Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Chapter 25 :

"Itu, teman yang sering numpang kalau berangkat kerja." kata Satria berusaha terlihat tenang menghadapi zituasi sulit seperti ini, apa lagi status mereka masih pengantin baru yang belum mengenal satu sama lainnya.

"Aku bacain ya?" tanya Wulan.

"Bacain apa, Lan?" tanya Lastri heran melihat wajah Satria tegang dan wajah menantunya terlihat galak.

"Bacain pesan WA buat Satria, Bu." jawab Wulan tanpa menoleh ke arah Lastri. Wulan terbakar oleh api cemburu.

"Ibu pulang dulu ya!" kata Lastri berpamitan. Dia tidak mau terlibat dalam urusan sepasang suami istri yang baru menikah. Biarlah mereka belajar menyelesaikan masalah rumah tangga mereka tanpa ikut campur orang tua.

"Kok pulang, Bu?" tanya Satria heran. Situasinya sedang genting, kenapa ibunya tidak berusaha menolong meredakan emosi Wulan yang terlihat dari matanya.

"Kaliankan masih pengantin baru, pasti lagi panas panasnya. Coba kalau kaluan lagi pengen, masa ibu ngeliatin kalian maen..?" gida Lastri sambil mencium pipi Satria dan juga Wulan.

"Kamu cantik sekali, nak..!" kata Lastri menatap wajah Wulan dengan sorot mata keibuan. Ibu yang kagum kecantikan anaknya.

"Ibu juga cantik, kok..!" kata Wulan tersipu malu oleh pujian mertuanya. Pujian yang meredakan rasa marahnya ke Satria. Wulan memeluk Lastri, kerinduannya pada mendiang ibunya tergantikan oleh kehadiran Lastri.

"Wulan pesenin ojek online ya, Bu?" kata Wulan tanpa menunggu jawaban dia mengambil hp nya yang tergeletak di meja.

"Las, kamu mau pulang?" tanya Jalu yang tiba tiba masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu.

"Iya..!" Lastri menjawab singkat.

"Aku antar..!" kata Jalu membuat Wulan mengkensel pesanan ojek onlinenya.

"Gak usah, aku bisa naek ojek. Nanti istri kamu nyariin.!" kata Lastri berusaha menolak tawaran Jalu. Lilis, nama yang sangat menakutkan dan tidak mudah dikalahkan begitu saja.

"Gak apa apa, Bu. Ibu lebih aman diantar Pakdhe." kata Wulan mendukung keputusan Jalu. Tidak tega membiarkan mertuanya pulang dengan ojek online. Dengan Jalu pasti lebih aman.

Ahirnya Lastri mengalah dan bersedia diantar Jalu. Wulan mengantar Lastri hingga ke lobi rumah sakit. Wulan benar benar jatuh hati dengan Lastri, dengan kelembutan dan sifat keibuannya. Wulan melepas kepergian Lastri hingga mobil yang dinaikinya hilang dirikungan jalan, baru Wulan kembali ke kamar tempat Satria dirawat.

"Ibu sudah pulang?" tanya Satria menyambut kedatangan Wulan.

"Sudah diantar Pakdhe. Siapa Syifa?" tanya Wulan menggoda Satria apa lagi saat melihat Satria pucat ketakutan. Rasa marahnya hilang begitu saja. Rasa cintanya lebih besar dibandingkan rasa cemburunya.

"Cuma teman..!" kata Satria, lidahnya terasa kelu untuk dipakai membela diri. Dia lebih terbiasa menggunakan kepalan tangan untuk bertarung dari pada harus bersilat lidah. Bahkan Satria tidak tahu cara merayu seorang wanita untuk meredakan kemarahannya.

"Teman apa teman? Kok dia begitu perhatian sama kamu? Jangan jangan kamu pernah ngentot sama dia ya?" tanya Wulan rasa cemburunya kembali muncul membayangkan Satria mencumbu wanita yang belum dikenalnya itu.

"Bener, aku gak pernah ada hubungan apa apa dengannya. Kamu yang wanita yang mengajariku sex dan aku hanya berhubungan sex dengan wanita lain dengan seijin kamu." kata Satria putus asa. Dia jujur, Wulanlah yang mendapatkan keperjakaannya, dan atas ijin Wulanlah dia berhubungan sex dengan wanita lain kecuali dua wanita sebelum ke Gunung Kemukus.

Melihat wajah Satria yang kalut dan putus asa membuat Wulan melunak, tidak ada kebohongan dari sorot matanya. Suaminya masih terlalu hijau dengan hal yang berkaitan dengan wanita. Wulan ungat pertama kali menjebak Satria berhubungan sex, benar benar pemuda culun yang belum bisa membuat wanita mencapai puncak orgasmenya. Dia yang memlerkenalkan Satria dengan kenikmatan terlarang.

"Iya, Wulan percaya." kata Wulan mencium bibir Satria dengan mesra dan sepenuh juwanya. Rasa cemburunya telah membakar gairahnya untuk bercinta, mengayuh lautan birahi yang membuatnya mencapai puncak berkali kali. Wulan meraba kontol Satria yang masih tertidur. Gerakannya diusahakan agar tidak menyenggol tangan Satria yang terluka. Perlahan, kontol Satria bereaksi semakin keras.

"Kamu lagi sakit, tapi kontol kamu masih busa ngaceng.!" gida Wulan sambil terus membelai kontol Satria bahkan kini tangannya masuk ke balik celana Satria dan mulai mengocoknha.

"Yang sakit kan tangan, bukan kontol!" jawab Satria merasa bebannya hilang. Kemarahan Wulan hilang tidak berbekas. "Lan, inikan rumah sakit..!" kata Satria berusaha mengingatkan Wulan di mana mereka berada.

"Biarin, ini kan kamar VVIP, gak bakal ada yabg tahu, asal gerak cepat." kata Wulan menari celana Satria sehingga kontolnya terlepas dari sangkarnya.

Wulan menatap kontol suaminya dengan takjub, panjang dan besarnya seperti kontol bintang fil porno barat, ditambah otot ototbya yang menojnjol keras mampu membuat setial wanita bergudik ngeri membayangkan kontol itu mwnusuk memeknya. Itu yang dialami Wulan saat melihat kontol Satria, walau pada ahirnya Wulan merasakan rasa nikmat melebihi kontol mantan mantan pacarnya yang standar asia.

Wulan mulai melahap kontol Satria yang hanya sampai bagian kepalanya saja. Wulan tidak berani terlalu dalam memasukkan kontol Satria ke dalam mulutnya. Rasanya terlalu mengerikan kalau sampai kontol itu masuk ke tenggorokannya. Wulan tidak mau mati tersedak kontol suaminya sendiri.

"Wulan, ennnak sayang...!" kata Satria membelai rambut Wulan yang halus dan lembut. Membelainya dengan lembut.

"Enak Say?" tanya Wulan di sela sela jilatannya pada batang kontol Satria, Wulan sangan mwnyukai bau hasnya yang mampu membuat birahinya semakin memuncak.

"Ennak banget. Udah, takut suster datang....!" ujar Satria. Sewaktu waktu suster bisa saja datang memeriksa keadaannya.

"Kita langsung saja, ya Say..!" kata Wupan mencopot celana dalamnya. Dia hanya memakai rok lebar sebatas lutut, jadi tanpa perlu membuka rok, mereka bisa ngentot cepat. Konon rasanya lebih dahshat.

Wulan naek ke atas ranjang dan berjongkok tepat diatas kontol Satria yang mengacung tegak seperti tonggak kayu. Wulan memegang kontol Satria yang diarahkan tepat pada lobang memeknya yang sudah sangat basah. Perlahan Wulan menurunkan pinggulnya, otomatis kontol Satria masuk ke dalam memeknya.

"Uch, nikmat amat kontol kamu..!" kata Wulan memejamkan matanya menikmati sensasi dahsyat saat kontol Satria bergesekan dengan dinding memeknya yang sangat sensitif.

Hal yang sama dirasakan Satria, ini adalah pengalaman dahsyat, ngentot dengan pakaian lengkap dan melakukannya secepat yang mereka bjsa. Wulan menggerakkan pinggulnya mengocok kontol Satria dengan pelan, dia tidak mau membuat luka di tangan Satria jaitannya kembali terbuka atau selang tranfusi darah dan inpusnya terlepas karena gerakannya yang kasar.

"Ennak gak memek Wulan?" tanya Wulan tersenyum. Wajahnya yang cantik menjadi semakun cantik oleh rasa nikmat yang dahsyat.

"Ennnnak banget, Lan...!" kata Satria jujur. Rasa nikmat yang dirasakannya bukan hanya karena jepitan memek Wulan yang ketat, tapi juga karena Wulan melakukannya sepenuh hati. Hal ini yang tidak didapatkannya dari wanita yang pernah ngentot dengannya.

Wulan mencurahkan semua perasaanya pada gerkan kontol Satria di dalam lobang memeknya, rasa nikmta yang timbul sangatlah dahsyat lebih dahsyat dari biasanya. Ternyata sek di tempat yang tidak biasa dan dilakukan dengan terburu buru sangatlah dahsyat sensasinya. Dan Wulan tidak lagi mampu menahan orgasmen yang tiba tiba menghantam sekujur tubuh dan jiwanya. Tanpa menunggu Satria, wulan mengerang menyambut orgasmenya yang dahsyat.

Saat yang bersamaan tiba tiba pintu kamar terbuka, Dina menerobos masuk dengan wajah pucat, di bellakangnya mengikuti seorang suster berusia 30an.

"Lan, Bu Lilis Lan...!" kata Dina membuat Wulan kaget dan buru turun dari pangkuan Satria yang sama kagetnya sehingga lupa menutup kontolnya dengan celana yang sudah melorot ke bawah pinggang.

"Ada apa, Din?" tanga Wulan gugup oleh teriakan Dina dan juga gugup karena mepergok sedang bersetubuh dengan Satria.

"Bu Lilis, Lan...!" kata Dina sambil menarik Wulan agar ikut dengannya. Hampir saja mereka menabrak suster yang berada di belakangnya.

Wulan terpaksa mengikuti Dina keluar kamar tanpa sempat berpamitan ke Satria. Hatinya ikut panik, apa lagi saat Dina mengajaknya berjalan cepat setengah berlari ke ruang bedah. Di depan ruang bedah Wulan melihat Ningsih duduk dengan wajah pucat, terlihat jelas Ningsih sedang menangis.

"Bi...!" Wulan memeluk Ningsih yang berusaha tegar.

"Keluarga Bu Lilis..?" tanya seorang perawat yang keluar dari ruangan bedah

*******

Satria terpana melihat Dina menarik tangan Wulan, saking kagetnya Satria lupa dengan kontolnya yang masih bebas. Berdiri kokoh tidak terpengaruh dengan rasa kagetnya. Dan Satria benar benar lupa. Sehingga Satria bisa tersenyum menyambut kedatangan suster yang datang untuk memeriksa kondisinya

"Gede amat...!" kata Suster takjub melihat kontol Satria yang mengacung tegak seperti tugu.

"Apanya yang gede, Suster?" tanya Satria heran. Apa perban pada tangannya terlalu tebal membuat tangannya terlihat menjadi lebih besar.

"Ini loch yang gede..!" kata Suster sambil meremas kontol Satria dengan keras.

"Aduhhh,!" Satria menjerit kaget setelah menyadari keadaanya. Wajahnya menjadi merah menahan malu. "Maaf, Sus..!" kata Satria sambil membetulkan celananya.

Satria tidak habis pikir dengan kelakuan Suster yang sangat berani. Apa semua Suster begitu karena mereka terbiasa menangani pasien sehingga tidak merasa risih melihat kontol. Kenapa juga kontolnya gak langsung lemas begitu keluar dari memek Wulan, apa karena pejuhnya belum keluar.

"Nanggung ya, kamu belum ksluar?" tanya Suster berusia 30an tahun itu menggodanya sambil membetulkan selang infus dan menyuntikan cairan ke cairan infus. Satria tidak begitu memperhatikannya.

"Maaf, Sus. Saya gak bermaksud..!" kata Satria malu. Benar benar merasa malu mempertontonkan kontolnya ke orang asing.

"Ini minum obatnya dulu..!" kata Suster memberikan beberapa butir obat ke Satria yang langsung menerimanya. Kemudian Suster berjalan ke pintu.

Satria menelan obat pemberian Suster yang menutup pintu kamar dan ksmbali ke arahnya. Mungkin masih harus memeriksa kondisinya, pikir Satria.

"Mau aku bantuin gak? Kamu paati belum keluar?" tanya Suster membuat Satria diam tidak mengerti.

"Maksudnya, Sus?" tanya Satria hrmeran dengan maksud si Suster.

"Bantuin ngeluarin pejuh kamu..!" kata Suster tersenyum menggoda Satria sambil tangannya meremas kontol Satria yang masih berdiri gagah belum menunjukkan tanda tanda melembek.

"Sus...!" Satria terkejut dengan maksud Suster untuk membantunya. Kalau saja kondisinya sedang normal, Satria pasti akan menepiskan tanga Suster cabul dari kontolnya. Satria tahu sewaktu waktu Wulan membali dan melihatnya. Satria tidak mau pernikahannya yang baru sebulan berantakan hanya karena perbuatan bodohnya.

"Jangan, Sus. Nanti istri saya datang...!" kata Satria memperingatkan Suster cabul. Penolakan yang sia sia karena Suster cabul sudah menarik celananya seperti yang dilakukan oleh Wulan sehingga kontolnya kembali terbebas dari sangkarnya.

"Aduhhhhh, Susterrrrr..!" Satria mengerang nikmat oleh kuluman Suster pada kontolnya, ngilu ngilu nimat yang sulit dilukiskan oleh kata kata. Suster itu begitu ahli memanjakan kontolnya, kemampuan Wulan belum sehebat Suster cabul.

"Enak gak?" tanya Suster memandang wajah Satria yang menahan nikmat. Tangannya terus mengocok kontol Satria dengan cepat.

"Ennnak banget, Sus..!" kata Satria yang lupa sewaktu waktu Wulan masuk dan memergokinya.

"Istri kamh pasti bahagia kontol kamu sebesar ini." kata Suster cabul melepaakan kontol Satria dan seperti yang dilakukan Wulan, Suster cabul naik ke atas ranjang dan berjongkok di atas selangkangan Satria dengan mengangkat roknya dan kemudian menyibakkan bagian tengah celana dalamnya ke samping. Sehingga memeknya yang berjembut lebat terlihat menggoda dengan bibirnya yang menggelambir seperti memek bintang porno mandarin.

"Sus...!" Satria tidak mampu meneruskan perkataanya saat Suster cabul mengarahkan kontolnya ke lobang memeknya yang terlihat mengkilap karena basah oleh lendir birahi. Satria melenguh nikmat kontolnya mulai menerobos ke dalam lembah sempit memek wanita yang baru dikenalnya. Memek ke enam yang dimasuki kontolnya.

"Shittt, gila kontol kamu enak banget. Sudah sebulan memekku gak dientot. Suamiku peltu...!" kata Suster cabul. Wajahnya biasa saja, tapi jepitan memeknya dan sensasi yang dirasakan oleh Satria sangat hebat. Sensasi yang membuat andrenalinnya terpacu.

Berbeda dengan Wulan, gerakkan pinggul Suster cabul benar benar liar. Seperti sedang berpacu dengan waktu berusaha mendapatkan orgasme secepatnya, karena reputasinya sebagai Suster sedang dipertaruhkan. Apa bila perbuatan mesum ini diketahui, hancurlah reputasinya. Karirnya sebagai perawat akan hancur dalam sekejap mata. Pertaruhan yang tidak sebanding dengan kenikamtan yang hanya beberapa menit.

"Ampunnnn akkku gakkk kuat...!" tubuh Suster cabul menggeliat meraih orgasmenya yang dahsyat sedahsat orgasme yang juga dirasakan ole Satria.

"Akkku juga kellluar...!" Satria mengeram menembakkan pejuhnya yang banyak ke dalam memek Suster cabul. Lega rasanya setelah mendapatkan orgasme, tubuhnya menjadi rileks.

"Gila, pejuh kamu banyak amat..!" kata Suster cabul mengangkat pinggulnya dan buru buru merapikan celana dalam dan roknya. "Bisa bunting aku. Mudah mudahan aku bunting anak kamu dan punya anak cowok dari kamu yang kontolnya segede kamu. Jadi aku gak bingung kalau lagi pengen. Qiqiqi..!" kata Suster cabul meninggalkan Satria begitu saja seolah olah tidak pernah terjadi apa apa.

*********

"Tidak bisakah kita menikah, Las?" tanya Jalu sebelum pulang.

"Aku sudah menjawab pertanyaanmu, kita tidak mungkin menikah. Lilis bisa membunuhku." kata Lastri menutup pintu meninggalkan Jalu yang berdiri mematung.

Jalu menarik nafas panjang, berusaha mengendalikan kekecewaanya karena kembali ditolak oleh Lastri. Padahal dengan menikahi Lastri semua rasa bersalahnya bisa terobati. Perasaan bersalah karena membiarkan anak pria satu satunya hidup terlunta lunta mendapatkan hinaan sebagai anak haram.

Jalu berjalan meninggalkan rumah Lastri. Biarlah wanita itu tidak bisa menjadi istrinya, tapi setidaknya dia bisa mengangkat derajat hidup mereka melalui Wulan agar hidup mereka tidak kekurangan seperti saat ini. Jalu tersenyum, senyum untuk mengobati kekecewaannya.

Jalu menjalankan mobilnya, tujuannya sudah jelas ke RS menemani Lilis, wanita yang sangat berjasa pada hidupnya. Semua yang diraihnya adalah hasil dari pikiran Lilis yang briliant. Tanpa Lilis mungkin dia tidak pernah mencapai posisi seperti sekarang. Posisi yang sangat diinginkan setiap orang, walau posisi yang didudukinya sangatlah berbahaya.

Jalu melihat jam di hpnya, sudah jam 11 malam dan dia menghabiskan waktu satu jam untuk mengobrol dengan Lastri. Bertanya tentang kehidupan Lastri dan anaknya selama mereka berpisah. Wanita yang hebat, pikir Jalu.

Sampai rumah sakit Jalu terkejut melihat kamar tempat Lilis dirawat dipasangi garis polisi yang berwarna kuning. Tidak mungkin, ini tidak mungkin. Jalu merasakan sekujur tubuhnya lemas. Apakah ini artinya adalah Lilis.......?

"Pak Jalu, maaf untuk sementara tempat ini tidak boleh dimasuki sampai polisi menyelesaikan penyelidikannya." kata seorang perwira muda yang Jlu kenal. Ipda Eko Prakoso J yang pernah ditemuinya.

"Ada apa ini?" tanya Jalu berusaha mengendalikan dirinya agar tidak terlihat lemah.

"Ada orang yang mencoba membunuh Bu Lilis, sekarang beliau sedang koma..!" kata Ipda Eko.

Jalu tidak bertanya lagi, dia berlari menuju ruang bedah untuk mengetahui kondisi Lilis. Di depan ruang bedah Jalu melihat Ningsih menangis tersedu sedu dalam pelukan Dina dan Wulan.

Bersambung.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd