Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Thx updatenya om
Rani terlalu lama gak dijamah sampai melepaskan gengsinya sebagai ibu Syifa dan ingin mendapatkan sentuhan dari Satria seperti anaknya ;)
Lha kok masih ada 1 tattoo yang belum diketahui Jalu? Pantes saja kalo emas hasil rampokan Gobang belum ketemu...:D
 
gila huu keren.. udh lma vakum. sekali bcaa maraton tp tdk kecewa dengn karya suhu yg mantap kalii ini
 
Chapter 50



"Mereka!" seru Satria heran. Hanya sekedar melihat tato, bukankah itu pekerjaan mudah kenapa harus menugaskannya.

"Ya mereka, kamu bersediakan?" tanya Jalu menatapnya lembut, tatapan mata seorang ayah yang sangat merindukan anaknya.

"Ini pekerjaan mudah, cuma melihat tato. Beri aku tugas yang lebih berat." kata Satria heran, kenapa Jalu masih meremehkan kemampuannya. Apa karena kemampuan bertarungnya sama sekali tidak berarti dibandingkan kemampuan Jalu.

"Jangan remehkan tugas ini, karena aku sendiri gagal memahami tato di tubuh ke dua wanita itu, aku ingin kamu meneruskan pekerjaanku karena aku tahu kamu mampu." jawab Jalu tertawa geli, Satria meremehkan pekerjaan yang tidak pernah bisa diswlwsaikannya.

"Bagaimana aku bisa mengorek keterangan dari mereka, tentu bukan pekerjaan mudah." gumam Satria bingung harus mulai dari mana, dia sama sekali buta cara mengorek keterangan. Dia baru menyadari kebodohannya menganggap ini sebagai pekerjaan mudah, dia merasa malu sendiri. Lalu apa yang harus dilakukan untuk memulai tugas dari Jalu, tidak mungkin mengunakan kepalan tangan memaksa mereka menunjukkan tato tersebut.

"Aku akan sedikit membantumu, setelah itu terserah kamu bagaima caranya mendapatkan rahasia tersebut. " jawab Jalu terswnyum geli melihat wajah Satria bingung.

"Berapa lama aku harus ke Karawang dan kapan?" tanya Satria, dia sudah berjanji untuk membantu jadi kesulitan yang aka. Dihadapiny bukanlah alasan untuk ingkar janji.

"Setelah pernikahanku dengan Ibumu, aku tidak tahu berapa lama kamu akan pergi." jawab Jalu lega.

"Bagaimana dengan Wulan, apa dia akan memberiku ijin pergi dengan waktu yang belum bisa ditentukan?" tanya Satria teringat dengan Wulan yang akhir akhir ini selalu berlaku aneh dari threesome dan lain sebagainya.

"Aku yang akan bicara dengan Wulan, kamu fokus dengan tugasmu." jawab Lilis tenang, Wulan pasti dan akan selalu mendengar apa yang dikatakannya. Wulan begitu mengagumi dan sangat mengididolakannya sehingga apapun yang dikatakannya akan selalu diikuti oleh Wulan.

"Kenapa kamu sepertinya sengaja memberiku tugas seperti ini, kalian ingin menyingkirkanku?" tanya Satria, dia merasakan ada sesuatu yang aneh dengan rencana Jalu dan Lilis.

"Aku justru menginginkanmu menjadi Singa yang mempunyai sayap, bukan hanya taring, cakar dan auman yang memekakkan telinga." jawab Jalu tersenyum, Satria harus tumbuh melebihi kemampuannya.

"Lalu kenapa aku harus menjauh dari kalian, sedangkan kalian dalam masalah besar, setidaknha aku bisa bertarung membantu menghadapi musuh kalian. Atau minimal aku bisa melindungi ibu dan istriku dari bahaya." kata Satria, bersikukuh dengan pendapatnya.

"Jangan khawatir dengan keselamatan ibu dan istrimu, aku jamin mereka aman." jawab Lilis, masalahnya bukan bagaimana melindungi Wulan dan Lastri. Tapi bagaimana menjauhkan Satria dari masalah ini, dengan sifatnya yang lebih menggunakan kepalan tangan dari pada otak akan membuatnya mudah terpancing sehingga akan mengacaukan semua rencana yang disusunnya matang. Rencana yang menurutnya, SEMPURNA.

"Kalian janji, tidak akan terjadi apa apa dengan Ibu dan istriku?" tanya Satria, baginya janji adalah hal yang sakral dan dia percaya ke dua orang yang duduk di hadapannya beranggapan sama dengan dirinya.

"Aku berjanji..!" seru Jalu dan Lilis berbarengan.

=============

"Ibu bercanda..!" seru Dina tidak bjsa menyembunyikan rasa terkejut. Dia ingin mengatakan apa yang dikatakan Heni bohong, tapi melihat track record ayahnya dia percaya dengan apa yang dikatakan Heny.

"Ini adalah hasil tes DNA anakku, buat apa aku mengarang cerita bohong." kata Heni memberikan amplop besar berisi hasil tes DNA yang memang sudah dipersiapkannya sebelum Eko dan Dina sampai.

Dengan tangan gemetar Dina membuka amplop dan mengeluarkan usinya, dia tidak tahu istilh dalam kedokteran, dia hanya mengerti persentase dan kata positif yang tertulis. Tangannya terkulai, kertas yang dipegangnya terlepas begitu saja. Dina shock mendapatkan kenyataan yang selama ini tidk pernah terpikir olehnya.

============

"Kamu gila, kenapa aku harus menunjukkan tatoku pada Satria?" tanya Rani marah, Jalu datang hanya untuk memintanya menunjukkan tato tersembunyinya ke Satria.

"Ya, kita tidak punya pilihan lain kalau ingin menemukan apa yang sudah ayahmu sembunyikan sehingga dia rela kehilangan nyawanya." jawab Jalu tegas, semuanya harus dilakukan untuk kebaikan mereka.

"Aku akan memperlihatkan kembali tatoku kepadamu dan satu lagi tato yang dulu kamu lewati, tidak kepada Satria." jawab Rani membelakangi Jalu dan menyibakkan rambutnya yang panjang yergerai hingga punggung.

"Rani, aku tidak bisa membatumu menemukan harta itu karena banyak alasan, sekarang yang bisa membantumu adalah Satria. Kamu ingin anakmu Syifa tidak lagi bekerja keras dengan hasil yang kadang kala tidak cukup, ini satu satunya cara paling cepat untuk memenuhi kebutuhan kalian berdua." kata Jalu membuat Rani berbalik menatapnya tajam, tatapan mata yang dipenuhi kerinduan dan juga kebencian karena pria ini tidak berbuat apa apa menolongnya saat ternerumus menjadi seorang pelacur.

"Baiklah, kapan aku haru menunjukkan tato ini pada Satria?" tanya Rani berusaha menyingkirkan perasaan yang berkecamuk di hatinya, urusan anaknya lebih berharga dan rasanya pantas dia melakukan semuanya untuk Syifa anaknya walau harus menunjukkan tubuh bugilnya di depan Satria pria yang dicintai anaknya.

"Apa kamu tidak mau ikut dengan Satria dan juga adikmu Rini, kalian bisa bersama sama mencari di mana emas itu berada." kata Jalu.

"Rini? Kamu bertemu dengan Rini di mana?" tanya Rani terkejut. Rini adik yang sudah mengkhianatinya sehingga menjadi seorang pelacur.

"Ya, aku sudah bertemu dengan Rini di Gunung Kemukus." jawab Jalu dia swngaja tidak mengatakan bahwa saat ini Rini ada di Bogor di rumah istri mudanya.

"Sudahlah, aku tidak mau bertemu dengannya. Kapan aku harus memperlihatkan tatoku pada Satria? Aku tidak akan ikut dalam perburuan peninggalan ayahku, aku percaya kamu tidak akan mengkhianatiku seperti Rini yang mengkhianatiku." jawab Rank, dia ingin urusannya cepat selesai dan kembali hidup tenang sejak suaminya tewas.

"Kalau itu maumu, aku tidak bisa memaksamu. Temui Satria di hotel XXX nanti siang jam 13." jawab Jalu, untung saja dia sudah menduga hal ini akan terjadi sehingga sejak awal dia sudah merencanakna rencana B.

"Kamu tahu artinya?" tanya Rani menatap Jalu yang duduk tenang di hadapannya, pria yang pernah merebut hatinya beberapa tahun lalu, perasaan yang mulai memudar seiring berjalannya waktu.

"Maksud, kamu?"tanya Jalu, dia tahu maksud Rani, dia hanya pura pura tidak tahu agar Rani tidak merasa dilecehkan karena disuruh membuka BHnya di hadapan Satria.

"Kamu menyuruhku kembali menjadi pelacur di hadapan Satria, kamu tahukan tarigku dulu?" tanya Rani, kenangan buruk saat dia menjadi pelacur di salah satu club malam Jalu masih membayanginya, ketika suaminya datang dan menikahinya Rani merasa da malaikat penolong yang akan mengangkat derajat hidupnya. Khayalan yang jauh dari kenyataan, suaminya adalah monster yang sangat mengerikan.

"Apakah ada cara lain melihat tatomu, misal kamu photo tatomu dengan hp dan berikan ke Satria atau aku." jawab Jalu, perkataan Rani sedikit banyak mengusik hatinya.

"Aku sudah mencobanya, tapi hasilnya sebuah tato yang gambarnya buram dan aku gagal menemukan petunjuk berharga dari phito tatoku." jawab Rani, dia dan suaminya sudah pernah mencari petunjuk dari tatonya dan hasilnya nihil. Kegagalan yang membuka topeng suaminya yang selama ini begitu menyangi dan memanjakannya berubah menjadi monster yang ringan tangan.

"Betul, itu sebabnya petunjuk hanya bisa kita dapatkan apabila kalian bersatu dan aku yakin Satria akan bisa membantu kalian mendapatkan emas tersebut. Pikirkanlah itu, terutama masa depan anakmu. Aku permisi." kata Jalu tenang, tanpa menunggu jawaban Rani, Jalu berdiri mengulurkan tangan, mengajak Rani bersalaman.

=========

Satria ragu mengetuk pintu kamar no 73 di Hotel XXX karena dia tahu ada ibunya Syifa di dalam, ibu dari wanita yang sangat dicintainya. Dia harus menemui Bu Rani demi tugas yang telah diterimanya dari ayahnya, tugas yang harus diselesaikannya agar ibunya bisa hidup bahagia seperti wanita lain. Bayangan ibu tersenyum membuat keraguan yang sempat menguasai hatinya hilang dalam sekejab.

Tok tok tok, Satria mengetuk pintu, menunggu hingga ada jawaban dari dalam namun setelah menunggu cukup lama tidak ada jawaban dari dalam. Kembali Satria mengetuk pintu untuk memastikan ada orang yang sedang menunggu kedatangannya.

"Tunggu sebentar," jawaban dari dalam membuat Satria lega.

"Masuk..!" kata seorang wanita cantik yang tidak lain adalah Rani ibu dari wanita yang dicintainya membuka pintu, Satria menunduk malu.

"Iya, Bu..!" Satria mengikjti wanita itu masuk, dia menutup pintu kamar. Saat berbalik Satria baru menyadari pakaian yang dikenakan Rani, daster transparan yang memperlihatkan pakaian dalam Rani.

"Kenapa kamu melihatku seperti ktu, tubuhku sudah jelek ya?" tanya Rani melihat tatapan Satria yang terpesona melihat keindahan tubuhnya. Rani berputar perlahan memperlihatkan lekuk tubuhnha yang masih tetap terjaga tanpa timbunan lemak seperti wanita seusianya, menggoda pria bukanlah hal yang sulit dilakukannya.

"Tubuh Ibu masih bagus, sexy," jawab Satria jujur, tidak pernah terpikir olehnya melihat lekuk tubu Rani, ibunya Syifa. Selama ini dia hanya beberpa kali, itupun dari kejauhan karena tidak berani mendekatinya dan pada pertemuan terakhir saat mengantarnya ke RS itulah pertama kali melihat Rani dari jarak dekat.

"Lalu, kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Rani semakin menggoda Satria, gairahnya perlahan bangkit melihat Satria, pemuda tampan yang sudah mencuri hati anaknya. Rani merasa gairah yang dirasakannya adalah hal yang normal pada usia 40 tahun gairah sex nya sedang tinggi tingginya, hal itu sering menjadi bahan obrolan dengan wanita seusianya.

"Karena tubuh Bu Rani sangat indah, tidak kalah dengan Syifa." tanpa sadar Satria membandingkannya dengan Syifa.

"Kamu sudah lihat, tubuh bugil Syifa?" tanya Rani tajam, dia tidak bisa menyalahkan perbuatan Syifa kalau benar mereka sudah melakukan hubungan yang di luar batas. Perlahan Rani mengangkat daster transparan yang dipakainya sehingga Satria bisa melihat celana dalam berenda yang dipakainya.

"Ib ibu, mau apa?" tanya Satria gugup melihat paha putih mulus Rani dan Celana dalamya yang berwarna putih, ada garis memanjang di tengahnya terlihat basah.

"Bukankah kamu mau melihat tato di tubuhku, ada tiga tato yang tersembunyi dan hanya bisa kamu lihat saat tubuhku bugil." jawab Rani tertawa kecil, gairahnya semakin tinggi sehingga memeknya mulai mengeluarkan cairan pelumas yang membasahi celana dalamnya.

"Oh, kok bisa begitu?" Satria semakin gelisah saat daster Rani mendekati payudaranya, perutnya yang rata sudah membuat dengkulnya gemetar. Padahal dia sudah sering melihat tubuh telanjang wanita, bukan hanya satu wanita, tapi kenapa dia merasa seperti baru pertama melihat tubuh seorang wanita.

"Ya, tato itu terletak di tiga bagian tubuhku, yang pertama ada di belakang telinga." jawab Rani berbalik membelakangi Satria, tanganya melepas daster yang sudah berada di dadanya, sehingga kembali menutupi tubuhnya membuat Satria kecewa. Rani menyibakkan rambutnya dan menekuk telinganya agar Satria melihat sebuah tato kecil. "Lihat ini !" kata Rani agar Satria mendekat.

Satria mendekati Rani, jaraknya begitu dekat sehingga bisa mencium aroma rambut dantubu Rani yang menggairahkan. Satria menngelengkan kepala mengusir gairahnya, dia berussaha fokus pada tulisan di balik telinga Rani. Sukowati, hanya itu yang tertulis. Satria tidak perlu bersusah payah menghafalnya.

"Kamu sudah lihat?" tanya Rani.

"Sudah." jawab Satria singkat, Rani membalikkan tubuh, dia memandang Satria yang juga sedang memandangnya. Mereka saling bertatapan lama, hingga akhirnya Satria menunduk, jengah melihat kobaran api birahi di mata Rani.

"Kamu seperti pemuda lugu yang belum pernah melihat tubuh wanita, padahal dengan pesona yang kamu miliki aku yakin sudah banyak wanita yang bertekuk lutut mengemis cinta padamu." kata Rani membelai pipi Satria, bergerak ke arah leher lalu ke dadanya yang bidang dan berotot.

"Eh, Bu Rani mengada ada." jawab Satria berusaha sekuat tenaga mengendalikan diri untuk balas meraba tubuh Rani, dia masih ingat wanita ini ibunya Syifa jangan sampai dia berbuat tidak pantas. Dia takut ini hanyalah sebuah jebakan yang sengaja disiapkan Rani, bisa saja ada kamera tersembunyi yang akan merekam perbuatan mereka dan rekaman itu akan dilihat oleh Syifa sebagai bukti tidak terbantahkan. Pikiran dan argumen yang sebenarnya terlalu mengada ada.

"Hahaha, aku tidak mengada ada. Buktinya Syifa sampai tergila gila kepadamu dan sampai menyerahkan tubuhnya kepadamu, padahal setahuku Syifa sangat sulit dekat dengan seorang pria karena melihat perbuatan ayahnya yang ringan tangan sering menyiksaku." jawab Rani, tangannya terus membelai dada bidang Satria.

"Bu, jangan begini.." kata Satria memgang pergelangan tangan Rani yang terus mempermainkan gairahnya yang semakin berkobar.

"Kamu tidak mau menikmati tubuhku seperti kamu menikmati tubuh Syifa" atau mungkin aku terlalu tua untuk kamu?" bisik Rani diakhiri gigitan kecil pada telinga Satria.

"Eh, ibu masih muda tidak kalah dengan wanita lain...!" kata Satria lirih, gairahnya semakin berkobar dan perlahan menutupi akal sehatnya.

"Lalu, kenapa kamu menolak..!" bisik Rani membuat Satria merinding saat telinganya merasakan hembusan nafas Rani.

"Saya datang ke sini untuk melihat tato Bu Rani..!" jawab Satria berusaha mempertahankan keteguhan hatinya yang semakin goyah.

"Ada dua tato lagi yang harus kamu lihat, satu berada tepat di bagian bawah payudaraku." kata Rani sambil meraba payudaranya yang terlihat masih sekal.

"Lalu, yang satunya lagi..?" tanya Satria menelan air liurnya, matanya terpaku ke arah payudara Rani.

"Satunya lagi, bahkan ayahmu tidak pernah melihatnya. Apakah kamu pantas melihatnya?" tanya Rani.


Bersambung.


Cuma bisa apdet pendek karena masih banyak kerjaan.
Tatoo yang lain ada di SELET
wkwkwk
 
Gambar tato bisa dilihat dan dipahami dengan jelas jika Rani dan Rini dithresome sama Jalu ..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd