Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Ngesop dulu lah ya?




Jam sebelas siang di musim kemarau Ian dan pakliknya melewati jalan kecil yang langsung tembus di belakang rumah sang kakek, jalan pintas yang pernah Ian lewati bersama Asti dulu, di samping lebih cepat juga tak ada warga yang tau kalau mereka pulang.


Dua orang tua menyambut kedatangan anak dan cucunya dengan suka cita, tak seperti biasanya, kali ini mereka datang bersamaan.


" Ada angin apa ini Mbang? "


Ucap sang kakek.
Sedangkan Ian langsung mengikuti neneknya di dapur.


" Pripun mbah, sehat? "


" Alhamdulillah le? Seperti yang kamu lihat ini to? "


" Sehat terus njih mbah?"


Sang nenek pun tersenyum dan mengusap kepala Ian, begitu teduh dan nyaman perlakuannya.


seketika Ian teringat akan ibunya, mata Ian mengembang, bulir air matanya pun tak bisa lagi tertahan, Ian menangis tersedu di hadapan sang nenek.


" Kenopo le? "


" Ibu mbah? Hiks"


Sang nenek menatap cucunya, sangat jarang cucunya menangis, namun ia tak heran, pasti Ian sudah menemui ibunya dan pasti ada sesuatu yang membuat cucunya seperti itu.


" Yo wes ayo ke depan le, kita bicarakan sama mbahmu dan paklikmu yo? "


Ian mengangguk dan mengusap air matanya, lalu mengikuti langkah sang nenek.


Bambang yang melihat mata sembab Ian pun angkat bicara.


" Halah... Jagoane mbah Prawiro kok lembek to iki... "


" Wes ndak usah terlalu di pikir le? Ngalor sana biar adem"


Sang kakek menimpali, tentu yang ia maksud adalah Asti.


Ian pun tersenyum kepada kakeknya, memang Ian ingin kesana, karna dari dulu hanya Asti lah yang menjadi tempat berkeluh kesah Ian.


"Asalamualaikum... "


Ucap salam Ian saat sampai di rumah Asti, sontak penghuni rumah di buat terkejut oleh kedatangan Ian, Asti dan bapaknya sedang berada di ruang depan, sedang ibunya masih sibuk di dapur.


" Lah... Kapan datangnya An? Sini masuk"


Ucap bapaknya Asti.


" Baru aja paklik, he he"


Ucap Ian sembari berjalan masuk ke dalam rumah dan duduk di sebelah Asti,


" Opo.... Mesam mesem, "


Goda Ian ke Asti.

"Mbuh! Ngapain pulang he? Setahun sekalian ae baru pulang"


Ucap Asti cemberut.


" Hadeh rame ini, ya uwis sing tua minggir ae, "


Seloroh bapaknya Asti.


" Teng pundi paklik? "


Tanya Ian basa basi.


" Madang he he, wis lanjut, paling sebentar lagi berantem kok kalian itu "


Jawabnya sambil berlalu menuju dapur.


"Sehat An? "


Ucap Ibu Asti dari dapur,


" Alhamdulillah Bulik? "


Jawab Ian, kini tinggal Ian dan Asti saja di ruang depan, sedangkan adik Asti tertidur pulas di depan televisi.


" Di luar ae mas, panas di dalam nih, "


"Ayuk"


Jawab Ian singkat, lalu mereka berjalan menuju sungai yang sudah mengering karna musim kemarau, di sungai kering dan setiap sisinya di tumbuhi pohon bambu membuat sinar matahari tak mampu menembus rimbunya dedaunan di sana, semilir angin menerpa dua insan yang sedang melepas rindu itu.



" Tumben mas sudah pulang, "


" Hu um, kangen kamu aku mbul"


" Iiih? Ngga mau ah di panggil mbul, "


" He he kangen manggil itu aku tuh"


" Bodo ah, pokoknya ngga mau! "


"Iya iya...? "


Ucap Ian sembari menjembel pipi Asti.


" Ntar ada yang lihat lo masku? "


" Biarin, kangen kok, "


" Di sayang dong? "


" Sini"


Ucap Ian, posisi sungai yang agak menjorok membuat keberadaan mereka tak terlihat dari rumah Asti, apalagi posisi duduk mereka terhalang pohon bambu yang rindang, membuat Ian berani meraih tubuh Asti dan memeluknya.


" Mas kapan bawa aku ke kota mas? Adek pengen kerja ih, "



"Nanti ya? Kamu mau ngga kalau jaga toko, "


" Apa aja yang penting ngga jauh dari mas. "


" Yo wes nanti tak beresin dulu tempatnya ya? Biar bisa di gunakan buat toko "


" Maksudnya mas punya tempat buat usaha? "


" Eladalah... Duite sopo dek? "


" La itu tadi ngomonge gitu kok"


" Ndak, gini lho dek? Bos mas itu sebenernya nyuruh mas buat ngerapiin rukonya, nah rukonya ini nanti buat buka toko, kalau pacarku yang galak ini mau... Nanti ya tak rapiin tempatnya, gitu lo? "


" Ish... Galak-galak juga di ciriin kok, he he trus, trus... "


" Ya kan mau buka toko biar adek ada kerjaan disana, kalau ndak mau ya mas ndak jadilah ngrapiinnya "


" Iiih? Mau masku? Ayok berangkat, sekarang besok atau.... Eemmmh"


Ian yang melihat tingkah gadisnya menjadi gemas sendiri, mau tak mau Ian harus menyumpal gadisnya dengan lumatan bibirnya,


Seketika Asti pun terdiam, matanya mengerjap indah dan meladeni lumatan kekasih yang setiap saat ia nantikan itu.


" Eeemh eeemh.... "



Cpak!

Lumatan bibir yang cukup lama pun terlepas.


" Iih... Nakal banget sih? Basah ni ah, "


Ian pun terkekeh melihat Asti berjalan cepat menuju rumahnya untuk membersihkan bagian tubuhnya yang terasa basah.


Tak lama ia datang lagi membawa segelas kopi untuk Ian.


" Awas ya, ndak boleh nakal lagi lo mas? Bikin basah aja, geli tau? "


" Apa deh, orang musim kemarau begini kok dek? "


" Au ah! Nakal. "


Jawab Asti cemberut, lalu Asti menyandarkan tubuhnya di tubuh Ian.



"Mas? Kakinya lurusin apa mas? "


" Kenapa deh dek "


" Lurusin aaah. "


" Ga berubah, tetep aja ngemesin kamu tuh, "


Sambil geleng kepala Ian merubah posisi duduknya, setelah itu gadisnya beringsut, kepalanya tepat bersandar di paha Ian, ia tak peduli kalau tempat itu tanpa alas sekali pun.


" Oey... Kotor itu... Haduh.... "


Ucap Ian, sambil mencoba mengangkat kepala kekasihnya.


" Lah? Kan aku yang rebahan, bukan mas? Terus masalahnya di mana mas? "


" Wes angel... Angel, "


Ucap Ian sambil mengusap mukanya sendiri.


"Lo? Kok ngusap muka, habis doa ya mas, "


" Iya do'ain kamu biar sadar, he he"


"Emang aku kesurupan? "


" Au deh, he he"


Setelah itu Ian mau pun Asti terdiam, Ian mengambil bungkus rokok di saku celananya, lalu ia cabut sebatang dan menyulutnya, setelah itu ia ambil gelas yang berisikan kopi hitam kesukaannya, Asti sendiri tangannya mulai usil, ia tak peduli keadaan sekelilingnya, jari tangannya mulai meraba bagian sensitif Ian, walaupun terhalang celana jeans tetap saja membuatnya berdesir.


" Dek? Jangan mancing ah"


"Mancing opo? "


"Ish... Kamu tuh, tu kan? Nanti ada yang lihat lo dek? "


Tegur Ian saat Asti mulai menurunkan resleting celananya.


Keluarin dikit aja sih mas, adek penasaran terus sama ini nih, "


Ucap Asti sambil menunjuk kepala penis Ian dan menyentuhnya.
Njirrrtt....kentang goreng disaos'in....😅😅😅
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd