Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Joni Kroco™: Revolution

sepertinya emang udah rumusan dan formulanya kalo ganteng gak lucu, lucu gak ganteng yak?


wibu taun 2000an, bleach anime lama njay hahaha.
yang lagi hot donk jon referensinya, Fate series kek, disana banyak masukin orang2 masyur dalam sejarah peradaban bumi.

Yoi sib Wibu angkatan lama gw dah gag ikutin lg anime terbaru, jadi gw gag ngerti dah Parasyte Maxime, Highschool DxD, SAO..... tapi gw emang ada mw masukin Pedang Excalibur tar, karakter Beatrix me gw bikin kaya Saber.... wakakakag....

btw, season 3 plot utamanya pake plot game trilogi God of War
 
Bimabet
7. Joni Kroco™ dan Godaan Sang Iblis Lolita


Awalnya, season 3 ini mau gw bikin lepas tanpa ente perlu baca season 1 dan season 2. Tapi setelah gw nulis bab ini, gw jadi berpikir kalau ente harus baca season 1 dan season 2 biar kepala ente kagak mbleduk.



Adalah Animus, The Particle of God. Perpanjangan tangan The Maker untuk mengatur semesta Raya. Bersamaan dengan penciptaannya, The Maker menciptakan entitas bernama Titan. Anti-Animus. Seperti layaknya segala keseimbangan di Semesta Raya. Gelap-Terang. Hidup-Mati. Siang-Malam. Rwa Binedha.

Muak dengan para manusia yang durhaka, The Maker menugaskan para Titan untuk menjatuhkan hukuman dan mensucikan dunia dalam Api Purgatorio. Tapi seorang Cosmos Streamer muda, Sang Prometheus mengkhianati The Maker dan memberikan 'Api Pengetahuan Terlarang' bagi para manusia untuk mengakses 'Kekuatan Dewa' dan menjadi Animus User. Para Titan berhasil dikalahkan dan dikurung dalam Dimensi Kegelapan. Sang Prometheus menjadi pahlawan.

─tapi itukah kebenaran sesungguhnya?

Naraka. Animus Lembu Hitam Raksasa di depan gw adalah Penguasa Hell Realm. Kalian mengenalnya dengan berbagai nama, tapi gw nggak akan menyebutnya demi menghindari kontroversi.

Dan, cewek mungil besayap kalelawar yang berusaha menggerepe badan gw ini namanya Tara, Animus User yang bisa 'mengakses' kekuatan Sang Penguasa Neraka.

|XII|


Tara
Pengguna Animus Level-S
Naraka, Penguasa Hell Realm



umur sebenarnya tidak diketahui.
tubuhnya mengecil tanpa bisa dewasa akibat efek samping kekuatan animusnya


|XII|

"Sekarang udah episode depan, kak. Kasih tahu gua kenapa elu bisa ada di sini. Elu kabur dari penjara?"

"Gua enggak kabur. Sel Penjara gua dijebol dari luar."

"Iya gua udah baca beritanya. Ada di portal pkspiyungan juga."

"Yoi. Awalnya gua pikir Naga, atau Sanca."

"Lah, terus?"

"Gugus Dodekahedral baru. Gua nggak tahu mereka siapa, tapi ada yang nggak alamiah dari mereka. Seolah tubuh mereka diperkuat dengan 'sesuatu' yang bikin mereka lebih kuat dari Animus User lain."

Gw nelen ludah. Teringat orang yang ngebunuh Wagimin dengan mudah pakai elemen petir.

"Gua pikir mereka mau membebaskan gua. Tapi..."

"─kelompok Assasin?" tebak gw.

Tara mengangguk. "Gua lebih beruntung dari elu, Macan, dan Oom Sahal. Gua bisa melarikan diri ke dalam Hell Realm dengan bantuan Animus Naraka."

Gw diem. Biasanya penulisnya demen banget pakai efek suara petir. Tapi karena sekarang ada di dalam Neraka, cuma ada suara orang yang disiksa.

"Ada sesuatu yang benar-benar fucked up yang terjadi di luar sana, Jon. Gua nggak tahu apa. Tapi apapun itu, sesuatu yang besar bakalan terjadi dalam waktu dekat."

"Nah itulah, Kak. Bantuin gua buat hidup lagi, pliiiiis....."

"Pasti, Jon. Pasti. Tapi elu tahu nggak ada yang gratis di dunia ini."

"Eh?"

"Pertama-tama. Elu harus menghibur gua."

Tangan Tara melingkar di leher gw.

"Jilatin itil gua...," bisiknya mesra. "Please?"

|XII|


Tara duduk di atas Singgasananya, menjentikkan jari sehingga di leher gw terbentuk rantai Prana, tarikan kasar memaksa gw berlutut di antara dua pahanya yang membuka. Tara lalu mendispel perubahan wujudnya, sehingga sepasang sayap, tanduk, dan sisik-sisik yang menutupi bagian intim tubuhnya lenyap dan anak itu kini tidak ditutupi sehelai pun benang di tubuhnya.

"Please? soalnya kata Aika dan Sheila jilatan elu... berasa kaya jilatan lesbi...," kata Tara malu-malu.

"Ogah! Gua setia sama istri-istri gua!"

"Ayolah. Ikrar pernikahan itu bunyinya, 'Till Death do us Apart.' Secara teknis elu udah mati. Sekarang Aika dan Astuti udah resmi jadi janda."

"─iya juga ya. Kok gua baru kepikiran?" Wakakakag. Gw ngebatin girang karena bisa tambah harim lagi.

"Ehehehe...," Tara tersenyum manja. Membelai bagian intimnya di depan gw.

"Yaudah. Gua sih mau-mau aja, Kak. Tapi gua takut sama kaum sumbu pendek yang nggak tahu kalau elu itu benernya orang dewasa dalam wujud kimcil. Biasalah otak primitif, dikiranya gua ngewe sama anak-anak lagi. Elu mau cerita gw diclosed?"

"Fine," decih Tara kesal. "Di Sempeot. Batasan umurnya berapa?"

"18 tahun, kak."

Tara memejamkan mata, berkonsentrasi, lalu tubuhnya membesar seumuran anak kelas III SMA. Pinggulnya udah mulai terbentuk ranum dan buah dadanya udah cukupan gede meski tidak meninggalkan kesan lolita di wajahnya yang innocent. "Segini udah cukup?"

Reaksi gw.





|XII|

Ciuman lembut gw yang memulai pertama, mendarat lembut di atas lembah mulus Tara yang tak ditumbuhi rambut sehelaipun.

Tara terkikik lucu waktu gw kecup belahannya pelan. Diusap-usapnya gemas rambut gw yang sekarang terbenam di antara kedua pahanya yang membuka. Senyumnya mulai mengembang waktu gw kecup lembut bagian tubuhnya yang paling privat, disusul rona-rona merah muda di pipinya yang lucu waktu ciuman gw mulai bergerak menciumi perutnya yang gemetar, lalu naik mengulum puncak dadanya sebentar. Tara tersenyum sayu, membelai wajah gw lembut sebelum gw kembali turun menuju ceruk hangat di pangkal pahanya.

"Oh!" Tara memekik pelan, ketika bibir gw kembali mendarat pada lepitan indah yang sudah basah sempurna. Jilatan gw menyusul menguas, bermain-main di antara keindahan lembah gairahnya. Tara mengerang pelan, menjambak rambut gw waktu tonjolan daging berbentuk kacang yang mencuat di antara belahannya gw hisap kuat-kuat. Napas Tara mulai tersengal. Dadanya yang mungil mulai naik turun cepat mengikuti gerakan lidah gw yang bergerak menjelajah jauh ke bawah.

"Joni.... Joni.... Joni.... " Termegap-megap, Tara cuma bisa mendesah nggak berdaya waktu gw mulai mempraktekkan jurus Totokan Tiga Dara yang merangsang tiga titik sensitif cewek sekaligus. Kakinya yang ramping segera mengangkang tinggi-tinggi dan gw taruh di atas pundak gw, memberikan gw ruang leluasa mencumbui segenap bagian intim yang berada di bawah perutnya. Tubuhnya yang mungil mengeliat-geliat erotis dalam pelukan gw. Gemetar setiap kali gw cumbui titik-titik erogennya bersamaan. Mukanya yang imut udah merah banget gans, sumpah ngelihat ekspresi sange di muka Tara yang innocent itu bikin gw pengen buru-buru jadi pedofil. Beda sama Sheila dan Aika yang berisik. Tara cuma bisa ngeluarin desahan-desahan pelan sambil meremas susunya yang mungil waktu perlahan-lahan gelombang orgasmenya terbangun menuju puncak kulminasi. Tapi ngeliat matanya yang berkaca-kaca dan badannya yang kaku semua gw tahu bentar lagi anak ni nyampe.

Belaian pelan pada lubang analnya membuat Tara menggelinjang pelan. Kejang-kejang sebentar diikuti dengusan-dengusan yang nyaris nggak kedengeran. Ya salaam. Orgasmenya kawai banget! Tara senyum sayu, manis banget ke arah gw sambil membelai-belai rambut gw, tapi tidak semudah itu Esmeralda, gw tahu sekarang Tara lagi ngilu-ngilunya, dan ini adalah yang gw tunggu-tunggu. Totokan maut pada g-spot Sang Iblis kecil mengakhiri semuanya, membuat bibir Tara terpaksa mengeluarkan ceracau cabul ketika seluruh kelenjar kelaminnya bergetar menyemburkan cairan squirt sebagai encore cumbuan cabul Gigolo dari Neraka....

|XII|

Tersenggal, Tara hanya bisa tersenyum sendu waktu gw menciumi dadanya yang mungil. Dibelainya rambut gw dan ditariknya gw ke atas, terus dikecupnya bibir gw lama. Lembut. Harum. Kayak gini ternyata rasanya pacaran sama anak SMA lagi. Gw jadi keinget sama mantan gw Milea yang ambil ciuman pertama gw sebelum dia diembat sama Dilan Anggota Geng Motor, dan mutusin gw yang cuma anak STM. Gw patah hati. Semenjak itu gw bertekad jadi angggota geng motor, yang kisah hidupnya dibikinin novel dan diangkat ke layar lebar.

Tara mengecup gw pada bibir. Lembut. Kali ini gw ngerasain ada passion di sana. Lali ia tersenyum, diusapnya rambut gw penuh sayang.

"Gua sedih banget waktu tahu elu mati, Jon...," bisik Tara.

"Makanya hidupin gua lagi, dong."

"Sorry, Jon. Gua nggak bisa. Bahkan kekuatan Naraka, Penguasa Hell Realm dibatasi oleh aturan The Maker."

"Yaah....," gw langsung lemes"

"Tapi, nggak akan ada yang protes, jika seandainya gua 'nggak sengaja' meninggalkan peta jalur tersembunyi yang dipakai Dante dan juga Orpheus buat keluar dari Inferno," Tara mengerling penuh rahasia terus ngejelasin peta kaya di film Dora.

|XII|

"Jalan keluar dijaga oleh Cerberus, anjing Neraka berkepala 3. Setelah itu kalian akan tiba di Midgard dalam bentuk ruh. Itu artinya kalian rentan terhadap serangan para Preta (Hungry Ghost / Arwah Penasaran). Tubuh kalian sudah musnah, tapi gua udah atur cara agar kalian mendapat tubuh baru begitu roh kalian tiba di Midgard."

"Dengan imbalan? Nggak mungkin dengan mencoblos salah satu pasangan Capres dan Cawapres, kan?"

"Elu nikahin gua," bisik Tara. "Tahta keluarga Dasaatmadja yang kita bagi berdua, fufufu... what do you say, eh? Little brother? Will you marry me?"

Gw belum jawab 'yes I do' waktu tubuh mungilnya bergerak menaiki tubuh gw yang telentang di lantai balairung kristal.

Tara merangkak di atas tubuh gw, membelai titit gw yang bersiaga. Lembut. Lalu mengarahkan ujung tumpulnya pada belahannya yang belia. "Elu adalah 'cowok' gua yang pertama, Jon."

"Kak... elu mau apa....?" tanya gw gemeter, waktu merasakan Tara menurunkan pinggulnya. Perlahan. Diikuti erangan nikmat dari bibirnya yang mungil. Hingga akhirnya tubuh gw dibungkus oleh rongga lembut-hangat yang menenggelamkan gw dalam kenikmatan badani semata.

Lengguhan pelan terdengar ketika batangan gw terbenam sepenuhnya. Tara tersenyum sendu di atas wajahnya yang bersemu, menikmati sensasi kedutan-kedutan nikmat ketika kelamin lawan jenis itu menggesek setiap ujung syaraf kenikmatan di dinding rahimnya. Tubuhnya yang masih serupa anak SMA kelas III, ranum dan mungil mulai bergerak mengeliat, bergoyang, mencari puncak kenikmatan dari setiap desahan dan erangan kecil malu-malu yang keluar dari bibir mungilnya. Dan lagi, ekspresi sange di atas wajah Innocent itu, demi dewa, gw bahkan bisa lagi mendeskripsikan keindahan ekspresi surgawi Tara ketika orgasmenya sampe di atas tubuh gw, disusul gw yang memuntahkan benih gw memenuhi tubuhnya yang mungil. Penuh kasih, Tara menciumi muka gw yang berpeluh, sambil berulang kali mengucapkan terima kasih, gw nggak tahu buat apa...

"Cuma ini... yang bisa gua kasih...."

Tara menggigit lembut leher gw.

Vangkeh. Gw dicupangnya.

Gw jadi ngaceng lagi dan dan ngeremes-remes pantat telanjang Tara waktu gw merasakan leher gw dialiri Prana. Dingin. Menakutkan.

Refleks gw mendorong tubuh Tara yang segera kembali ke wujud Demon-nya, terbang sambil terkikik-kikik puas.

"Apaan nih?!"

Gw megangin leher gw.

Ada semacam simbol mata Dajjal di sana.

"Itu adalah segel untuk mengakses kekuatan Dimensi Kegelapan, Jon. You'll need it."

"Kagak! Gua nggak mau bersekutu dengan Penghuni Dimensi Kegelapan! Gua kagak mau jadi kaya Joni dari Masa Depan!"

"Kenapa enggak? Gelap bukan berarti 'Jahat' Jon. Bahkan Joni dari Masa Depan bisa mengalahkan sisi gelapnya. This. Is. Your destiny. Sama seperti kata-kata yang sudah dipahatkan jauh sebelum kelahiranmu...."

'Sebelum merasakan keagungan, kau harus merasakan penderitaan... sebelum bisa menemukan, kau harus merasakan kehilangan... sama seperti Karna yang dibuang Kunti dalam sebuah nasib tragis... kau harus mendaki jalanmu dari dasar neraka....'

Gw merinding. Teringat ramalam si Habib dan Eyang Bi Hun.

"Joni dari Masa Depan sudah menjalani bagiannya. Sekarang giliran elu."

"Lebih baik gua jadi Ahli Neraka selamanya daripada bersekutu dengan Penghuni Dimensi Kegelapan!"

"Fine. Terserah elu. Ingat, sekarang elu bukan Mandala 12 Rasi Bintang. Tanpa Ashura, jangan harap elu bisa keluar dari tempat ini," Tara memberengut lucu, terus melingkarkan tangannya di leher gw. "Cuma Penghuni Dimensi Kegelapan harapan terakhirmu buat keluar dari Neraka fufufufufu..."

Tara mengerling penuh motif.

Ada yang disembunyikan.

Tapi gw belum tahu apa.

|XII|

Setelah ngewe tiga ronde lagi, gw dipulangin naik Maung Cisewu sama para Shinigami.

Gw sampai lagi di Neraka Avici. Akhirnya setelah gw janjiin bakal gua traktir makan Brownies Lumer kalau sukses hidup lagi, Babe gw dan Macan setuju menemani pelarian gw. Uwooooooh, harusnya judulnya diganti Joni Kroco: The Great Escape.

Kabur sama dua orang mantan anggota pasukan khusus, gw cukup mendukung dengan doa anak Yatim sob. Karena babe gw dan Macan yang ngeberesin para Shinigami yang berjaga dalam gerakan senyap kek Solid Snake. Satu persatu sentry yang menjaga dikekep pakai bau keteknya yang mampu membius seekor gajah dewasa.

Dari map yang dikasih sama Tara gw ngikutin rute pelarian Dante dari Inferno, sampai akhirnya gw sampai di ruang gerbang terluar sebelum Sungai Ruh. Bener kata Tara, di depan kami udah menunggu Cerberus, Anjing Neraka Berkepala 3 setinggi 10 meter. Dulu Orpheus bisa melewati Cerberus buat menolong tunangannya, Euridice dengan memainkan harpa sehingga Cerberus tertidur. Lah, gw? Gw bisa nyanyi apa? Mars Perindo? Bukannya bobo, adanya malah pengen nyaleg.


Nggak pakai mukadimah, Macan nyabut tiang lampu buat senjata. Si babe muter-muterin gir motor yang didapetnya dari entah dari mana. Gw nyanyi Mars Perindo sebagai penambah semangat. Nggak sampai dua bait. Anjing Penjaga Neraka udah berubah jadi potongan-potongan daging RW.

"Markicabs?" tanya si Babe.

"Kuy," sahut Macan imut.

"Aneh," kata gw.

"Kenapa, Jon?"

"Terlalu gampang," desis gw waspada sambil ngambil tulang paha Cerberus buat senjata.

Yoilah cong! Buat yang biasa main game RPG pasti udah pade ngarti kalau seting ruangan besar kek gini emang didesain buat ngelawan Raja Terakhir.

Merasakan aura membunuh yang datang dari arah belakang, kami segera mengambil kuda-kuda. Prana dengan Intensitas tinggi. Aura Dewa setingkat Animus LV-S. Hades? Shiva? Yan Luo? Babe gw dan Macan gemetar mengantisipasi kedatangan Boss Sebenarnya.

"Laknatun alaika, wahai santri ana yang faling durhaka.... Tapi ana tyda akan mebiarkan kalian pergi begitu saja...."

|XII|


Habibi M. Bois
Pendekar Terkuat di Alam Semesta

Cosmos Streamer. The Oracle. Pendekar Legendaris Prometheus. Sekarang Shinigami. Entah emang authornya mabok duren atau emang semata-mata karena kebahlulan yang paripurna sehingga karakter si Habib ditulisnya kagak konsisten kek gini.

Si Habib berdiri menghadang jalan keluar kami. Jubah Kimono hitamnya berkibar gahar. Sandal kayu Geta sebagai sepasang alas kaki. Pedan Zanpakutou di pinggang. Lengkap dengan Ban Putih di lengan yang menunjukkan beliau adalah pemimpin salah satu Divisi Soul Society. Beneran, si Habib sekarang jadi Shinigami.

"Ketahuilah, setiap benih yang ditabur harus dituai. Suka tidak suka. Mau tidak mau. Itulah Karma dan Pahala, buah dari perbuatan. Nyawa yang kalian cabut semasa hidup. Tangisan para Janda dan anak Yatim dari musuh yang kalian cabut nyawa-nya. Kalian harus membayarnya dengan menjadi penghuni tetap Neraka Avici untuk selamanya."

"Sans ya Habib. Habis menunaikan tugas ana, ana pasti akan balek lagi ketempat ini."

"La (tidak). Ana tidak akan membiarkan kalian pergi, wahai santri ana yang faling bahlul. Nanti ana bisa kena SP."

"Maafkan ana, wahai Habib ana yang setamfan Fadli Jon. Ana harus pergi. Dengan atau tanpa izin antum."

"Ente nakal.... ana fentoooong!!!!."

|XII|

Gw bahkan nggak sempat bikin pose cantik ala Lucinta Luna, tendangan tanpa bayangan Si Habib yang mendarat di mukanya si Wagimin langsung membuat orang itu kecebur di Sungai Roh.

Secepat kilat, Babe gw meretaliasi dengan jurus yang serupa, tendangan tanpa bayangan yang dengan mudah dihindari si Habib dengan ilmu meringankan tubuh yang membuat tendangan mematikan babe gw hanya mengenai udara kosong.

"UWOOOOOOOOH!!!!!! JANGAN BERANTEM KAGAK NGAJAK-NGAJAK GUA BANGSAAAAAAAT!!!!!!" Macan, mahluk paling greget melompat keluar dari dalam Sungai Roh, berlari binal dan menerjang dengan jurus Cakar Harimau Pantura.

Menggeram, Macan melayangkan kelebatan jurus cakar yang membuat tubuhnya membentuk ilusi ratusan bayangan sekaligus, tapi dengan mudah si Habib menghindari dengan jurus 'Ilmu Pelangkah Awan.', ilmu meringankan tubuh tingkat tertinggi.

Bagaikan sehelai daun yang jatuh di antara embusan angin, si Habib meliuk indah di antara serangan mematikan duo Binal yang datang tanpa jeda.

"Tak ada materi yang tak terhancurkan....," si Habib mesem-mesem mesum. "Hanya Kecepatan yang tak tersentuh!"

Bagaikan The Beast di film Kungfu Hustle, Si Habib bergerak dalam kecepatan yang berada di luar jangkauan akal sehat. Lembut, dengan jurus Wing Chun, Si Habib menepis serangan dan menggunakan momentumnya untuk balik mendaratkan tamparan-tamparan menyakitkan di wajah dua orang Santrinya yang paling bahlul.

─Duo Binal terdesak sob!!!!

Saat-saat inilah, Tuksedo Bertopeng akan menampakkan diri!!!!

"JURUS FENTONGAN FELEFAH KORMAAAAAAAAAA!!!!!" jerit gw binal sambil menghantamkan tulang paha sepanjang tiga meter dengan penuh kebiadaban.

Menghindar, Si Habib refleks salto ke belakang sehingga serangan gw menghantam permukaan batu dan membentuk kawah meteorit....

Serpihan kerikil dan debu memenuhi udara akibat kevarokahan serangan gw.

Si Habib membeliak horor.

"Itu tulang afa, wahai santriiiiii?!!!!"

"Tulang anjing Cerberus, ya Habib."

"Masyaallah," si Habib komat-kamit istighfar.

Gw senyum najong.

─sekarang gw tahu kelemahannya.

"MAKAN NIH NAJIS MUGHOLADZOH!!!!" jerit gw terus nguber si Habib pakai tulang Anijing Raksasa. "ANE FENTOOOONG ENTE.... ANE FENTOOOOOOOONG!!!!!!"

"KYAAAAAAAAH!!!! LAKNATULLAH, ANTUM!!! LAKNATUN ALAIKA YA AHLI NERAKAAAAA!!!!!" si Habib kehilangan konsentrasi sehingga cuma bisa menghindar dengan ilmu meringankan tubuh, memberikan kesempatan bagi duo binal Macan dan Babe gw untuk melakukan serangkaian gerakan ofensif terkoordinasi.

Jurus Tendangan Naga Terbang si Babe yang melayang membentuk belasan bayangan sekaligus mendesak si Habib 5 langkah ke belakang, disusul tujuh pose Cakar Harimau Pantura si Wagimin yang memaksa si habib menangkis dengan tangan kosong.

"MAAFKAN ANA YA HABIB!" kata Macan sambil melakukan sleding bahlul yang layak kena kartu kuning.

─kuda-kudanya goyah.

Si Babe tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dengan melayangkan jurus ke-11 Tendangan Naga Terbang, 'Naga Mengambil Mutiara', yang mendarat tepat di dada si habib. Kekuatan fisik Pembunuh Nomor satu itu membuat tubuh si Habib kehilangan keseimbangan. Wagimin menyusul dengan sundulan biadab ala Zinedine Zidane.

Terpelanting, si Habib langsung kecebur di sungai Roh.

|XII|

"BABE! BABE GIMIN!!! AYO KABUR!!!!!" jerit gw yang udah kabur duluan, karena gw tahu, Pendekar Terkuat di Alam semesta itu nggak bakal cukup dibikin goler dengan jurus receh kek gitu.

Berlari binal bagai banci diuber satpol PP, Kami bertiga melarikan diri dari kejaran Habib yang murka.

"DASAR SANTRI DURHAKA!!!!! ANA KUTUK ANTUM JADI JENGLOT!!!!!!!" suara Si Habib terdengar menggema murka memenuhi ke-sembilan lapis Neraka.

"KYAAAAAAAAAAH!!!!! AMFUN YA HABIIIIIIIB!!!!" Macan udah ngejerit paling kenceng. Kabur paling depan. Di belakangnya si babe udah nangis bombay, takut difentung pakai pelepah korma.

"Bakudou (Jurus Pengikat) Nomor 411. Hatiku Terpenjara Cinta!!!!!!!" si Habib merapal mantera pengikat yang berfungsi untuk mengurung para Tawanan yang memberontak.

Diiringi dengan lagunya Nafa Urbach, gw melihat pancaran Prana warna merah muda yang membentuk rantai dan mengikat tubuh kami bertiga. Seberapapun kuat kami berusaha memberontak. Rantai Prana ultra-varokah itu membelenggu kami di lantai Neraka.

"🎼Ku takkan mengulangi🎶 /peristiwa dulu🎵/ yang membuat aku terhina🎶 / Bosan ku mendengar🤣 / mulut manis berbisa🎶/Yang menghancurkan hidupku🎶..."

Tamatlah sudah.

|XII|

"Amfun habib.... Ana jangan difentung...," si Wagimin udah mewek-mewek, si babe cuma bisa nyanyi Mirasantika. "Ana dihasut sama Joni ya habib...."

─Mbelghedes.

"Ketahuilah. Wahai Santri ana yang faling bahlul. Ane melakukan ini semata-mata karena ana sayang sama antum. Di luar sana adalah alam para Preta (Hungry Ghost), berbeda dengan Neraka di mana kalian tidak bisa mati. Di alam Preta kalian bisa dimangsa oleh para Hantu Lapar... atau menjadi Hantu lapar itu sendiri...."

"Begitu keluar dari tempat ini, Antum akan menjadi arwah gentayangan. Arwah yang matinya tidak wajar kalau terlalu lama berada di dunia material, lama-lama akan menjadi Hungry Ghost (Preta). Arwah yang sudah jadi Preta biasanya akan kehilangan kontrol diri dan berusaha memenuhi hasrat tak tuntas ketika masa hidupnya. Preta biasanya akan menghantui manusia bahkan memangsa sesama arwah yang tertinggal di dunia material. Mirip Hollow di komik 'Bleach'..."

"Afwan ya habib, ana nggak baca Bleach, ana bacanya Bona dan Rong-rong," kata Wagimin ngeden

Macan dan Babe gw udah kehilangan semangat juang. Udah pada pasrah jadi penghuni tetap Neraka.

Wajar sih, Si Habib adalah Pendekar Terkuat di Alam Semesta yang belum pernah terkalahkan─

─kecuali satu.

Satu orang yang pernah bikin si Habib goler.

─Tara benar. Ini adalah satu-satunya jalan.

Nggak lagi berontak. Gw memasrahkan diri. Membiarkan pikiran gw menyatu dengan alam semesta melalui segel gaib yang diberikan Tara. Sama seperti Prosesi gw masuk ke dalam dimensi keempat. Gw merasakan 'diri gw' terseret dalam satu pusaran yang menghanyutkan gw ke dalam 'sesuatu yang lebih besar'. Bagai setetes air yang jatuh dalam samudra. Leburnya 'Sang Pengamat' dan 'Yang diamati'. Bersatunya Atman dan Brahman. Roh dan Semesta....

Nirvikana.

|XII|

Kesadaran gw disambut dengan ruangan serba hitam. Lantai, langit, cakrawala semua berwarna hitam legam. Sama seperti dimensi keempat, satu-satunya benda di tempat itu hanyalah sebuah Gerbang Raksasa Berwarna Merah Darah dengan lambang segitiga dan mata satu di tengahnya.

|XII|


"Selamat datang di Dimensi Kegelapan...."


|XII|

─gerbang itu masih tertutup.

Seorang 'utusan' menyambut gw di depannya. Cewek. Ras Kauskasia, gw bisa melihat rambutnya yang pirang memanjang sepunggung, dan sepasang buah dada dengan tajuk warna merah hati yang mengacung di atas kulitnya yang telanjang bulat. Sepasang tanduk kambing melingkar-lingkar angker di kepalanya. Iblis? Tapi berbeda dengan ekspektasi gw tentang eksistensi sosok bernama 'Iblis', sosok di depan gw bahkan jauh dari garang, mukanya teduh, seperti sorot matanya yang kelabu. Senyumnya manis keibuan, menatap rindu, seolah sudah nungguin gw lama banget...

─gw tahu. Entah gimana caranya. Seolah-olah gw udah kenal lama banget sama dia dalam masa yang nggak pernah gw ingat sebelumnya...

"Siapa?"

"Siapa aku? kamu tanya itu setelah kamu mengalahkan aku? kamu membuat hati aku hancur, Jon...."

"The Maker menciptakan Ruang, dan Waktu. Aku adalah Alpha. Aku adalah Omega. Aku Waktu. Aku adalah Awal dan Akhir. The Devourer yang ditakdirkan The Maker untuk membersihkan dunia dengan Api Purgatorio."

"Tubuh asliku dikurung oleh Mandala 12 Rasi Bintang Pertama, ─kamu─ di balik gerbang ini. You know me...."

"Panggil namaku, Jon. Aku akan meminjamkan kekuatanku...."

Tangannya melingkar di pinggang gw yang telanjang. Dikecupnya bibir gw. Lembut.

Gw merasakan Prana Kegelapan mulai mengaliri tubuh gw....

Bulu jembut gw merinding.


|XII|

"ASTAGHFIRULLAH!!!! JONI SANTRI ANA YANG FALING DURHAKA!!!! JANGAN SEKALI-KALI ANTUM BERSEKUTU DENGAN PARA TITAN!!!!" Si Habib panik begitu melihat perubahan aura gw.

"Afwan ya Habib, tapi ana harus menyelamatkan keluarga ana!"

"Maafkan ana juga wahai santri ana yang faling tamfan. Tapi ana harus mencegah kebangkitan Messiah Kegelapan di kemudian hari."

Si Habib menghunus pedang Zanpakutou-nya, Beni Hime (The Crimson Princess) pedang yang sama yang dipakai untuk menghadapi Joni Imba di Season 2.

Tanpa perasaan ditebaskannya pedang itu ke leher gw.

Tapi gw cuma menyongsongnya dengan pasrah.

Berbeda dengan jalan para Animus yang berusaha melepaskan diri dari kemelekatan dengan menjadi petapa asketis. Jalan para Titan melepaskan diri dari kemelekatan justru dengan cara mengalaminya. Jalan para Bhairava....

Embrace your darkside....

Panggil namaku....


|XII|

"KRONOS!!!"

|XII|

Ledakan Prana kegelapan adalah yang pertama kali gw rasakan ketika jurus pengunci dan rantai yang membelenggu tubuh gw hancur berkeping-keping. Si Habib melompat mundur, merasakan kekuatan penghancur yang pernah mengalahkannya di Season 2.

Tubuh gw diselimuti asap dan serpihan debu, sebelum perlahan-lahan si Habib melihat sepasang mata yang menyala dari balik tirai debu....


Di tangan gw terngenggam sepasang Celurit berwarna hitam. Sementara tubub gw sudah bermutasi seperti Joni Demon. Muka tengkorak dengan tanduk kambing yang melingkar-lingkar. Dan Badan gw tambah gede dengan otot hitam dan rerajahan berwarna merah darah. Gw jadi horny berasa habis minum Viagra+Garcia Kulit Manggis!!!! UWOOOOOOOOH!!!!

Kelebatan warna merah darah memancar dari pedang Beni Hime si Habib yang dialiri ajian Brajamusti untuk ngebuntungin leher gw. Tapi kali ini gw nggak takut sob, penuh kebiadaban gw menyambut dengan kekuatan baru gw... kali ini nggak ada Ashura si Kambing Raksasa... Sekarang yang ada hanyalah Kronos, The Devourer....

"Ini... baru... greget..."


To Be Contijon!!!
:sendirian:lagi seru²nya baca malah abis... Tengkiyu apdet nya suhu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd