Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karena Hasrat Harus Dibayar Tuntas

Status
Please reply by conversation.
A
Dong master....
Kali bisa yang panjang update nya...
Please...please..... Please....
 
Seru nih.......
setting tahun 70-an
saat propaganda sedang panas membara.


klo aku lebih suka si wira membunuh ibunya sendiri.
 
Sambungan....

Part 12 : Kawan atau Lawan?



Orang bijak berkata, semua orang hebat terlahir sebagai bocah ingusan yang lemah. Waktu yang menempa mereka. Nampaknya demikianlah gambaran yang cocok untuk tokoh kesayangan kita, Wira Surapita. Seorang bocah pendek berkulit putih dengan pipi imut yang kemerah-merahan. Waktu, atau lebih tepatnya tekad, yang kini menempanya, membentuknya menjadi sosok lanang calon pendekar sakti mandraguna.

Setiap hari, bocah Wira harus bangun tepat jam tiga. Setelah melakukan puja bhakti pada Shang Hyang Agung, ia mulai latihannya. Membentuk kuda-kuda sempurna, menghadap timur sambil merapalkan mantra penggugah semangat. Awalnya kaki kecilnya berontak kesakitan, tapi setelah empat bulan berlalu, hal ini adalah sepele. Inilah jurus tahanan kaki naga, sebuah jurus awal yang menuntut kekuatan dan kekokohan kaki. Jurus ini sangat cocok untuk digunakan bertarung melawan musuh yang mengandalkan serangan langsung membabi buta.

Ketika Matahari terbit di balik Lawu, Wira kembali sujud. Ia cium tanah, ia cium pertiwi, sosok yang diciptakan Shang Hyang Agung agar manusia hidup di atasnya. Lalu, dengan posisi bersila, ia rentangkan tangan, memohon petunjuk dari segenap alam raya dan penghuninya agar niatnya dikabulkan. Terakhir, ia bakar dupa, ia tancapkan di tanah, di hadapannya, lalu menyatukan dua telapak tangan. Seiring asap dupa yang membumbung ke langit, mantra pamujan syukur Wira pada Shang Hyang Pranata Jagad terucap. Lalu ia berdiri, menekuk tubuhnya, hormat kepada Gusti Purbo, sosok leluhur pertama Suromenggolo dan enam belas trah Jawa lainnya.

Suromenggolo memang trah kuno dan kolot. Bagi mereka, pamujan tak pernah terpisah dari kehidupan. Ada ratusan jenis pamujan tapi semua terbagi dalam dua golongan, pamujan bhakti dan khusus. Pamujan bhakti harus dilakukan, biasanya enam kali sehari. Pamujan khusus dilakukan untuk meminta berkah khusus. Seperti yang saat ini dilakukan Pras.

Pras, seorang pria tampan dengan tubuh gagah. Di darahnya mengalir kehebatan trah Suromenggolo dari puak Nogo, puak kakek Nogoireng. Setengahnya, mengalir darah Belanda, dari ayahnya, Peter van Hoidjonk, seorang kapten KNIL yang menikah dengan Dewi Aryasari, anak dari Ki Nogobrono, adik Eyang Nogoireng. Jangan heran walau rambutnya hitam legam, tetapi matanya biru cerah.

Pada tahun 70, ketika terjadi peristiwa Lawu Berdarah, Peter jadi korban. Pada masa itu, terkenal dengan sebutan masa bersiap, yakni ketika seseorang menyeru, yang lain berkata “Siap!”. Rakyat mudah terprovokasi. Para korban kebanyakan adalah orang Belanda, Indo dan timur asing.

“Darling, relakan aku…”

“Tapi, mas Peter….”

“Aku harus pergi, atau nyawa anak-anak kita taruhannya.”

Pergilah Peter bersama seribu orang Indo ke Lawu. Disana, mereka bersembunyi selama sebulan. Tetapi kemudian seorang pemburu garangan menemukan markas mereka.

“Habisi londo kafir!”

“Siaaaaapp”

Matilah Peter dan kaumnya. Seribu orang disembelih lalu dikuburkan ala kadarnya.

Sepeninggal Peter, prahara tak juga berhenti. Ibunya merasa ngenes lalu mati bunuh diri. Mayatnya ditemukan telah membusuk seminggu kemudian.

Kehidupan yang keras membuat Pras dan kakaknya Prita mau tak mau harus mandiri dan kuat. Hanya Prita yang Pras miliki, demikian pula sebaliknya. Oleh Prita, Pras dibawa ke kota M. Pras masuk SD Inpres, sedang Prita bekerja sebagai buruh perusahaan konveksi.

“Kau dipecat?”

“Tapi kenapa?” Prita terkejut. Ucapan singkat bosnya membuatnya kaget.

“Karena kau terbukti punya benang merah dengan orang-orang Komunis.”

“Saya mohon tuan, ampuni saya. Saya cuma wong cilik, cuma orang kecil. Saya tidak tahu apa-apa.”

“Sebenarnya aku bisa saja menolongmu….tapi…hehehehe” si bos tersenyum celeng. Wajahnya yang jelek seperti celeng itu makin jelek. Ia kemudian berdiri, bangkit, dan mengelus pipi Prita.

“Apa yang kau lakukan,” Prita menangkis.

“Well, baiklah. Kau dipecat.”

Prita menangis sejadi-jadinya. Teringat nasib adiknya yang masih butuh banyak biaya. “Baiklah!”

“Nah, gitu dunk. Nanti sore, kamu lembur. Pijitin otong saya ya, hahahhaa….”

Sejak saat itu, Prita menjadi istri simpanan bosnya. Hingga suatu saat, terjadi kebakaran di perusahaannya. Orang-orang serikat buruh kiri cabang kota M membakar pabrik itu. Prita ditangkap oleh aparat. Setelah terbukti tidak bersalah, Prita dibebaskan dua bulan kemudian.

“Jadi anak pinter ya sayang, biar tidak terus ditindas.”

“Baik, mbak…..mbak cepet sembuh ya…”

“Mungkin mbak tidak akan sembuh. Kau mbak titipkan pada Kakek Nogo di Lawu.”

“Tidak mau……” Pras memeluknya mbakmya. Mbaknya juga memeluknya. Malam itu, jadi malam terakhir mereka berpelukan. Tak ada lagi kesempatan untuk bisa memeluk mbaknya, menenggelamkan wajahnya pada belahan susunya sambil menetek puting mungil kakak satu-satunya itu.

Besoknya, orang suruhan kakek Nogo datang. Pras dibawa. Lima bulan kemudian, datang berita itu. Prita tewas. Mayatnya dikuburkan di Dorosewu. Pras sempat melihat tubuh Prita. Penuh lebam dan luka. Selama ditangkap, Prita disiksa habis-habisan.

Pras bukan seorang Suromenggolo relijius. Hampir ia tak pernah melakukan pamujan bhakti. Walau begitu, ada satu pamujan yang tak pernah ia lupa lakukan. Sebuah pamujan yang selama sepuluh tahun terakhir ini ia khidmatkan setiap hari tanpa putus.

Di mulai dengan berdiri menghadap timur, lalu merapal mantra.

Mulyaning urip soko tumindak, tumindak becik ngadohi prahoro. Niat Ingsun nyuwun kakiatan, mugi Presiden Artawan lengser keprabon.

Lalu ia taburkan garam ke sisi kiri, dan kembang semboja merah ke sisi kanan. Kemudian ia hunus keris, lalu merapalkan puja mantra rahasia, kemudian ia tusuk keris itu ke bumi, sambil bersujud. Dalam pikirannya, hanya ada satu permintaan, Artawan mampus.

Walau seorang bajingan tulen dan penjahat kelamin, tetapi Pras tetaplah Suromenggolo. Hatinya berontak dan dirinya muak pada rejim Artawan dan PPK. Baginya, mereka semua adalah kotoran yang membuat trahnya menderita.

Selesai melakukan pamujan, Wira bersemedi. Ia tajamkan inderanya, fokuskan pikirannya dan kuatkan tekadnya. Sedang Pras langsung cus berangkat ke sebuah gubug di pinggir kali pucang di tengah hutan. Sudah menunggu budaknya yang setia, Ratri, untuk dientot. Sebelum berangkat, Pras menjemput dua belas kuli batu. Mereka rencananya yang akan memakai jasa Ratri. Dua puluh ribu perorang untuk dua kali crot. Tak lupa ajian sirep Munyuk Mendhem Ciu ia rapalkan beserta ajian sirep Lali Rupo Kelingan Roso yang membuat para kuli itu nantinya lupa wajah ayu Ratri. Pras tahu, nyawa Ratri dalam bahaya jika sampai ada yang mengetahui keberadaannya.

Sejam berlalu. Dua buah mobil berisi Pras dan para kulinya sudah sampai.

“Halo budak”

“Selamat pagi tuan.”

“Pagi ini kamu layanin mereka. Nanti sore aku jemput.”

“Baik tuan.”

Pras sempat menyaksikan beberapa ronde. Ratri menyabuni kontol salah seorang kuli, lalu dengan lembut menggesek memiawnya ke kontol itu. di belakangnya, seorang kuli memeluk Ratri sambil menjilati lehernya. Kemudia Ratri duduk di kontol sang kuli dan mulai bergoyang. Ajian Meki Kencono membuat si kuli merem melek. Sedang mulut Ratri bergantian menyepong dua kontol yang lain.

“ehmmm…..yaaaa…..mantap kali goyangan kau, pecun darimana kau sebenarnya….ahhhh”

Lalu crotttt….

Peju si kuli menyemproti rahim Ratri.

Pras kagum dengan Ratri. Ia sadar Ratri begitu mencintainya, tapi bagi Pras cinta adalah kelemahan. Ia bisa mengentot siapa saja, tanpa cinta setetespun. Sedikitpun. Karena baginya, cintanya sudah mati, bersama dengan tewasnya Prita, kakak kandungnya sekaligus kekasih hatinya. Satu-satunya.

Ronde kesekian, Ratri njentit. Bongkahan bokongnya bergetar. Yang kiri. Lalu kanan. Lalu kiri lagi. Dua orang menerjang. Yang satu memasukkan kepalan tangan ke anusnya, yang satu menjilati mekinya. Ratri merintih. Tapi tak lama. Seorang kuli datang menyumpal mulut Ratri. Sungguh bokep yang dahsyat.

Ratri benci gangbang. Ia benci bukake. Baginya, seks yang hebat adalah seks antara seorang pria dan wanita. Tidak lebih. Namun sebagai budak, ia tak memberi kesempatan pada dirinya untuk protes. Kemauan Pras adalah nomor satu. Pras lebih tahu apa yang terbaik untuk Ratri.

Pukul sepuluh, Pras pergi sambil membawa uang hasil melonte budaknya. Ia menuju ke hutan. Tempat Wira berlatih.

Empat bulan sudah cukup bagi Wira untuk tumbuh menjadi calon pendekar yang hebat. Walau hanya memiliki jurus tahanan kaki naga dan labrakan simo gendheng, tapi Wira sudah lebih dari siap untuk bertarung. Kakek Nogo memang hanya berniat membuka Shakti Bawono, yaitu Shakti yang berhubungan dengan otot kaki Wira. Dan kontolnya.

Empat bulan lebih total Wira berguru. Kali ini menu latihannya sangat berat. Ia harus menimba air dari sumur, dengan dua buah ember kayu, lalu membawanya ke atas bukit, dan menuangkannya ke sumur. Sebuah sumur kering yang sudah lama ditinggalkan. Wira percaya, akan muncul seorang dari sumur itu yang akan membuat Wira jadi kuat. Maka dengan tekun ia melakukannya. Terjatuh, sering. Lelah, pasti. Bimbang, tentu saja. Tapi demi jadi kuat, ia terus melakukannya.

Tapi semua itu terbayar dengan setara. Ilmu tahanan kaki naganya sudah sangat sempurna. Untuk ukuran pemula, kuda-kuda Wira sangat kokoh. Latihan ala Kakek Nogo benar-benar hebat.

Hanya semua ilmu itu adalah ilmu untuk bertahan. Wira sadar, sebenarnya pertahanan terkuat adalah dengan menyerang.

Pras yang mengamati Wira, tersenyum. Ia tak menduga, banci kaleng itu telah jadi lebih kuat. Ya, ketika dirinya sibuk memperbudak ibunya, Wira sibuk berlatih menempa diri.

Tengah hari, batara Surya tepat berada di atas kepala. Wira sedang duduk. Ia buka bekalnya. Nasi anget dan garam grosok. Lumayan. Setelah melakukan puja syukur, ia berniat makan. Tetapi tiba-tiba sebuah tangan kuat mencekiknya, lalu menyeretnya.

“Siapa itu”

“Tuan ibumu, hahaha…ikut aku”

“Mau apa kau, bangsat!”

Plakkk….

Sebuah tamparan mendarat di pipi Wira.

“Jaga mulutmu, banci, atau kubunuh kau sekarang juga!”

“Bunuh aku, kalau kau bisa!”

Wira mencoba memberanikan diri. Ia tantang Pras.

“Hahaha, tidak sekarang.” Pras mengejek.

Sebenarnya Pras iba pada Wira. Seorang bocah kecil yang bernasib malang hanya karena lahir di tempat dan waktu yang salah. Bahkan ibunya sendiri sudah mengacuhkannya. Padahal Pras tahu, Munyuk Mendhem Ciu tak akan mampu memisahkan ibu dari anaknya.

Pras menyeret Wira. Setelah itu….

“Ini untukmu!” Pras melempar beberapa kitab usang ke muka Wira.

“Apa ini?”

“Bacalah. Kalau kau memang bukan banci, kau akan jadi sangat kuat.”

Wira memungut kitab pertama. Kertasnya sangat usang dan berdebu. Judulnya Ajian-ajian Trah Nogo. Wira langsung tertarik. Di dalamnya tidak banyak tulisan, hanya gambar-gambar. Wira langsung jatuh cinta pada jurus pertama, Nogo Nyaplok Rondo

“Nogo Nyaplok Rondo itu jurus mudah. Asal kau sudah bisa membuka shakti paru-paru dan tangan. Lebih baik pelajari dulu jurus patukan ular kobra.”

“Kenapa kau berikan kitab-kitab ini?”

“Musuh dari musuhku adalah kawanku. Kudengar kau ingin membunuh orang-orang PPK. Bunuh mereka sebanyak yang kau bisa. Sebelum kau mati terbunuh, hahaha”

“Ohya” Pras melanjutkan. “Kemari!”

Wira datang menurut.

“Berdiri dan buka celanamu!”

“Apa?”

“Cepat, dasar Suromenggolo tolol!”

Pras menendang Wira. Wira tersungkur. Ia sedang lelah. Jika melawan, ia sadar pasti kalah. Dan mungkin akan mati.

Sluppp. Wira lepas celananya.

Wira tertawa.

“Hahahaha….kontolmu sudah besar, tapi masih tetap dibawah ukuran yang seharusnya. Sekarang, cepat buat kuda-kuda!”

Wira menurut.

Lalu Pras datang, memungut cacing kecil Wira yang sebenarnya sedang bertumbuh. Ia amati bentuknya. Kontil yang sudah disunat itu sebenarnya cukup panjang untuk usia Pras. Warnanya coklat dan hanya ada sedikit jembut.

Pras menggeleng. Ia kemudian memegang kontil Wira. Ia elus kontil itu. ia remas-remas dengan gemas. Lalu ia pijat pelernya. Kemudian ia dekatnya bibirnya. Wira gemetaran. Tempat itu jauh dari pemukiman, menjerit tidak ada gunanya. Sedang tubuhnya entah kenapa tiba-tiba lemas. Ia bingung. Ia gemetar. Bibir Pras makin mendekati tititnya. Deg … deg …. Deg, jantung Wira berdetak. Bibir Pras mendekat, menuju si kontil Wira yang terkulai lemas.

Lalu …..
 
suwun updatenya om ,
biarpun pakai gaya bahasa yg lugas, liar dan banal
makin kesini makin terlihat kwalitas sebenarnya penulis
dan kayaknya meski singkat tapi pernah kenal disini juga, belum lama , , , , maaf kalau salah .

gak usah pakai mulustrasi saja deh biar imajinasi reader tetep liar ,
Suromenggolo butuh gendak , gemblak juga kalau gak salah , tapi mosok Wira?
 
Seminggu lagi nunggu???... Ente bener2 jago bikin knetang hu hahahahahaha have a nice RL
 
Mantap hu kocak kocak nama ajian nya.bener bener menggambarkan sulitnya mendapatkan ajian hu,ane juga sulit sekali dapetin ajian brajamusti.ayo hu di tunggu kelanjutan cerita nya:mantap::mantap:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terakhir diubah:
wah makon seru nih.
wah pras udah molai bosan ama budaknya kyaknya wira dimakan juga
 
Bimabet
Wah part akhirnya :sendiri:

Moga itu cuma mau nolong otong wira jadi gede...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd