Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
JNT

xKPOCZw.jpg

Part 23
Odatiqf.jpg

Dara Sasmita



Malam jumat di rumah pak Yanto


Selesai memarkirkan mobil Ian duduk selonjoran di teras.

Yah! Tempat itu memang tempat kesukaan Ian, ia merasa nyaman berada di lingkungan yang tak tertutup.


Sebatang rokok ia sulut, yah sepanjang perjalanan Ian agak sungkan merokok di sebelah Dara, walaupun tidak di larang tapi Ian merasa tak enak.
Di pandang asap yang meliuk-liuk di udara, begitu bebas bergerak mengikuti alur yang ada.
Dara sudah masuk rumah saat Ian memarkirkan mobil di garasi, sekarang ia sudah berganti pakaian, gaun tidur tipis yang ia kenakan membuat Ian sedikit tercengang manakala Dara menghampirinya.


“Mas? Capek ndak pegal ndak, kalau pegal tak Bikinin jamu ya? Atau mau minum kopi lagi? “


Ucap Dara di samping Ian, Dara masih berdiri menunggu Ian menjawab omongannya, sedangkan Ian tampak bingung.



“ Agak pegal sih mbak, kan tadi saya udah ngopi mbak, ntar ae agak malam tak bikin sendiri yo? “


“Oke siap, sekarang minum jamu dulu aja yo biar pegal nya ilang “


“ Loh ada stok jamu to mbak? “


“ Ada dong? Sik ya? “


Suara denting aduan gelas dan sendok terdengar nyaring di telinga Ian, Ian penasaran lalu menghampiri Dara di dapur, Ian berjalan pelan agar Dara tak mengetahui kedatangan dirinya.
Dara sendiri tampak sibuk mengaduk gelas yang berisi jamu, sesekali ia menyeka kening yang tertutup oleh rambutnya, Ia tak sadar Ian sedang memperhatikan dirinya dari belakang, saat ia hendak mengambil sesuatu barulah ia melihat Ian.


“ Hem.... Gitu ya? Diam-diam ya? “



Ucap Dara, Ian tersenyum salah tingkah, pasalnya ia baru saja mengamati lekuk tubuh bu bosnya.


“Nih dah jadi, minum sini aja yo? Kan harus langsung habis, “


Dara menyodorkan jamu ramuannya, setelah menerima dan mengucapkan terima kasih Ian segera meminum jamu buatan Dara, lalu ia mengecap bibir, menerka rasa jamu yang ia minum barusan.


Cep!
Cep!


“Jamu opo iki mbak? Kok ada amis-amisnya to? “


“ Enak ndak? Kalau mau aku bikinin, mas tinggal bilang aja ya? Bagus kok buat stamina mas “


“Enak sih mbak, Cuma agak aneh aja sih”


“Ooo itu tak tambahin telur ayam kampung sama madu mas? “


“ Oalah... Pantes. “


Setelah jamu habis di minum Ian pun beranjak ke wastafel hendak mencuci gelas kotor bekas jamu, namun Dara melarang Ian melakukan itu, ia menyuruh Ian kembali ke depan.
Ian menuruti ucapan Dara, ia bergegas ke teras tempat biasanya, tak lama setelah itu Dara datang membawa dua cangkir kopi dan menaruh di atas meja kecil, ia ikut duduk menemani Ian.


“ Kamu seneng banget duduk di teras mas, ndak dingin to”


“ Biasa ae sih mbak, lebih lega aja sih, bisa lihat pohon di luaran he he “


Jawab Ian, Ian tertegun saat melihat dengan seksama gaun tidur yang Dara kenakan, disana tepatnya di gundukan payudaranya tercetak puting susu Dara, dan itu artinya Dara tak mengenakan bra. Ian tak sadar kalau tingkahnya di perhatikan oleh Dara.


“ Mas oey.. Masuk aja yuk... Mas? “


Dua kali Dara memanggilnya tapi Ian tidak merespon ucapan Dara, ia masih tertegun melihat puting susu Dara yang tercetak jelas di gaun tidur itu, tak sabar dan merasa Ian serius memperhatikan bagian tubuhnya Dara pun mencubit hidung Ian.


“Eeem.... Nakal.... “


Seketika Ian tersadar, ia pun blingsatan di buatnya.
.


“ Em.. anu mbak maaf “


“Nakal bener kamu nih, Hi hi hi “


“Maaf mbak? “


“Iya? Mangkanya ayo masuk aja... Malam Jumat ini lho mas? Ndak takut ada yang lewat po. “


Setelah berucap Dara pun berdiri dan menarik tangan Ian agar mengikutinya,


“Dah disini aja ya? Pintu ndak usah di tutup biar mas Ian ngga merasa sumpek yo? “


Ian menurut saja di tarik masuk dan di suruh duduk dekat jendela depan, tepatnya di pinggiran pintu. Lalu Dara keluar lagi mengambil kopi yang belum sedikit pun di minum berikut rokok serta asbak yang biasa di gunakan Ian, ia bolak-balik karna tak bisa membawa sekaligus.
Sedangkan Ian hanya terkekeh melihat Dara sibuk.
Setelah semuanya selesai Dara menghampiri Ian yang masih tersenyum, ia tidak duduk di samping Ian tapi dari belakang Dara langsung memeluk Ian, tubuhnya menempel ketat di punggung Ian.


“ Ngerokok sama ngopi nya di dalam aja ya? “


Ucap Dara pelan, aroma nafasnya terasa hangat di leher Ian, yah karna memang Dara memeluk dan menyandarkan dagunya di pundak Ian, Ian sendiri diam terpaku mendapatkan perlakuan seperti itu, jantungnya seolah berhenti seketika. Ian grogi menghadapi istri bosnya sendiri.


“Mbak? “


“Iyah? Apa mas? “


“ Mbak yakin kayak begini? “


“Hu um “


“Tapi ini salah mbak? “


“Aku tau”


“Lalu? “


“Biarkan mengalir apa adanya mas? Jangan khawatir soal ini ya? “


Ian terdiam, apalagi ungkapan yang tepat untuk menolak wanita yang ia hormati agar tak tersinggung, Ian merasa sudah tak ada lagi.



“ Mas? “


“Iya mbak? “


“Jangan kaku ah, aku ndak menarik ya di mata kamu, “


“ Mbak wanita yang sangat saya hormati mbak, maaf. “



Cup!
Dara mengecup bibir Ian namun tak mengulumnya.



“ Tapi aku menginginkanmu mas? “



“ Mbak yakin? Bagaimana kalau kita ketahuan mbak? “


“ Kalau kita bisa jaga semua ini ngga akan mas? “


Ian yang sedari tadi menahan sesuatu di punggungnya merasa sudah tak mampu lagi menahan gejolak di dirinya.
Yah! Payudara yang hanya terhalang kain tipis itu menempel ketat di tubuhnya, bahkan puting susunya pun terasa mengganjal disana, kini kedua insan itu sama-sama diam, menyelami pikiran masing-masing.
Tak ada kata terucap, namun jari jemari Dara memberi isyarat kepada Ian, jari lentiknya memainkan kaos yang Ian pakai, Ian paham maksudnya ia pun menggerakkan tangan dan meraih kepala Dara lalu di kecup lembut bibirnya yang basah.


“Mbak? “


Ucap Ian setelah mencium bibir Dara,


“Iya? “


“ Ndak jadi ding “


“Apa sih yang? Kok ndak jadi? Mau apa? “


Jawab Dara sambil melepaskan pelukannya, dan kini Dara merebahkan kepalanya di paha Ian yang duduk menyilangkan kaki, tangan Dara meraih daun pintu yang memang dekat dari tempat ia merebahkan diri, ia menutup pintu rumah sambil rebahan.
“ Pintu pagar sudah di kunci? “
Tanya Dara, dan Ian hanya mengangguk. Lagi-lagi Dara memainkan kaos yang Ian kenakan.


“Mas sini ih... Peka dikit dong sayang? “


“ Ndak gitu mbak? “


Dara terdiam dan memejamkan mata, ia merasa tenang, ia tau Ian sungkan untuk melakukan yang sudah seharusnya di lakukan pada dirinya, biarlah waktu yang menjawab semua yang akan terjadi nanti, disaat sekian lama Dara memejamkan mata dan mencoba berdamai dengan gejolaknya, ia merasakan jari jemari Ian bergerak membelai rambutnya, perlahan tubuh Ian condong ke depan, yah Dara tau karna ia sedikit memicingkan mata.


Cup!
Ian mengecup kening dan terus membelai rambutnya, ada desir bahagia di dadanya.
Dara merasa Ian tak mengedepankan nafsu birahi semata, ada kelembutan dari perlakuannya.


Cup!
Kecupan pun berpindah ke bibir Dara, setelah itu kecupan berganti kuluman, yah! Ian mengulum bibir bawah Dara, runtuh sudah pertahanan Dara yang pura-pura memejamkan mata, ia membalas pagutan Ian, ia pun melingkarkan tangannya di leher Ian.
Sedikit demi sedikit Ian menggeser posisinya dan kini ia sejajar dengan Dara, satu tangannya menjadi tumpuan kepala Dara agar tak membentur lantai, sedang tangan yang satunya lagi sudah mulai berani meraba bagian tubuh Dara yang hanya berbalutkan gaun tidur tipis.


“ Lakukan sayang? “


Ucap Dara saat kuluman bibir terlepas,
“Ay.... “


Mendengar hal itu Dara langsung membuka mata.



“Apa tadi mas? “


“Iya ay?... “
Senyum Dara mengembang, Ian sudah tak lagi menunduk saat tatapan mata Dara tertuju padanya, malah Ian membalas dengan senyuman, tak perlu ungkapan kata-kata kalau sudah seperti itu, Dara meraih tubuh Ian agar lebih dekat, kedua insan yang sudah terbuai asmara pun mulai merajut asmara yang penuh kebimbangan, saling membelai rambut dan menunjukkan ketulusan hati, itu lah yang terjadi dengan Ian dan Dara saat ini. Di sela-sela belaian Ian pun berucap.


“Maaf kalau aku ragu, aku tau aku paham ay? Dan kamu tau kenapa aku bimbangkan? “


“Iya sayang? Aku suka caramu memanggilku hi hi...”


Pergumulan pun terhenti, Ian dan Dara memamerkan kemesraan dengan cara saling membelai kepada ruang tamu rumah itu.
“ Bolehkah aku melakukan sesuatu yang lebih? “


“ Selama kamu mau dan aku bisa, tak ada alasan bagiku untuk menolak bukan? Lakukanlah “


“ Di sini? “


“Sesuka hatimu sayang? “


Ian pun melongok ke luar rumah, tak ada yang perlu di khawatirkan, lokasi yang nyaman untuk berduaan di rumah yang hanya mereka berdua tempati, halaman yang luas dengan pagar yang cukup untuk melindungi rumah sudah cukup membuat hati Ian tenang.
Tangannya tak lagi meraba buah dada Dara yang membusung indah tanpa bra membuat Ian leluasa memainkan puting susu Dara,
Esh....


Desis Dara menerima rangsangan dari Ian.
“Kulum sayang? “


Ucap Dara meminta Ian untuk mengulum putingnya, ia membuka sendiri kancing yang hanya ada tiga buah itu, semua kancing ia buka agar payudaranya bisa dengan mudah di jamah oleh Ian,


Slup


Slup


Tak perlu dua kali meminta, Ian segera mengulum puting susu Dara, ia pun merubah posisinya, tubuh Ian merangsek naik menindih tubuh sintal Dara, sedangkan Dara tampak sigap ia segera memberi ruang dengan mengangkangkan kakinya membuat gaun tidur yang ia kenakan pun tersingkap keatas, jari lentik Dara menyelusup ke bawah mencari celah diantara himpitan tubuhnya dan Ian, pelan ia buka kancing serta resleting celana Ian, Ian yang sadar akan hal itu sedikit merenggangkan tubuhnya.
Ia membantu Dara melepaskan celana yang ia pakai, tak tanggung-tanggung, Dara melepaskan semua penutup bagian bawah Ian, ketika semua terlepas Ian baru sadar kalau penisnya bersentuhan langsung dengan gundukan empuk di selangkangan Dara, itu artinya Dara sedari tadi sudah tak memakai apa-apa.


Cup!
Disaat Ian sibuk mengulum puting susu, Dara mencium keningnya dan berucap.


“Gesekin sayang?... “
“Apanya? “

“Yang bawah sayang? “



Kuluman di puting susu Dara pun Ian hentikan, bibirnya mengulum bibir basah Dara, satu tangan membelai rambut dan yang satunya lagi meremas buah dada Dara, sedangkan selangkangannya sudah mulai bergerak naik turun, kulit kelamin pun beradu, penis Ian sudah menegang dan menempel ketat di celah vagina Dara.
Dara sendiri cukup mengalungkan kedua tangannya di leher Ian, ia bergelayut manja dan pinggulnya mengikuti gerakan pinggul Ian yang naik turun.



“Aah... Enaakh aaagh.... “



Desahnya di sela-sela pagutan yang sesekali terlepas.


Yah!

Ian melepaskan pagutannya, ia memilih menatap wajah ayu keibuan yang sedang menggigit bibir bawahnya.
Dara sadar akan hal itu, tatapan sayunya membalas tatapan mata Ian, ia tersenyum dan terus saling tatap, menyelami hasrat masing-masing.


“Eeegh... Eeegh... Esh.... Aaagh gesek yang kenceng Sayangh... “


Mendengar itu Ian kembali mengulum bibir Dara, sedangkan Dara semakin mengencangkan kedua tangannya yang bergelayut di leher Ian, dekat sangat dekat mata mereka berpandangan, saling membalas kuluman dan saling balas gerakan pinggul.


Tiba-tiba Ian menghentikan aktivitasnya.


“ Ay? Boleh? “



Ucap Ian meminta persetujuan Dara.


“ Lakukan Sayangh... “



Balas Dara dengan nafas terengah, posisi tak berubah tangan Dara masih bergelayut di leher Ian, bibir mereka pun kembali saling melumat, bedanya tangan Ian kini berada di bawah kepala Dara, ia menjadikan kedua tangannya sebagai bantal.
Di bawah sana tepatnya di antara selangkangan Dara, batang kejantanan Ian tengah sibuk mencari celah untuk memasuki lubang kenikmatan Dara.
Dara menyadari Ian kesulitan melakukan itu, satu tangan Dara menyelusup ke bawah, membimbing batang kejantanan Ian untuk memasukinya.
Namun sebelum itu jari lentiknya menggenggam batang kejantanan Ian mencoba menerka dan membandingkan dengan milik suaminya, setelah memastikan ia membimbing batang Ian untuk memasuki lubang nikmatnya, dan Dara melepaskan pagutan bibirnya.


“Pelan ya sayang? Punyamu lebih dari yang biasanya lo? “


Ian tak menjawab ucapan dara, ia hanya tersenyum dan nafasnya pun sudah memburu, pelan ia dorong pinggulnya tanpa khawatir akan terpeleset seperti sebelumnya karna jari lentik Dara masih berada disana menekan batang kejantanan Ian agak ke bawah.


“ Eeegh... “


Lenguh Dara saat merasakan ujung kejantanan Ian mulai menerobos masuk di vaginanya, Dara benar-benar meresapi proses penetrasi yang terjadi, ia menggigit bibir bawahnya.


“Emmmh.... Pelan Sayangh...”



Lenguh Dara lagi, pelan namun pasti, batang kejantanan Ian semakin dalam memasuki lubang kenikmatan Dara,
Ian merasa kesusahan menembus vagina milik istri bosnya itu, tak seperti yang terjadi dengan Herni mau pun mbak Marni yang nonoknya basah kuyup, kali ini ia merasakan lubang nonok yang berbeda, hanya sedikit basah sehingga setiap inci proses masuk kejantanannya sangat terasa.



Slep!


“Uuugh.... “



Lenguh Ian saat seluruh batang kejantanan miliknya berhasil menembus vagina Dara yang terasa panas di batangnya.


“Aaach.... Yangh... “


Dara yang tadinya menggigit bibir bawahnya kini membuka mulutnya, mata sayu menatap tajam.


“Eeegh... Jangan di gerak in ya yang? “


Lagi-lagi Ian hanya tersenyum, ia kecup bibir Dara dan Dara membalas kecupan dengan kuluman panjang, bibirnya menyedot kuat bibir bawah Ian, tak mau kalah Ian membalas perlakuan Dara, di tambah lagi Ian mengejatkan penisnya di dalam lubang vagina Dara, membuat Dara melotot ke Ian, ia menepuk pinggul Ian yang diam tapi mengkerut karna usahanya mengejatkan penis.
Dara pun melepaskan pagutannya.


“ Nakal kamu yangh... Iiiigh.... Geli aaagh... Udaaaah... Iiih... Udah Sayangh.... Uuugh... “


Dara sedikit meronta dan gerakan yang ia lakukan malah menambah sensasi luar biasa di dirinya sendiri, meronta sama saja menggoyang tusukan penis Ian, Ian memberi ruang gerak yang cukup untuk Dara, tubuhnya ia renggangkan dan tangannya ditekuk sehingga sikunya bertumpu diatas lantai, hal itu masih memungkinkan jari jemari Ian meremas kedua buah dada Dara yang membusung indah.
Dara tak lagi meronta di bawah Ian, pinggulnya aktif naik turun, begitu juga dengan Ian, setiap gerakan pinggul yang Dara lakukan selalu Ian balas dengan kocokkan, hal itu membuat Dara merintih-rintih ke enakkan.
Hampir sepuluh menit mengayuh birahi namun belum ada tanda dari Ian untuk menumpahkan cairan kenikmatannya, berbeda dengan Dara, ia sudah mendesis dan merintih tak karuan, hingga akhirnya Dara melepaskan pagutan bibirnya, ia menggigit bibir bawahnya dan kepalanya pun mendongak ke atas,


“ Eeesh... Mash... Aaagh.... “



Lolongan panjang dan pinggul yang mengangkat ke atas
Dengan kedua tangan yang menahan pinggul Ian agar diam, menandakan kalau Dara baru saja mendapat klimaksnya, cairan hangat terasa mengalir di sekeliling penis Ian di sertai dengan kedutan-kedutan kecil, Ian merasakan itu.
Ian mengecup kening Dara, tubuh Dara terasa lunglai seketika. Entah kenapa mata Dara mengembang, ia terisak dalam senyuman, hal itu membuat Ian berniat mencabut batang penisnya dari lubang nonok Dara, namun Dara kembali menekan pinggul Ian.


“Ih... Jangan di cabut yang? “


“ Hu um, kamu kenapa ay? Kok nangis? “


Dara kembali menatap wajah Ian Jari-jemarinya membelai mesra kekasih gelapnya yang umurnya lebih cocok menjadi adiknya itu.


“Kamu tau ndak, sekian tahun aku berumah tangga bari sekali ini aku merasakan sesuatu yang sejak awal menikah aku harapkan, kamu orang kedua yang menjamahku sayang? “



Cup!
Dara mengecup mesra kening Ian, iseng Ian melakukan gerakan kegel di penisnya.


. “Iiih... Nakal deh... Aku masih lemes yang? “


Dara mencubit bokong Ian yang mengkerut karna aktivitas kegelnya, dan otomatis penisnya menusuk lebih dalam dan berkedut di liang nonok Dara.
Ian tak mau memaksakan kehendak, ia lebih menuruti kemauan Dara, sambil menunggu tenaga pasangannya pulih Ian tak henti membelai setiap lekuk tubuh Dara.



Yah!
Walaupun sudah di cubit tapi Ian tak menghentikan kegelnya, sambil berbincang sesekali Ian melakukannya, hal itu membuat Dara sering kali menggigit bibir bawahnya sendiri.


“Eeemh... Beneran nakal deh? Tapi aku suka hi hi hi “
Ucap Dara.


“ Mau aku nakalin lagi? “


“Nanti ya sayang? Beneran aku lemes ini? “


“ Iya ay? Eh iya, tagihan bilang apa ay, yang sekian tahun itu lo? “
Tanya Ian,
“Ndak ah, nanti kamu cerita sama pacarmu lagi mas? “


“ Ngga ay? “


“ Bener... “


“Iya?... “


“Eengh.... Geli sayang? Tapi enak sih mengedut-ngedut hi hi”
Lagi-lagi Ian melakukannya.


“ Kamunya lo bikin aku penasaran, kenapa ay? “


“ Pak bosmu cepat keluar itunya, iih... Udah ah ndak usah di bahas ih “
Ian membelai rambut Dara yang tergerai di lantai, ada rasa iba saat Ian tau hal itu, namun Ian juga salut kalau wanita di sampingnya benar-benar mampu menahan hasrat birahinya hingga saat ini, tentu hal itu sangat berat untuk Dara.
Pelan Ian beringsut sedikit mengangkat pinggul Dara lalu ia merubah posisi tanpa mencabut penis dari lubang nonok Dara.

Kini posisinya duduk dan kakinya selonjor, ia raih tubuh Dara yang masih mengenakan gaun tidurnya, Dara tersenyum menyambut uluran tangan Ian, ia tau kekasih gelapnya ingin memadu kasih lagi dan berbeda gaya.

“Eeemh... “


Lenguh Dara sambil mengulum bibir bawahnya saat tubuhnya di tarik oleh Ian agar duduk saling berhadapan, sensasi tusukan penis terasa karna saat mengangkat tubuh, ia peluk Ian dan segera melumat bibirnya, kali ini terkesan liar, sehingga membuat kecipak lidah terdengar nyaring, perlahan Dara menggerakkan pinggulnya, bokongnya yang membulat sekal menekan ketat di selangkangan Ian.
Goyangannya begitu pelan berirama mencari titik nikmat persenggamaan, membuat Dara dan Ian terlarut dalam buainya,


“ Eeegh.... Dalem banget maash... Aagh... “


Racau nikmat Dara, begitu pun juga dengan Ian, matanya terpejam mana kala ujung penisnya terasa menyentuh sesuatu di dalam sana.


“Uugh... Mentok ay?... “


“Hu um sayang? Enak banget aaagh....”


Kepala Dara mendongak keatas matanya pun terpejam, yap! Kepala Penis Ian menyentuh titik sensitif miliknya, pinggul Dara semakin ketat menekan, cairan hangat kembali terasa mengalir membasahi penis Ian.


“Aaagh.... Iiiih.... Aku dapet lagi sayang? “


Muaach...


Dara mengecup bibir Ian setelah mendapatkan orgasme keduanya, erat ia peluk tubuh Ian dagunya menyandar di pundak Ian yang mengkilat karna keringat, nafasnya memburu tak menentu, Dara heran, ia begitu cepat mendapatkan kepuasan.


“ Makasih ya yang? Kamu hebat, uuugh.... Iiih nakal iiih.....”


Pekik Dara sambil mencubit pinggang Ian, pasalnya Ian menyentak penisnya dari bawah sehingga ujung penisnya kembali mentok di dalam liang nikmatnya.
Ian melumat payudara Dara dan sesekali putingnya ia gigit kecil, membuat si empunya menggelinjang, posisinya yang berada di pangkuan Ian membuat ia terlihat lebih tinggi, sedikit menunduk, mata sayunya menatap nanar Ian yang sedang sibuk mengerjai kedua buah dadanya.
Ian tau hal itu dan melepaskan bibirnya dari payudara dan berpindah mengulum bibir Dara, saling berpagut mesra dan lidahnya saling belit dan mencari celah masing-masing, sesekali mengulum lidah pasangannya bergantian.


Hal itu tak ayal membuat gairah Dara kembali meledak.
Lagi-lagi ia menekan bokongnya ke bawah dan menggoyangkan maju mundur, setelah puas pelan-pelan ia angkat lalu di turunkan lagi, Dara tak mau melakukan gerakan yang cepat, ia tak ingin penis Ian lepas dari nonoknya. Hal yang sama Ian lakukan, namun ia menyodokkan penis saat Dara menurunkan bokongnya, tempo sodokannya pun mengikuti gerakan pinggul Dara,
Tak lama setelah itu Dara mendorong tubuh Ian, ia mengambil posisi wot, yah! Birahinya terpacu lebih cepat, ia tak mampu lagi menahan gejolaknya, ia buka gaun yang ia kenakan berikut kaos yang Ian kenakan, di belakang pintu utama rumahnya ia menggoyang kekasih gelapnya yang juga karyawan suaminya sendiri,


“ Aaagh.... Ay.... Dikit lagi Ay... Uugh... “


Racau Ian saat mendapat gempuran dari Dara, Dara menghentikan goyangannya nafasnya memburu menandakan ia juga akan mencapai klimaksnya.

“ Eeegh.... Di dalam ya yang? Aku mau aaach....”


Tiba-tiba Ian menekuk kakinya dan menyodok Dara dari bawah membuat Dara ikut menggila, goyangannya sudah tak beraturan lagi,


“Aaaaah... Ah iyaah... Enak yang aaaaah... Aaaih.... “


Dara pun ambruk, tubuhnya lemas seperti tak bertenaga, namun Ian tak berhenti, tangannya menopang pinggul Dara agar tak terlalu rapat.


“ Iiih... Ampun yang... Iiih... Aduuh... Aaa aaah.... Yang aaah.... “



Tak sanggup menerima kocokkan yang membabi buta dari Ian, Dara kembali mendapat orgasmenya bahkan tak sampai satu menit dari orgasme sebelumnya, cairan hangat pun membasahi batang penis Ian yang terus menyodok tanpa henti,


“ Uuugh..... “
Sodokan Ian terhenti seketika, penisnya tertancap dalam lalu ia meraih bokong Dara dan menariknya agar lebih merapat, sesaat Ian mengendurkan pinggulnya lalu kembali menyodok dengan kuat, batang penisnya mengejat dan menyemburkan spermanya di dalam rahim Dara, Dara yang mendapatkan semburan pun merintih dan mengerutkan bokongnya, seolah tak ingin sperma Ian mengalir keluar dari vaginanya.


Hening, tak ada sedikit pun suara di ruangan itu, kecuali deru nafas tersenggal-senggal dari kedua insan yang sedang di mabuk birahi itu.
Mata Dara terpejam, tubuh telanjangnya lunglai diatas Ian yang juga telanjang, perlahan tangan Ian mengelus dan sedikit merapikan rambut Dara yang terlihat acak-acakan, Dara masih saja terpejam namun ada senyum bahagia disana, wajah ayunya ia tenggelamkan di dada Ian, dan semua terdiam tanpa kata.


Setelah beberapa menit terdiam, Dara membuka mata dan melihat sekeliling.



“Hem... masih jam sepuluh ternyata”



Gumamnya pelan, ia kembali membenamkan wajahnya di dada Ian, tangannya usil memainkan puting Ian.
Seandainya saja ada tamu yang datang, sudah pasti keduanya kalang kabut dengan tubuh telanjangnya, ruang depan menjadi saksi pertama kalinya Dara melakukan persenggamaan dengan lelaki selain suaminya.


“Mbak? “



Panggil Ian pelan, dan Dara pun mendongakkan kepalanya.


“Apa yang, tadi bilang apa? “


Jawab Dara kemudian,


“Mbak he he he”


“Masih mau bilang mbak lagi? “


“Ndak ah mau lanjut ngopi aja, sayang ndak di minum “


“Bikin lagi aja yang? “


“Ngga ah, udah yang ada aja. Tapi....”


“ Opo... “


“Aku ndak bisa bangun he he he”
“Biarin ih... Enak kok begini “


“Ay? Boleh aku minta sesuatu? “


“Opo mas ku? “


“Aku pengen lihat itumu he he he “


Ucap Ian sambil menunjuk ke arah selangkangan Dara, Dara pun tersenyum.
“Ish... Apaan sih? Mandi yuk mas,”


“ Ayok, bareng aja yo ay?


“Hu um”
Dara pun berdiri tangannya meraih tangan Ian agar segera mengikuti langkahnya, mereka berjalan beriringan dan bergandengan tangan selayaknya kekasih pada umumnya.



Di sela-sela acara mandi Dara duduk di pinggiran bak, kakinya mengangkang lebar, memberi celah kepada Ian untuk menikmati keindahan vaginanya yang ternyata tembem,


“Mas? Katanya mau lihat? Sinih “


Ian pun menoleh, matanya nanar melihat nonok Dara yang tembem, lalu ia pun mendekat dan jongkok tepat di depan selangkangan Dara, Dara menunduk melihat apa yang akan kekasihnya lakukan, lalu Ian pun mendongak menatap wajah ayu Dara sebagai isyarat kalau Ian menginginkan sesuatu darinya, Dara menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Lalu kedua tangan Ian memegang paha Dara agar lebih mengangkang, Dara sendiri membantu Ian menggunakan kedua jarinya untuk membuka bibir vaginanya, Ian terkesima melihatnya daging yang bersembunyi di balik bibir vagina itu yang ternyata berwarna pink.
Naluri Ian pun beraksi, ia dekatkan wajahnya, Ian tak cukup kalau hanya memandangnya saja.


Cpak

Cpak


“Iiiih... Mash.... “



Desah geli Dara di perlakukan seperti itu, dua kali Ian mencium vaginanya dan selanjutnya Ian menjilati naik turun.


“Aagh..... Mash... Iiiih geli aah... “



Racau Dara, namun Ian tetap menjilati bahkan mengulum daging Lembut bagian dalam vagina Dara, tubuh Dara pun bergetar, ia meracau kegelian, tangannya menjambak rambut Ian, tapi bukan untuk menyingkirkan mulut Ian dari vaginanya, yang ada malah sebaliknya ia membenamkan kepala Ian si selangkangannya, Dara menuntut lebih, nafsunya secepat kilat naik ke Ubun-ubun.


“ Eeem aaah... Maash?... Aaah... Enak mash... Aaah.. Sudah maash... Esh... Aku ndak kuat aaaaaagh.... “



Pinggul Dara menggelinjang menandakan ia mencapai puncak kenikmatannya, Ian pun melepas pagutannya, ia penasaran dengan cairan yang menghangatkan batang penisnya sewaktu bersenggama tadi, daging berwarna pink pun terlihat kembang kempis, ada sedikit cairan berwarna putih membasahi dinding vagina yang sedang bernafas itu, Ian pun takjub melihatnya.
Pada saat Ian ingin menjilat lagi, tangan Dara menahannya, Ian di tarik agar berdiri, sedangkan Dara sendiri turun dari bak mandi, ia segera meraih batang kemaluan Ian yang sudah tegak berdiri.
Dara mengecup ujungnya lalu menjilati batangnya, setelah itu Dara mengulum kepala penis Ian.


Yah!

Hanya kepalanya saja, ia tak ingin tersedak. Setelah puas ia kembali berdiri dan duduk di tempat semula, kakinya pun mengangkang lagi, Ian yang belum puas menikmati keindahan dan aroma vagina Dara kembali jongkok, bibirnya mencucup bagian atas nonok Dara, daging kecil yang tersembunyi dan tadi belum tersentuh oleh Ian pun Ian kerjai, Lagi-lagi jari jemari Dara membantunya, dua jari Dara menarik bagian atas vaginanya dan daging kecil pun terlihat menyembul, Ian segera melahapnya, ia menyedot daging kecil itu seperti menyedot puting susu Dara,


“ Aaagh... Maash... “



Racau Dara, Ian tak memperdulikannya ia asik dengan barang itu, hingga kedua tangan Dara memaksa Ian untuk beranjak.



“ Aaagh... Mas sudah... Aagh... Masukin aja sayang? “



Ian pun berdiri menuruti kemauan kekasih barunya.


Blees!...


“Eeemh.... “


Lenguh Dara saat penis Ian memasuki vaginanya, Dara melenguh sambil mengulum bibir bawahnya, tubuhnya agak melengkung ke depan, mencoba melihat batang Ian yang menerobos liang vagina miliknya, kedua tangan Ian menahan paha Dara agar tak mengganggu proses penetrasi.
Dara menatap wajah Ian yang begitu serius.


“ Mas? Aku mau yang kenceng boleh? “


Ucap dara meminta Ian merojok vaginanya dengan kecepatan penuh.


“Iya sayang? Siap ya? “


Ucap Ian dan di balas anggukan oleh Dara, posisi Dara masih sama badannya condong ke depan, ia ingin melihat vaginanya di Rojok Ian dengan keras,


“Eeemh... Ayo sayang? Lakukanlah eeemh... “



Pelan Ian memaju mundurkan pinggulnya, setelah di rasa cukup ia langsung menggenjot vagina Dara dengan cepat, tak ayal Dara merintih kenikmatan, suasana rumah yang sepi membuat Dara bebas mengekspresikan kenikmatannya, peluh mengucur deras, tatapan nanar penuh nafsu dan kocokkan Ian yang cepat membuat Dara limbung, ia tak sanggup lagi menopang tubuhnya untuk condong ke depan, tangannya meraih pundak Ian untuk berpegangan.

Tubuh polosnya bergerak mengayun mengikuti genjotan keras Ian sedangkan bibirnya mengulum leher Ian yang penuh keringat, Dara meninggalkan jejak merah di sana bersamaan dengan erangan panjang dari Ian, semburan spermanya kembali memenuhi rahim Dara, Dara pun tak jauh berbeda, bersamaan dengan Ian vaginanya berkedut hebat, kali ini setelah spermanya habis Ian langsung mencabut penisnya, cairan putih kental dan berbusa menghiasi lubang vagina Dara, Dara pun ikut melihat vaginanya, ia tersenyum menatap sang kekasih.


Cup!

Kecupan bibir pun mengakhiri pergumulan di kamar mandi itu.
Selesai mandi Dara sibuk di dapur, ia memasak mie instan sekedar untuk mengganjal perut yang terasa lapar setelah pertempuran birahi.
Setelah siap Dara memanggil Ian untuk makan bersama, Ian yang berada di teras setelah mandi pun bergegas menghampiri Dara,

“ Makan yuk mas “


Ucap Dara.


“Wiiih.... Mantaaab... “



“Iya dong? He he... “



Di sela-sela acara makan Ian dan Dara membicarakan banyak hal, termasuk tentang Indriani dan Asti,
Yah! Ian merasa perlu menceritakan itu, agar suatu saat tak ada kesalah pahaman antara Dara dan dua kekasih Ian.


“ay? Kamu ndak ngantuk? “


“ Belum sih? Kan udah siap tinggal merem aja si mas? “



Ucap Dara yang memang setelah mandi langsung mengenakan baju tidurnya,


“ Ooo gitu to, oke oke “


ucap Ian menimpali,



“mas? “


“Hem”


Balas Ian



“ aku tidur di kamarmu aja ya? “



“ yakin? “


“Iya sayang.... “


Ucap Dara sembari menowel hidung Ian.





Bersambung....





Dan malam Jumat belum berlalu mue he he he
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd