Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
wuuahhhhhh........lebih menarik lg,.klo ian punya semacam kekuatan tersembunyi gitu huu...misalnya kaya mata sharingan gitu,,kaya di treead nya si jago....saran ajja lhoo huu
 
Jalan Nan Terjal

Part12



rbDDbnu.jpg









Sementara itu siangnya setelah semalam pesta di pos polisi hutan Bayu dan Aris dibuat terkejut mendengar khabar kalau anak pak Carik menderita luka yang sangat parah, terutama dibagian vitalnya, bahkan sampai siang pun belum ada khabar pasti pelakunya.
Baru tadi pagi Iwan ditemukan tak berdaya di pinggir jalan hutan dengan kondisi yang memprihatinkan
dan saat ini sedang dilarikan ke rumah sakit, untungnya nyawa Iwan masih bisa terselamatkan.
Mendengar semua itu Bayu dan Aris langsung pergi ketempat Ian, jelas saat ini mereka curiga Ian pelakunya.
Sesampainya ditempat Ian pun mereka tak menemukan orang yang mereka cari,

" Weleh sepi Bay kemana si Ian yah. "

"Iyo Ris. yo wis langsung ke Jodi aja, sepertinya kita harus bahas masalah ini sama Jodi. "

"Kok kesana Bay apa hubungannya coba, "

"Dah jalan aja kesana Ris, cari pencerahan barang kali nanti ketahuan siapa pelaku yang pasti, kan kita berharap bukan Ian yang melakukan toh? "

Aris mengangguk setuju lalu mereka lanjut ke rumah Jodi untuk mengabarkan kejadian itu.
Belum sempat kedua pemuda itu menyapa tuan rumahnya, tapi mereka sudah di sapa terlebih dahulu oleh Jodi yang kebetulan sedang berada di teras rumah.

"Woy! Ngga ada kerjaan amat kalian siang-siang kesini! "

"Gawat ah Jod! Iwan luka parah. Sekarang lagi dirawat orangnya, aku takut Ian pelakunya mangkanya kita kesini, "

" Terus apa hubungannya sama aku dul.... "

" Rencanane piye kalo Ian kasus, piye toh!"

Timpal Aris agak kesal dengan jawaban Jodi,

" Walah iyo, Yo wis lanjut. Mendingan sementara ini Ian ngga ada sih, kalau memang dia pelakunya bisa diserang orang kampungmu Ris he he, "

Kata Jodi cengar cengir,
Beruntung Jodi ada di rumah dan Jodi akan membahas hal itu bersama Zaenal karna sangat berbahaya kalau memang Ian pelakunya sudah pasti pula Ian akan berurusan lagi dengan hukum.

"Gimana ini Jod. Ian juga ngga ada di rumah soalnya, kok felling ku ada hubungannya sama Ian ya Jod. "

Kata Bayu cemas.

" Belum tentu ah Bay! tunggu kabar dari rumah sakit aja, sekalian nanti kamu mampir lagi ke rumah Ian, kalau orangnya ada kamu langsung bawa pergi dulu buat jaga-jaga "

Jodi menimpali ucapan Bayu.

"Apa mungkin dia di tempat Heru ya Bay, "

Aris menimpali obrolan kedua temannya itu.

"Heleh! mana mungkin toh Ris, kan Heru jarang di rumah juga, "

Ucap Bayu, sedangkan Aris masih kekeuh dengan pendapatnya.

"Bay mending ke rumah Heru deh, sekalian tanya ke Indriani barang kali dia tau sesuatu kan pas tuh Iwan sama Ian kan ributnya karna Indriani, ya to? dah kesana aja yuk. "

Sejenak Bayu dan Jodi saling pandang lalu tersenyum dan mengiyakan ajakan Aris.

" Kamu mau ikut kesana ngga Jod. "

Tanya Bayu kemudian,

" Ngga lah Bay, ngga kenal juga males."

"Yowis"
Ucap Bayu.

Lalu Bayu dan Aris pergi meninggalkan rumah Jodi dan kembali ke rumah Ian, namun hasilnya sama saja ditempat Ian hanya ada kakek dan neneknya, dan menurut kakeknya dia pergi dari kemarin sore hingga sekarang belum pulang ke rumah.

Tentu apa yang dikatakan kakek Ian menambah keyakinan kedua temannya kalau memang benar Ian terlibat masalah dengan Iwan, bukan urusan mereka sebenarnya, tapi demi persahabatan se bisa mungkin melindungi temannya, apalagi Ian bukanlah type penjahat, pasti ada sesuatu yang membuat Ian seperti itu.
Setelah berpamitan mereka langsung menuju rumah Heru, jawaban yang sama pun mereka dapatkan. Malahan Heru yang mereka cari pun tak ada di rumahnya, maka tujuan akhir adalah pacar Ian.

Untung mereka ketemu Indriani sebelum memasuki rumahnya, tanpa babibu kedua teman Ian langsung menanyakan keberadaan Ian,

"In lihat Ian ngga, tak cari di rumahnya kok ngga ada ya? "
Pertanyaan Aris yang tampa basa basi itu cukup membuat Indriani bukan main kagetnya,

" Eng e enggak tau Ris! "

Indriani Terlihat gugup dan sedikit ketus menjawab pertanyaan Aris.

" Ooh ya wis lah he he he, "

Melihat gelagat Indriani Aris yakin Indriani pasti tau keberadaan atau paling tidak tau sesuatu yang bersangkutan dengan terlukanya Iwan semalam.

Biarlah, walau pun jawaban yang mereka dapatkan tak memuaskan, tetapi ada yang aneh pada Indriani, matanya terlihat sembab seperti habis menangis semalaman.

Cukuplah bagi Bayu dan Aris mereka tak ingin melanjutkan pencariannya, mereka hanya bisa berdoa agar tak terjadi apa-apa dengan Ian karna memang niat mereka berdua hanya ingin mencari kejelasan temannya bukan untuk menyerah kan Ian ke yang berwajib itu pun kalau memang Ian pelakunya.


Satu minggu pun berlalu setelah kejadian itu Ian belum juga menunjukkan batang hidungnya, membuat ketiga teman juga kedua gadis yang dekat dengan Ian begitu cemas.
Sedangkan Iwan anak pak Carik sudah pulang kerumah setelah menjalani pengobatan lukanya, dan warga kampung sudah mulai tau penyebab anak dari orang yang dihormati di kampung itu terluka parah, tapi tak ada reaksi dari warga mereka cuma menyayangkan saja kenapa Ian bertindak seperti itu.

Dan setelah kepulangan Iwan ada beberapa pemuda datang kekampung, ada yang sekedar besuk Iwan ada juga yang menemui pemuda kampung menanyakan rumah Ian.


Sore hari tampak dua pemuda sedang duduk di atas pembatas sebuah jembatan, memang seperti itulah kebiasaan muda mudi di kampung setelah selesai menjalankan aktifitas.
Biasanya mereka berkumpul di jembatan yang lumayan panjang, duduk santai dan berbincang sambil sesekali menghisap rokok, tak seperti biasanya mereka hanya berdua saja.
Mereka asik berbincang dan tak menyadari kedatangan tiga pemuda asing.
Pemuda yang entah dari mana datangnya tiba-tiba menyerang kedua pemuda itu, bahkan mereka tak sempat melawan.
Serangan yang mendadak dan membabi buta itu membuat mereka gelagapan, dan akhirnya kedua pemuda itu meringkuk tak berdaya.

Satu pemuda asing yang berbadan tegap menghampiri dua tubuh lemah dan sedang meringis kesakitan, bahkan untuk berdiri pun tak sanggup lagi, dan sekali lagi kaki pemuda itu menendang salah satu pemuda yang sudah tak berdaya itu, dia jongkok dan memegang kerah baju pemuda yang tak lain adalah Bayu.

"Hoy ndes!! Rumah Ian dimana! Cepet jawab!! "

Diam itulah yang dilakukan, Bayu tak menjawab pertanyaan itu, Bayu malah tersenyum sinis kepada pemuda yang telah menghajarnya.

Buuugh!!

Lagi. Pukulan telak mendarat di pipi Bayu, lalu pemuda itu menghampiri Pemuda yang kondisinya tak jauh berbeda dengan Bayu.

"Kamu! Antar kami ke rumah Ian cepat!!! "

" Ha ha ha... Ora sudi cuk!! Cuih."

Tentu jawaban dari pemuda itu mengundang reaksi dari ketiga pemuda yang mencari Ian, Aris lah namanya teman dekat Ian yang langsung menjadi bulan bulanan dari ketiga pemuda itu.
Rasa setia kawan mereka berdua berakibat fatal mereka babak belur di hajar orang.
Dan sore hari terjadi keributan di rumah Ian, ternyata pencarian mereka tak berhenti setelah menghajar Bayu dan Aris, dan entah dari mana mereka tau rumah yang di huni oleh kakek Ian, yang jelas mereka juga sempat menyerang sang kakek.






IANTONO


Hari pertama di tempat yang begitu asing membuatku tak begitu nyaman banyak pertanyaan pastinya dari sang empunya rumah.
Heeuh...
Ini semua karna paklik ngga cerita masalah yang sedang menimpaku ke pak Yanto.
Sehari dua hari masih saja diam di rumah orang membuatku sangat tidak enak hati, mana paklik juga ngga datang lagi setelah mengantarku kesini,
Aah... mending aku cari kerja saja kalau begini.

Sore hari nanti setelah pak Yanto pulang kerja rencanaku ingin minta bantuan mencarikan kerja untukku, memang mereka orangnya ramah dan sedikit membuatku terhibur karna tingkah pasangan suami istri itu kalau sudah ngumpul ada saja bahan candaan buat mereka.

Melihat kebersamaan keluarga ini membuatku teringat kekasihku
Hais... Semoga dia baik-baik saja disana.
Entah kapan aku akan kembali lagi menemuinya, saat ini rasa takutku bahkan lebih kuat dari apapun bahkan untuk pulang pun aku benar-benar tak berani sebelum masalah yang disana selesai aku akan tetap dalam pelarianku sendiri.
Huuuf.. Semoga aku sanggup semoga Indriani dan Asti juga keluargaku dan teman-temanku tak direpotkan dengan masalahku.

"Oooy! Ngelamun ae toh mas, nih ngopi dulu biar ngga ngelamun he he he.. "

Tiba-tiba dari arah belakang bu Dara datang membawa segelas kopi dan lumayan membuatku kaget dengan caranya menyapaku, aneh dia malah tertawa melihat tingkah kagetku apanya yang lucu sih, aku tersenyum menerima segelas kopi itu dan garuk-garuk kepala yang ngga gatal, lalu bu Dara duduk disebelahku tentu saja membuatku grogi karna cara berpakaiannya lumayan mencolok untuk ukuran orang kampung sepertiku ini.

"Oi ngelamun lagi? Ono opo mas lha kok ngelamun terus, pacarmu hamil toh mas, hi hi hi "

Jegeeer...
mak jleb bener pertanyaan terakhir bu Dara ini, lagi-lagi bukannya aku jawab pertanyaan darinya aku malah bengong, pertanyaan itu berhasil membuatku teringat perbuatanku belakangan ini dengan Indriani, lah kalau dia hamil gimana?
Aku tersadar kok omongan dari tuan rumah ngga ku jawab.

" Eeh, eem anu bu bb bukan itu bu, "

Jelas aku tergagap ditembak pertanyaan seperti itu hadeeeh..

" b b bebeb maksudnya? Ih kamu nakal ya bilang aku bebeb hi hi"

" He he bukan itu bu? "

" Ba bu ba bu, kapan aku dadi ibumu mas? Panggil mbak aja, biar kelihatan muda hi hi hi"

"Iya bu eh mbak he he"

Jelas saja aku gugup selama ini aku jarang berbicara dengan orang asing.

" Eem maaf mbak terminal bus dari sini jauh ngga ya"

" Eeh lho kenapa? Mau pulang masnya? "

"Iya mbak tapi nanti kalau udah kerja, kan saya ngga tau apa-apa disini he he... "

"Ealah nanti tak coba tanya bojoku biar kamu dicariin kerja yo? "

Nahkan, niat hati mau nanya sendiri malah ditawarin sama istrinya, ku iya kan saja keinginannya toh aku nanti terima jadi saja,
Setelah ngobrol panjang Lebar dan gelas kopiku pun sudah kosong akhirnya bu Dara pamit untuk istirahat siang.

Sore hari setelah selesai membersihkan diri aku dipanggil pak Yanto, aku langsung ditawari kerja di tempat pemotongan ayam, entahlah yang jelas besok aku bisa langsung kerja disana dan pastinya aku kesananya juga bareng pak Yanto.
Obrolan pun berlanjut hingga malam hari suasana yang hangat penuh dengan candaan benar-benar membuatku lupa akan masalahku di kampung sana, akhirnya pak Yanto menyuruhku istirahat biar besok siap beraktifitas di tempat kerja.

Pagi yang cerah mengawali aktifitas pertamaku suasana baru kerjaan baru dan orang-orang yang sama sekali tak kukenal tapi menurutku ada yang aneh, kenapa mereka memandangku seperti itu? ah sudahlah, toh mereka tidak melakukan hal yang membuatku jengkel.

Hari ini juga aku langsung diarahkan pak Yanto untuk dibimbing oleh karyawan lama kebetulan juga dia cewek yang menurutku lebih dewasa daripada aku, ngga sempat kenalan sih tapi lumayan cantik dan keibuan, loh kenapa aku malah mengaguminya? Tapi memang cantik sih.
Iseng ku tanya ke mbaknya, mudah-mudahan dia ngga judes orangnya.

" Mbak tolong kalau aku salah di kasih tau ya? Soalnya baru pertama kerja begini mbak? "

"Iya mas, kan tadi pak Yanto juga nyuruh aku buat ngajarin sampean mas? Piye toh mase iki"

Haiiis, beneran dia ngga jutek sukur deh sekali jawab sambil senyum dianya, kan lumayan juga buat hiburan biar aku betah juga disini.

" Loh iya ya he he, ngomong-ngomong mbaknya namanya siapa toh mbak, terus itu pak Yanto disini di bagian apa toh. "

Entah, saat ku tanya posisi pak Yanto si mbak malah menatapku heran sambil menggelangkan kepala, jelas membuatku salah tingkah di buatnya.

" Kok malah gitu mbak, bukannya di jawab?"

" Gimana ngga bingung aku mas, sampean kesini sama dia lha kok ngga tau siapa pak Yanto toh mas, memang sampean itu ngga nanya apa-apa, maen langsung masuk kerja gitu aja to mas."

"Iyo ki mbak he he, lha kenapa to? "

"Itu bosmu mase? Hadeeeeh kerja kok ngga tau bosnya ki piye. "

Duaaar!! Ternyata pak Yanto bosku toh, pantesan orang-orang tadi pada aneh ke aku, haiiis asem.

" Terus nama mbak sopo?"

"Mbuh! Ayo kerja malah ngajakin kenalan kamu ini. "


Aku pun mengiyakan ajakannya maklum anak baru kan harus nurut sama seniornya biar cepet pinter he he he.

" Siap laksanakan mbak Mbuh he he he"

Plaaak!!

Tiba-tiba tangannya sudah mendarat di kepalaku dengan tatapan mata agak melebar,

"Adaoow! Kok sadis toh mbak? "

"Nama ku bukan Mbuh! "

Laaaah dia sendiri yang bilang gitu piye toh ki hadeeeeh, Asti kedua ini modelnya.
Mesti siap-siap ajur aku kalau begini, eh Asti?
Haais.... kok jadi pengen pulang ke kampung jadinya.

Sehari dua hari akhirnya aku tau nama si mbak, dia biasa di panggil Her entah siapa nama lengkapnya.
Makin lama semakin aku dekat dengan mbak Her, dan pak bos menyadari itu,

Satu minggu telah berlalu sekarang aku tak lagi di dalam pemotongan ayam melainkan ikut mencari pasokan ayam didaerah menggunakan mobil truk, semua karna bos Yanto, sepertinya ada sesuatu karna dalam satu minggu ini mbak Her lumayan dekat denganku.

Yah. aku tau dari mbak Her cewe yang selama satu minggu mengawal kerjaanku, ternyata pak Yanto adalah pemilik perusahaan pemotongan ayam itu.
Hem... untung aku ngga macam-macam disini, bisa langsung di suruh pulang kalau aku bikin ulah.

Waktu terus berlalu, sore itu paklik Bambang datang ke rumah pak bos Yanto, tapi sayang aku belum pulang.

Paklik hanya titip pesan agar aku segera pulang, entah ada apa disana. Yang jelas pesan itu membuatku penasaran, tapi kok ya tanggung banget.

Padahal hari minggu nanti mbak Her ngajak ketemuan,
Uugh... Yang mana dulu yang harus kukerjakan.

Tapi emang tanggung sih, besok udah malam minggu, hais... Baiklah aku tunda saja pulangnya, kasihan mbak Her kalau aku bohongi, kan sayang toh.
Mayan buat hiburan dari pada aku kepikiran yang di rumah terus.

Malam minggu yang ku nanti akhirnya datang juga, aku bersiap diri ketemuan dengan mbak Her, wanita yang pertama kali ketemu galaknya nggak kira-kira itu sekarang ngajak aku malam mingguan.

Fiuuuh... Jujur aku juga ingin seperti pemuda yang lain, tidak seperti ini, terlalu banyak meninggalkan masalah membuatku agak tegang.

Selepas magrib aku jalan kaki menuju tempat yang sudah di tentukan oleh mbak Her, aku sih terima bersih saja, lagi pula aku mana tau tempat yang bagus buat nongkrong.
Kurang gimana coba, seorang cewek ngajakin ketemuan kok di halte, kayak ngga ada tempat lain saja, tapi ya kembali lagi. aku kan ngga tau apa-apa jadi ya ngga bisa protes.
Dan dari awal aku menunggu seorang diri, sudah dua puntung rokok terbuang dari tanganku, itu tandanya sekitar setengah jam aku duduk menunggu kedatangannya.

"Hoy... Sudah lama nungguinnya? "

Aku kaget dia datang dari arah belakangku, tak ku jawab juga sapaannya, aku malah bengong melihat penampilan mbak Her malam ini.
Cuantiik, ayu ah... Apa lagi ya? Ah tapi masih kalah sama Indriani. Dia kan wanita istimewaku, jadi ya semua kalah sama dia he he he...

"Hoy!! Malah bengong. Mau jalan ngga? "

" Lho aku kesini kan jalan kaki mbak, emangnya mau jalan kemana lagi to? "

"Terserah aku to, kan aku yang ajakin, weeek. "

Lah malah becanda pakai melet segala, kan aku jadi inget cipokan sama Indriani, heuuuh... Sepertinya mbak Her ini bakalan bikin aku betah tinggal di sini.

" Yo wis ayo mbak ku yang cantik, kemana mau kemana? Aku pasrah deh... "

"Ke penghulu, purun? "

Modiaaar.... Mau jadi apa aku nanti, pulang ke kampung bawa buntut kayak begini, kasihan teman-temanku yang masih jomblo kan nantinya.

"Kalau di ajak ngomong tu mbokya di jawab to mas? "

" Eh iya. Piye? kemana jadinya ini mbak. "

"Di bilang ke penghulu kok. Hi hi hi... Ndak mas? Becanda kok, ayo makan. Aku dah lapar nih. "

Uh... Mau ngajak makan aja bikin jantungku deg-deg byur, tapi ndak apa-apa pacarku aja ngga pernah ku ajak makan di warung, lah ini aku yang di ajak.

Mbak Her membawaku kewarung makan tenda khas lamongan, cukup nyaman Wong biasanya makan juga di hutan he he.
Sepertinya si Mbak memang benar-benar lapar, dalam sekejap sajian di meja itu ludes, padahal sambalnya saja extra pedas, emang dasar wanita paling suka sama yang pedas, padahal bibirku berasa jontor ngembat sambal itu, parah.
Acara makan udah, ngga mungkin langsung pulang pasti ada lagi yang dicari, habis makan langsung jalan lagi entah kemana, aku yang ngga paham jalan cuma bisa ngikut aja.
Jalan santai sambil ngobrol sama cewek tuh sesuatu banget, apa lagi tiba-tiba saja mbak Her menggandeng tanganku, dag dig dug ser lah pokoknya, tapi kok ya aneh, kan ngga perlu gandengan tangan juga to? Filingku mulai merasakan sesuatu yang ngga bener tapi entah apa.
Tengak tengok ngga ada apa-apa, cuma ada dua orang pemuda di halte yang tadi kulewati, ah... Mungkin cuma perasaanku saja, tapi kenapa pegangan tangan mbak Her makin kencang aja ya? Wah ada apa ini, semakin dekat dengan dua pemuda itu dan semakin kencang saja pegangan tangan mbak Her ini.

Cukup mencurigakan menurutku, baiklah! Waspada lebih baik to? Lalu aku berbisik ke mbak Her, aku memintanya untuk melepaskan pegangan tangannya.
Pas di depan kedua pemuda tadi aku mulai siaga, karna tak ada lagi yang pantas di curigai selain mereka.
Benar saja salah satu dari mereka langsung menyerangku.

Wuuus... Tap!

Satu tinju berhasil kutahan bahkan kepalan tangan orang itu tak ku lepaskan, dari raut mukanya orang ini sedikit ragu, ada rasa takut disana, baguslah.
Kutatap matanya lekat-lekat, dari pergerakannya dia akan menyerangku dengan tangan kiri.

Buugh! Argh... Sayang sekali ketiak orang itu telak terkena pukulan jari yang kutekuk, tujuanku agar lawanku merasakan nyeri luar biasa,

wuuus... Tap! Tap!

Kutahan lagi dan ku adu pergelangan tangannya dengan pergelangan tanganku, cukup keras menurutku sih,
Kumanfaatkan kesakitannya, secepatnya kakiku bekerja.

Bugh! Blaaam!

Pemuda itu pun jatuh dan memegangi perutnya, yang aku heran teman pemuda itu diam saja. Saat bangun dan ingin menyerang barulah temannya bergerak menghalau temannya yang hendak menyerangku,

Diam Tanpa ucap, ho ho ho... Sepertinya lawanku yang satu ini lumayan berat, itu kalau di lihat dari perangainya.
Mbak Her sendiri menarik tanganku, itu tandanya aku harus hati-hati dan sudah pasti ini ada hubungannya dengan mbak Her, aku pun tersenyum dan kutepis tangan wanita yang terlihat khawatir itu,

"Mas."

"Sudah tenang ae mbak, biar tak urus dulu, '

Lalu ku hampiri pemuda itu.

" Apa mau kalian, kenapa ka. "

Plak!

Bajindul belum selesai bicara malah main tampar aja, heeem... Penghinaan ini, kuelus pipiku dan lumayan perih.

Wuuus... Bugh!

Sreet! Aku merunduk dan terdorong mundur, tendangannya telak bersarang di perutku.

"Maas! "

Aku hanya mengangkat tanganku ke arah mbak Her.

Ku lihat dengan seksama pergerakan pemuda itu, aku sadar pemuda ini tipikal santai dalam pertarungan tapi mematikan, aku harus benar-benar waspada padanya,

"Sekali lagi aku tanya, apa maksud kalian! "

"Tinggalkan wanita itu sekarang juga! atau kamu tau sendiri akibatnya! "

"Ooo o o.... Itu toh. Ngga akan pernah kutinggalkan bos! "

Wuuus... Tap tap tap bugh!

Yap aku dapat satu pukulan, biasa saja, dia tak meringis seperti temannya tadi.
Wasyu! Berarti dia lebih kuat dari yang tadi.

Hiaat...buugh!

Arrgh.... Blaam!!

Aku terjatuh persis seperti temannya tadi, tak bisa di biarkan. Aku harus bisa melawannya.

"Ho ho ho sakit cuuk!! "

Teriakku setelah aku kembali berdiri tegak,

Hiaaat!! Tap! Tap!

Pukulannya berhasil kuhalau bahkan kami sempat mengadu pergelangan tangan, dan

Plaaak!

Dia meringis memegang telinganya.

Bugh! Bugh! Blaaam...

Yees!! Dapat kesempatan menjatuhkan dia juga akhirnya.

Dari samping.

Hiaaat... Bugh!.. Blam...

Sayang sekali teman yang di bawa terlalu lemah, dengan mudah perutnya kena hantam kakiku, dan dia harus rela terjungkal untuk yang kedua kalinya.

Kuhampiri pemuda yang sok cool itu, gimana ngga sok cool, jatuh sekali langsung diam saja begitu.
Dengan susah payah dia bangun, ternyata pas dia jatuh bokongnya beradu dengan batu yang lumayan meruncing.
Pantas saja dia malas berdiri, sakit pastinya.
Tak kenal menyerah ternyata, dengan cepat walaupun agak oleng pemuda itu mencoba menyarangkan tinjunya, dengan cepat pula aku menghindar kesamping, lagi-lagi pukulan kesukaanku berhasil mengenai dan tepat sasaran, kali ini sekuat tenaga aku menghajarnya, akibatnya pemuda itu menjerit kesakitan, tak ku sia-siakan kesempatan.

Bugh! Bugh! Aargh....

Blaaam...

Dia jatuh tengkurap dan kepalanya mendongak, mencoba untuk bangun, tapi sayang nafsuku sudah di ubun-ubun.

Sreeet... buugh! Bugh!...

"Modiyaaar koe cuuk! Cuih! "

Aku tau mbak Her sudah mulai ketakutan, dan tak kuhiraukan teriakannya.
Dan si sok cool itu diam tak bergerak, walaupun kuludahi sekali pun dia tetap tak bergerak, dan si lemah kembali ingin menyerangku, mungkin dia sadar kalau temannya dalam bahaya,

hiaaat... Plak! Plak! Buugh! Blaaam...

Sayang sekali serangannya mentah, satu kali tangkis satu tamparan dan satu pukulan telak di uluhati membuat dia jatuh terjengkang.
Kuhampiri pemuda itu dan ku tarik kerah bajunya,

"Masih mau nyerang? Haaaah! "

"Ampun mas, "

'Bawa temanmu minggat dari sini, dan jangan sampai kalian berani ganggu dia lagi, paham! "

Sambil ku tunjuk mbak Her yang ketakutan, dan ternyata di belakangku sudah banyak penonton, tapi aku ngga pedulikan mereka,

"Njih mas, "

"Ra usah boso ro aku cuk! Minggato! "

Buru-buru pemuda itu memapah temannya dan di bawa menjauh dari tempat kejadian.
Aku pun kembali melanjutkan perjalanan.

"Siapa itu tadi to mbak. "

"Mantanku mas? "

"Oalaaah... Berarti sok cool tadi karna ada sampean itu mbak, "

"Ndak tau lah mas, orangnya memang kasar kok. Mangkanya aku ndak mau lagi sama dia. "

Duaaar... Ndak mau lagi, eeem.... ini mantan pacar apa mantan suami ya? Lah kenapa aku jadi mikirin soal mantan sih.

"Ooo gitu... Terus kita mau kemana ini mbak? "

"Pulang lah mas, malas aku gara-gara orang itu. "

" Lah mbak, Rumah pak Yanto kan yang lurus kesana tadi to? "

"Maksudmu aku harus nganterin kamu pulang dulu? "

"He he ya ndak sih mbak, cuma mastiin aja sih. "

"Huu kamu tuh, aku masih takut loh? Mas Ian temenin aku dulu yah. "

Nah loh....

"Tenang ae mbak tak temenin sampai rumahmu, pokoknya diantar sampai tujuan lah. "

"Maksudku temenin di rumahku mas Ian? Bukan temenin pulang tok, dah ayo masuk. "

Ha aaaa.... Ni cewek bebas amat, main dah ayo masuk aja.

"Mbak. Ini rumahnya? "

"Iya? Ayok ah. "

"Mbak.di dalam ada bapaknya ndak. "

"Ngga ada! Ayo masuk! "

Badalah! main tarik aja, ngga tau orang lagi ketakutan ni si mbak.

Ceklek,

Ceklek.

Pintu pun terbuka setelah aku dan mbak Her masuk buru-buru pintu ditutup lagi sama mbak Her.

"Mbak aku takut loh ini? "

"Aneh kamu ini mas, tadi bikin mantan suamiku babak belur aja berani, sekarang sama aku takut payah. "

"Weladalah. Jadi itu tu mantan suamimu to mbak. "

"Hu um yang katamu sok cool itu hi hi, "

"Ini kok rumahnya sepi to mbak, bapak ibumu kok ngga ada, "

"Lah, mangkanya aku minta di temenin kamu mas, lagian kalau ada bapak sama ibu repot kamu mas, aku pastiin secepatnya kita digiring ke pak penghulu, emang mas Ian siap? "

"Weleh-weleh mbak. mbak... Pacaran aja belum kok ya sudah ngomongin penghulu to yo... "

"Lah ayo... Ini kamu mau aku ajak pacaran mas? "

Duaaar!... Modiyaaar....




Bersambung...
Kangen kali sama kau om qthi
 
Welkombek om akhirnya lanjut lgi
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd