Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
Beuh. Marathon ngebacanya. Wajib pantengin ini mah. Sungkem dari SR suhu
 
Jalan Nan Terjal


oJ3Id1T.jpg

Part 14
Sebulan sudah kejadian itu berlalu, tak lupa ku temui satu persatu temanku sekedar menitipkan kakek dan nenekku jika ada orang yang mengganggu, mengingat salah satu dari mereka telah ku buat cedera.
Tak lupa aku berpesan pada Asti agar tak bercerita banyak, aku tau dia wanita yang susah ku bohongi dan terpaksa aku cerita semuanya padanya, Semoga juga Indriani tak mengetahui kedatanganku di kampung, jujur aku ngga mampu menemui gadisku yang menjadi tujuan awal pulangku, yah... Walau pun semua sudah direncanakan kalau seseorang melihat kekasihnya berboncengan dengan orang lain pasti sakit begitu juga aku, apalagi orang itu sudah sah menjadi suaminya, semoga gadisku bahagia dan seandainya dia gagal dengan rumah tangganya aku siap dengan lapang dada menerimanya.

Aku melangkah gontai meninggalkan kampung halaman, hancur tapi tak lebur aku merasa jalanku masih panjang aku berharap bisa mendapatkan pengganti yang lebih baik lagi.
Saat ini aku menjalani aktivitas harian ku, mencari peternakan ayam yang ada di daerah-daerah.
Kebetulan ruteku melewati daerah asalku, dalam perjalanan di sebuah terminal kecil, dari kejauhan terlihat seorang pemuda yang kira-kira seumuran denganku sedang duduk termenung dipinggir jalan, kendaraan yang ku tumpangi semakin mendekat ke arahnya. Di sana persis di depan si pemuda ada sedikit genangan air, jelas pak sopir tak menyadari adanya genangan air itu.


Cuiiiit....

Pyeeek!

Pedal rem pun segera diinjak tapi naas laju kendaraan tak semudah itu berhenti, tak ayal si pemuda terkena cipratan air.


Hoy...!!

Teriak pemuda yang terlihat gelagapan, mungkin dia baru sadar posisinya berada ditempat yang salah, perlahan mobil melaju, iseng aku teriaki pemuda itu.


“Maaf mas... jangan nangis oy...!”

Aku tersenyum melihat tampangnya yang kusut itu, entahlah apa yang dia pikiran wajahnya begitu lesu.
Pikiranku kembali melayang dan bimbang harus bagaimana aku nanti ke depan, yang jelas harapanku sudah runtuh, semua karna salahku, memang pantas seorang pecundang sepertiku mendapatkan hal seperti ini, kekasihku menjadi tumbal kebodohanku sendiri, haash...


Braaak!!
Cuiiiit!!!

Aku tersadar saat pak sopir tiba-tiba mengerem mobil truk yang kami tumpangi, ternyata dia kaget karna ulahku yang tiba-tiba menggebrak pintu mobil.
“ Eh! Maaf Pak he he he”


“ngelamunin opo to mas, kok sampai kayak gitu to”


“ndak pak ndak ngelamunin apa-apa kok he he”


Sore hari pekerjaanku baru selesai, aku bersama rekan kerja pun bersiap untuk pulang, melepas lelah seharian bekerja memang suatu kenikmatan tersendiri untuk pekerja yang hanya mengandalkan dengkul sepertiku ini.
Kebiasaanku setelah selesai kerja selalu bersandar di dekat gerbang keluar, tak ada yang kutunggu sih, Cuma senang aja banyak yang tersenyum ramah dan bertegur sapa antar karyawan, seperti saat ini aku bersama rekan kerja bersiap pulang dan asik bercerita disana, tentang perjalanan siang tadi yang memasuki daerah tempat tinggalku, dan sepertinya aku akan sering kesana nantinya.
Saking asyiknya ngobrol aku tak sadar, begitu menoleh ada sosok cantik sedang menyilangkan tangan didadanya, tersenyum sih. Tapi senyumnya sadis menurutku, ya aku sadar semenjak kedatanganku kesini aku belum menemuinya lagi.
Aku pun tersenyum padanya, tak lama tanganku segera diraih dan ditarik mengikuti langkahnya, kutinggalkan cerita bersama rekan kerjaku dan ku ikuti langkah kakinya yang lumayan cepat.
Edian! kayak orang mau di hukum pecut saja aku ini.


“ sing sabar mbak? aku mau di bawa kemana toh ini, aku belum mandi belum makan juga lo mbak? “


“bagus lah! tak mandi in sekalian tak suapi sekalian kamu mas! cowok kok ndak peka! “


“loh loh looooh.... Piye toh iki mbak, mau kemana to? “


“pulang ke rumah to mas, masa mau antar kamu ke terminal! “


Haiiis...
Wanita kalau sudah begini memang harus menang, ya sudahlah aku ikut saja.
Ku ikuti saja maunya, paling dia kelaparan atau kalau nggak ya ngajak jalan-jalan sore, mungkin juga mbak Her lagi suntuk atau apalah.
Yang jelas arahnya menuju rumah orang tua mbak Her dan di jalan tangannya tak lagi menarik lenganku melainkan bergelayut, hadeeeh... ini kalau ada yang melihat pasti disangka aku pacaran sama mbak Her.
Tak apalah dari pada sepanjang jalan dia mengomel aja, mending begini toh ada untungnya juga buat aku, entah sadar atau ngga gunung empuknya suka mepet ke lenganku he he...
Padahal dari tempat kerja ke rumahnya itu lumayan jauh tapi kelihatannya mbak Her tak merasa lelah, uugh kuat jalan juga ternyata.
Tak terasa kami pun sampai juga di depan rumah orang tua mbak Her, suasana sama seperti dulu aku kesini, sepi tak terlihat keberadaan orang tuanya, apa jangan-jangan mbak Her tinggal sendiri dirumah ini, heeem... Firasatku ngga enak ini.


“Mbak aku di depan aja deh ya? “


“Opo? Mandi dulu sana, bau asem kok mau leyeh-leyeh di teras, dah masuk langsung mandi nanti baru duduk di teras. “


“ya wis tak mandi dulu deh, “


Aku segera melangkah masuk karna aku sudah tau di mana letak kamar mandi di rumah ini, tapi....


“Nah kan? Nih, main kabur aja kamu mas, ngga ada handuk disana tuh, “


“ perlengkapan lain piye mbak, kan aku korban penculikanmu ini mbak, baju ganti sabun dan lain-lain piye... “

“dah mandi dulu aja sana, gampang itu nanti aja mikir nya “
Badalah, aku yang bingung, kok nanti mikir nya, kan sekarang juga aku mau mandi, heeeuh... Ya sudahlah, aku pun melangkah ke kamar mandi yang letaknya sudah di depan mata.
Nggak pakai lama, aku pun selesai mandi dan terpaksa kupakai lagi baju yang tadi ku kenakan, aku langsung cus ke depan dan ajaib begitu aku duduk dan menyulut sebatang rokok aroma kopi pun langsung menusuk indra penciumanku.
Heeem.... Asti. Mirip sekali, tingkahnya mirip banget sama Asti, hadeeh...



“Naah.... Kan udah seger to? Habis mandi ngopi kan enak? “


“Iya mbak. eh mbak, kok sepi ya mbak”


“emang sepi kok, makanya mas Ian tak ajak kesini, biar aku ada temennya he he... “


“Oooo.... Gitu toh? Nyulik aku buat temen dirumah to ternyata he he”
“ Lah Iyo, lagian mana mau mas Ian aku ajak kesini kalau ngga gini caranya, “


Panjang kali lebar kami berdua ngobrol, tentunya setelah mbak Her selesai membersihkan diri, banyak sudah aku bercerita termasuk perjalanan asmaraku yang ambyar di jalan raya gara-gara melihat Indriani berboncengan dengan orang yang menjadi musuh utamaku di kampung sana, mbak Her yang sedang asik mendengar ceritaku malah senyam senyum, entahlah apa yang di pikirkan olehnya, yang jelas malam ini dia terlihat anggun.
Wajah keibuannya menjadi nilai plus buatku, ditambah matanya yang berbinar dengan rambut yang tergerai indah.

Sesekali jari lentik itu menyibak rambutnya yang tergerai, membuat semerbak wangi sampo terendus indra penciumanku dan sunggingan senyum yang sukses membuatku berdebar-debar, ada apa ini, apa aku mulai menginginkan dia menjadi pengganti Indriani? ah sudahlah...
Malam semakin larut, kami berdua belum juga memejamkan mata, aku tau wanita disampingku menginginkan sesuatu, aku pun tak jauh beda, aku pasrah seandainya mbak Her menggoda aku ngga yakin bisa menahan godaannya, yang jelas aku tak ingin memulai sesuatu yang nantinya membuatku terikat kuat.

Larut semakin larut oleh hening malam mata pun tak sanggup lagi dan aku pun terlelap.
S seperti dulu aku tertidur di lantai ruang depan, belum lama terlelap aku merasa ada tangan halus yang membimbing tanganku dan mengarahkannya ke benda yang menggunung dan empuk, heem....
Perlahan kubuka mata dengan posisi tidur yang menyamping, persis di depanku mbak Her juga posisinya sama denganku, tangannya menggenggam erat tanganku dan meletakkan tepat di payudaranya, yah seolah-olah aku yang memeluk, aku yakin dia tak menyadari kalau aku sudah bangun.
Timbul niat isengku, tubuhnya kupeluk erat, otomatis gundukan payudaranya tertekan semakin ketat. Lenguhan halus mulai terdengar dari mulutnya.
heem... Kalau mau terjadi ya terjadilah, perlahan mbak Her membalik tubuhnya mata pun ketemu mata, kami diam kami biarkan pikiran yang ambil alih semuanya, akhirnya bibir pun bertemu bibir dan tak sepatah kata terucap, semua mengalir apa adanya.
Hingga sebuah anggukan kecil dari mbak Her membuatku berani melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pikiran yang sudah di selimuti hawa nafsu, dan pergumulan pun tak terelakkan lagi, dada yang membusung indah menjadi santapan pertamaku, ah... Begitu sekal payudara mbak Her ini, Herni seperti ibu yang menyusui anaknya, tangannya mengusap rambutku dan sesekali mencubit pelan daun telingaku.
Iseng ku gigit kecil putingnya,


“aaach.... Mamas nakal iiih.... “


Kulihat bibirnya seperti orang kepedasan dan sesekali menggigit bibir bawahnya, gemas, kusambar bibir basah itu sedangkan Herni terlihat pasrah tangannya merengkuh tubuhku, aku tau dia menginginkan hal yang lebih dari ini, setelah ciuman panjang yang membuat aku dan Herni gelagapan selesai, kubuka penutup tubuhnya.
Kini tubuh polos Herni sibuk membuka resleting celanaku, dia tersenyum saat melihat batang yang sudah tegang maksimal milikku,


“iih... Gede... ”
Ucap Herni namun tak kujawab omongannya karna aku sendiri masih belum bosan dengan payudara sekal miliknya, belum lagi mengurus nonok tembem yang berjembut lebat itu, entahlah aku menyukai nonok yang bulu jembutnya lebat, kutinggalkan payudara sekal Herni dan kusibak bulu jembutnya, terlihat belahan nonok Herni sudah basah oleh cairannya sendiri, kumainkan sebentar dengan jariku tapi Herni menepis tanganku tanpa ada komentar darinya, maka dengan sigap ku lumat belahan nonok basahnya, Herni menggelinjang sesekali tangannya menjambak rambutku, lambat laun bukan lagi menjambak tapi menekan kepalaku sehingga membuatku kesusahan menjilat selangkangannya, Herni sendiri tak mau kalah, disela desahan kegeliannya dia terus memainkan batangku, sudah saatnya pikirku.
Maka kulepaskan jilatanku di nonoknya, aku berbaring di sisinya tapi tak mau menindih terlebih dahulu karna aku mau tau seberapa besar maunya, benar saja dia tersenyum dengan tatapan sayunya, tanpa ragu Herni menaiki tubuhku di genggam batangku dan di arahkan ke lubangnya yang sudah basah kuyup itu,
Bleees....
Tak ada yang sulit, batangku langsung menusuk nonoknya, lalu Herni menindih tubuhku dan langsung menyerbuku dengan ciumannya, hangat terasa hangat sekujur tubuhku, setelah itu Herni bagai kuda betina yang tak kenal lelah, berbagai gaya sudah kami peragakan, terus dan terus hingga menjelang pagi kami mengayuh nafsu birahi, aku yang sudah lama tak merasakan hal itu seperti hewan ternak yang lepas dari kandang saja, begitu juga dengan Herni janda muda yang tentunya membutuhkan kehangatan dan kenyamanan dari seorang pria.
~~~~~~~~~~~~~~









Di tempat lain di kampung halaman Iantono.



Di teras rumah yang lumayan asri duduk empat remaja sedang asik dengan obrolan mereka, disaat warga sibuk di ladang empat pemuda ini malah berkumpul di rumah Zaenal, kadang obrolannya diselingi dengan membicarakan temannya yang selalu sibuk berduaan dengan istri orang.


“Bay, ayolah cari janda apa istri orang yang butuh belaian gitu bay biar kayak Heru kita bay... “

"Lambemu! Dosa kalau istri orang, mending nolongin janda aja, tuh mbak Mar nganggur, barangkali dia doyan sama kita ha ha ha.... "


"Ah jembutlah, dia mah yang di cari Ian terus... Taulah pernah di sikat sama Ian kayaknya tuh janda, "


"Iya sih ya?... Tapi mbak Mar emang genit kok, ah sudahlah, tak pikir nanti aja nyari enaknya kalau sudah selesai urusan aja. "

Begitulah teman-teman Ian yang ikut gento kidul, Indra Bayu dan Aris sedang berkumpul dirumah mas Zaenal yah mereka sudah resmi bergabung bersama mas Zaenal dan Jodi, dan mereka memutuskan bergerak bersama Ian nantinya. Walau bagaimana pun, Ian ada hubungannya dengan semua itu, pasalnya keadaan yang adem ayem kembali menghangat beberapa bulan yang lalu, yang pasti teman-teman Ian sudah tau sebabnya, begitu santer kabar kalau salah satu orangnya gento utara babak belur oleh orang yang tak dikenal, dan menurut alibi mereka Ian lah yang menjadi satu-satunya tersangka dalam kasus itu, dari lokasi dan ciri-ciri yang di benarkan oleh Iwan, kebetulan Iwan ikut di grup mereka.
Mas Zaenal yang tak terlalu banyak bicara dan hanya mendengar pembicaraan ke empat pemuda itu tiba-tiba angkat bicara,


“ Sebelum lebaran ku pastikan Ian kembali kesini, kalian ndak usah terlalu meributkan hal seperti ini, tetap tenang ojok spaneng, toh masalah seperti ini ngga boleh melebar kemana-mana, ngga ada gunanya juga, lebih baik kita hidup damai dengan siapa pun to? “
Jodi terlihat bingung dengan pernyataan mas Zaenal, lalu Jodi pun menimpali ucapan mas Zaenal.
“Betul mas, tapi apa kita bakal diam saja kalau kita jadi bahan ancaman mereka?”
“ Ya makanya sebelum semuanya terjadi aku mau coba bicara sama gento kidul, bahkan nanti kalau memungkinkan aku mau coba main ke utara juga, paham. “
“paham mas!”
Jawab mereka, Tentu keempat pemuda termasuk Jodi yang paling berangasan diantara yang lain tak berani menjawab pernyataan dari orang yang lebih berpengaruh di situ.
Merasa sudah selesai mereka pun pamit, tapi mereka tak langsung pulang, di jalan Jodi pun membuka obrolan,


“Ndes, opo ya mungkin dua grup itu bisa damai ya ndes? sepertinya dari kita masih bayi juga mereka sudah berselisih kok, kok aku sangsi yo ndes”


“Susah lah, jujur ae Jod aku ndak pernah gelut apalagi sama orang yang sudah dewasa gitu, sebenarnya yo aku takut he he”

Timpal bayu yang memang posisinya paling dekat Jodi,


“Modar kalian, ha ha ha... Tenang aja, kalau kalian merasa ngga bisa lawan buru-buru ambil jurus langkah seribu aja ndes, “

“matamu.... “


Teriak mereka berbarengan. Dan mengakhiri obrolan di jalan karna rumah Jodi sudah ada di depan mereka, yang lain pun langsung melanjutkan pulang kerumah Masing-masing.
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN



Iantono



Lebaran sebentar lagi dan pastinya banyak perantau yang kembali ke kampung halaman, begitu juga denganku apalagi belum lama ini mas Zaenal menemuiku dan berpesan agar aku pulang saja sebelum lebaran nanti, banyak yang diceritakan mas Zaenal. Masalah yang kutinggalkan membuat semua teman-temanku ikut bergabung dengan orang seperti Jodi dan yang namanya gento kidul, aku tak terlalu paham, tapi aku pernah dengar hal itu, aku khawatir teman-temanku tak pernah berkelahi karna se tau ku mereka anak baik-baik, sama sepertiku sih sebenarnya.
Entah apa yang membuat mereka ikut dengan Jodi, yah terus terang sampai saat ini aku masih ngga begitu respek dengan anak itu.
Yang membuat aku tertarik rival ku si Iwan berada di grup yang berseberangan dengan gento kidul, ho ho ho... Aku pastikan akan pulang lebaran nanti, demi kepuasan batinku, kalau perlu kuhabisi saja sekalian, toh dia biang keladi semerawutnya hubunganku dengan Indriani, Masa bodo masa depan aku sudah tak perduli lagi, sekali maju aku tak akan segan lagi melukai musuhku nanti.
Dan Mbak Herni lah yang saat ini menjadi ganjalan buatku, dia ingin sekali ikut ke kampung ku.
Yah. Aku dan dia sudah jadian, walaupun aku masih setengah hati tapi dia benar-benar serius dan ingin ikut ke kampung walau sekedar silaturahmi saja, semoga saja keluarganya ada acara biar ngga jadi ikut aku he he he...

Saat ini pun aku bersamanya, rencana besok pagi aku pulang dan sepertinya malam ini akan kuhabiskan bersama dengan Herni, jam sembilan malam aku duduk berdua di warung tenda pinggir jalan menikmati jajanan murah bersamanya membuat suasana jadi lebih santai dan hangat, bagaimana tidak, kekasih baruku duduk begitu dekat dan tak jarang bahuku menjadi tumpuan dagunya, tujuannya merayu untuk ikut pulang denganku.
Laah.. ..
Kenapa aku ngga jujur aja ya? Hadeeeh... Mending jujur deh dari pada ribut ngga ada ujungnya, ku usap rambutnya yang tergerai agar dia luluh hatinya,


“ dek? Besok aku pulang sendiri dulu ya? “


“emoh! Aku ikut ih... “

“Aku boleh jujur ndak?”

“Opo? Mamas masih mau deketin si Indriani itu? “


“Ngga bukan itu ada yang lain kok, sebenarnya teman paklik ku kesini dan disana itu ada masalah, nah masalah itu ada kaitannya sama aku, “


“ masalah opo to mas? Kan mamas disini terus to? “


“Anu dek, pas aku pulang dulu itu aku sempat em... “


“Opo.... Bikin hamil anak orang? “

“Blaik dek.... ya ndak lah?“

“terus opo? ”


“makanya itu aku tak pulang sendiri yo? Nanti kalau masalahnya selesai kamu tak ajak kesana deh ya? “


“Mbuh! Masalahnya opo mamas ku.... “


“ aku mukul orang yang mukul simbah, makanya aku mau selesaikan dulu, biar ngga ada ganjalan lagi, begitu lo dek? “


“hiiih... Tukang gelut kamu tu mas”


“Adaaauw... Ampun...“
Bilang hiiih tapi Jari lentik Herni sudah siap di kupingku, alhasil kupingku dijewer sama dia.
“yo wes, pokoknya lebaran aku kesana sendiri, dekat ini Weeek... “


Heem... Ide bagus menurutku, gemas ku acak-acak rambutnya dan aku mengiyakan maunya, biarlah mungkin aku harus belajar lebih memperhatikan dia.



JVwHCqQ.jpg

Indriani




Tak ada kabar berita darinya, ah... Semoga saja mas Ian baik-baik saja.
Aku berharap dia segera kembali dan membawa ku pergi dari sini, dan aku yakin dia kembali. Aku khawatir masalah yang terjadi akan semakin rumit saja, dua sahabat mas Ian sudah menjadi korban balas dendam dari teman-teman Iwan, entahlah dengan kakek nenek mas Ian semoga mereka baik-baik saja.
Aku juga belum sempat main ke rumah Asti, aku lebih memilih diam di rumah mengikuti saran bapak dan ibu. Bahkan kabar teman mas Ian di keroyok pun aku dengar dari bapak.
Seminggu lebih aku berada di rumah, saatnya aku menyambangi temanku.
Dia Asti teman yang paling dekat denganku aku berharap ada kabar baik darinya.
Siang yang cerah panasnya begitu menyengat, aku melewati jalan setapak yang sekelilingnya ditumbuhi pohon mahoni dan pohon jati, rindangnya pepohonan membuatku aman dari sengatan terik matahari, suasana yang nyaman dan damai membuat perjalanan tak terasa, aku sampai di tempat Asti setelah menyeberangi sungai yang arusnya tak begitu deras, terlihat Asti sedang bercanda dengan adiknya yang masih kecil,

“oey... Asik aja... “

“Eh? Tamu agung datang he he he... Gimana kandunganmu? “


“Baik-baik aja As? Kamu gimana udah punya gandengan belum? “


“Nih gandengan aku he he he”


Asti menjembel pipi adiknya yang sedang asik bermain, lucu... Aku tak sabar ingin dedek bayi segera lahir, yah kalau pun mas Ian ngga pulang lagi setidaknya aku ada pelipur laraku.
Jabang bayiku ini yang suatu saat mencari keberadaan mas Ian seandainya aku tak bisa lagi menemuinya. Karna untuk saat ini aku ngga mungkin pergi, aku tak mau aibku terbongkar oleh orang-orang di sekitarku.


“Hoy... Malah bengong, ayo masuk. “


Ucap Asti, uugh... Bulir air mataku menetes, entah tiba-tiba saja seperti itu.


“Eh iya, ayo”

“kamu tuh jangan banyak pikiran, inget kandunganmu In? “


“ iya As? Tiba-tiba aja aku ke inget sesuatu he he”


“Mas Ian?... “

“Hu um, apa kabar ya dia? “


“biarkan dia mencari keterangan lah In? Kasihan juga kalau dia tau kamu sudah menikah lo? “


“Iya maaf, aku penyebab mas Ian pergi dari sini hiks....”


“bukan begitu In?... Masalah sih bisa datang dari mana aja, kamu ngga perlu merasa bersalah gitu, lagian aku jamin mas Ian baik-baik saja kok”


“Tapi kan memang aku penyebabnya? “


“udah... Kita doakan saja lah ya? “


“Iya? Lagian ada ini kok. “


Ku elus perutku dan aku tersenyum kepada Asti,


“Iya makanya di jaga ya? Emaknya jangan mewek terus... “


Asti tersenyum hangat padaku, banyak sudah yang kuceritakan padanya, yah dia temanku walaupun pernah terjadi kesalah pahaman tapi sekarang kami sudah kembali seperti sedia kala, kuhabiskan waktu bersamanya, sekedar bercerita saja, aku tak mau terus bersedih jika membahas permasalahanku, biarlah waktu yang menentukan hal apa yang akan terjadi nanti.
Dan pastinya Asti tak pernah tau begitu kuatnya penekanan dari pihak suamiku, tapi ngga apa-apa aku bersyukur dengan apa yang di lakukan mas Ian, paling tidak sampai saat ini aku aman tak ternoda oleh orang yang sama sekali tak kuharapkan menjadi suamiku itu, suatu yang wajar juga kalau keluarga Iwan suamiku tak menerima perlakuan mas Ian, entah aku merasa perselisihan mereka tak akan pernah selesai, aku hanya butuh waktu untuk bisa pergi mencari pelita hatiku mencari ayah si jabang bayi yang aku kandung ini, semoga dia baik-baik saja di mana pun ia berada.


BERSAMBUNG....
 
Ngesop lagi ah... :D :D :D :Peace:











Degh!!!

Asu!!...

Modar aku! segera kubenahi topiku agak ke bawah, dan ku pakai slayerku untuk menutupi mulut, jelas tujuanku agar tak ketahuan mereka yang sedang nongkrong di warung kopi tempatku dulu mengintai mangsaku, aku segera naik ojek dan segera meluncur ke tujuanku.

Naas benar-benar naas sampai di pertigaan jalan raya yang menghubungkan jalan besar menuju kampungku, pas pertigaan ku lihat dua motor seperti mengikuti perjalananku, ku lirik kekanan dan salah satu di antara mereka aku ingat betul, dia si bopeng yang ku hajar tanpa perlawanan waktu itu,

Asu!!...

Perang! Aku harus melawan mereka, terserah mereka mau menghentikan aku di mana aku tak perduli yang jelas aku harus melawan keempat begundal itu, dan aku yakin tukang ojek yang aku tumpangi ini juga ikut mengeroyok aku, baiklah! Lima orang sekaligus, aku harus gunakan akal ngga mungkin aku melawan secara frontal kelima orang itu, ku jamin aku banyak belur oleh mereka.
 
wek..si indri hamil sama lan..
Tambah runyam nih..

Makasih
updatenya suhu..
Aha ha ha... Parah parah parah.


dan akhirnya suhu @qthi muncul kembali kepermukaan, makasih suhu buat updatenya
Aha ha ha kelakuan ts yang sok sibuk ya begini om, maafken yak he he...


Makasih update lanjutan nya bro @qthi
Siap om, maaf ndak konsisten he he...



Makasih updatenya suhu @qthi
Oke suhu maaf kelamaan he he..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd