut-sungut, ia pasti masih belum bisa dengan sempurna menyembunyikan Ki yang tadi ia lepaskan saat menata karung-karung beras. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Melawan orang di luar itu berarti melawan QZK, menyerahkan gadis ini berarti mengkhianati suara hatinya sendiri.

Apa yang harus dia lakukan?

Orang di luar berjalan menuju pintu samping gudang beras. Pria itu berambut gondrong mullet khas jamet dengan mengenakan jaket panjang selutut. Wajahnya tidak sedap dipandang apalagi saat tersenyum.

Bian masih belum mengenalnya.

Sang dara yang diselamatkan Bian melempar topeng rubahnya yang sudah pecah ke samping. Ia geram karena tak kuasa menghadapi lawan.

โ€œKamu orang baik, cowok tidak berguna. Na-namaku Naoko, anggota SSX. Kami tidak pernah bersembunyi saat menghadapi maut! Nggh, terima kasih telah menolongku, tapi sekarang saatnya aku berhadapan dengannya. Kakakku ada di luar sana, dia pasti akan menyelamatkanku. Saat ini aku juga masih kuatโ€ฆ aku tidak akanโ€ฆ ngghโ€ฆโ€ Naoko mencoba berdiri, ia mengernyit kesakitan saat menyentuh tangannya sendiri. Dia lantas melanjutkan ucapannya, โ€œPria di luar itu adalah Agus Lodang โ€“ salah satu dari Empat Perisai QZK. Seorang diri ia mengobrak-abrik pasukan JXG yang datang berkumpul di dekat toko grosir LettoMart. Belasan anggota kami tidak sadarkan diri, mungkin ada yang meninggal. Kami berlari sampai sejauh ini tapi tetap terkejar. Sebaiknya kamu pergi dari sini, cowok tidak bergunaโ€ฆ kamu tidak akan sanggupโ€ฆ ngghhโ€ฆโ€

Bian menahan Naoko, โ€œAyolah, kamu tidak mungkin bisa menghadapi si Jamet Kudasai itu sendirian dengan kondisi seperti ini. Jangan keluar! Siapa tahu dia sebenarnya tidak tahu kalau kita berduaโ€ฆโ€

Bruaaaaaaaaaaaaaaakghhhhh!

Pintu gudang terbuka dengan mudahnya dengan satu serangan Ki.

โ€œKeluarlah! Aku tahu kalian di dalam!! Ini lebih dari satu orang! Aku bisa membaca Ki kalian! โ€ Agus Lodang berdiri di pintu masuk gudang. โ€œAku yang akan menghampiri kalian, atau kalian yang dengan gagah keluar dari persembunyian? Tidak kusangka orang dari SSX ternyata pengecut! Jangan-jangan memang begitu ya? Kalian hanya rombongan pengecut saja? Bagaimana? Kalian pikir mudah menyerang kawasan utara? Kalian sendiri yang hancur lebur kan? Hahahhaha.โ€

Naoko dengan sengit mengambil pedangnya dan mencoba meloncat keluar dari persembunyian. Bian mencoba memegangnya, namun kali ini dia gagal. Gadis itu melesat keluar dari lubang tanpa bisa dihalangi siapapun dan berdiri di atas tumpukan karung beras. Napasnya sedu sedan, ia terengah-engah menatap Agus Lodang dengan pandangan mata sengit.

โ€œSSX bukan rombongan pengecut! Cabut ucapanmu! Kami pasti mampu mengalahkan QZK!โ€

Agus Lodang tersenyum, tanpa aba-aba pria itu meloncat ke depan. Ia memutar tangannya yang dengan cepat seperti mengeluarkan bola tenaga dari dalam telapak tangan. Bola tenaga itu didorong ke depan dan langsung dihantamkan di perut Naoko. Si gadis yang tangannya terluka tak siap menahan serangan. Ia langsung tersentak ke belakang! Pedangnya terlempar, tubuh mungil si Rubah Putih terpental dan menubruk karung beras, lalu jatuh ke depan dan terguling-guling. Darah keluar dari mulutnya.

Agus Lodang meloncat dan kakinya menghentak ke bawah, siap memecahkan kepala sang dara mungil.

Jbkkkkghh!

Tumit sang punggawa dari QZK itu hanya mengenai lantai gudang beras. Tubuh Naoko sudah ditarik menjauh dari sasaran sang jamet. Pria berambut mullet itu melirik ke samping dan tersenyum bengis.

โ€œOh? Ada yang mau berlagak jadi pahlawan? Siapakah kamu superhero?โ€

Seorang laki-laki menarik kaki Naoko dan menyelamatkannya dari maut. Ia kini memasang kuda-kuda untuk menghadapi Agus Lodang yang terkejut bukan kepalang. Sang anggota Empat Perisai QZK itu menatap tidak percaya orang unik di depannya.

Yang unik adalahโ€ฆ orang di depan Agus itu memakai kantong beras yang sudah dibolong di mata dan mulut untuk menutup kepalanya!

Agus Lodang jelas tidak mengenali sosoknya. โ€œSopo meneh iki? Siapa sampeyan, wong edan?โ€

โ€œAku pembela kebetulan! Digoreng dadakan! Ga pake ketan!โ€ Bian berujar ngawur. Naoko menatap ngeri ke arahnya. Pandangan mata Bian dari balik topeng karung beras sebenarnya berusaha membuat gadis itu tenang, tapi Naoko justru semakin ngeri. Apa-apaan sih cowok ini?

Yah, mau bagaimana lagi. Sudah kepalang basah, dia kan tidak mungkin diam saja melihat gadis itu dihajar oleh punggawa QZK ini. Mau bagaimana pun dia harus melindunginya, tapi dia juga tidak bisa melanggar ketentuan dari Aliansi โ€“ dilarang melawan kelompok manapun. Bian terpaksa memasang kuda-kuda untuk menghadapi Agus Lodang. โ€œAkulah pahlawan bertopeng!โ€

โ€œBajingan.โ€ Agus Lodang terkekeh. โ€œMau mati saja masih sempat-sempatnya berulah konyol sampeyan. Tahu tidak siapa saya dan dari kelompok mana saya berasal?โ€

โ€œSebenarnya kita tidak perlu melakukan ini.โ€ Bian mengubah suaranya supaya lebih berat supaya tidak dikenali dan dihapali oleh Agus Lodang. โ€œLepaskan gadis itu dan lupakan pertarungan ini, dia toh sudah terluka โ€“ tidak akan bisa ngapa-ngapain. Kami berjanji tidak akan mengganggu QZK lagi. Biarkan aku membawanya ke rumah sakit.โ€

Agus Lodang tersenyum simpul, sekali lagi ia memutar tangannya di pinggang, membentuk satu bulat bola tenaga. โ€œKenapa aku harus melakukannya? Kalian sedang tidak dalam kondisi berhak menawar. Menyerang pos QZK, mati hukumnya!โ€

โ€œCih.โ€ Bian bersiap-siap.

Sepertinya sudah tidak bisa lagi diajak ngobrol ini orang. Masalahnya cuma satu. Agus ini kan punggawa QZK. Kalau Agus sampai tahu siapa Bian sebenarnya, maka bakal panjang urusannya.

Wes janโ€ฆ enaknya bagaimana ini?

Bian melirik ke arah Naoko yang terluka, dia tahu prioritasnya. Pemuda itu lantas menggeber Ki-nya. Habis bagaimana lagi? Bian memang sebandel itu, dia tidak akan meninggalkan Naoko sendirian tanpa menolongnya. Bahkan jika urusannya kali ini bakal membawa Aliansi ke jurang kehancuran.

Agus Lodang tersenyum.





.::..::..::..::.





โ€œBagaimana rasanya?โ€

Roy yang duduk di atas ranjang sembari membaca sebuah buku melirik ke arah wanita jelita yang sedang terbaring di sebelahnya. Buku itu adalah buku yang diberikan oleh sang penjaga sekolah di SMA Cendikia Berbangsa yang telah berjasa mengajarinya ilmu ringan tubuh kelas wahid yang sekarang sudah ia tingkatkan berkali-kali lipat setelah digabungkan dengan ilmu kanuragan Malam Sedih Berkabut Airmata Darah ajaran Ki Kadar โ€“ gabungan kedua ilmu kanuragan itu sedang ia rumuskan agar kekuatan Ki-nya bisa seimbang dengan kemampuan beladiri tangan kosong yang ia kuasai.

Sebentar-sebentar ia mengambil pensil yang ia letakkan di jepitan atas telinga dan menulis catatan pada sebuah buku tulis. Dia akan mempraktekkannya ketika ada waktu. Tak lupa, Roy tetap menjawab pertanyaan sang wanita di sampingnya.

โ€œRasa apa yang kamu maksud, sayang?โ€

โ€œSudah hampir sebulan kan? Bagaimana rasanya menikah denganku?โ€

Roy melirik ke samping. Dia sendiri tak percaya telah menikah dengan wanita indah di sampingnya itu, bahkan kata menikah pun menurutnya masih terlalu absurd baginya. Tapi itu bukan seratus persen salahnya, dia memang telah menikah dengan wanita pujaannya itu - meski harus dilakukan dengan circumstances yang mendadak dan emergency. Roy dan Rania menikah di hadapan jenazah almarhum ibu Rania sebelum dimakamkan, pernikahan itu sendiri sebenarnya belum sah secara hukum. Keduanya sedang mengatur rencana untuk menikah secara resmi di KUA dan melakukan resepsi ala kadarnya.

Roy tersenyum dan meletakkan buku tulis yang sedang ia kerjakan di meja yang ada di samping ranjang. Ia bergulir ke samping untuk dapat bertatap-tatapan dengan sang wanita indah dihadapannya. โ€œRasanya nano-nano. Kadang kesana kadang kesono. Wekekekee.โ€

โ€œMaleske.โ€ Rania mencibir dan mencubit sang suami.

Tidak sakit. Malah tambah sayang.

โ€œWadooooh.โ€ Roy pura-pura kesakitan sembari mundur menghindar jemari lentik sang istri.

Ya sekedar action manja saja, mancing mania mantap. Namanya juga pasangan muda yang baru menikah, pasti sedang hangat-hangatnya. Saling flirting kesana kemari dengan mesranya. Rania membenamkan kepalanya di dada sang suami.

โ€œTerima kasih ya, Mas,โ€ bisik Rania perlahan sembari memejamkan mata, menyamankan diri dalam pelukan hangat pria idaman. โ€œBerkat kamu aku jadi kuat. Berkat kamu aku bisa melalui semua ini. Tidak mudah, tapi aku bisa. Masih berat kehilangan orang tua sebenarnya, tapi kehadiranmu menemaniku membuat semuanya jadi lebih ringan. Kondisi Lena juga sudah semakin membaik dan pikiranku jadi lebih tenang. Semua ini berkat kamuโ€ฆโ€

Rania menengadah.

Roy menatapnya. Ia menurunkan kepalanya sedikit.

Bibir mereka saling mengelus perlahan, pelan saja, menikmati waktu yang ada. Tidak terburu-buru, tidak ada yang mengejar, tidak ada yang melawan, hanya saling sayang, saling merasakan nikmat cinta setelah semua beban terlepas dari pundak mereka.

Hanya tinggal satu masalah.

Hanya tinggal satu.

Reynaldi.

Sialnya, Roy masih belum bisa tenang kalau durjana busuk itu belum dituntaskan. Dadanya masih kadang terasa sakit, efek dari sisa racun yang belum benar-benar hilang dari dalam tubuh. Malapetaka yang menimpa Rania, kematian bundanya, sakitnya Lena, percobaan pemerkosaan bu Asty, dan entah berapa korban lagi yang jatuh karena ulahnyaโ€ฆ Roy harus tetap memburunya. Bedebah satu itu benar-benar berbahaya.

โ€œKamu lagi-lagi memikirkan dia ya?โ€ bisikan itu keluar usai lepas bibir Rania dari pagutan keduanya. โ€œJangan memikirkan orang lain saat menciumku, Mas. Rasanya aneh. Apalagi yang kamu pikirin itu cowok. Geli ah.โ€

Roy tersenyum โ€“ dia tahu Rania berusaha menetralkan pikiran mereka berdua, karena jika mereka berdua terus-menerus dicekam ketakutan, maka mereka tak akan pernah bisa lepas dari rasa dendam yang membebani.

โ€œAku tidak bisa tenang kalau si durjana itu masih melenggang bebas di luar sana, sayang. Aku takut dia tambah kuat, tambah berbahaya, dan dengan bebas menggunakan kemampuannya untuk menyakiti orang lain. Apalagi dengan adanya perang QZK dan JXG ini, semua jadi kacau. Menurutku dia juga pasti turut campur didalamnya dan pasti dilindungi oleh QZK, entah apa alasannya orang seperti dia dilindungi oleh QZK.โ€

Rania diam dan makin memeluk Roy lebih erat lagi. Si cantik itu dengan sengaja membuka piyamanya dan menempelkan dadanya di lengan Roy. Coba kita lihatโ€ฆ peka tidak?

Sembari menggoda dengan subtle, Rania bertanya. โ€œKenapa ya om Janu membiarkan tikus busuk seperti dia berada dalam lindungan QZK? Tidak mungkin kan om Janu tidak tahu? Apakah Nanto sudah berbicara dengan beliau? Mungkin dia saudaranya salah satu penggede? Masuk akal kan?โ€

Roy terdiam, bibirnya membentuk kerucut, hal yang diucapkan oleh sang istri menjajah pikirannya. Benar juga ya? โ€œBisa jadi, sayang. Tapi yang jelasโ€ฆ karena saat ini Aliansi vakum dan tidak bisa memilih untuk berpihak ke manapun untuk sementara waktu, maka kita tidak bisa mengejarnya. Kalau aku mengejarnya, itu artinya aku mencoreng wajah QZK yang melindunginya โ€“ yang otomatis akan membuat Aliansi dianggap bersekutu dengan JXG. Itu artinya Aliansi akan melawan QZK, kita akan melawan om Janu. Nanto jelas tidak mau. Serba salah kan?โ€

Rania kecewa. Ternyata tidak peka. Ia pun cemberut. โ€œYa sudah, sementara lupakan dia. Malam ini aku tidak ingin mengingat atau bahkan memikirkan orang seperti dia. Aku tahu suatu saat nanti dia akan menemukan karmanya โ€“ mungkin tidak segera, tapi pasti akan ada hukum yang menjeratnya. Orang yang telah menyakiti keluargaku dengan sadis tidak akan semudah itu melenggang di jalan.โ€

Ada dendam di sana, dalam suara lembut yang keluar dari bibir mungil sang bidadari yang ia cintai sehidup semati. Roy sadar Rania sedang berusaha keras untuk tidak mengingat-ingat kemalangan yang menimpanya dengan mencoba bahagia saat mereka sedang berdua. Bukankah seharusnya ia melakukan hal yang sama?

Ah bodohnya dia. Di sini ada bidadari cantik bertubuh indah menawarkan diri kepadanya, kenapa dia malah memikirkan sosok yang tidak jelas seperti si durjana. Roy memeluk kepala Rania dan membenamkan wanita cantik itu dalam pelukannya yang hangat. Tubuh mereka saling menangkup dan bersatu dalam pelukan tanpa perekat namun menyatu dengan erat. Sama-sama tahu membuncahnya rasa cinta akan mereka dapat, karena telah mendapatkan pasangan yang tepat.

โ€œHmmโ€ฆ aku mungkin bakal tidur nyenyak malam ini. Rasanya capek sekali, pekerjaan di tempat baru gajinya lebih besar tapi pekerjaannya juga lebih menuntut,โ€ ujar Roy. โ€œTernyata pengalaman memasak di tempat lama cukup berguna juga. Ahhโ€ฆ akhirnya bisa tidur dengan tenang.โ€

โ€œIdih enak ajaโ€ฆโ€ Rania mencibir dan beringsut ke samping untuk membuka pakaian tidurnya โ€“ sebuah kimono yang awalnya membungkus lingerie hitam pemberian Roy. Ia membuka kimono berbahan lembut itu dan mengaitkan kakinya ke kaki sang suami, โ€œYakin tidak kepengen? Kok tega sih yang seperti ini disia-siain begitu saja malam ini?โ€

Roy tertawa kecil. โ€œMenggodaku akan berakibat buruk padamu, wahai neng geulis. Kamu terlalu indah untuk dibiarkan menganggur begitu saja. Dengan kekuatan bulan, aku akan menghukummu.โ€

โ€œArrrโ€ฆโ€ Rania tertawa dengan manisnya sembari menggoda Roy. Lidahnya menjulur keluar dan bermain-main di bibirnya. โ€œApakah itu artinya malam ini aku bakal dinakalin?โ€

โ€œSudah pasti. Harus dinakalin dan diputar-putar.โ€ Roy pun menubruk tubuh sang istri dan segera beraksi, ia mengincar pundak dan leher Rania yang terbuka. Kecupan dan ciuman silih berganti meninggalkan jejaknya kulit putih mulus Rania. Desahan pun mulai terdengar dari bibir yang terbuka tipis.

Kimono itu terbuka seluruhnya, pundak mulus Rania menjadi sasaran lagi bagi Roy. Ciuman mendarat di pertemuan sendi. Lalu geser ke pertemuan leher dengan sisi bahu, naik ke atas, turun, naik lagi. Rania kembali mendesah-desah keenakan. Si cantik sudah pasrah diapapun juga oleh pria yang saat ini sudah menjadi suaminya itu. Pelukan Roy makin erat, dia tidak ingin kehilangan Rania โ€“ tidak lagi.

Rania tersenyum.

Ia masih belum sempat membahagiakan ibundanya tercinta, tapi ia berharap apa yang akan ia lakukan dan dengan siapa ia melakukan dapat dipahami dan membuat sang Mama ikut senang dengan keputusannya. Roy adalah laki-laki bertanggungjawab, semoga untuk sekarang dan selamanya.

Mudah-mudahan sang Mama melihat senyumnya dari atas sana.

Senyum bahagianya.





.::..::..::..::.





Sore yang sendu.

Alunan suara sirene ambulans yang menyusur jalanan membuat bulu kuduk merinding.

Siapa lagi yang jatuh menjadi korban? Dari pihak manalagi? Meski sudah berusaha dibendung oleh pihak yang berwajib, tapi pertikaian antara dua kelompok besar dari utara dan selatan membuat kondisi kota menjadi tidak kondusif. Suasana yang tak menentu, lokasi yang sporadis, dan pertarungan yang tak pandang tempat dan waktu menjadikan kota yang tadinya berhati nyaman menjadi rawan karena bahaya mengintai dari mana saja.

Sesaat sepi, lalu ramai. Awalnya sunyi, lalu bagaikan dipanen, pagi hingga malam hilir mudik ambulans silih berganti. Kalau saja korban turun dari kedua belah pihak mungkin tak apa-apaโ€ฆ sayangnya seringkali korban jatuh dari pihak orang tak bersalah. Orang tua, anak-anak, pria dan wanita, semua menjadi korban.

Menghadapi situasi yang berbahaya, warga kota harus menghindari daerah-daerah rawan terutama tempat anggota geng sering berkumpul dan berjaga. Polisi sudah beberapa kali mencoba membubarkan massa karena kerumunan artinya keributan.

Seperti biasa tentunya, tetap saja ada cahaya di sela-sela gelap yang bertumpuk rapat. Tetap ada harapan bagi mereka yang terpinggirkan. Di sebuah rumah kost-kostan di perbatasan utara dan tengah kota, cahaya itu bernama Hasna โ€“ gadis yang ceria meski memiliki kekurangan.

Sudah beberapa hari ini dia sedikit demi sedikit merapikan dan membuat kamar Hageng menjadi lebih manusiawi. Kamar yang tadinya berantakan di luar akal, sekarang menjadi kamar yang bisa dijadikan cover majalah desain interior. Seprei, sarung bantal, dan guling sudah diganti. Lemari sudah tertata, barang berserakan sudah disusun rapi.

Kelak kalau Hageng yang sedang menuntut ilmu kanuragan pulang dari pelatihannya, maka dia akan mendapati kamar yang sudah layak huni. Hasna puas dengan hasil kerjanya. Keringat dan lelahnya tak ia pedulikan asal Hageng kelak bisa senang dan nyaman. Ia pun menyeka keringat di dahinya.

Gadis berkerudung itu bersenandung sembari merapikan buku-buku ke dalam rak dan kertas-kertas dalam folder Bindex yang secara khusus disiapkan untuk kertas. Bau di kamar sudah lebih harum dari seharusnya, lampu pun jadi lebih terang. Lemari yang tadinya pintunya rusak sampai mau copot separuh sudah dibenahi โ€“ ia minta bantuan pada salah seorang saudaranya.

Nah, kamar kost ini sekarang sudah rapi jali, kapanpun Mas Hageng pulang, kamar sudah siap untuk ditempati dan pastinya lebih membuat betah. Hasna tersenyum senang. Biarpun di luar sana perang terjadi, dia yakin mas Hageng pasti akan selamat.

Dia yakin mas Hageng pasti akan datang dengan senyum lebarnya, dengan deretan puisinya, denganโ€ฆ

โ€œApa yang kamu lakukan?โ€

Suara yang tegas dan berat itu membuat Hasna hampir terlonjak karena terkejut, terlebih saat ia menengok ke arah pintu. Di sanaโ€ฆ berdiri sosok seorang pria yang nyaris tak bisa ia kenali setelah hampir sebulan tak bertemu. Habis sudah rambut kribonya, digantikan kepala yang gundul plontos, tubuhnya yang besar kini makin berotot, baju yang dikenakan tidak rapi dengan bekas merah seperti bercak darah yang mengotori bagian-bagiannya โ€“ sepertinya itu bukan darahnya.

Sosok itu menutup cahaya keluar masuk dengan berdiri tepat di depan pintu, sehingga hanya seperti bayangan yang tak nampak. Untunglah Hasna sudah mengganti lampu di dalam ruangan sehingga terang tak menyesatkan. Ia ternganga melihat begitu banyak luka-luka di wajah sang pria.

โ€œM-Mas Ha-Hageng?โ€

Pria bertubuh raksasa itu tidak tersenyum, wajahnya menatap ke depan dengan tatapan mata tajam. Tidak ada bola mata jenaka yang biasanya. Tidak ada sosok menyenangkan yang biasa berpantun dan menjadi tokoh konyol yang membuat semua orang tertawa. Saat ini yang ada hanyalah seorang raksasa mengerikan yang berdiri menutup pintu kamar. Terang lampu kamar menyoroti wajahnya yang berubah teramat serius.

Sekali lagi Hasna mengamati, ada beberapa bekas luka goresan di wajah, dengan satu luka memanjang di pipinya. Rambutnya yang kribo sudah tak lagi ada โ€“ digantikan kepala yang gundul dengan pangkasan yang tak rapi. Sepertinya ia mencukur rambutnya sendiri.

Apa yang telah terjadi padanya tiga minggu ini?

โ€œM-Mas Ha-Hageng? A-aku tidak mengenalimu, Masโ€ฆ kamuโ€ฆ berbeda.โ€

โ€œDek Na.โ€ Suara berat Hageng terdengar lebih berat, โ€œApa yang kamu lakukan di zini?โ€

โ€œAkuโ€ฆ bebersih, Masโ€ฆ supaya kalau Mas Hageng pulangโ€ฆ kamarnya lebih bersih dan lebihโ€ฆโ€ Hasna jadi merasa bersalah karena telah masuk ke kamar Hageng tanpa ijin, โ€œMaafkan aku kalau Mas tersinggung aku masukโ€ฆ mungkin ada barang yang tidak seharusnya aku pindah dan rapikanโ€ฆ maafkan aku yang telah sembrono, Masโ€ฆ a-akuโ€ฆโ€

โ€œHrhh.โ€ Hageng membuka bajunya dan melemparkan kaus yang ia kenakan ke sudut ruangan, ke sebuah kotak yang dijadikan penampungan cucian kotor. Ia berjalan melintasi Hasna tanpa melirik. Hageng sudah pernah membuka baju di depan Hasna, tepatnya saat kerja bakti atau saat berolahraga. Tapi baru kali ini Hasna melihat tubuh Hageng yang menjadi lebih kencang, lebih gelap, lebih berotot, dan lebih banyak luka.

Apa saja yang telah dilakukan Hageng selama ini?

Yang lebih mengherankan lagiโ€ฆ kenapa dia jadi dingin begini?

Hasna menatap pria itu dengan hati yang berkecamuk. Kenapa begini? Kenapa setelah pulang Hageng yang selalu ramah menjadi sosok yang sangat berbeda? Sudah sebulan ini Hageng sangat berubah. Tapi Hasna yakin, Hageng yang dulu masih ada โ€“ dia hanya sedang bersembunyi.

โ€œLain kali bilang-bilang dulu padaku kalau mau mazuk,โ€ bisik Hageng perlahan tanpa menatap mata Hasna. Ia mendengus seperti berkesan kesal. โ€œAku juga punya privazi.โ€

โ€œI-iya, Mas. Maaf kalau akuโ€ฆโ€ Hasna mengangguk dengan takut-takut. Tapi ia lantas mencoba tersenyum, โ€œAh ya, Mas. Aku sudah siapkan pisang goreng. Itu ada di meja. Apakah Mas Hageng ma-โ€ฆโ€

โ€œBisa keluar dulu zekarang? Aku ingin iztirahat.โ€

Hasna terkejut.

โ€œBa-baik, Mas.โ€ Suara gadis itu sedikit tercekat.

Hasna pun bergegas. Dia tidak ingin lebih lama lagi membuat Hageng kesal. Mungkin dia sedang lelah dan kecewa, mungkin dia sedang tidak mood untuk melakukan apa-apa. Mungkin Hageng sedang tidak ingin bertemu siapapunโ€ฆ atau mungkinโ€ฆ Hasna yang cacat tidak cukup baik untuknya.

Ia harus menahan rasa kecewanya, ia tidak ingin mengangguk pada Hageng yang menjadi sangat berubah. Tanpa kata, tanpa suara, sembari menahan mulut dengan tangkupan tangan, Hasna menarik kruk yang ia sandarkan di meja dan mulai berjalan keluar meninggalkan kamar Hageng dengan perasaan tak karuan. Langkah kakinya dihentak-hentakkan karena tak ingin berlama-lama di kamar sang T-Rex. Ia menyeret kakinya dan mengutuk dirinya sendiri yang cacat.

Hageng bahkan tidak melihat ke arah Hasna sekalipun. Tak ada panggilan, tak ada sahutan, tak ada keramahan seperti yang biasa ia lakukan. Pria itu langsung ambruk ke pembaringan hanya dengan satu rebahan. Matanya terpejam dan butuh beberapa saat saja sebelum ia tenggelam ke alam mimpi.

Ia tidak mendengar suara sesunggukan Hasna yang membawa piring pisang gorengnya kembali ke dapur. Hari itu, sepanjang malam ia akan menangis.

Tertolak dan tersakiti.





.::..::..::..::.





Jo, Bondan, dan Surya berdiri dengan tenang di depan gedung yang dulunya digunakan sebagai bioskop kembar Gold dan Galaksi โ€“ gedung yang pernah gaul abis tapi sekarang sepi sekali. Pernah jadi rumah makan, pernah jadi pujasera, pernah jadi pasar ponsel, tapi tidak pernah serame dulu lagi saat menjadi tempat disko Kuda Gila. Mereka baru saja membeli cilok yang lewat di jalan dan sekarang menikmatinya sambil nongkrong-nongkrong.

Lokasi ini sebenarnya adalah lokasi yang jadi area pengawasan Dinasti Baru, sehingga belum lama berselang mereka berpapasan dengan anak-anak Dinasti Baru. Untungnya antara mereka dan Aliansi tidak ada masalah.

Yang bermasalahโ€ฆ adalah dengan KRAd, hybrid PSGxRKZ yang tiba-tiba saja menjadi kekuatan besar di kota. Dipimpin oleh Bambang Jenggo dengan panglima anak-anak Joko Gunar, dengan penasehat Ki Juru Martani nan misterius, dengan kelompok andalan Lima Topeng Badut, Tiga Gentho dari Bondomanan, dan entah apa lagi. KRAd menjadi pasukan baru yang menyeramkan dan meskipun saat ini mereka sedang tenang, namun kelompok itu jelas bom waktu yang setiap saat dapat meledak.

โ€œJo. Kalau masa vakum begini, menurutmu bakal ada yang menyerang Kandang Walet tidak ya?โ€ tanya Surya berandai-andai sambil menusukkan lidi tajam ke dalam kantong cilok, menjumput satu, dan melesakkan bulatan kenyal pedas itu ke dalam mulut.

โ€œKalau aku jadi JXG, aku ga bakal mau repot-repot. Buat apa nyerang kelompok mahasiswa yang digesek sekali aja mleduk? Buang-buang tenaga saja.โ€ ujar Jo. โ€œMending langsung buang sial ke basisnya QZK. Karena itu juga tidak mudah. Salah satu keuntungan QZK adalah unit mereka banyak โ€“ unit base mereka bertebaran di mana-mana. Ada di semua kawasan di wilayah utara. Mana hajar satu tumbuh seribu.โ€

โ€œDulu sepertinya JXG lebih mudah ya menyerang QZK?โ€ Surya kembali mencocol satu cilok.

โ€œBeda dulu dan sekarang. QZK pasti sudah belajar dari kekalahan mereka. Siapa yang mau jatuh ke dalam lubang yang sama?โ€ Jo mencibir tapi kemudian dia terkekeh-kekeh seakan-akan ada sesuatu yang sangat lucu. โ€œPaling-paling ya kita ini yang bodoh ya? Dulu pernah dikalahkan Nanto waktu SMA, dikalahkan lagi waktu kuliah, eh sekarang dia malah jadi bos tertinggi Aliansi sekaligus pimpinan kita semua. Lak yo pabu salicad kuwi jenenge. Hahahaha.โ€

Surya dan Bondan ikut tertawa. Siapa yang menyangka kalau orang yang tadinya mereka anggap cupu, ternyata lebih mampu dari apa yang mereka tahu.

โ€œBrrrโ€ฆ aku kok merinding. Malam ini dingin banget ya.โ€ Bondan menekuk tubuhnya sendiri, supaya rasa dingin tidak terlalu menerpa seluruh badan, โ€œPadahal tidak ada angin tidak ada hujan, tapi hawanya dingin banget. Kayak pertanda ga bagus. Pertanda horor.โ€

โ€œBener banget. Kalo ga salah Rumah Nenek yang serem yang ada di channel Youtube-nya Daditya Rika itu di sekitar sini kan?โ€ tanya Surya.

Bondan mengangguk. โ€œDi sana, ke utara sedikit. Jadi legend horor baru sekarang rumah itu.โ€

โ€œEh, kalian mau dengar cerita horor gak?โ€ kata Surya tiba-tiba sembari menyoroti wajahnya dengan cahaya dari ponsel.

Bondan dan Jo saling berpandangan. Apa-apaan sih bocah ini? Random banget. Tapi ya sudah, daripada tidak ada bahan cerita malam ini. Bondan yang paling suka dengerin podcast bernuansa misteri langsung mengangguk. โ€œKalau sampai ini tidak seru, awas aja.โ€

โ€œAsli ini serem banget. Kejadiannya di kampus.โ€

Jo mencibir, dia benernya agak takut, tapi penasaran. โ€œMulai saja.โ€

โ€œOke.โ€ Wajah Surya berubah serius, โ€œdua minggu yang lalu aku kan terpaksa ngerjain ujian mid sendirian di kampus sore-sore tuh. Dosennya ngijinin aku remedial tapi harus ngerjain di ruang dosen. Jadi aku ngerjain sendirian di lantai tiga tuh. Sore-sore menjelang gelap gitu. Itu aja udah horor banget kan?โ€

โ€œTerus?โ€

โ€œNah, sewaktu aku di ruang dosen, itu suasana udah sepi banget tuh. Dosennya โ€“ Pak Dilan sedang meeting di ruang meeting lantai empat, dosen lain ada yang ikut meeting juga, ada yang udah pulang. Jadi ruang dosen sepi banget. Ga ada orang lain selain aku.โ€

โ€œOkeโ€ฆโ€ Jo mulai meneguk ludah. Suasana semakin menegangkan. โ€œLalu?โ€

โ€œKarena tidak mau terlalu tegang, aku coba menyalakan musik dari hape tapi pelan-pelan.โ€

โ€œTerus?โ€

โ€œNahโ€ฆ tiba-tibaโ€ฆโ€

โ€œTiba-tibaโ€ฆ?โ€ Jo makin penasaran.

โ€œTiba-tiba ada suaraโ€ฆ!โ€

โ€œSu-suara?โ€

โ€œIya. Suara. Sssttt gitu.โ€

โ€œHaaaaah? Ssttt? Kamu dengar bisikan?โ€ Jo mulai tegang. Bondan juga ikutan tegang.

โ€œSssstโ€ฆ gitu. Awalnya sekali, tapi setelah aku perhatikan, beberapa saat sekali bisikan ssst itu terdengar lagi dan lagi. Aku tambah tegang dong.โ€

โ€œPastinya! Wah wah! Ini nih! Dari dulu aku sudah menduga kalau ruang dosen itu biangnya ruangan horor di kampus kita. Suasananya gak banget kan ya?โ€ Bondan mulai mendekat ke arah Surya, demikian juga dengan Jo.

Jo mengangguk setuju, โ€œBener banget! Itu ruangan emang berasa paling gimana gitu di UAL. Dinginnya itu berasa beda! Gila. Siapa ya yang bisik-bisik? Jangan-jangan dulunya tempat kita itu di bawahnya ada apa gitu. Bekas kuburan Indian atau apa gitu lah.โ€

Surya menggeleng. โ€œBukan.โ€

Jo dan Bondan saling berpandangan, hampir bersamaan mereka berucap. โ€œBukan?โ€

โ€œBukan.โ€ Surya berdiri dan berjalan dengan tenang sambil membuang bungkus cilok di tempat sampah. โ€œBukan. Itu adalah suara pengharum ruangan otomatis.โ€

Bondan dan Jo menggeram. โ€œWedhuuuuuuuuuuusss!โ€

Keduanya mengejar Surya yang langsung lari karena berhasil mengerjai mereka. Tentu saja hanya bercanda. Tiga pemuda itu kejar-kejaran di pinggir trotoar dan kadang naik di bagian koosong gedung yang sepi. Ketiganya tertawa-tawa. Menikmati malam dengan cara mereka. Guyon waton.

Surya yang berlari-lari belum tertangkap oleh kedua kawannya. โ€œHahahahaha! Hahahaha! Hahaha! Aduuuuhh!โ€

Bruuugkgh!

Sampai suatu ketika ada yang menjegalnya.

Pemuda itu jatuh sampai terjungkal.

โ€œWaduuuh! Kadaaaal! Sopo iki yangโ€ฆโ€ Surya yang jatuh lalu mengerang kesakitan dan menatap ke arah orang yang menjegal. Siapa yang berani-beraninyaโ€ฆ!?

Weh.

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapanโ€ฆ gilaโ€ฆ lebih banyak lagi!? Dua belas, tiga belasโ€ฆ delapan belas, sembilan belasโ€ฆ Ada belasan? Ada belasan orang yang tiba-tiba saja mengepung mereka bertiga!?

Jo dan Bondan yang sadar juga langsung bersiap-siap.

โ€œBermain-main di rumah orang kok tidak sopan. Suara tawanya sampai terdengar ke negeri tetangga. Keterlaluan! Cari masalah kalian!โ€ ujar orang yang paling depan โ€“ yang tentu saja hiperbola. โ€œAku tahu siapa kalian. Tiga orang kapten dari DoP kan? Aku pernah kuliah di UAL! Kalian bertiga preman bangsat yang hobinya malak adik angkatan! Sekarang harus dihajar sampai jera!!โ€

Jo dan Bondan menggeram, mereka mencoba memasang kuda-kuda dengan menempatkan punggung menempel satu sama lain. Apa-apaan ini? Siapa mereka yang tiba-tiba menyerang tanpa babibu? Dinasti Baru? Jelas bukan.

Bkghh! Bkghh! Bkghh! Bkghh! Bkghh!

โ€œHaaaaaaarghh!โ€

Surya yang masih tergeletak di aspal berteriak kesakitan ketiga tiba-tiba saja delapan orang mengurungnya dan menyerang dengan menginjak-injak dan memukulnya dengan kayu.

โ€œSuuuur!โ€ Jo yang hendak membantu Surya berlari ke depan.

Sayang dia tidak awas. Satu kepalan mendarat di wajahnya dengan kecepatan tinggi.

Bbbkkkkghhhh!

Jo terpelanting ke kiri dan menubruk tembok. Ia juga jatuh berdebam. Lagi-lagi rombongan penyerang langsung bergerak dengan cepat. Mereka mengurung, menginjak-injak dan memukulinya. Persis seperti yang dilakukan pada Surya.

Bkghh! Bkghh! Bkghh! Bkghh! Bkghh!

Melihat kedua temannya roboh, Bondan tak ingin gegabah. Dia berlari menyusuri gedung, menghindari kejaran dan mencoba berlari sampai ke arah motor. Dia tidak ingin meninggalkan Jo dan Surya, tapi dia harus segera memanggil bala bantuan. Tidak bisa mereka bertiga menang melawan belasan orang ini. Dia harus mencari tempat aman dan memanggil pasukan Aliansi!

Bbbkkkkghhhh!

Bondan melihat kelebat mengangkasa di dekatnya. Bayangan menutup tubuhnya. dan dia pun melayang ke belakang empat meter jaraknya ketika kaki sang penyerang mendarat di dadanya. Menyentak tubuhnya dengan satu serangan yang tak main-main. Bondan tersentak dan dengan satu tendangan tubuhnya melayang, jatuh terguling-guling di dekat Surya dan Jo. Ketiga pemuda itu terengah-engah saat rombongan lawan mengitari mereka dalam bentuk satu lingkaran besar.

โ€œJangan menyerah! Kita pasti bisa!โ€ Jo mencoba bangkit.

โ€œWoryaaaaaaaa!!โ€ Bondan juga bangkit.

Bbbkkkkghhhh! Bbbkkkkghhhh!

Dua pukulan berkelebat. Baik Jo maupun Bondan sama sekali tidak melihat siapa yang telah menyerang mereka. Lagi-lagi keduanya jatuh berdebam di tanah. Wajah mereka sudah terombak. Darah telah tertumpah. Luka membiru nampak di wajah dan tubuh ketiga sahabat. Mereka sepertinya harus mati-matian malam ini kalau mau selamat.

Jo yang pelipisnya robek karena diinjak-injak tadi mencoba membuka matanya. Pandangannya tertuju pada sosok tiga orang yang berdiri di belakang kerumunan yang menyerang mereka tanpa tedeng aling-aling. Siapa mereka? Orang-orang Dinasti Baru?

Bukan.

Tiga wajah yang kemudian dilihat oleh Jo adalah wajah-wajah Udet, Grago, dan Yosan. Tiga sosok pria dengan peran menyeramkan di salah satu kelompok besar. Mereka adalah Tiga Gentho dari Bondomanan! Bajingaaaaaan! Apa yang mereka lakukan di sini? Ketiga orang menyeramkan itu memerintahkan pasukan untuk mengurung Jo, Bondan, dan Surya.

โ€œKalian dari Aliansi kan?โ€ Udet sang pimpinan 3GB memulai percakapan. Saat ia bicara, belasan orang itu kembali mengelilingi ketiga orang DoP. โ€œSungguh sial bertemu kami di sini. Sebelumnya mohon maaf, ini bukan karena kami ada dendam ke kalian bertiga. Tapi lebih keโ€ฆ kami memang tidak ada kerjaan. Bwahahahahaha.โ€

Semua anggota KRAd tertawa.

โ€œHajar mereka sampai mampus! Kita buat mereka menyesal pernah ada urusan dengan KRAd!!โ€

Orang-orang itu pun kembali mengepung Surya, Bondan, dan Jo yang masih berada di tanah. Entah kenapa mereka tidak sanggup berdiri. Mereka tidak pernah mengira kalau 3GB itu sanggupโ€ฆ

โ€œSeraaaaaaaaaaaang!!โ€ teriak salah satu orang dari kerumunan. Semua kawan-kawannya yang tadinya mengepung ketiga sahabat kini maju untuk menyergap.

Booooooom!

โ€œAwas. Berlindung di belakangku.โ€

Jo, Bondan, dan Surya terkejut ketika melihat tiba-tiba saja ada orang yang berdri di dekat mereka bertiga. Orang itu memutar tangannya di dada, lalu menghunjukkan tangannya ke depan dan ke belakang. Kedua tangan dibentangkan. Ada sesuatu di telapak tangannya. Sesuatu yang menghebat tapi tak nampak. Sesuatu yang tak nampak itu terasa aura Ki-nya. Seakan-akan seperti akan meledak.

Para pengeroyok ketiga anggota DoP nekat maju ke depan. Mereka tidak peduli siapa orang yang baru datang.

Jboooooooom! Jboooooooom!

Dengan hentakan tenaga dalam bersamaan ke dua arah, orang-orang yang tadinya mengeroyok Bondan, Surya, dan Jo terlempar menyebar hampir dua meter ke belakang. Sebagian besar dari mereka kesakitan di bagian yang tersambar serangan tenaga dalam.

Ketiga anggota 3GB melesat ke depan. Tapi Yosan kemudian berhenti dan berteriak. โ€œMunduuuur!โ€

Dia sepertinya menyadari sesuatu. Wajahnya menunjukkan keterkejutan.

Udet dan Grago yang tak sempat mundur tersambar satu serangan hebat. Keduanya terdorong mundur sampai dua meter meskipun kedua tangan mereka sudah menyilang. Serangan itu sedemikian cepatnya bahkan Grago yang cekatan pun tak mampu mendeteksinya.

Tiga Gentho dari Bondomanan langsung berkumpul kembali setelah tercerai-berai oleh satu serangan. Wajah mereka bertiga langsung serius dan dua rius. Bagaimana bisa mereka bertiga terdorong oleh hanya satu serangan saja?

Siapa orang itu?

Tak hanya 3GB, semua mata melongo. Siapa orang ini? Kok bisa hebat begini?

โ€œKalian tidak apa-apa?โ€

Jo, Bondan, dan Surya mendongak. Suara berat dan berwibawa ituโ€ฆ itu kan suaraโ€ฆ

Seorang pria yang mengenakan jaket kulit warna hitam berdiri dengan tegap di dekat mereka. Rokok tak pernah meninggalkan bibirnya. Kacamata hitam yang ia kenakan dilepas dan dimasukkan ke dalam kantong jaket. Rambutnya yang dipotong cepak membuat wajahnya semakin terlihat gagah. Ia melepas jaketnya dan memperlihatkan kaus hitam ketat bergambar metal membungkus tubuh yang tegap dan kencang. Jaket itu diberikan pada Jo yang menerimanya dengan hormat.

Para anggota 3GB saling berpandangan. Udet sang pemimpin 3GB tertawa-tawa melihat kedatangan sang pria berandalan. โ€œKamu lagi? Tidak kapok? Mau ngapain lagi? Belum cukup yang tempo hari? Sudah mending kamu mati saja! Malah nongol lagi. Otak udang! Tahu tidak kalau lonthe-mu sudah mati?โ€

Pria yang baru datang tidak ambil peduli, sikapnya yang tenang amat mengintimidasi. Dia hanya tertawa mendengar semua penghinaan dari 3GB, โ€œNeraka menolakku. Mungkin karena urusanku di bumi masih belum selesai. Urusan pertama yang harus aku bereskan adalah kalian. Bicara jelek sekali lagi tentang wanitaku, dan akan kukirim kalian ke neraka.โ€

Dia berjalan dengan tenang ke depan. Ke arah 3GB dan pasukan KRAd yang menghadang. Tanpa merasa takut, tanpa merasa jerih. 3GB bersiap. Aura Ki yang muncul membuat Yosan sekalipun mundur teratur. Udet dan Grago juga merasakannya. Aura Ki ini berbeda dari yang dulu. Aura Ki ini sangat mengerikan.

โ€œRonde kedua, bangsat. MAJU KALIAN BERTIGA!!โ€

Senyum mengembang di wajah sang pemuda berandalan yang baru saja datang, senyum yang berubah menjadi tawa. Tawa cekikikan tak terhentikan. Tawa yang menyeramkan seperti suara hewan buas.

Tawa mengerikan seekor hyena.







BAGIAN 11 SELESAI.
BERSAMBUNG KE BAGIAN 12
 
Terakhir diubah:
Makasih updatenya Om....

Aliansi sedang cooling down, lebih banyak yg berlatih meningkatkan kemampuannya.

Bian ketemu lagi ama gadis ment0s Naoko. Tapi Bian hrs bantu Naoko melawan Agus Lodang dari QZK dulu. Waktunya Bian nyobain ilmu Hikayat Pemuja Langit vs Agus Lodang.

Rao udh muncul lagi ini... Ilmu Lontaran Ki kyknya udh semakin tinggi ini. Mampu gak ya ngalahin 3 GB buat revans...?

Yg belum keliatan Simon Sebastian ini, dimana dia berada...?
 

Similar threads

Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd