Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
PART6


MUSIM PENGHUJAN

IANTONO
Uuugh, pagi ini terasa remuk sekujur tubuhku, sampai sampai mau duduk saja rasanya begitu malas, luka di tubuhku juga masih terasa nyeri, ah, terpaksa diam dirumah kalo begini keadaanku,
lalu bagaimana nanti kalau Asti tau keadaanku, aaargh..... alasan apa ini yang pas,
Sembari duduk kulihat kopiku sudah siap saji dimeja bekas belajarku dulu,
kuambil lalu kuminum, laah... jam berapa ini, kenapa
Kopiku sudah dingin, lalu aku keluar kamar untuk melihat jam dinding sekaligus keadaan,
sepi pikirku, pintu rumah juga tumben tertutup rapat, lalu kulihat jam,
Hasyu... Jam 10 ternyata, lalu Ku buka pintu dan keluar rumah,
Heeem ..... pantas saja cuacanya mendung begini,

Baru juga berdiri di depan rumah, Heru, Bayu dan Aris datang menghampiriku, Heru yang pertama melambaikan tangannya ke arahku,
aah, bakalan banyak pertanyaan ini mah,

Semalem pulang dari pendopo kan mereka ngga sempet ngobrol bareng denganku.
Lalu mereka bertiga menyalamiku bergantian,

" Kayak lebaran aja to cuk, pake salam salaman segala he he, "

Candaku pada mereka, mereka hanya tertawa menanggapi candaanku,
lalu mereka ku ajak masuk kerumah,
setelah duduk Heru langsung mencecar pertanyaan padaku, sedangkan Bayu dan Aris hanya menjadi pendengar saja,
Lalu mereka ku tawari kopi, tapi bikin sendiri kataku,
Aris menolak ngga enak katanya kalo bikin sendiri,
Lalu heru melimpali,

" Halah repot repot, sana Ris panggil Indriani aja, "

"Siiip" Kata Aris mengacungkan jempol kearah Heru,

Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka,
'bercanda ini anak anak,' pikirku.
Lalu Aris berdiri dan jalan keluar rumah seolah beneran mau manggil Indriani,

" Hoii cuk... Kamu nanti balik kesini kita udah abis kopi dua gelas lho ya..... "

Teriakku ke Aris,

Heru cengar cengir begitu juga Bayu, merasa pertanyaan Heru belum ku jawab, kini mereka berdua mencecarku lagi,
lalu kujelaskan dari awal, dari pertama gangguin Asti dan berakhir tumbangnya Jodi malam itu,
Dan terakhir kemarin pas pulang dari pasar aku dicegat Jodi di jalan arah ke kampung ini, yang artinya aku dicegat di jalan pinggiran hutan, dimana Jodi dan kawan satu sekolahannya melakukan pengeroyokan kepadaku,

"Untung mas Zaenal datang kalo ngga modyar aku cuk, " Kataku.

" Wah parah kamu Ian, un"

Tiba tiba ucapan Heru berhenti dan menatap kearah pintu, reflek aku juga menoleh kesana, cantik juga pacarku pake rok panjang begitu,
lalu aku beranjak dari tempat duduk,


" E eeh deek,"

Sapaku gugup melihat kekasihku yang baru saja datang dan disusul Aris dibelakangnya,
Dia tersenyum menatapku, lalu alisnya mengernyit setelah melihat keadaanku ku yang lumayan kusut dengan satu luka lebam di pelipisku,
Tak ada kata terucap dari bibirnya,
langsung ditarik tanganku ke arah dapur,

Sampai didapur aku langsung di tanyai kekasihku,

" Mas berantem lagi? "

"Nggak kok dek"

"Terus ini kenapa? Mas juga jalannya agak pincang gitu kok"
kekasihku terlihat khawatir sambil memegang lukaku,
Aku tersenyum melihat kekhawatirannya, lalu kupegang pipinya,

" Jatuh dari motor pas pulang dari pasar kemarin dek, untung kemarin mas ngga jadi mau ngajakin kamu deek, bisa habis mas diomelin ibu he he "

" Bener? Ngga berantem kan mas? "

Deeg, jangan jangan Aris cerita sama Indriani ini,

" Enggak sayaang.... "
Jawabku,

Kupikir nanti sajalah aku cerita, setelah temanku pada pulang, ngga mungkin aku bisa bohong ke kekasihku,

eheeeeem ....... dari arah ruang tamu terdengar deheman dari teman temanku, lalu teriak

" Kopi kapan jadinya hooy..... "

"Ntar cuuk, sabar, "

Jawabku dari dapur, sedangkan Indriani sendiri malah Mesam mesem,

" Dek boleh minta tolong bikinin kopi ngga, buat bos bos yang didepan itu, "

" Iya, masnya juga ngga? "

" Ehe he iya, Makasiiih, "
Muaach, kucium keningnya, dan dia tersenyum,

" Tapi temeniin, adek, ngga tau tempatnya lho,"

" Siap bu, he he "
Kuambil kopi hitam plus gula dari dalam lemari dapur,

" Mas ngga pake gula ya dek"
" Iya"
Setelah siap semua lalu kubawa empat gelas kopi keluar dari dapur dibelakangku Indriani mengekoriku sambil memegangi ujung kaosku,


" Cieee ciee takut banget ilang mas Ian nya mbaak, "

Celetuk Heru, membuat kekasihku merona merah mukanya,

" Mangkanya nyari cewek sana"

Jawabku menimpali ucapan Heru,

Setelah kopi habis teman temanku pamit pulang, takut mendadak hujan katanya, memang sih cuaca dari tadi mendung, lagi pula sebentar lagi kakek nenekku juga pulang dari ladang.

Tinggal aku dan kekasihku di rumah yang sepi ini, sepertinya Indriani juga menyadarinya, lalu dia berpindah duduk dipangkuanku,
'heem pengen di manja ternyata pacarku ini'.

" Deek, mas mau jujur tapi jangan marah ya, "

Seketika Indriani menatapku penuh tanya,

" Jujur tentang apa mas, "

" Ada deh dek, sebelum adek tau dari orang lain mas mau adek tau sendiri dari mas"

Lalu kuturunkan Indriani dari pangkuanku,

"Kekamar aja yuk,"

Ajakku, dan dijawab anggukan dari kekasihku,
Sampai dikamar dia langsung duduk dipinggiran ranjang,
Sepertinya Indriani sudah tak sabar ingin tau apa yang mau aku omongin,

" Ada apa to mas, bikin penasaran adek deh, "

Kubuka kaosku tampaklah luka lebam ditubuhku,
Sontak membuat Indriani menutup mulutnya dan matanya mulai mengembang dan meneteskan air mata,
Lalu kupeluk kekasihku, kujelaskan yang semua yang terjadi termasuk kejadian semalam juga,

Tak ada satu katapun keluar dari bibirnya yang menyela penjelasanku, hanya isak tangis tanpa henti yang semakin membuat sesak dadaku, ini yang kusuka dari kekasihku, ngga mau menyela apapun yang ku sampaikan, penurut lah menurutku.

" Mas gimana kalo masalahnya makin panjang, adek takut, adek nggak mau mas begini terus mas? Hiiks"

" Semoga ngga ya dek, udah ya jangan nangis ya? "
Kekecup keningnya untuk sekedar menenangkan kekasihku, pikiranku melayang entah kemana, benar kata kekasihku, tapi apa boleh buat semakin aku lemah semakin aku terinjak, menurutku sih,

Tiba tiba nenek memanggilku, udah pulang ternyata, tumben sampai sesiang ini pikirku, kupakai lagi kaosku,
Lalu kuhampiri nenekku yang baru saja menaruh peralatannya,

"Njih mbah"

"Udah makan belum le, terus itu lukamu masih sakit ndak, "

" He he belum mbah, udah ngga sakit kok mbah, "

Memang belum makan dari pagi sih, lalu kutanyakan keberadaan kakek,
"Ada diluar sedang membereskan pakan ternak "
Katanya,

" Makan dulu to le, itu simbah tadi pagi sudah masak"

" Njih, nanti bareng Indriani sekalian mbah, "

" Lho disini to? Suruh kesini le, "

"Njih mbah"

Lalu kuhampiri Indriani yang masih saja terisak, kuhapus air matanya,
dan kuajak ke dapur untuk menemui nenek,

Sampai didapur nenek sudah ngga ada ah dibelakang ini pikirku, benar saja kakek dan nenek sudah menungguku disana,
Kakek tersenyum melihat Indriani yang berjalan menunduk membuntutiku sambil berpegangan ujung kaos ku, Indriani menghampiri kakek nenek lalu menyium buku tangan kakek nenek dan kembali lagi kesampingku,

" Duduk nduk, " Kata nenek

Ku ajak Indriani duduk di kursi panjang didepan kakekku,

" Ndak usah malu gitu to nduk, namamu siapa nduk, "

Tanya kakekku, lalu dijawab kekasihku masih dengan malu malu, setelah itu kakek nyuruh nenek menyiapkan makan siang, dengan sigapnya Indriani ikut nenek kedapur membantu menyiapkan segala sesuatunya, sembari menunggu sajian siap,
kakek menanyakan lahanku sudah siap belum untuk ditanamin,
Aku jawab belum, lagipula belum hujan juga, paling dua kali hujan baru aku tabur pupuk, kakek pun mengiyakan pendapatku,
Obrolan pun berlanjut dimeja makan, Ada yang special kali ini, Indriani turut makan bersama dan suasana obrolan menjadi lebih hangat,

Selesai makan bersama, kakek mulai membahas masalahku dan membeberkan kenapa mas Zaenal dan paklikku bisa jadi teman dekat,
mangkanya dia mau ikut campur menengahi masalahku, dan menjamin Jodi tak akan mengulangi perbuatannya,

Ternyata sebelum berteman mereka sering adu fisik bahkan setiap ketemu mereka selalu duel, selalu saja ada alasan untuk berantemlah,
Puncaknya di Kota S mereka sama sama merantau disana,
waktu itu mas Zaenal dikeroyok preman terminal dan di tolong paklik, disitulah mereka menjadi teman dan sampai sekarang, bahkan cuma mas Zaenal yang tau dimana tempat tinggalnya paklik di kota S.

Dan kakek berpesan ke Indriani jangan pernah takut kalau aku ada masalah seperti ini, wajar anak muda katanya,
Obrolanku dengan kakek masih berlanjut, sedangkan indriani menemani nenek kedapur untuk membereskan bekas makan tadi,
Setelah itu kakek dan nenek bersiap untuk istirahat siang,
Tingggal aku dan Indriani yang masih asik bersendau gurau, tak lama hujan pun turun untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan kemarau,
tentu kami para petani sangat bersyukur dengan turunnya hujan,

" Dek, nanti kamu dicariin ibu ngga ini, "

" Nggaklah mas udah gede kok dicariin, ibu tau lah adek pergi kemana, lagian masih siang juga kan "

"Ngga di omelin ibu to dek, kalo adek main kesini terus,"

" Ih pede, siapa yang bilang kesini, adek kan ijinnya ke rumah Asti maas, "

" Modus he he " Kataku,

Cubitan kecil langsung mendarat diperutku,

"Dek mas kok lupa yah, "

" Lupa apa to mas, "

" Belum mandi, he he , "

'Plaaak' kini pundakku jadi sasaran kekasihku
"mandiiii !.... "

Wuuuis, galak nya keluar, daripada kena sasaran cubit lagi aku langsung pergi membersihkan diri,
Sementara aku mandi, kulihat Indriani langsung masuk ke kamarku,

Ntahlah setengah jam hujan turun, belum ada tanda kalau hujan mau reda,
setelah membersihkan diri aku masuk kedalam kamar , Indriani tampaknya enggan keluar dari kamarku, bahkan saat aku akan ganti baju juga dia ngga mau keluar juga, dia lebih memilih tidur tengkurap,
Yasudahlah kulanjutkan acara berpakaianku, kukecup pipinya lalu Indriani membalikkan badan dan tangannya merengkuhku,

" Mas diiingin, "

Aiih kode ini mah,
Lalu kupeluk kekasihku dari samping dan ku kecup keningnya sebentar dan turun kebibir, langsung disambut dengan ganas ciumanku,
sepertinya kekasihku sudah lihai beradu bibir, entah kenapa gairah itu begitu cepat naik, membuat pergumulan semakin panas, deru nafasku semakin memburu, kumasukkan jari jemari kedalam cd kekasihku,
sudah basah ternyata, kuloloskan celana dalamnya, perlahan kugosok belahan sempit vaginanya,

"aaaaach.... Maaas, geliii maaas aaagh.... "

"Adek mau lihat punya mas ngga, "

"Eeemh... Iyaaah, buka maas aaaah, "

Kuturunkan celana kolor yang ku kenakan, lalu duduk diranjang,
mata kekasihku nanar menatap batang yang sudah tegak menjulang milikku, lalu kekasihku bangun dari posisinya yang rebahan, kini dagunya bersandar dipundakku sesekali bibirnya mengecup pipiku, jari jemari mungilnya meraih batang kerasku,
lalu dielus dan dimainkan ujung pejalnya,

"Uuuugh.... deek, "

Terasa nafas hangat kekasihku kembali memburu,
Dikecup lagi pipiku pandangan matanya masih fokus kebawah, tingkahnya membuatku begitu gemas, kembali bibir kami saling melumat,
entah siapa yang memulai posisi sudah rebahan lagi tangannya masih asik memainkan batangku begitu juga tanganku masih memainkan belahan vagina basahnya, lenguhan dan rintihan menjadi irama syahdu dikamarku,

"Deek boleh nggak"

" He' em, adek milikmu mas, ambillah sayang, "

Paha kekasihku sudah dilebarkan sendiri olehnya, matanya nanar memandang keindahan belahan rapat vagina basah dan tembem milik kekasihku,

"Iiiih jangan diliatiin terus dong maas, "

" Tembem basah bikin gemes tau deek "

ku gesek belahan sempit itu dengan batang pejal ku,
Tak sabar memang tapi aku ingin menikmati saat pertama ragaku menyatu dengannya,
perlahan kumasukkan ujung batangku,

"aaaah ...... maaas... "
Baru juga masuk ujungnya,

Tiba tiba kudengar suara langkah kaki memasuki rumahku, lah suara dari luar rumah berartii.... Dug, dug, duug, langsung kunaikkan celana kolorku begitu juga Indriani
"Ada yang datang dek, cepet dipake yuk, "
Kulihat exspresi kecewa dari kekasihku, cepat diturunkan rok panjang yang tadinya cuma disingkap keatas,
cd nya malah diselipkan dibawah bantal bukannya dipakai membuatku tersenyum geli melihat tingkahnya,

"Heeeem, "

Saking gemesnya ku jembel hidungnya,
Malah dianya menjulurkan lidah langsung kukulum lidahnya, bukannya menghindar malah dibalas dengan lumatan bibir indahnya, sampai lupa kalau ada yang datang,
Aktifitas kita baru terhenti ketika tamu mengucapkan salam,
Aaah syukurlah, itu suara Asti, akupun keluar dari kamar,

"Hayooo pada ngapain hujan begini didalam kamar, awas jadi adek loo, "

" Brisik kamu Mbul he he, "

jawabku sambil tersenyum,

" Mana bojomu mas? Kok nggak keluar, tidur ya? berapa ronde emangnya to mas, "

Tak ku jawab ocehan gadis cerewet di depanku, malah kutoyor jidatnya,

" dikamar tuh, mesum banget dah pikiranmu Mbul, lagian kamu ujan gini ngapain malah keluar he he, "

" Wew... kalian tuh, kalau udah nempel suka lupa punya temen jones! "

" Curhat mbaak, he he, "

Plaaak!
Heeem kena sasaran tampar juga pipiku, pelan siih,
Parahnya lagi habis nampar cowok orang dia langsung pergi kekamarku , ah palingan nyampe dalem pada jambak jambakan biarin deh, mending ngudut dulu aja,

Heem, benerkan nyampe dalem kamar langsung ribut, habis dah pacarku dicengin sama Asti,

" Mas Ian kesini!.... "

Nahkan, ngapain Asti teriak begitu, lalu aku masuk kamar,

" apa sih Mbul? "

Indriani sendiri menutup mukanya dengan bantal, sedangkan Asti dengan santainya menunjukkan cd punya Indriani kepadaku,
Heem, gawat akut ini,

" Kalian jorok banget sieh, dan kamu juga In! tak laporin ibumu kopak loh, "

Hadeeeh, aku cuma geleng kepala melihat tingkah Asti, gimana juga caranya dia bisa dapet itu cd,
padahal tadi kan diumpetin Indriani,
kulihat Indriani malah cengar cengir nanggepin ocehannya Asti,
Baru sadar aku, pantes bantal yang buat ngumpetin cd malah buat nutup muka,
Kapok ketahuan pikirku,
Dengan entengnya Indriani menjawab ' biar dinikahin kok'
hadeeeh, nekat sekali pacarku ini.

Dalam hati aku lega Asti nggak tau masalahku kemarin, seandainya tau pun pasti dari Indriani dan pastinya plus penjelasan. Kita bertiga akhirnya keluar dari kamar, kedua sahabat kental itu pergi kedapur untuk masak mie instan, laperkan jadinya,
acara makan pun jadi bahan bullian buat Asti, yang katanya sok pamer kemesraan lah, makan seporsi berdua lah, yang sok perhatian nyuapinlah,
ah, memang ni anak satu suka rese kalo udah ngumpul bertiga, bikin suasana rame siih,
apalagi Indriani sudah pasti jadi sasaran empuknya,
menjelang jam tiga baru kita bubar,
kebetulan juga hujan sudah reda dari tadi, setelah dari rumahku kita mampir sebentar kerumah Asti lalu aku antarkan kekasihku pulang.

*******************

Ditempat lain, saat hujan siang ini,

Didalam toko yang tutup karna sedang hujan lebat yang hanya sedikit terbuka pintu belakangnya saja,
Tampak dua insan sedang asyik memacu birahi liarnya,
hanya beralaskan kardus tapi tak mengurangi keliaran mereka,

Tak ada pakaian terlepas dari tubuh mereka hanya satu celana dalam saja yang yang terlihat nyangkut di tumpukan kardus,
Dengan kondisi hujan lebat tentu membuat mereka bebas melenguh dan meraung nikmat, siwanita hanya memakai daster tanpa lengan,
memudahkan pejantannya menikmati kemolekan tubuh wanita itu, tinggal singkap daster dan lepas cd, beres.

Dengan posisi nungging sipejantan terus menyodok liang nikmat wanitanya dari belakang,
tak perduli erangan yang keluar mulut siwanita,
sodokan yang keras bertenaga membuat si pejantan itu kelelahah dan mengurangi kecepatannya,

" Hoosh hooosh, pegel aku deek "

" Aaah ayo kaangh... Sebentar lagi kaaangh aaaaah, "

Wanita itu terus merajuk manja kepejantannya,
Bukannya menuruti siwanita yang sedang merangkak penuh nafsu dibawahnya malah seakan akan lelaki itu memancing wanitanya agar lebih binal,
Batang pejalnya dikegel kegelkan didalam memek tembem siwanita,
" Aaaaaugh kaaangh.... Aaaah... Enaaaak kaaangh... Ayo aaaaaach aaaach sodok lagi kaangh aah... "

Tak ayal membuat wanita itu merangsek dimaju mundurkan bokong yang semok itu, sesekali diputar bokongnya membuat si empunya batang mendesis tak karuan,

Lagi dan lagi digeol bokongnya tak lama si wanita menjerit panjang kepalanya mendongak keatas matanya membeliak tinggal putihnya saja yang terlihat,

"Uuuuuh... Aku nyampe kaaangh.... Aaaaach aaaach.... "

bokong sekalnya mengejat berkali kali, yah wanita itu mencapai orgasme hebatnya,

Disaat menikmati sisa kenikmatan yang belum habis sipejantan malah memulai lagi aksinya,
vagina temben yang sudah basah kuyup itu kembali dirojok batang kerasnya dari belakang,
membuat wanitanya semakin merintih dan memekik
tak karuan.

"Iiih gelii kaangh iiiih... Aaaaagh... Teruuush.. Enaaak kaangh.... Aaaaah aaah.... "

Hujan belumlah reda, tanpa mereka sadari sepasang Mata mengawasi mereka dari balik pintu toko yang hanya setengah tertutup itu,
Tentu suara erangan nikmat dari keduanya pun cukup jelas terdengar dari balik pintu yang jaraknya cuma satu meter dibelakangnya,

"Aaaaaagh ..... kangh, hamili aku ahh...... geeliii aaah "

'Plook, ploook, uuuugh' " iya deekh.... Uuuuuh, "

Racauan keduanya semakin liar apa lagi setelah pejantannya mempercepat tempo sodokannya,
benar benar membuat wanita itu lupa diri,

" Aaaaah kang, puasi aku aaah..... Suamikuh paayah kaaangh... "

" Jangan kenceng kenceng ngomongnya deek, hoosh hoosh.... "

" Biarin kang, biar suamiku denger, aaaaah ....
biar tau kalo tempik istrinya di masukin orang lain aaah... Cepetin kangh, cepetin lagiiii... aaauuugh... aku mau nyampe lagi kaaagh... Aaaaah... aaaaghhh,"

Tubuh wanita itu seketika langsung mengejang, dan roboh di lantai yang beralas kardus, Ciaran memeknya kembali merembes dari lobang yang sudah sedikit terbuka dan basah akibat cairannya sendiri,

Sipejantan langsung menindih wanita itu dilumat bibir wanitanya dengan buas,
lalu ditelentangkan wanita itu dengan kedua kaki ditekuk sampai bokong wanitanya ikut terangkat, diarahkan batang pejalnya kelobang basah wanita itu, 'bleees' lalu diam tak bergerak,

" Uuuuh... enaak banget dek.... Auuuh... Kalo begini aku ngga peduli ada suamimu datang deek, nggak akan kulepas batangku ini, sampai kamu lemes deek "

Digenjot perlahan lubang wanita itu lalu di genjot lagi dengan kecepatan tinggi, akibatnya wanita dibawahnya langsung blingsatan,
tanggannya menggapai bokong sipejantan dan ditarik agar lebih kencang, tatapan matanya sayu dan binal, menambah gairah lelaki itu makin menggebu,

" Iya kang ayo genjot yang kenceng kangh.... tempikku udah gatel kaangh... Aah... Aaaah... "

" Heegh heeegh... Tempikmu makin enak deek uuuuhh tambah sempit kalo beginih... Uuuuugh "

" Uuuuugh uuugh.... Kontolmu juga makin manteb kaaangh.... ayookh ayookh aaaaach aaach.... Pejuhiin kaaangh aku ngga kuuuat, aaaach.... Buat aku hamil kaaangh... Aaaaaah, aaaah aaaaaach..... "

Akhirnya wanita itu menggelepar dan mengejang bokongnya sampai naik tangannya menekan kuat bokong si pejantan agar tusukan batangnya lebih dalam masuk ke memeknya,

"Uuuugh aku ga kuat deek, aaaaah, aaah, aaaakh....
Hooosh hoooosh hooosh.. "

Setelah mencapai puncak kenikmatan bersama lelaki itu melepaskan kedua kaki wanitanya, batangnya yang sudah muntah itu masih menancap kokoh diliang wanita di bawahnya, kaki keduanya di selonjorkan sejajar,

sesekali silelaki menggerakkan tubuhnya naik turun, sambil berbicara dengan wanitanya, membuat siwanita melenguh manja, ungkapan kepuasan pun terlontar dari mulut keduanya,
sampai batang itu terlepas sendiri dari himpitan memek tembem yang basah itu,

Membuat si pengintip tak kuat melihat dan mendengar ungkapan begitu puasnya mereka mengumbar birahi, lalu sipengintip beranjak menjauh dari tempatnya.

Entah apa yang dirasakan sipengintip sehingga dia berjalan gontai dibawah derasnya air hujan.
Sementara itu dua insan yang baru saja mengarungi nikmat birahi itu sama sekali tak menyadari yang terjadi diluar ruangan itu,
dengan santainya berbenah diri dan sesekali berkata vulgar kepasangannya,
Bahkan saat silelaki mau melangkah keluar dari dalam toko tangannya masih sempat menowel nonok wanitanya,
yang entah kenapa cdnya pun belum di pakai, sontak siwanita menjerit manja kelelaki itu.

***********



INDRIANI

Malam setelah dari rumah Iantono

Aku senyam senyum sendiri dikamarku, membayangkan kejadian siang tadi dirumah pacarku, aku lebih memilih diam dikamar daripada nonton acara tivi, lagian ngga mungkin juga mas Ian kesini,
Aku senang kakek neneknya begitu hangat kehadiranku, apalagi sang nenek,
banyak yang disampaikan tentang kekasihku, perubahan setelah kenal aku dan sebelumnya,
Katanya aku kayak vitamin buat cucunya,
sekarang mas Ian lebih giat kerja dan kebiasaan diamnya menghilang,

Bahkan buat beli perlengkapan tani saat ini sudah bisa ditangani sendiri sama mas Ian,
Cewek mana coba yang ngga seneng anggota keluarga pacarnya ngomong begitu,
Informasi dari Asti aja sudah bisa membuat aku kesengsem sama mas Ian,
ditambah neneknya ngomong begitu.
Tapi kalo dipikir kasihan juga jalan hidupnya ngga kayak anak anak yang lain, hidup bareng keluarga berkeluh kesah sama keluarganya,
Ada bagusnya sih, dia didik nggak manja sama kakek dan neneknya,

Pantes juga mas Ian ngga tinggal diem temennya diresein orang, orang kakeknya selalu ngajarin jangan takut kalau ada yang merendahkannya,

Pengen rasanya cepet dilamar sama mas Ian biar cepet resmi,
Tapi Katanya dia pengen nyiapin semuanya, buat nanti kalo sudah waktunya berkeluarga.
Sekarang sudah mulai sih ngumpulin bahan, pengen bikin gubuk sendiri katanya,
sekalian biar umurnya Dua puluh tahun dulu,

Heeem lama siih masih satu tahun lebih,
Kuat nahan ngga mas Ian yah, tadi aja udah hampir kejadian, jadi geli sendiri inget yang itu, hi hi,
Ntah jam berapa, diluar seperti ada tamu, seperti suara pak Carik ( perangkat desa) ada apa yah, ah biarinlah pikirku,

Samar samar kudengar obrolan orang tuaku dengan pak Carik, kok bawa namaku, bikin penasaran aja, bengan seksama kudengarkan obrolan mereka,

'Deeeg, '
mataku meremang mendengarkan obrolan mereka, dadaku sesak seketika, disaat rasaku kucurahkan untuk kekasihku, dengan impian indah bersama untuk masa depan,
Tiba tiba ada yang datang bermaksud ingin melamar,
' nggak, aku ngga akan pernah mau! '
Aku keluar kamar, daun pintu kututup dengan kasar 'jedeeer'
tak ku perdulikan semua mata memandangku, bahkan hardikan bapak tak ku dengarkan, tak perduli juga malam hari aku keluar rumah, langkahku terhenti setelah ibu memanggilku dengan tangis paraunya,

" Naaak jangan pergi, jangan begini naak? pak Carik baru rencana kok? Ibu tau kamu sama nak Ian,
ibu juga setuju dengan hubungan kalian, nanti ibu bicarakan sama bapak ya nak, sekarang kamu masuk ya? "

Kupeluk ibu, tangisku pecah dipelukan ibuku, memang selama ini yang tau hubunganku dengan mas Ian hanya ibu saja.

"Bu? Ijinin Iin nginep di rumah Asti ya, "

" Ya sudah ibu antar sampai jembatan deket rumahnya ya? Udah jangan sedih ah, malu nanti kalo ada yang lihat, "

Aku peluk ibu, sesak didadaku sedikit terobati oleh sikap lunak ibu, dan aku tau sepulangnya nganterin aku,
ibu nanti pasti berdebat dengan bapak,

Kalau aku bisa berkeluh kesah dengan ibu, bagaimana mas Ian?
Dia akan merasakan sakitnya sendirian, ngga tega aku jelasinnya, isakan tangisku kembali terdengar, lalu ibu kembali memelukku,

" Kenapa lagi naak? "

" Kasihan mas Ian bu? "

" Pacarmu kuatkan? Percaya sama ibu dia ngga apa apa,
belum tentu pak Carik jadi jodohin anaknya sama kamu kok nak, baru rencana saja,
lagi pula anaknya pemalas ngga pernah mau bantu orang tua juga, ibu juga kurang setuju sebenernya nak, "

Aku hanya diam tak menanggapi ibuku,
tetap saja aku takut walau bagaimana pun keputusan ada di bapak, aku tau seperti apa watak bapakku,
Sampai di jembatan dekat rumah Asti ibu langsung pulang.
Entah nanti aku cerita ke Asti atau tidak, saat ini aku hanya ingin menenangkan diri ku, kalo perlu aku tidur di rumah mas Ian sekalian.


*************





Ditempat lain
Jiaancuk, aku harus jajal anak itu, aku masih penasaran seberapa kuat dia, sepertinya umur juga masih sepantaran sama aku dan Jodi, tapi dia lumayan tangguh juga,
Pantas saja Jodi kalah telak melawan anak itu sendirian,
Dihajar berdua saja masih sanggup ngimbangin, walaupun akhirnya tenaga dia tekor juga,
aku salut siih staminanya kuat,

Yah memang dia tak ada masalah denganku,
dan tak seharusnya aku balas dendam sama dia,
tapi demi rasa penasaranku akan ku jajal sekali lagi, itung itung kenalan lah, he he,
Lagi pula ini akan jadi urusan pribadiku dengan anak itu, tak ada urusan dengan Jodi lagi, apalagi dengan orang yang nolong anak itu,




Bersambung....
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd