Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
PART 4

SANG MANTAN

Tak ada jawaban, kemana kakek dan nenek,
Lagi lagi salam terdengar, kasihan juga aku kerjain,
Ah sudahah, kujawab salam dari dalam kamarku,

Baru juga beranjak dari dipan, kekasihku sudah berdiri didepan pintu kamar, wajahnya sendu matanya menatapku sayu tanpa amarah, amaaan pikirku.

" Maas, "

Dia masuk kekamar dan langsung memelukku erat, sedangkan aku masih berdiri kaku, pikiranku melayang, ku lihat di matanya ada kesedihan disana, uh sesak lagi dadaku,

"Jangan berantem lagi, "
"Iya. "

Hanya satu kata yang mampu ku ucapkan, lalu kubalas pelukannya.
Hening sesaat, lalu terdengar isakan tangis kekasihku,
Kulonggarkan pelukanku satu tanganku masih memeluk pinggangnya,
Ku elus rambutnya kukecup keningnya, dia menatapku sayu,

" Jangan sedih dong deek, "

Kurengkuh lagi kekasihku wajahnya pun tenggelam didadaku, seketika dadaku pun basah oleh airmatanya.

" Adek takut maas."

Masih saja dia menangis, perlahan mataku berkaca kaca terasa panas, selama ini belum pernah kulihat dia menangis, dan sekarang dia menangis karna ulahku,
Ah, andai mereka semua ngga tau kejadian semalam pasti kekasihku tak kan bersedih seperti ini,

" Udah ya deek? Mas ngga apa apa kok, "

Aku penasaran sebenernya siapa yang melihat kejadian itu, kenapa kakek dan Asti tau,
Kalau kekasihku sudah pasti dari Asti, ah nanti saja kutanya Asti, pasti dia tau biang keroknya, apa jangan jangan dia sendiri yang tau, tapi kalo Asti pertama tau ngga mungkin dia cerita ke kakek, ah sudahlah mending nenangin yang ada dipelukanku dulu.

" Deek, kedepan yuk nanti ketahuan nenek looo?... "

" Biarin, biar dinikahin sekalian, "

Laaah... tadi mewek, sekarang malah ngledek,
Senyumku mengembang, ntah yang ngomong. kepalanya masih ndusel didadaku sih, tapi gugup juga kalo sang kekasih ngomong kayak gitu,
Dan itu artinya udah ngga ngebahas kejadian semalam,

" Eeeeehm ada yang kebelet kawin niiih,"
" Nikah kali mas, "

Dia mendongakkan kepalanya dan tersenyum memandangku, kubalas senyumannya dan ku kecup keningnya, uuh hatiku meremang bahagia,

" Disini aja sih mas, "

Akhirnya dilepas pelukannya lalu berjalan ke dipan dan bruug, untuk pertama kalinya tempat tidurku ada yang menempati selain aku, dan itu kekasihku sendiri.
" Bentar ya dek, "
Lalu kuambil segelas air putih dari belakang,
Rumah kakek lumayan panjang tiga rumah dijejer memanjang kebelakang,
Pantesan tadi Indriani ngucapin salam ngga ada yang nyaut, ternyata kakek dan nenek lagi ngadem dibale belakang rumah to,
Akupun kembali kekamar dan kuberikan segelas air putih ke kekasihku,

" Nih dek "
"Cieee .... ada maunya ngga niih?"

Manis sekali senyumannya, ah bikin ke inget sebelum berantem sama si bocah songong itu.

" Mau kaya semalem ya dek, he he, "
"Enggaaaak"

Kami pun tertawa bersama, akhirnya suasana berubah ceria.
Kekasihku sudah tak lagi bersedih, lega rasanya.
Aku juga tidak perduli dengan keadaan dikamarku, kalo di pikir pikir bener kata kekasihku tadi, biar dinikahin sekalian aja.
Entah apapun yang dibahas semua jadi seru, senyumnya selalu mengembang dan sesekali saling cium, entah takut atau apa, yang jelas setiap salah satu memulai serius melumat bibir pasti terlepas dan tertawa,
Lama lama lelah juga, sembari rebahan miring menghadapku, dia mulai menilai kamarku kenapa kamarku ngga dikasih pintu permanen saja, kenapa cuma pakai hordeng, dan bla bla bla, Hadeeh apa coba,
Sekalinya masuk kamar langsung banyak complain, tapi aku seneng sih.
Aku tersenyum memandang nya,

" Kapan kapan mas pasang deh, kalo yang pengen nyonya mah, wajib di laksanakan ehe he "

Dia menjulurkan lidahnya, uh, bikin gemes aja.
Lalu hening, seolah habis kata kata Ku, hanya saling pandang, kuusap rambutnya yang mulai kusut dan kukecup keningnya, mata terpejam dengan seulas senyum simpulnya membuatku makin gemas saja, 'cuup'
kecupan hangat dibibir tak membuat dirinya membuka mata, malah membalas kecupanku dengan lumatan bibir, lupa keadaan itulah yang terjadi didalam kamarku,
Kurengkuh pinggannya agar mendekat, tangannya bergerak merengkuh leherku seolah tak ingin melepaskan pagutan bibirnya,
Lama lama nafasnya memburu, pertanda gairahnya mulai naik, begitu pula denganku,
Satu tangannya bergerak ke bawah menelusup kedalam celanaku,
Sedangkan tangan ku perlahan lahan juga menaikkan kaos kekasihku, kusentuh payudara ranumnya,

"Eeemh"

Lenguhannya tertahan karna bibirnya masih asyik saling lumat dengan bibirku, semakin kusentuh payudaranya semakin kuat lenguhanya,

" Eeemh... eeeemh..... aaaah.... "

'Cpaaack.... '

Lumatan bibir pun terlepas, segera kuserbu lagi bibirnya agar suara lenguhannya tak terlalu keras, tangan kekasihku semakin meraja lela,
Sontak batang yang tadinya anteng ikut menegang,

"Aargh, deek, "

Kulepas ciumanku dan Ku kecup keningnya,

"Udah ah, ntar kebablasan lho"

"Hi hi takut ya mas"
"Iya he he "

Hening lagi, kupeluk tubuhnya sambil ngobrol panjang lebar akhirnya kekasihku tertidur, akupun keluar untuk ambil air minum dibelakang,

" Lee" Nenek udah bangun ternyata.

" Njih Mbah"

" Anaknya mana? udah pulang to, "

" Siapa tho Mbah, "

Jawanku pura pura ngga tau, sambil garuk garuk kepala,

" Halah pura pura kamu Lee, simbah mau ngomong sama kalian, "

Nah lo beneran kawin muda deh, begini ni kalo orang tua tau, suka pengen buru buru nglamar aja pokoknya,

" Ada Mbah, lagi tidur orangnya, "

"Ooh ya sudah, kayaknya kalian itu cocok le, jangan lama lama kalo bisa"

" He he, njih mbah."

Akhirnya aku kembali ke kamar, terserahlah kalo Ada yang mergokin, lalu kurebahkan tubuhku disebelah kekasihku, akupun ikut terlelap,

Baru saja terlelap tiba tiba dibangunkan oleh kekasihku,
Masih ngantuk sih, dianya udah pengen pulang ternyata, tapi ngajakin ketempat Asti dulu,
Heem .... bakalan kena sidang iniih.

Sengaja aku jalan dibelakang biar ngga langsung kena sasaran tembak si Asti,
Sesampainya disana rumah asti kelihatan sepi tapi TV masih nyala, weleh pasti tivi nonton orang ini.

"As ... Astii.... " Panggil Indriani,
Lalu ku suruh masuk aja daripada ngga ada yang nyautin, udah pasti orangnya tidur, tak lama Indriani keluar langsung ngajak pulang, ngga enak orangnya pules katanya,

" Ke toko mbak Mar dulu ya dek, mas mau beli pupuk buat persiapan tanam soalnya, "

" Iya, " Jawabnya,

Kita pun akhirnya ambil jalan pintas melewati jalan setapak pekarangan rumah warga, lebih cepat dan ngga terlalu banyak kena sinar matahari,
Lagipula lebih bebas bergandengan tangan dan bersendau gurau tentunya.

Sesampainya ditoko.

Sepi amat ni toko, Lalu aku ijin ke Indriani untuk memanggil Mbak Mar, biasanya kalo sepi suka di rumah induk dianya.

"Mbaaak.... Mbak Maaar.. "

Tetep ngga ada jawaban.
Kemana ini orang tapi kok pintu kebuka, samar samar terdengar suara lenguhan didalam rumah mbak Mar, hadeeeh bener bener dah.
Mending ke depan lagi kasihan Indriani sendirian,

" Ada mbak Mar nya ngga mas, "
" Ada didalem lagi ehem ehem tu dek, parah. "

Jawabku jujur, tak ayal cubitan mendarat dipinggangku dengan telak.

'Kreet...' Pintu belakang tokonya pun terbuka,

" Eeh mas Ian too, beli apa mas? " Sapanya dengan kerlingan menggoda,
Kembali cubitan kuterima dipinggangku,

"adaaauw" Pekikku, hadeeeh masalah kayaknya nih.
Seketika mbak Mar pun gugup,

" Eh mbak In, be beli apa mbak, "

" Nganterin mas Ian beli pupuk! ada ngga mbak. "
Aku cuma senyum senyum melihat tingkah sewot kekasihku itu, sedangkan mbak Mar tambah gugup aja dengan sikap Indriani, kapok batinku.

" A ada kok mbak, berapa sak to mbak, "

Kemudian kubisikkan berapa jumlahnya kepada Indriani,
Jadilah mereka yang transaksi, sedangkan aku cuma diam, lalu kutawari kekasihku mau nambah apa buat dia.
Awalnya ngga mau setelah kubujuk beberapa kali akhirnya mau juga,
Setelah itu aku antarkan kekasihku pulang, sekalian ketempat Heru ah pikirku, lagi pula sudah beberapa hari ini aku ngga kesana,
Sepanjang jalan Indriani cuma diem aja, kuajak bicara jawabnya cuma iya dan iya, hadeeh ngambek gara gara mbak Mar ini mah,
Sampai dipertigaan dekat rumah Indriani kupegang tangannya kuajak berhenti,

" Dek kenapa sih kok gitu, "

"Au ah. Urusin tu mbak Mar"

Masih kesel dan sekarang pake cemberut, hadeeeh.

" Lho cemburu toh?... Istri orang itu lho deek, "

" Ngapain coba genit sama pacar orang. "

" Hehehe kalo pacar kambing ya ngga mungkin digenitin tho dek, udah ah, emang dasar orangnya gitu kok, biarin aja, "

Setelah kurayu panjang kali lebar akhirnya Indriani luluh juga, ribet juga ternyata kalo perempuan udah ngambek.
Sampai dirumah Indriani aku langsung kerumah Heru,
Sepi, cuma ada ibunya Heru saja, kutanya dimana keberadaan Heru, ibunya pun ternyata ngga tau dimana Heru, ya sudah akhirnya aku pulang.
......................................................................................

POV Mbak Marni


Selama menikah semenjak tujuh tahun yang lalu hidupku bukannya semakin membaik,
Dari segi materi aku bisa dibilang cukup, tapi apalah artinya semua materi itu, jika kebutuhan sex ku kacau, malah sebelum menikah aku cukup lebih bisa menikmati hidup,
Lulus sekolah aku langsung kerja ditoko sembako, sampai akhirnya aku bertemu pelanggan toko dan akrab dengannya,
Lama lama dia menawariku pekerjaan, 'enak' katanya, aku iyakan ajakannya karna tak terlalu jauh juga dari tempatku bekerja saat itu.

Sampai lokasi barulah aku tau apa pekerjaan ku.
Yah menjadi pemuas nafsu lelaki hidung belang profesi baruku, awalnya aku menolak, tapi apalah daya seorang gadis sepertiku takkan mampu berbuat banyak,
Lama lama aku menikmatinya, hasil yang kudapat juga lumayan.
Tentu saja orang orang dikampungku nggak ada yang tau profesiku.

Menginjak umur Dua puluh tahun aku menjalin hubungan dengan pemuda kampungku, dan dia melamarku, orang yang lugu dan polos itulah sebabnya aku terima lamarannya, walau bagai manapun sebagai seorang wanita aku merasa khawatir jika nanti menikah suamiku menuntut keperawananku.
Kekhawatiranku tak terjadi, memang benar pilihanku, entah saking lugunya atau memang ngga mau tahu, suamiku tak menyinggung masalah itu. Waktu malam pertama, aku bersukur sekaligus kecewa, beberapa hari menikah suamiku tak mampu memuaskan birahiku,
Aku mulai pusing memikirkan hal itu, hari hariku hambar terasa, sampai suatu ketika aku tergoda untuk mencari selingkuhan, untuk pemuas nafsuku sih sebenernya,
Karna untuk urusan hati suamiku cukuplah pengertian, kubuka toko sembako dengan modalku sendiri suamiku hanya membangun tempatnya saja, cukup srategis sih di depan rumah tapi terpisah dari rumah induk,
Dari usahaku ini lah awalnya perselingkuhanku,
Setiap pergi belanja kekota aku selalu menyewa mobil untuk mengangkut barang daganganku,
Lama lama aku akrab dengan sopirnya, setiap perjalanan selalu ada saja bahan obrolan dari kerjaan, kondisi jalan menuju kekampungku, dan urusan rumah juga di bahas,

Seminggu sekali aku kekota untuk berbelanja kebutuhan tokoku, saking seringnya ketemu dan ngombrol aku keceplosan ngomong masalah ranjangku, dia tersenyum dan menanggapinya dengan serius, dan terjadilah perselingkuhan pertamaku dijalan menuju pulang, lumayan kuat juga sopir itu setengah jam bersetubuh aku dibikin dua kali keluar,

Pikiiranku menerawang membayangkan kejadian itu.
,,, ,,,,, setelah mobil bak yang memuat barang daganganku keluar dari jalan besar dan memasuki area hutan yang dirasa cukup aman dari jalan besar, Mas Yoyok langsung menerkam payudaraku dan membuka pakaian atasku dihisap pentilku bergantian, membuatku terengah engah menahan gejolak birahiku,
Tak tinggal diam ku raba selangkangannya, ternyata celana kain yang di pakai mas Yoyok sudah menggelembung, kubuka resletingnya dan kubetot Batangnya dari celana dalam, kuelus elus dan kukocok perlahan akibatnya batang itu semakin mengeras, sedangkan aku sendiri masih melenguh karna ulahnya,
Sejenak aktifitas mas Yoyok berhenti dan melumat bibirku dengan buas, membuatku makin kelojotan.
Kemudian dia keluar dari mobil dan menghampiriku yang masih terengah engah dimobil, lalu pintu mobil sebelah kiri dibuka lebar, dia menarik tubuhku agar mendekat, setelah mendekat kembali bibirku dilumat dengan ganas,
Tak mau kalah kubalas lumatan bibirnya, saking semangatnya tau tau celana mas Yoyok sudah tak terpakai lagi, entah kapan dia melepasnya, tubuhku yang setengah bugil kini pun sudah telanjang bulat, bibirnya merayap dileherku dan turun lagi ke payudaraku, aku hanya berpegangan sandaran jok mobil, menahan dorongan kepalanya,
Sedangkan tangannya sibuk diselangkanganku,

" Basah Mbak, " Ucapnya dan sambil megangin batangnya sendiri,

" He em, masukin aja mas, "

Lalu diraih kepalaku aku paham maksudnya,
Kuraih batang kerasnya lalu kumasukkan kemulutku, kukulum batang keras dan pejal diujungnya itu,
Rasa tak sabar ingin segera kumasukkan kebelahan memekku yang kuyakin sudah basah kuyup karna ulahnya tadi,
Sedangkan mas Yoyok sendiri tangannya berpegangan kabin mobil, sambil mendongakkan kepalanya,
Lalu kusudahi aktifitasku dan kurebahkan tubuhku dijok, mas Yoyok paham lalu diangkat kedua kakiku segera diarahkan batang pejalnya ke selangkanganku, kuraih batangnya dan kuarahkan ke lubang basahku 'bleees'

" Aaaaghh.. "
Batangnya serasa mentok kedasar rahimku, didiamkan batang pejalnya diliang memekku membuatku tak sabar,
Kugoyangkan pinggulku perlahan lahan, mas Yoyok juga menggoyangkan pinggulnya maju mundur, Semakin lama semakin cepat, deru nafas dan lenguhanku semakin keras, semakin basah pula lubang nikmatku,

" Aaaauch... Yang kenceng mass.... Aku mau aaaach... "
Belum selesai ucapanku, air kenikmatanku sudah keluar membanjiri lubang memekku, pinggulku mengejat ngejat, lalu dicabut batang mas Yoyok,
Diraih pinggangku dan aku ditarik keluar, belum ada tanda tanda mas Yoyok mau keluar nafasnya pun masih teratur, lemas terasa tubuhku tapi tak mengurangi gairahku,
Lalu aku disuruh nungging, kuturuti mau pejantanku toh aku juga menginginkannya, buru buru dimasukkan batang kerasnya kelubang nikmatku ' blees' masuk lagi batang keras itu, erangan dan lenguhan silih berganti, tempo genjotan pejantanku mulai tak beraturan, begitu juga geolan pinggulku, nafasnya mulai memburu menandakan kalau pejantanku mulai mendekati titik nikmatnya,

" Uuuugh Mbak enak tempikmu Mbaaak uuugh, "
" Iya mas aaaagh ngga kuat maaas aaaagh"

Kembali kuraih nikmaku yang kedua, sementara pejantanku terus memompa dari belakang semakin cepat sodokannya lalu tiba tiba genjotannya berhenti dan ditancapkan sedalam dalamnya ke memekku, pejantanku mengerang puas, tubuhnya ambruk menindihku dan batangnya mengejat ejat didalam lubangku.,,,,,,

Uuh membayangkan pejantanku yang satu itu membuat gairahku naik, kejadian itu terulang dan terulang lagi,
Selama dua tahun affair ku aman tapi setelah itu dia menghilang entah kemana.
Sekarang aku temukan penggantinya lebih tua sih, tapi stamina nya woow, pria beristri, masih tetangga.
Semalam saat suamiku akan berangkat jagain adeknya yang dirawat dirumah sakit,

Kebetulan kang Jono datang untuk membeli rokok dan ngobrol dengan suamiku, dari obrolan itulah kang Jono tau kalo malam ini aku sendirian dirumah, Sekitar jam delapan malam suamiku berangkat ke rumah sakit,

Sengaja aku tutup toko lebih awal agar bisa secepatnya 'ngamar' dengan kang Jono, dan kita bercinta sampai pagi, segala macam gaya diperagakan luapan birahiku tersalurkan semalaman,

Awalnya sih kecewa waktu pertama kali dihutan itu,
Apesnya lagi aku ketahuan pas ngewe sama kang jono dihutan, untung kang jono udah pulang duluan,
Dia seroang pemuda biasa saja, cenderung cuek sih
Tapi kalo sudah ngomong suka nyeplos,

Pernah Ku goda dia tapi gagal, bahkan waktu dihutan dia bisa menahan nafsunya yang jelas jelas batangnya tinggal masukin ke memekku,

Entah kenapa setelah aku ketahuan sama dia aku sering memikirkannya bahkan saat bercinta dengan kang jono pun bayangan pemuda itu muncul di ingatanku,

Hari ini waktunya suamiku pulang dan digantikan sodaranya yang lain, dan tadi siang aku janjian dengan Kang Jono padahal semalam suntuk sudah puas,
Menjelang sore kang Jono baru datang kerumah, dan tokopun aku tinggal begitu saja, begitu masuk rumahku kang Jono langsung membuka semua pakainnya, begitu juga pakainku langsung dilucututi semua, padahal posisi masih diruang tamu,

Kang Jono bener bener kranjingan memekku, sampai lupa kalau masih diruang tamu langsung main hajar aja, setelah kukulum batangnya aku langsung nungging berpegangan meja kayu didekatku, dengan sigap kang Jono mengarahkan batang perkasanya ke memekku, dirasa pas langsung dimasukkan sampai mentok ke dalam memekku,

Situasi yang pas, dimana orang orang pergi menggarap ladang masing masing,
Kang Jono malah menggarap ladangku,
Eranganku semakin menjadi jadi membuat sodokan Kang Jono semakin kuat dan pertahananku jebol saat itu juga, lalu ku ajak kang Jono kekamarku,

Didalam kamar langsung kudorong pejantanku dan posisiku duduk diatas selangkangannya kugoyang pinggulku,
Niatku ingin membalas keganasannya diruang tamu tadi, malah aku yang klojotan sendiri, sedang enak enaknya menikmati batang perkasa pejantanku, tiba tiba ada yang memanggil dari luar rumahku,

Kuhentikan sesaat goyanganku, tapi ngga ada panggilan lagi,
Ya sudah mungkin orangnya sudah kedepan, pejantanku malah menghujamkan batangnya ke memekku , sontak aku menjerit keenakan lagi dan lagi, disodok dari bawah membuatku hilang kendali erangan ku semakin menjadi, akhirnya aku dan pejantanku keluar bersamaan, segera kekenakan pakaian dan pergi ketoko.

Sesampainya di toko ada Ian sama Indriani sedang berdiri didepan etalase tokoku, apa jangan jangan yang tadi manggil Ian yah, ah sudahlah mudah mudahan dia ngga tau perbuatanku tadi, tapi tau juga ngga apa apa siih, mending godain ah pikirku,

Baru aku sapa dan kuberi sedikit kerlingan mata, tiba tiba Indriani nyubit pinggang Ian, apa mungkin mereka pacaran ya, sampe segitunya nyubit Ian.

Tingkah mereka berdua membuatku yakin kalau mereka pacaran, dan cukup membuatku gugup,
Akhirnya Indriani yang membelanjakan keperluan Ian,
Sedangkan Ian sendiri diam dibelakang pacarnya,
Setelah selesai Ian menitipkan belanjaannya, seperti biasa umumnya warga, ngambil pupuknya nanti kalo sudah siap tabur.
Setelah mereka pergi aku kepikiran lagi kejadian dirumah tadi, apa Ian tau ya, kok pas aku masuk toko dia senyum senyum ya, kalau tau perlu dikasih pelajaran dia, senyumku pun mengembang berandai andai gimana ya rasanya main sama brondong hi hi hi,
Hari sudah sore dan aku lupa sama pejantanku tadi udah pulang belum ya, ah mending aku samperin ajalah, takutnya ketiduran disana malah repot nanti urusan.
Sampai dirumah kucari di kamar, ternyata sudah pulang, aman orangnya udah pulang pikirku,
.......................................................



Sementara itu, malam hari ditempat berbeda.

Terlihat seorang pria dewasa umur sekitar 25tahunan sedang berdiri didepan seorang pemuda 18tahunan, membahas masalah yang di buat sendiri oleh anak muda itu, pria dewasa itu terlihat geram dengan tingkah si pemuda.

" Udahlah Jod ngga usah diperpanjang masalahmu itu, kalau masalah lain terserah kamu lah, aku siap bantu. "
" Tapi mas. "
" Oke, kalau kamu masih ngga mau denger omonganku, siapa nama anak itu, biar dipanggil anak anak.
Kita kumpul di pendopo, dan jangan harap ada yang mau bantu kamu disana.
Silahkan duel sama dia, aku ngga akan lerai kalian sampai salah satu dari kalian sekarat. Gimana kamu siap, "

BERSAMBUNG....
 
makasih om @qthi updatenya, walah jod jod.. Udah kalah yo westalah leh, punya oraang kok mau diembat, tuh mbak mar, asiik lo, indriani ben sama si ian, wes ian ndang diambil tuh si indriani, lah habis punya gacoan, lu mau apa terserah. Kasihan siindriani, kalau ndak kamu kekep duluan, heheh... Wah om @qthi serangan dini hari ya om, lanjutkan om, sudah enak semuanya, jos
Sumonggo om @areke, sepertinya so Jod ini masih kurang dapat pelajaran dari Ian om, he he:beer:
 
Ma kasih up na. Kok kedepannya kauak bukan ma Indriani ya. Ni masih gantung hubungan dng Asti. Apa setelah 'putus' ma Indriyani bebalik ke Asti serelah sadar dng perasaan si Ian sendiri. Hanya tebak2 berhadiah sih . Lanjut lagi dwh ikut alur yg mau dibuat ts :beer::beer::beer::beer:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd