Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Bimabet
Chapter 9 : Lastri Sang Kupu Kupu Malang

Jalu adalah jago yang sudah mengalami pertarungan panjang, pernah mengalami jatuh bangun dan juga beberapa kali lolos dari maut, serangan Satria yang cenderung serampangan dapat dihindarinya dengan mudah, sangat mudah.

Melihat serangan pertamanya dapat dihindari membuat Satria semakin terpancing emosinya. Satria kembali melancarkan swing pukulan dalam tinju yang dipelajari secara otodidak. Pukulan yang mengarah ke telinga, salah satu bagian terlemah. Keras dan terarah. Jalu tidak berusaha menghindar, melainkan menangkap pergelangan tangan Satria lalu menariknya dibarengi dengan gerakan kakinya mengait kaki Satria hingga tersungkur mencium tanah.

Satria bangkit dan bersiap untuk kembali melancarkan serangan, namun pada saat yang tepat Lastri memeluknya berusaha meredakan kemarahannya.

"Sudah cukup, Sat..!" Lastri menangis sambil memeluknya.

Tangisan ibunya membuat Satria sedikit melunak. Satria baru sadar ada dua mobil yang ikut berhenti di belakang motornya. Dan ada sekitar 10 orang yang berwajah garang seperti bodyguard atau mungkin gerombolan preman yang memperhatikannya.

"Itu anakmu?" tanya Jalu menatap Satria kagum dengan keberanian Satria.

"Iya, ini anakku...!" kata Lastri tidak berani menatap pria yang selalu mengusik mimpinya.

"Ibu kenal orang ini?" tanya Satria heran. Selama ini hidupnya penuh dengan kekurangan membuatnya selalu memandang sinis setiap orang kaya. Di matanya orang orang kaya adalah segerombolan orang sombong yang mengangap orang miskin hanyalah sampah tidak berguna.

"Kita pulang ya, Sat...!" ajak Lastri menuntun Satria ke arah motornya. Orang orang yang bertampang sangar itu tidak bergeming dari posisinya berdiri sehingga Lastri menghentikan langkahnya karena motor Satria berada di belakang orang orang itu.

"Biarkan kami pergi. Masalah uangmu yang kubawa lari, suatu saat akan aku ganti." Lastri melihat ke arah Jalu yang masih berdiri di tempatnya. Jalu menarik nafas.

"Bagaimana caramu akan mengembalikan uang sebesar itu? 32 juta tahun 1994, sekarang 2018, itu artinya 300juta untuk masa sekarang." kata Jalu. Matanya tidak pernah lepas menatap Satria.

"Aku akan membayarnya suatu saat kelak." reflek Satria menjawab. Perkataan yang tiba tiba saja terucap tanpa tahu masalahnya apa. Satria hanya merasa apa yang dilakukan oleh ibunya adalah tanggung jawabnya.

Untuk meneruskan pertarunganpun tidak mungkin, menghadapi satu orang itu saja dia harus mencium tanah. Apa lagi harus menghadapi 10 orang yang sepertinya adalah anak buah orang yang tadi dimakinya. Apa lagi ada ibunya, Satria takut ibunya akan celaka kalau pertarungan diteruskan. Mau tidak mau sekarang dia mengalah. Suatu saat dia akan kembali untk menghajar orang itu.

"Jon, antar mereka pulang sampai rumah dengan selamat sampai rumah. Jek, kamu bawa motor pemuda ini." Jalu memberi perintah ke anak buahnya.

"Aku bisa pulang sendiri, tidak perlu diantar." Satria merasa tersinggung.

"Aku perlu tahu tempat tinggal kalian sebagai jaminan kamu akan membayar uang yang dulu ibumu bawa kabur." Jalu berkata tenang. Jantungnya berdebar kencang melihat wajah Satria berusaha mencari kemiripan dengan wajahnya sendiri.

"Kita ikutin apa maunya." kata Lastri dengan suara bergetar. Lastri menuntun tangan Satria memasuki mobil yang pintunya dibuka oleh salah seorang, mobil yang tepat berada di belakang motor Satria.

Satria berjalan mengikuti langkah ibunya masuk ke dalam mobil yang pintunya terbuka. Harusnya dia tidak terpancing oleh insiden kecil saat motornya hampir terserempet. Itu adalah hal yang biasa yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Sekarang masalahnya jadi panjang, dia harus mengembalikan hutang ibunya sebesar 32 juta, atau kata orang itu, uang sebesar 30 juta tahun 1994, senilai 300 juta tahun sekarang. Jangankan 300 juta, kalaupun harus membayar 32 juta itu sama dengan gajinya perbulan 2.700 x 12 bulan. Satu tahun gajinya. Lalu, kenapa ibu bisa berhutang sebanyak itu?

*******

"Ibu punya utang sebanyak itu untuk apa?" tanya Satria sesampainya di rumah.

"Ibu mau istirahat, Sat...!" Lastri masuk kamar tanpa menoleh.

Tahun 1994

Lastri menangis terisak di hadapan Pak RT dan beberapa orang setelah Jalu, Ningsih dan Pak Udin pergi. Mereka seperti mengintrogasinya dengan berbagai macam pertanyaan yang justru membuat tangisnya semakin kencang. Hingga ahirnya orang orang itu menyerah dan pergi membiarkannya sendiri.

Lastri masuk kamar dan kembali menangis hingga ahirnya tangisnya reda. Semua beban yang dirasakannya berkurang dengan sendirinya. Tekadnya sudah bulat untuk pergi menjauh dari kehidupan pria yang dicintainya. Kehadirannya, hanya akan memperkeruh suasana. Terpikir untuk kembali ke Semarang ke rumah orang tuanya. Tapi apa mereka mau menerimanya. Apa lagi kalau orang tuanya tahu kalau dia sedang mengandung anak dari pria yang dicintainya. Bahkan pria itu sendiri tidak tahu kalau dia sedang mengandung anaknya.

Lalu harus pergi ke mana? Uang tabungannya berjumlah 250.000, tidak cukup untuk memulai hidup baru di suatu tempat. Mencari pekerjaan juga tidak mudah, apa lagi dalam keadaan hamil seperti sekarang. Paling tidak harus mempunyai tabungan yang cukup untuk menopang hidupnya selama beberapa bulan ke depan. Juga harus mempunyai tabungan yang cukup untuk biaya melahirkan.

Tiba tiba Lastri teringat dengan uang hasil dari kios yang sebesar 32.000.000. Kenapa tidak, uang itu bisa digunakannya untuk biaya hidup hingga melahirkan. Memang Lastri tidak mempunyai hak atas uang itu. Tapi anak yang dikandungnya mempunyai hak atas uang itu. Ya, inilah jalan terbaik.

Lastri segera memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper sebelum Mbak Heny kakak angkatnya pulang. Lastri menulis surat untuk Mbak Heny dan juga sebuah surat untuk Jalu pria yang dicintainya.

Dear A Ujang.

Maaf kalau perbuatan Lastri hampir membunuh A Ujang, tidak ada niat Lastri untuk mencelakai A Ujang. Ini semua sebuah salah paham. Tapi, lupakanlah.

Lastri akan pergi jauh dengan bayi yang terkandung di rahim Lastri. Buah cinta Lastri ke A Ujang. Ini adalah anak A Ujang, Lastri berjanji untuk membesarkannya, sebagai bukti cunta Lastri ke A Ujang. Sebagia hadiah terindah dari A Ujang.

A Ujang, maaf, uang hasil dari kios sebesar 32.000.000 akan Lastri bawa untuk bekal memulai hidup baru bersama anak yang Lastri kandung. Apa bila ada rejeki, akan Lastri ganti.

Ttd

Lastri

Lastri meletakkan surat untuk Mbak Heny di meja kecil kamar Mbak Heny, sedangkan surat untuk pria yang dicintainya akan dikirim melalui pos.

Lastri pergi meninggalkan rumah kontrakan yang menyimpan banyak kenangan manis. Angkot yang dinaiki membawanya ke terminal tepat jam 7 malam. Terlalu malam untuk melakukan perjalanan jauh apa lagi dia tidak punya rencana akan pergi ke mana. Sesaat Lastri merasa ragu dan juga takut dengan keputusannya. Apa dia harus kembali ke rumah kontrakan saja dan menjalani semuanya.

Hampir saja Lastri mengurungkan niatnya dan berniat kembali ke kontrakan. Tiba tiba Bis Damri tujuan Bumi Ayu berhenti di depannya. Beberapa orang langsung naik. Seperti linglung, Lastri ikut naik Bis Damri. Sepanjang perjalanan Lastri gelisah, dia tidak tahu harus pergi ke mana kecuali mengikuti kata hatinya. Tak terasa Lastri tertidur sepanjang perjalanan yang terasa mencekam.

Lastri terbangun saat memasuki Cirebon tepat jam 12 malam. Ibu yang entah sejak kapan duduk disebelahnya mulai bersiap untuk turun.

"Ibu mau turun di Cirebon?" tanya Lastri.

"Iya saya mau turun di Cirebon, adek mau ke mana?" tanya ibu itu menatapnya penuh selidik.

"Ke Semarang, Bu..!" kata Lastri asal sebut. Kota tempat kelahirannya yang tiba tiba teringat olehnya.

"Turun di sini bareng saya aja, dek. Saya juga mau ke kendal." kata si ibu.

Entah kenapa Lastri mengiyakan ajakan si Ibu. Mungkin ini lebih baik dari pada dia terdampar di tempat asing seorang diri pada malam hari. Tentu akan sangat berbahaya buat dirinya. Ala lagi ada uang 32 juta yang tersimpan di dalam tasnya.

Mereka turun di sebuah tempat yang ramai oleh warung warung rokok yang masih buka dan biasa digunakan bis untuk mencari penumpang. Tidak perlu menunggu, ternyata sudah ada bis jurusan Semarang.


"Bu, Satria mau ke toko sekarang...!" panggilqn Satria membuyarkan lamunan Lastri.

Lastri bangun dan membuka pintu. Matanya memancing perhatian Satria.

"Ibu nangis? Ibu gak usah hawatir masalah hutang hutang ibu, Satria akan bekerja keras buat bayar hutang hutang ibu." kata Satria membuat Lastri sedikit terhibur.

"Sudah malam, Sat. Gak bisa besok?" tanya Lastri mengabaikan pertanyaan Satria.

*******

Jalu memerintahkan salah satu anak buahnya menyupiri mobilnya. Jiwanya terguncang melihat kepergian Lastri dengan anak muda yang dia lupa menanyakan siapa namanya. Apakah benar anak ini adalah anaknya seperti pengakuan Lastri dalam surat yang diterimanya 23-24 tahun yang lalu. Apakah benar saat itu Lastri mengandung anaknya yang kini sudah tumbuh menjadi seorang pemuda tampan seperti yang dilihatnya tadi? Satu satunya anak lelaki yang dimilikinya setelah semua istrinya melahirkan anak anak perempuan.

Jauh di lubuk hatinya ingin mempunyai seorang anak laki laki yang bisa meneruskan keturunannya. Tapi keinginan itu pupus saat Lilis memaksanya untuk melakukan vasektomi, itu artinya dia tidak akan bisa membuahi rahim seorang wanita manapun yang dia setubuhi.

Siapa nama anak itu? Kenapa dia lupa menanyakannya. Jalu mengambil HPnya dan mengirim sebuah pesan yang ditujukan ke salah satu anak buahnya yang sedang mengantar Lastri dan anakknya. Lama sekali belum juga ada balasan. Berulang kali Jalu melihat ke layar HP yang masih menyala. Kesabarannya hampir habis dan berniat menelpon orang yang baru saja dikiriminya pesan. Saat yang bersamaan sebuah pesan diterima. Hanya satu kata. Satu kata yang membuat dadanya berdegup kencang. Berulang kali Jalu membacanya, seolah takut satu kata itu terlupakan olehnya. "SATRIA." Ya itu nama anaknya.

Kembali ada sebuah pesan yang diterimanya dari Lilis istri ke duanya. Sebuah pesan penting yang membuatnya sangat terkejut sdan membuat tubuhnya gemetar. Tanpa sadar Jalu meraba bekas luka di dada kirinya yang hampir meregut nyawanya 24 tahun yang lalu.

"Kita gak jadi ke Jakarta. Kita pulang..!" kata Jalu sambil memegang bekas luka di dadanya yang terasa dingin.

24 tahun yang lalu.

Perjalanan memutar yang dilakukan oleh Jalu dengan cara mengelabui para pengawal yang dikirim secara diam diam oleh Lilis ternyata menjadi bumerang buatnya.

Sesampainya di Gunung Kemukus tepat di depan rumah Pak Tris, ternyata Japra sudah mendahuluinya. Tidak ada kecurigaan sedikitpun saat Jalu bertemu dengan Japra yang menurut cerita adalah orang kepercayaan ayahnya Gobang. Hingga tiba tiba Japra menyerangnya dengan sebuah pisau belati yang sangat tajam.

Pertarungan yang berlangsung singkat, konsentrasinya terpecah dengan teriakan Pak Tris yang tiba tiba datang dan membuatnya menoleh dan lengah. Akibatnya sangat fatal, belati itu menikam dadanya disertai sebuah tendangan mengenai perutnya hampir bersamaan dengan tikaman belati Japra.

Jalu terjungkal jatuh ke belakang. Matanya terbelalak ngeri melihat darah yang keluar dari luka di dada membasahi bajunya mengingatkan kejadian saat perutnya ditikam seseorang yang membuatnya hampir tewas. Kematian terasa semakin dekat melihat darah sudah membasahi bajunya. Dadanya menjadi sesak oleh bayang bayang kematian yang berkelebat, dadanya menjadi dingin. Tiba tiba ada teriakan samar terdengar memanggil namanya.

"Mas Ujang..!" suara Marnikah itu? Atau suara malaikat maut yang menjemputnya?

Samar samar Jalu melihat Marni memeluknya sambil memegang lukanya agar pendarahannya berhenti. Jalu tersenyum pasrah karena malaikat maut yang menjemputnya menyerupai Marni, kesan menakutkan tentang malaikat maut perlahan sirna.

Jalu melihat dua sosok yang tadinya terlihat samar dan sekarang menjadi jelas. Pak Tris dan Japra ternyata sedang bertarung dengan menggunakn senjata berbeda. Pak Tris memegang sebilah golok sedangkan Japra dengan belati yang baru saja menikam dadanya.

Perlahan kesadaran Jalu pulih, rasa takutnya akan kematian yang membuatnya shock mulai memudar. Jalu melihat ke arah lulanya. Ternyata hanya sebuah luka gores yang tidak berbahaya.

"Mas Ujang tidak apa apa?" tanya Marni hawatir.

Ujang hanya menggeleng berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata saat belati Japra hampir menikamnya Pak Tris menyelamatkan Jalu dengan cara menendang perutnya, sehingga belati itu hanya menggores kulit luarnya saja tidak mengenai bagian vitalnya.


"Pak, kita sudah sampai." kata supir membuyarkan lamunan Jalu.

********

Satria sampai toko jam 8 malam. Toko biasanya tutup jam 9 malam. Masih banyak pembeli dan Satria langsung ikut melayani para pembeli sampai toko tutup.

"Ada apa, Teh?" tanya Satria setelah menutup separuh rolling door. Satria berdiri di samping Wulan yang masih sibuk menghitung uang.

"Masukin motor kamu, kita ngobrol di atas." kata Wulan tanpa mengangkat wajahnya.

Hati Satria berdesir mendengar perintah Wulan. Apa Wulan akan kembali mengajaknya berhubungan sex seperti kejadian dua malam yang lalu. Tanpa disadari, kontol Satria bangkit perlahan lahan mengingat kenikmatan yang didapatkan dari jepitan memek Wulan. Sebuah tawaran yang tidak mungkin ditolak.

Satria bergerak cepat memasukkan motornya ke dalam ruko, baru saja akan menutup rolling, beberapa tangan menahannya sehingga rolling door itu tidak bisa tertutup.

"Mau apa kalian?" tanya Satria marah.

5 orang yang Satria kenal sebagai preman pasar yang sering meminta jatah keamanan berdiri dengan wajah garang.

"Mana si Wulan, bulan ini dia belum membayar uang keamanan." kata orang yang menjadi kepala preman sambil menunjuk dada Satria.

Kemarahan Satria kembali terpancing. Kemarahan yang sudah ditahannya sejak tadi sore perlu pelampiasan. Mungkin ke 5 orang ini bisa jadi pelampiasannya.

Bersambung..... gan
Mantab Suhuuu.....
Terima Kasih
 
Berasa nonton India, semua terpapar jelas walau dengan waktu yang lama. Terima kasih suhu yang telah memberikan cerita yang wow ini.
 
Anak jalu semuanya perempuan dari istri sah, sedangkan dari hubungan tidak sah malah dapat anak cowo yg di inginkan dia untuk penerus. Kadang itu lah cara Tuhan untuk menunjukkan jalan anak yg terpisah untuk kembali ke orang tua ny dengan sesuatu yg di inginkan orang tua ny, atau kemiripan wajah ny..
Dan yg paling ngeri lastri ujang di kebiri, ngilu gue bacanya..
DDi tunggu next ny gan, semoga sampai tamat gan ceritanya..
 
Anak jalu semuanya perempuan dari istri sah, sedangkan dari hubungan tidak sah malah dapat anak cowo yg di inginkan dia untuk penerus. Kadang itu lah cara Tuhan untuk menunjukkan jalan anak yg terpisah untuk kembali ke orang tua ny dengan sesuatu yg di inginkan orang tua ny, atau kemiripan wajah ny..
Dan yg paling ngeri lastri ujang di kebiri, ngilu gue bacanya..
DDi tunggu next ny gan, semoga sampai tamat gan ceritanya..
Di kebiri bagaimana maksudnya suhuu ?? Apakah vasektomi itu maksutnya ??
 
Wah... Ternyta cerita sambungan ya gan.... Kereeennn.... Lnjuut
 
nice update hu :cendol:

benang merahnya sedikit demi sedikit mulai nampak & yg pasti dlm urusan women,Satria mewarisi hoki sang ayah :Peace:
 
Bimabet
Satria mirip Jalu waktu masih muda, gampang emosian....cuma belum ketahuan nih setinggi apa ilmu silat si Satria...
Thanks updatenya hu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd