Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
JNT




Part 22









7utZStv.jpg











Tiga hari sudah pak Yanto berada di rumah sakit, setiap hari Ian dan istri pak Yanto selalu datang membesuk, tapi belum pernah sekali pun Dara ikut menginap di sana.

Dara yang sudah mulai kesepian ingin ikut menginap di rumah sakit, namun pak Yanto tidak mengizinkan istrinya menginap bersamanya, kebetulan Ian tidak ikut masuk ke ruangan Pak Yanto, Ian memilih duduk santai di kantin rumah sakit biar bebas merokok, Dara menggunakan kesempatan itu untuk berbicara pada suaminya.



“Yah mama nginep sini ya? “



“Lo? Nanti kondisi mama ngga fit kalau tidur sini lo, ngga usah ya? “



Ucap pak Yanto dengan lemah, ya ia merasakan dadanya begitu sesak, sehingga buat bergerak pun ia kesusahan.



“ Yah.. Aku lo takut sendirian di kamar tu? Kayak ndak tau aja sih... “



“ Makanya jangan jadi penakut, la Iyo di rumah sendiri kok ya takut kamu itu, he he”



“ Iih.. Ayah gitu sih.. Takut yo takut ae mau di mana juga ih, “


Dara memonyongkan bibirnya, ia agak sebal karna tidak di Ijinkan tidur bersama suaminya.



“ Ma? Ayah ada ide nih. Kalau mama mau nanti ayah yang bilang, “



“Opo... “



“ Gini... Mama tidur di ruang depan aja di depan tivi, kan ada Ian biar Ian yang jagain mama kalau malam, gimana... “



Sejenak Dara diam, menimbang usulan dari suaminya, namun ia tetap ragu, masa iya tidur depan tivi.



“ Gampang lah yah kalau itu, nanti kalau mama mau biar mama sendiri yang ngomong sama mas Ian ya yah? “



“Yo wes... Yang penting mama ngga nginep aja, ayah ngga tega lihat mama tidur di sini “



“ Hu um”



Cup!


Dara mengecup kening suaminya, tak lama setelah itu Ian datang,



“ Uih... Dapat gebetan ngga nih lama di kantin”



Ucap Dara kepada Ian, Ian pun terkekeh,



“ Gimana pak, udah enakkan? “



“ Masih sesak dadanya an? “



Jawab pak Yanto,




“ Lo lo lo.... Yang nanya mbak ndak di jawab lo ya? Malah balik nanya ke bapak ki piye... “



Dara pura-pura ngambek dengan memonyongkan bibirnya, Ian pun membalas ucapan ibu bosnya,



“ Lah? Mbak tanyanya yang ngga jelas oq he he... Dapet sih mbak, segelas es teh sama rokok, kan itu termasuk gebetan juga to? He he... “



“ Ish... “



Cibir mbak dara, sedangkan pak Yanto hanya tersenyum lemah melihat tingkah istri dan anak buahnya.




Waktu berlalu begitu lambat menurut Ian, yah. Itu karena Ian tak menyukai ruangan rumah sakit dan bebauan obat membuat Ian tak betah berlama-lama di sana, belum ada setengah jam Ian sudah pamit lagi, alasannya pun klasik.

‘mau ngerokok’

Adalah alasan yang paling tepat untuk Ian, dan memang akhir-akhir ini Ian lumayan banyak menghisap asap kematian itu, dan itu menandakan kalau Ian sedang merasa tak tenang.



Belum juga habis sebatang rokok Dara sudah menyusul Ian ke kantin.



“ Mas pulang yuk... “



“ Lo? Kok pulang lebih awal mbak, “



“ Hu um, habisnya mas Ian keluar terus kayak ndak betah di dalam, “



Ucap Dara jujur,




“ He he aku tu ndak kuat sama bau obatnya mbak? “



“ Lho kok ndak ngomong seh... “



“ Ndak lah mbak, lagian kan aku bisa nongkrong di luar kayak gini mbak, hitung-hitung plesir lah mbak he he he “



“Hem.... Bilang aja mau lihat mbak kantin yang itu... “



Ucap Dara sambil menunjuk ke arah pramusaji kantin, dan Ian pun tersenyum kecut, pasalnya ia tak menyadari ada pramusaji yang lumayan buat cuci mata saat nongkrong di kantin rumah sakit akhir-akhir ini.



“ Lah baru kali mbak? Dari kemarin ngga ada kok he he “



Dara berjalan menuju pramusaji dan memesan minuman, lalu ia mengambil kursi plastik yang agak jauh dari posisi Ian, ia ambil tempat di sebelah Ian duduk.



“Lho? Ndak jadi pulang? “




“ Yo nemenin kamu dulu lah mas, tuh kopinya belum habis kan? “



“ Ini baru niat ngebut mbak, he he”



“ Motor kali ngebut, Hi hi hi “




Setelah menghabiskan minumannya Ian dan Dara pun pulang ke rumah.
Ian tidak langsung masuk, ia lebih nyaman berada di teras, sedangkan Dara setelah memarkirkan mobil ia langsung masuk rumah, untuk mengganti baju yang ia kenakan.

Tak berselang lama ia kembali ke teras membawa dua gelas kopi untuk dirinya sendiri dan untuk Ian, seketika Ian pun protes ke Dara.



“ Aduh... Ngopi lagi, jelek aku ntar mbak “



“ Ish... Buat nemenin melek kok, mbak pengen begadang ini mas “



“ Besok mbak kesiangan mbuh lho ya? “



“Ndak lah... “



Ucap Dara singkat, entah sadar entah tidak, sedari tadi Ian mencuri pandang ke bu bos yang semakin akrab saja dengannya.



“Mas e... Nanti tidur di luar ya? “



“He? Tidur di sini? “




“ Ish... Tidur di dalam tapi ndak di kamar mas.... Kejam bener anak orang ngga boleh tidur di dalam rumah Hi hi hi “



“Lho? Kenapa to mbak? “



“Aku takut tidur di kamar sendirian mas? “



“Oalah.... Lo kemarin-kemarin piye... Mbak ndak bilang sih, kan saya bisa tidur di depan tivi mbak? “




“ Lha Iyo malu to mas, he he he “



“ Ini dah malam, mbak mau begadang apa karna takut tidur sendirian? “



“ Takut sih? “




“Haish.... Yo wis ayo masuk aja, ndak enak di luar, nanti ada yang lewat lo... “



“Ish... Beneran tidur di ruang depan aja yo? “



“Njih... “



Kemudian mereka pun beranjak memasuki rumah, Dara jalan lebih dulu sedangkan Ian mengikuti dari belakang, sebagai lelaki wajar Ian blingsatan melihat pakaian tidur tipis yang di kenakan Dara.




“ Mbak yakin? Itu tidur disitu ntar badannya sakit semua lo mbak, mending di kamar ae biar saya tidur di sini “




“Ish... Mbak tu takut mas? Udah uji nyali dua malam kok, “



“Pintunya di buka ae kan kalau takut ada saya di luar to? “



Dara tampak ber pikir, dan ia tersenyum menyetujui saran dari Ian.



“ Tapi awas yo jangan kemana-mana, “



Ian pun mengacungkan jempolnya, sedangkan Dara langsung berjalan menuju kamarnya.


Tengah malam Ian belum juga memejamkan mata, ia pun memasuki kamar untuk mengganti celana panjangnya dengan celana pendek. Saat kembali sekilas ia melirik ke dalam kamar mbak Dara, ada sedikit keanehan disana, tangan mbak Dara menyelusup di dalam celana tidur tipisnya, ada pergerakan pelan disana, hal itu membuat Ian terpaku di tempatnya, namun hal itu tak berlangsung lama, Ian tersadar ia pun menggeleng.



“Hem... Si mbak lagi pengen kayaknya”


Ucap Ian pelan sambil tersenyum, Lalu Ian pun kembali rebahan dan mencoba memejamkan mata.





Pagi hari Dara bangun lebih awal, yah! Tidurnya lumayan tenang semalam, ia bangun dari tempat tidur langsung berjalan menuju ke tempat Ian tidur dalam lelapnya, niatnya ingin mengecek, tapi Dara berhenti sebelum sampai di tempat Ian tertidur, posisi Ian yang telentang dengan celana kolor yang ia kenakan membuat cetakan di selangkangan Ian terlihat jelas tercetak.

Dara mengamati dengan seksama, bahkan di otaknya terlintas membandingkan dengan sang suami.



“Ehm.. Panjang.”



Ucapnya pelan, ia masih saja diam di tempat, melihat Ian tertidur lelap, apa lagi ia melihat sesekali Ian merogoh celana dan membetulkan posisi penisnya yang tegang, membuat nafsu Dara sedikit berdesir.


Yah! Dara menikmati hal itu, selayaknya menonton film porno ia begitu fokus, tak ada satu pun gerakan Ian yang terlewatkan dari pandangan matanya, hingga akhirnya tangan Ian kembali masuk ke dalam celananya, kali ini tangannya diam di tempat seperti menggenggam batang penisnya sendiri, birahi Dara pun kian terpancing karna ulah Ian, apa lagi ia melihat tangan Ian bergerak naik turun dan itu artinya Ian sedang mengocok batangnya sendiri.


Dara tercengang dan menelan ludah manakala melihat sesuatu yang menyembul keluar dari dalam celana Ian, tak ayal membuat nafas Dara memburu dengan cepat.
Buru-buru Dara pergi meninggalkan Ian, ia langsung menuju ke kamar mandi.








~~~~~~~~~~





Iantono





Sore hari sepulang kerja dan sebelum pergi ke rumah sakit aku pamit ke mbak Dara untuk pergi ke pinggiran pemukiman warga, yah! Aku tau disana ada tempat yang bisa ku gunakan untuk merenung, di tempat yang sedikit menjorok ke area pertanian rendah.





cQR54pa.jpg





Akhirnya aku bisa menikmati senja dengan tenang, indah damai dengan sinar ke emas an yang dikelilingi semburat jingga dengan gumpalan-gumpalan awan, begitu teduh hatiku melihat lukisan alam ciptaan Tuhan.

Yah...
Aku adalah aku, seorang anak kampung yang mencari nafkah di Kota, dan saat seperti ini yang aku khawatirkan, aku merindukan dia memelukku dari belakang, dengan kasihnya yang tulus untukku.



“apa kabarmu In? “


Aku berucap sendiri, terlintas wajah ayu dan tingkah manjanya.


Argh....



Hatiku meremang, ingin ku ulang masa itu tanpa kesalahan, agar aku bisa dengan tenang mencintainya, agar aku tak kehilangan raganya, seandainya saja itu semua bisa ku ulang mungkin saat ini aku sudah bersamanya dalam satu ikatan.



Haish...


Haruskah aku teriak agar beban hatiku berkurang? Tentu tidak, ini kampung orang dan aku hanya numpang mencari ketenangan.


Asti, maafkan aku, aku menyayangimu sebagai kekasih tapi juga tak bisa melepaskan posisinya di hatiku, porsi kalian sama, aku berat benar-benar berat, aku tak mampu menggeser salah satu di antara kalian di hatiku.


Yah!
Aku tau aku mengambil jalan yang salah, disini aku bermain api dengan wanita lain, aku juga menyayanginya, dan sedikit pun aku tak berniat mempermainkan wanita, tapi semua itu malah menambah beban hatiku, dan di sinilah tempatku merenung mencari solusi penatnya pikiran.
Jelas semua kebodohanku, semua kesalahan waktu itu adalah salahku, dan cukup sudah.

Terakhir pulang pun aku tak menemui Indriani, aku tak ingin menambah masalah aku tak ingin Indriani dan keluarganya di cap jelek karena kedatanganku.
Statusnya yang sebagai istri oranglah yang membuat langkahku tertahan, biarlah aku seperti ini dengan rapuhku dengan jalanku yang aku rasa tertatih untuk melangkah, walaupun ada Asti tetap aku merasa limbung, walaupun Saat ini ada Herni dia tak bisa di sejajarkan dengannya, ya! Aku menyayangi tapi untuk cinta aku tak mampu menempatkan ia terlalu dalam.
Biarkan Herni menjadi kesalahanku disini.



Sinar mentari mulai meredup, entahlah pikiranku selalu kembali memikirkan Indriani.


Fiuh.... Ada apa ini? Adakah suatu hal tentangnya saat ini, Tiba-tiba saja aku ingin pulang, menghadapi hidup tanpa harus menyakiti orang jika ada masalah, melihat kondisi kekasihku tanpa mendekati memiliki Asti dalam satu ikatan yang pasti, tapi sanggupkah aku melihat kekasihku bersama suaminya? apakah aku harus melenyapkan dahulu suaminya?



Aargh...



Asu!!!



Aku mengerang dan mengumpat merasakan perihnya hati apakah seperti itu? Kenyataannya saat ini aku seperti itu.


Aku tetap terdiam, walau mentari tak lagi menunjukkan sisa sinarnya, terduduk lesu tanpa tenaga untuk memulai langkah pulang, entah sampai kapan aku menikmati hari yang sudah tak lagi terang, remang dan mulai gelap.



Lagi-lagi Indriani melintas di pikiranku, aku tak sanggup lagi, air mataku mengembang meneres dan membasahi pipiku, aku tak peduli, karna memang aku rapuh tanpa nya.


Aku tertawa dalam tangisanku, menertawakan betapa cengengnya seorang Iantono, betapa bodohnya tanpa bisa memperbaiki kesalahan.



Aargh!....


Aku menunduk, betapa malunya aku jika ada yang melihatku menangis terisak disini.



“Hey? “



Suara itu ku dengar berbarengan dengan sebuah tangan halus yang meraih kepalaku dan membenamkan dalam pelukannya, aku tau tanpa harus melihat, aku diam dalam dekapannya, yang aku tak tau kapan dia berada di depanku.



“Sudah... Pulang yuk? “



Ku dengar ajakannya tapi aku tetap diam, tak seperti biasanya kali ini suara itu berbeda, begitu halus keibuan.



“Aku tau kamu jagoan aku tau saat kamu membawa suamiku pulang ada luka lebam di wajahmu, itu artinya kamu tidak hanya menemukan suamiku, tapi kamu juga sempat berkelahi di sana, apa iya kamu masih mau menangis lagi Boy? “



Sontak aku terkejut, aku pikir tak ada yang tau lukaku, aku pikir mbak Dara tak menyadari hal itu, lalu kenapa waktu itu diam saja?


Ku angkat wajahku, belum sempat ku seka air mata yang membasahi pipiku, tangan halus mbak Dara sudah lebih dahulu menyekanya.



Cup!



“Terima kasih sudah menyelamatkan suamiku, sekarang ayo pulang. “



Tetap saja aku tak bergeming walaupun aku sempat kaget, aku masih diam mematung.



Cup!


Kali ini kecupan itu tak lagi di keningku, aku benar-benar kaget, aku segera berdiri dan di ikuti oleh mbak Dara, sudah pasti aku salah tingkah, aku tau maknanya aku tau. Lalu apa yang harus ku lakukan?



“Masih mau di sini? Kalau masih, mbak temenin sampai mas puas berada disini.”



“ M mbak pulang duluan aja deh, saya masih mau disini mbak”



“ Oke, mbak temenin, “



“ Tapi mbak, “



“Mbak temenin! “



Aku menunduk, baru kali ini mbak Dara berkata keras, entahlah, wanita sama saja ngga muda ngga yang sudah berkeluarga sama saja ternyata.



“Heeuh... “



Dengusku, dan hal itu di dengar olehnya, matanya menatapku tajam, ini yang aku bingung apa mbak Dara marah atau apa, aku berdiri berhadapan dengannya tapi tak satu ada yang bergerak, aku tertunduk melihat mbak Dara masih diam dengan tatapan tajamnya yang seolah ingin mengulitiku.

Sampai kapan seperti ini? Aku tak bisa berbuat apa-apa menghadapi wanita yang ku hormati menatapku seperti ini, walau pun semalam aku sempat menatap nakal tubuhnya, tapi hanya sebatas itu saja, tidak lebih.



Yah!

Lebih baik aku tetap tertunduk seperti ini dari pada harus melihatnya menatapku seperti itu.



Cup!



Bibirnya mengulum bibirku dan memaksa untuk mendongak, aku luluh lantak tak berani melepaskan pagutan mbak Dara, aku tak ingin ia tersinggung dengan sikapku nanti, semerbak wangi aroma di tubuhnya perlahan membangkitkan sesuatu dalam tubuhku, aku lelaki normal tak mungkin aku tak terpancing kalau keadaan sudah seperti ini.

Yah!
Ku sambut kuluman bibirnya, perlahan ia melangkah maju merapatkan tubuhnya yang sintal dan kedua tangannya bergelayut di leherku, nafasnya sedikit terengah, mungkin kesulitan bernafas karna bibirnya sama sekali tak mau lepas memagut bibirku, malah lidahnya mencoba menelusup dan membelit lidahku.


Aku tersadar ketika adzan berkumandang, ku belai rambut mbak Dara, dan ia melepaskan ciumannya.



“Aku udah siap pulang mbak, ayo. “


Ajakku.


“Tapi aku masih pengen disini mas Ian? “



Degh!


Kenapa bahasanya berubah,

Tidak!

Aku tak kan membiarkan hal ini, aku sangat menghormati mbak Dara.



“Mbak kita pulang, kita harus ke rumah sakit mbak? “



“Ngga usah, Paklikmu tadi datang, dia yang nungguin pak bosmu di rumah sakit”



“Lah? “



“Kenapa? Ngga mau nemenin aku di sini? “



“Iya saya temenin tapi jangan kayak tadi ya mbak? “



“Kenapa? Apa aku ngga menarik? “



“ Ini salah mbak? “



“ Kalau aku yang mulai ngga ada yang salah, “



Degh!


Apa iya karakter semua wanita itu ngga jauh beda ya?



Heeuh....



Hari makin larut, seperti sepasang kekasih mbak Dara terus saja bersandar di pundakku, tak ada keluhan takut di malam hari seperti ini, tapi tingkahnya menandakan kalau mbak Dara memang takut, ia tak mau sedikit pun melepaskan diri dariku.


Kuberanikan diri membujuknya agar mau pulang, dan memang keadaan berbalik, tadinya aku yang di ajak pulang sekarang aku yang merengek mengajak pulang, aku berjanji nanti setelah sampai rumah dan santai akan menceritakan masalah yang membuatku menangis tadi.


Ajaib mbak Dara menuruti ajakanku.











~~~~~~~~~~









Lima hari sudah pak Yanto terkapar di rumah sakit, ya walaupun keadaannya sudah membaik tetapi ia belum di izinkan pulang.

Dan malam ini kembali seperti sedia kala, sepulang kerja Dara dan Ian pulang ke rumah untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum berangkat membesuk pak Yanto, tepat jam tujuh mereka sampai ke tujuannya dan seperti biasanya, setelah menanyakan kabar, Ian langsung pamit keluar, tapi kali ini pak Yanto menahan langkahnya.




“ An... Sini dulu, ada yang mau bapak sampaikan, “



“ oh, iya pak. “



Jawab Ian.



“ Bambang nyuruh kamu datang ke sana, nanti sama bapak ya kalau mau kesana. “


“ oh... Siap pak he he he “
Jawab Ian.



“ lho ini mama ngga boleh ikut? “



Ucap Dara menimpali.



“ yang melarang itu ya sopo to ma? “


Jawab pak Yanto.



“ lha mama ndak di ajak omongan ok, he he... “



“ sik, sik... “



Ucap Ian, di susul dengan pandangan aneh dari pak Yanto dan Dara.



“Eh... Maaf “


Ucap Ian kemudian.



“opo.... Malah maaf ki to? “


Jawab Dara dengan raut muka aneh,




“He he, mau komplain omongan mbak sih, wes ngga jadi wes... “



“Oooo tak cubit sisan kamu mas? “




Seketika Ian melirik ke arah pak Yanto, ada rasa tak nyaman di hati Ian, mengingat dirinya sudah melakukan hal yang tak semestinya kepada Dara di belakang pak Yanto, entah bagaimana jika Pak Yanto tau, apakah ia akan tersenyum dan menanggapi dengan candaan di setiap omongan istri dan karyawan nya? Tentu tidak, bisa jadi Ian di usir seketika dari rumahnya.



“Cubit aja ma, ha ha ha, wong di rumah sakit kok pengennya nongkrong di kantin, nongkrong itu di kafe An? bukan di kantin rumah sakit, ha ha ha “



Canda pak Yanto,



“ Ish... ayah nih, ngajarin mas Ian kok ke kafe, ngajarin tuh buka usaha biar mandiri gitu lo yah? kasihan tuh kangen sama pacar sampai nangis minta pulang hi hi “



Ucap dara di sertai tawanya.



“ Lho.... Iyo to An? Yo wis ma, nanti mama benerin tuh bangunan yang lokasinya dekat jalan gede, bisa lah buat tempat usaha warung, biar pacarnya Ian ae yang jaga. “



Ian hanya diam mendapat komentar seperti itu dari bosnya, sedangkan Dara tampak mulai serius mendengarkan ucapan suaminya, ucapan Dara yang tadinya hanya candaan kini Dara pertimbangkan, memang semenjak Ian bicara kerjaan buat Asti Dara langsung mencari solusi kerjaan apa yang akan ia tawarkan untuk kekasih Ian.



“ sepertinya masuk itu yah, beneran ya yah, itu ruko buat dagang ae yo? “



“iya? Tapi nanti kalau ayah sudah pulang, mama boleh urus tempatnya ya? “



“ siap bos! “



ucap Dara antusias, Ian yang tak mau ikut campur urusan seperti itu memilih diam.



“ oey.. Mas... mas Ian....”



Ucap Dara gemas melihat Ian cuek bebek.



“Mas Ian? “



Jari lentik Dara akhirnya benar-benar mencubit lengan Ian.



“Adaaauw.... Iya apa ya mbak he he“



“Ish... Malah bengong ni kenapa toh, pacarnya ngga boleh kerja di toko? Apa gimana? “



“eh lha tadi tak pikir bercanda kok, lagian kan saya ngga tau harus gimana juga to? He he “



Ucap Ian, lalu pak Yanto pun menanggapi.



“ gini aja An, nanti kalau mbak udah siap kamu bantu aja beresin tempatnya, sekalian lah benerin yang kira-kira perlu nanti biar di arah in sama mbak yo? “



“Njih pak, “



Ucap Ian, dan Dara menyimak obrolan kedua lelaki di depannya,



“ Tapi ya ngga buru-buru kok, tenang aja, terserah kapan siapnya, lagi pula kan harus belajar dulu to? Nanti yo mau ngga mau mbakmu dulu yang buka he he “



“ Iyees.... Tenang yah, mama siap, he he”



Ucap Dara, tentu Dara senang mendapatkan kegiatan baru, ya walaupun usaha itu tak seberapa buatnya, tapi paling tidak akan ada kegiatan untuk dirinya, pasalnya selama ini ia hanya di rumah setiap hari.



“Pak, saya tak keluar dulu ya? Asem pak mulut, pengen ngebul he he”



Ucap Ian tiba-tiba, dan ucapan Ian di sambut derai tawa dari pasangan suami istri itu.



“ Dah sana... “


Ucap pak Yanto kemudian, tanpa babibu Ian langsung tancap gas keluar dari ruangan itu.




“Oey... Asik bener, pulang yuk, “



Ucap seorang wanita sambil menepuk pundak Ian, siapa lagi kalau bukan Dara.



“ Lo? Piyo to? Kan baru aja masuk kok udah ngajak pulang si mbak? “




Balas Ian dengan raut muka bertanya-tanya, jelas saja ia merokok belum juga habis sebatang sudah di ajak pulang.




“ Biarin ah, mau nemenin kamu di rumah aja, biar seneng biar ngga nangis lagi hi hi “



“ Hem.... Ngeledek yo mbak... Awas nanti tak tinggal tidur di kamar yo? “



“ Ih, kok jahat sih masku”



“Salahe sopo ngeledek”




Ucap Ian pelan, namun tetap saja Dara mendengar ucapan Ian.




“ Da ah yuk, ngerokok nya di mobil aja, oya. Berhubung kamu ngancem kamu aku hukum ya? “




“ Sik mbak, hukum opo toh, ngancem dikit kok, lagian juga Cuma bercanda kok mbak, ndak serius kok he he “



“ Tetap tak hukum, ayo ah “




Jawab Dara sambil menarik tangan Ian,




“Sik tanggung mbak sayang ni kopinya”




“ Nanti di rumah aku bikinin lagi mas Ian sayang?.... “




Ian pun menggelengkan kepala dan menuruti kemauan bu bosnya, sampai di parkiran Dara memberikan kunci mobilnya dan menyuruh Ian untuk mengemudi, jelas Ian protes.



“ Lo? Kok saya yang nyetir to mbak? “



“ Mau tak hukum lebih lagi? Ini hukuman paling enak lo mas? “



“Ealah.... Ini to hukumannya? Oke siap bu bos. “



Ian pun mengangkat satu tangannya, segera ia masuk mobil, setelah Dara masuk Ian langsung tancap gas.



“ Dari kemarin kenapa ngga mas yang bawa sih, ih jahat banget sama aku kamu mas, “



“Ndak minta kok mbaknya, masa saya suruh minta kunci he he “



“ Ish... Kamu tuh, “



Ian pun tersenyum kecut, ada sedikit yang mau di bicarakan dengan Dara, tapi Ian masih menimbangnya, namun dari gaya Ian menghisap lalu membuang asap rokoknya sangat terlihat kalau ada yang Ian pikiran.



“ Mas kenapa lagi to? Aku lihat kok kayaknya ada sesuatu yang di pikirkan to? “



Ian tersenyum, aji mumpung pikir Ian, lebih baik di utarakan sekarang, pikirnya.



“ Anu mbak, maaf. Tapi jangan marah yo mbak. “



“Ndak... Mau ngomong apa sieh.... Mau nembak aku? Ngga usah di tembak masku? Aku dah kena kok hi hi.. “



Degh!


Ini yang Ian takutkan, tentu Ian tau maksudnya dan Ian yakin Dara tidak sedang bercanda, mengingat kejadian kemarin di pastikan Dara tidak bercanda.



“ Anu mbak, kok mbak Dara beda to, bahasanya kok pakai aku to mbak? Saya ndak enak sama bapak nanti kalau tau mbak? “



“ Ih kamu tuh ngga peka sih mas, yo tenang aja sih? Kalau di depan pak bosmu ya aku ndak begitu to? “



“Tetap aja saya ndak enak e mbak, “


.
“ Ndak usah di bahas, ini kan karna mas Ian ndak peka aja, yo wes nanti ae aku jelasin di rumah yo?



Cup!

Tiba-tiba Dara mengecup pipi Ian, jelas Ian kaget. Namun sedikit banyak Ian sudah tau karakter dari wanita di sampingnya itu, mobil pun melaju menuju rumah tinggal mereka, hari masih belum terlalu malam, karna mereka di rumah sakit hanya sebentar saja.













Bersambung
Sipp om matur thankyu
 
Wah nunggu exe mbak dara nich...
Ho oh, ane juga nungguin exenya he he

Suwun updetane om @qthi....
bu bos mainya halus nih...
Halus pak, sehalus belainya

Sipp om matur thankyu
Sama-sama om

Makasih ya gan dan terus berkarya semoga sehat selalu
Amin, begitu juga sama om suhu, sehat selalu ya om,
makasih updet lanjutannya @qthi
Oke om suhu

suwun updatenya hu
:beer:
Makasih updatenya om @qthi
Oke om suhu, ayo mlipir lagi di trid yang anget-anget he he he
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd