Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
Episode 18



satu minggu sudah nur pergi dari rumah ini, hanya pernah berkabar dua kali, ketika baru sampai di rumah ibunya. juga sekali kemarin malam, nur meminta tambahan waktu beberapa hari lagi, nenek nya masih mau main sama caca katanya. aku tidak tega untuk menolak. kata nur, hari kamis ia akan pulang, malam jumat sudah dirumah ini.


kecurigaanku mulai menambah, tak biasanya keluarga nur akrab dengan anaknya, terlebih nur seperti betah di rumahnya. jangan-jangan nur mau dijodohkan lagi sama laki berseragam seperti dulu?

ya, keluarga nur memang seperti gila seragam, kakaknya sampai berusaha hamil agar cowoknya yang berseragam menikahinya. awal pecahnya nur juga karena nur tidak mau dijodohkan dengan cowok berseragam pilihan ibunya.


sebenarnya aku tidak terlalu kawatir bila nur pergi dan tak kembali, sudah ada risa yang memenuhi hatiku dan siap memberikan kelaminnya kapanpun aku mau. hanya aku tidak rela bila caca harus ikut hilang, keceriaannya sudah seperti anakku sendiri, cici juga sudah merasa memiliki adik dalam hidupnya.


malam semakin larut, malam minggu entah yang keberapa telah aku lalui hanya dengan segelas kopi dan dinginnya malam. kududuk diteras atas, menatap langit yang seakan tak peduli dengan mahluk dibawahnya. kopi yang mulai dingin belum juga habis, malah ngantuk yang datang.


anakku cici sudah tidur sedari tadi, sedang risa, calon ibu barunya juga sudah terlelap dikamar setelah habis aku bantai setelah mengantar cici kekamarnya. kutatap langit dengan junub masih menyelimutiku.


kuhabiskan kopiku, kututup pintu dan kembali ke lantai bawah. rasa kantuk semakin membebani mataku, entah kenapa aku kalau minum kopi malah jadi mengantuk, tapi kalau susu malah bikin aku melek, apalagi susu risa.


kubuka sedikit pintu kamar anakku, cici terlelap penuh kedamaian tanpa beban dan dosa diwajahnya, lampu tidur temaram membuat tidurnya semakin nyenyak. dengan tubuh penuh dosa, aku panjatkan berbagai doa untuknya, kutiupkan pelan dari jauh menuju anak tercinta. kututup lagi pintu kamar, dan kumelangkah ke kamarku sendiri.


risa nyenyak sekali, setelah birahinya aku tuntaskan berkali-kali. tubuhnya masih telanjang tanpa takut ada lelaki yang melihatnya, hanya sebuah selimut menutupi sebagian dadanya hingga pangkal paha. cantik sekali kamu sayang. aku yang tidak ganteng, tidak alim, dan tidak segalanya ini merasa terhormat memilikimu. aku merasa beruntung bisa menodaimu. aku bangga ketika kamu menjerit nikmat diujung kelaminku.


kupandangi wajah cantiknya, rambut panjang diwarnai coklat kemerahan, seperti gradasi, tidak mencolok namun menambah kecantikannya. risa memang suka mewarnai rambutnya tipis-tipis sejak dulu, hanya karena dia berkerudung jadi banyak yang tidak tau.

wajah putih bersih, terhias bibir mungin dan hidung mancung. bulu mata lentik, menggoda pria disetiap kedipannya.

leher seputih wajah, dengan sebuah kalung emas dengan liontin sepadan. menghias leher dan dadanya.


kutarik selimut risa pelan. dada putih mulus terlihat sangat sempurna. mau berdiri atau berbaring, dada itu selalu terlihat bulat, dengan puting coklat cerah, dihiasi sebuah cupang merah yang aku buat tadi sewaktu mengadu kelamin bersama. kembali kutarik selimut risa, perut putih nya terlihat begitu menawan, tempat anakku kelak dikandungnya. perut rata tanpa lemak mengganggu, sebuah pusar cekung tak terlalu dalam ikut menambah keindahan tubuh risa.


kusibakkan selimut risa, tubuh telanjangnya terlihat sempurna, dada bergerak seirama nafasnya yang tenang. bulu yang tertata rapi menghias dikewanitannya, kewanitaan yang selalu memuaskan aku dari pertama aku masuki hingga sekarang. paha ramping dan panjang, putih senada dengan warna kulitnya yang lain. dari ujung dahi hingga ujung kaki, warna kulit risa hampir tidak berbeda, semua putih langsat, seperti anak panda namun setahuku risa anak lokal seratus persen.


seperti biasa, susu membuatku kehilangan ngantuk. pelan kusedot putingnya, pelan sekali, agar risa tidak terbangun. bergantian keduanya aku nikmati pelan, sesekali aku remas pelan susu menggemaskan yang berada didepan mataku.


risa terbangun.


"masss….. "

"eh,,, maaf, terbangun ya…."

"mas mau perkosa aku ya…." tanya risa menggoda

"tidak, cuma gemes aja"

"sini punya mas, aku gemes juga"


risa memiringkan badannya, pantat indahnya terlihat sangat menawan. risa menurunkan celanaku, langsung meraih kontolku, sedikit dikocoknya, lalu dikulumnya hingga semua masuk didalam mulutnya.


"ahhh…. enak sayang….." desahku

"sudah dicuci belum tadi?" tanya risa

"sudah sayang"


risa kembali mengoralku, kini risa sangat jago, walau belum sehebat ranti, namun sangat enak, ditambah sensasi wajah cantiknya, ditambah lagi dadanya yang bulat menggoda, ditambah lagi tubuh telanjangnya yang begitu menggairahkan.

risa tak kesulitan lagi memasukkan seluruh kontolku kedalam mulutnya, milikku memang hanya berukuran SNI, namun sangat bisa diandalkan.


kulepas kaosku, aku juga telanjang bulat seperti risa.


"kunci pintu dulu mas"

"iya"


kukunci pintu kamar, aku takut cici melihat kami berduaan telanjang sambil bertindihan, aku tak kuasa menjawab pertanyaannya bila itu terjadi.


risa langsung terlentang, mengangkangkan kakinya, telapak tangannya menutupi vaginanya.


"ayo sini sayang" ajak risa menggodaku


langsung kunaiki tubuh nikmat risa, dengan sigap risa menangkap kontolku, diarahkannya ke vaginanya, tepat dilubang kenikmarannya.


"tak perlu lama-lama, nikmati aku sayang" goda risa lagi


sebuah senyuman kuberikan kepadanya, sebuah jawaban yang aku berikan. perlahan aku dorong kontolku, membelah vagina risa yang ternyata telah basah, atau masih basah.


"ahhhh….. " lengkuh risa panjang dan tertahan sepanjang perjalanan kontolku memasuki goa kenikmatan risa hingga habis terbenam didalamnya.


risa tersenyum manis, kukecup bibirnya, risa mengecupku, kita berpagutan, berciuman liar. kuremas susu risa sebelah, kupelintir pelan puting kecilnya. risa mendesah diantara ciuman kami. lidah semakin membelit, liur semakin bercampur.


kusudahi ciuman kami, aku tegak duduk bersimpuh, kulihat risa pasrah aku gagahi. perlahan kontolku aku tarik dan benamkan lagi. raut wajah risa berubah, menjadi wajah terkaget karena nikmat. aura birahi juga menyelimuti wajahnya. kamu nikmat sekali sayang, batinku.


kupercepat sodokanku, risa mulai mendesah seirama pangkal paha kami beradu. tak kuasa menahan kenikmatan ini, risa meremas sendiri kedua dadanya, dada besar dan bulatnya menjadi mainannya sendiri.


"ahh…ahh…ahh.. mas…. ahh.. enak… ah…" desah risa ketika pangkal paha kami bertemu.

"enak sekali kamu sayang… "

"iya sayang.. nikmatilah.. aku enakkkk juga…"


nikmat mana lagi yang bisa kudustakan, seorang wanita muda dengan segala kecantikan sempurnanya mendesah kenikmatan sambil meremas kedua dadanya sendiri ketika vaginanya aku gagahi. pemandangan yang tak akan tergantikan indahnya.


"aku mau seperti ini terus sayang.. " pintaku

"iya syang, aku mau"

"ayo nikah…." ajakku

"ayooooo sayang…. " jawab risa dengan senyum penuh kenikmatan


sepuluh menit berlalu, risa tak bisa lagi menahan gejolak nikmatnya, ia mencapai batasnya. kakinya dikeraskan, tangannya mencengkram susunya kuat, risa terpejam dan menjerit nikmat.


"mas…… ahhhhhhhhhhh" risa orgasme


seluruh tubuhnya langsung menggelinjang, bergerak tak karuan, tak tentu arah. kudiamkan kontolku, menikmati sedikit kehangatan semburan orgasme risa yang hampir tak terasa menyembur. hanya seperti mengalir saja, namun hangat.


risa tersenyum malu setelahnya. kubalas senyum dan mengecup keningnya.


kucabut kontolku, risa membalikkan badannya, menyuguhkan pantat indah dengan vagina mekar diantara pahanya. punggung halus dan mulus, putih tanpa cacat, dengan garis tulang punggung yang cekung kedalam. indah sekali kamu sayang, gumamku.


kuremas pantat risa, empuk dan kenyal, kurenggangkan keduanya, lubang anus yang masih perawan menutupi dirinya agar tidak ternoda. sedang lubang kawin berada dibawahnya dengan kilatan sinar mengenai bagian basahnya mengajak untuk segera dikawini lagi.


kuarahkan kontolku ke lubang kawin risa. sekali hentak pelan langsung masuk. gaya hewan kawin memang terbaik. semua batangku dapat masuk lebih dalam lagi. risa lebih liat mendesahnya, katanya rahimnya sampai tersodok. kuremas pantat risa sambil menyodok vaginanya kencang, desahan kami memenuhi kamar, semoga anakku dikamar sebelah tidak tau betapa bejatnya bapak dan calon ibunya.


risa meremas bantal yang menjadi tumpuan kepalanya, kuraih susunya yang bulat menggantung, kuremas bersamaan keduanya, risa semakin mendesah, diputarnya pantatnya mengimbangi sodokanku.


erangan demi erangan kami bersahutan, desahan tak lagi tertahan. kali ini tak selama sebelumnya, risa menjatuhkan diri kedepan, kontolku terlepas sendiri, risa menggelepar tanda sedang menikmati gelombang orgasmenya.


aku berbaring disebelah risa yang masih menggelepar seperti ayam baru disembelih, bergerak tak karuan.


setelah gelombang mereda, risa merangkak menindihku, tubuhnya tepat diatasku, kepalanya bersembunyi diatas pundakku, mengecup leherku beberapa kali. tangan risa dengan lemasnya meraih kontolku, lalu diangkatnya pantatnya, dan memasukkan kontolku ke vaginaya. sekali coba langsung masuk, risa memelukku, vaginanya berkedut memberi rangsang ke kontolku yang memenuhinya.


risa menggoyang pantatnya, maju mundur, kadang memutar, kadang naik turun. risa memelukku dengan desahan dileherku, akupun memeluknya dengan ikut mendesah. risa sudah kehabisan tenaga, namun masih mau menikmati dan memberi kenikmatan di persetubuhan ini. goyangannya pelan namun pasti dan berirama, nikmat, risa tau betul gerakan yang aku sukai.


"aku mau keluar sayang… "

"didalam sayang, hamili aku, aku mau cepet punya anak darimu… "

"itu juga yang kumau sayang"


kupeluk erat tubuh risa, risa juga erat memelukku, kupagut bibirnya, kita saling menyedot bibir. kuangkat pantatku, kumasukkan kontolku sedalam mungkin, risa juga menghujamkan pantatnya, membuat kontolku masuk sedalam yang bisa kami jangkau. maniku kutembakkan didalam rahim risa, tak banyak karena tadi sudah kutembakkan dirahimnya juga.


"manimu hangat sayang"

"kerasa ya"

"iya, hangat sampai ke rahim"

"semoga jadi anak yang cantik sepertimu"

"iya, dan tidak nakal seperti bapaknya"

"ih kamu ni sayang" kucubit hidung risa


kami tertawa bersama.


risa tetap berada diatasku, kita berpelukan tanpa mencabut yang tertanam dibawah sana.


"mas…"

"iya…"

"aku udah hampir sebulan telat lho"

"yang bener?"

"bener"

"sudah di tes?"

"belum, aku takut mas kabur"

"ngapain kabur, kan memang ini yang aku mau."


risa memelukku lebih erat.


"anak kita mas…" kata risa lirih

"iya, anak kita" jawabku

"aku akan bilang ke orangtuaku untuk segera melamarmu" tambahku


risa tersenyum dan mengecup pipiku.

kutarik selimut untuk menutup tubuh telanjang kami yang masih bersatu. kita tidur berdua hingga pagi menjelang tanpa berubah posisi.

romantis itu sungguh pegal kurasa.


pagi menjelang, kuterbangun ketika risa merangkak menuruni tubuhku, dipungutnya bajunya yang berserakan, dipakainya. risa menyiapkan sarapan untuk kami, sedang aku mandi junub lalu membangunakan anakku, cici. selesai menunaikan kewajiban pagi, kita sarapan bersama, cici nampak bahagia bisa makan bertiga, seperti memiliki ibu katanya. risa juga tidak risih riba-tiba memiliki anak seumuran tujuh tahun, belum lagi anak yang baru saja aku semai tadi pagi. dan kita habiskan minggu ini dengan main bertiga, bercanda bersama, nonton bareng, dan seperti layaknya keluarga kecil bahagia lainnya.


sorenya risa pamit pulang ke kosan, aku antar bersama cici.


malamnya, aku hubungi orang tuaku yang jauh disana, sebuah panggilan suara berfrekuensi gsm. seperti panggilan lainnya, kami saling bertukar kabar, melepas rindu. tak lupa cici selalu suka ikut ngobrol bersama nenek dan kakeknya.


seluruh keluargaku berada jauh disana, aku terdampar disini karena konsekuensi beasiswa yang aku peroleh sewaktu akan mengikuti pendidikan sarjanaku. dan akhirnya aku menjadi pegawai disini dan mendapat keluarga baru disini.


kesempatan terhubung dengan orang tua kali ini juga aku utarakan niatku untuk menikahi risa, kedua orang tuaku sangat senang, mengingat aku sudah menduda dua tahun lebih, mereka mencemaskan cici yang kurang sentuhan wanita, apalagi cici seorang anak cewek. mereka makin suka setelah mendengar cerita cici seperti apa risa, tentang kedekatan mereka, tentang apa yang telah mereka lalui hari ini.


setelah bercengkrama dengan bapak-ibu, aku lanjut hubungi risa, aku ceritakan perihal barusan, dan rencana keluargaku akan datang melamar risa setelah lebaran fitri, sebulan lebih sedikit dari sekarang. risa sangat senang, dia menangis bahagia, berkali-kali ia bertanya apa ini bukan mimpi?. sayup terdengar ibu risa ikut terkejut dan menyoraki anak semata wayangnya.


==


waktu berlalu, hari berganti. hari kamis siang, nur pulang kerumah, membawa caca dan segala yang ia bawa sewaktu pergi. tak ada yang kurang. caca langsung akrab kembali denganku dan kakaknya, cici. hanya ada yang aneh dengan nur. dia seperti sering melamun, kadang tidak nyambung, dan tatapannya seperti menghindariku. ketika aku tanya apa yang terjadi dengannya, nur tidak menjawab sama sekali, hanya sebuah gelengan yang ia berikan sebagai jawaban.


malam ini, malam jumat, malam yang begitu dingin, sedingin suasana didalamnya. nur mengaku sedang berhalangan ketika aku hendak melepas celananya. memang nur tidak menghalangi atau menghindar, namun sebuah kata yang ia ucapkan menutup semua keinginanku. periode nur memang akhir bulan, dan selalu maju, aku wajari jika tanggal segini sudah dapat halangan.


ku duduk di ranjang kecil di ruang kerjaku, sedang nur telah terlentang telanjang dada, hanya sebuah celana pendek dan cd didalamnya. dadanya naik turun seirama nafasnya yang sedikit memburu. dari tadi nur selalu mencoba untuk tidak menatap wajahku, seperti dulu sewaktu ia baru awal-awal aku gagahi.


kuremas dada kecilnya. kupelintir puting bengkaknya. air susu nur sudah tidak keluar lagi, namun desahannya tetap tak terbendung. nur memejamkan matanya, membuang wajahnya ke kiri agar tak nampak olehku yang duduk disebelah kanannya.


"kamu kenapa nur. dari tadi siang selalu menghindariku?" tanyaku pelan namun jelas

"tidak kenapa-napa mas, aku cuma…. gak tau kenapa"

"kamu tidak mau aku sentuh?"

"maaf mas, puaskanlah semau mas, aku pasrah"


selain menghindari menatapku, cara bicara nur juga seperti ada yang aneh, seperti lain apa yang dikatakan dengan apa yang ia rasakan, tidak seperti nur yang lebih jujur walau dia menolak aku sentuh.


aku bangkit, berdiri dipinggiran kasur.


"nur…" panggilku pelan. nur menolehkan wajahnya sembari membuka matanya. aku turunkan celanaku, nur melihat kontolku keluar dari sangkarnya. mata nur sedikit terbelalak, seperti terkaget dengan barang yang sudah setengah tahun mengisi lubang kewanitaannya.


kusodorkan kontolku ke mulut nur, dengan ragu nur membuka mulutnya, digenggamnya kontolku dengan tangan kirinya sambil memiringkan seluruh badannya. nur memasukkan kontolku ke mulut mungilnya. dioralnya pelan penuh keterpaksaan.


"kamu berubah nur…" kataku


nur tidak menjawab, hanya terus mengulum sebisanya.


kutarik paksa kontolku, langsung terlepas dari genggaman dan emutan nur. kubenahi celanaku, kumasukkan lagi kontolku yang masih keras menegang.


"kamu kenapa nur. cerita. atau paling tidak beritahu apa maumu." kataku.

nur masih diam, hanya menggeleng tanpa bersuara.


cukup lama aku berdiri menunggu jawaban nur. sangat lama hingga kontolku mengecil lagi, padahal mataku tak lepas dari dada kecil nur. kelaman hilang juga kesabaranku, kutinggalkan nur, kumelangkah pergi.


"setelah lebaran puasa aku akan lamar risa, setelah itu kamu bebas mau keluar dari rumah ini atau tetap bekerja disini. tapi ingat, sekarang caca anakku, bukan lagi anakmu" kataku sambil membuka membuka pintu yang setengah tertutup.


terdengar olehku nur menangis, tangis yang ditahan. aku tidak tahu apa yang dia tangisi. kutinggalkan nur setengah telanjang berbaring dikamar kerjaku, ku turun kelantai bawah.


pikiranku berkecamuk. banyak yang melintas di otakku, semuanya bermuara pada satu pertanyaan. apa yang terjadi padamu selama kamu pergi?


seteguk, dua teguk air bening dingin kuteguk. kutengok kedua anakku, cici dan caca tidur di kamarnya masing-masing. nur pun tidak turun.


malam semakin larut. aku hanya duduk di kursi makan, menikmati air mineral dingin. dalam lamunanku, hidungku mencium sesuatu, seperti bau gosong, namun enak, terasa seperti manis. otakku membuka berkas ingatan tentang bau ini. tak butuh lama, berkas ditemukan, ini adalah bau kue matang, kue baru matang. otakku langsung menuju ke satu kesimpulan. wati. kontolku langsung mengirimkan sinyal perihal keinginannya ke otak terdalam.


segera ku berjalan cepat, keluar rumah lewat pintu belakang, langsung menuju rumah wati yang dulu adalah rumah bu esti. beruntung wati tidak menutup pintu belakangnya. mungkin agar udara mudah berganti, juga karena merasa aman. bagian belakang rumahku, bagian belakang rumah nur, dan bagian belakang rumah wati saling terhubung namun tertutup dari luar.


wati sedang membuat kue, sebuah kue baru saja selesai ia hias sederhana, wati hanya berusaha memfoto dengan hp nya. mungkin sedang membuat bahan promosi atau laporan ke pemesannya.


"belum tidur ti?" sapaku

"eh, mas, belum, baru selesai membuat pesanan"


kudatangi wati, ia hanya menoleh kedatanganku, kemudian fokus lagi dengan kue nya.


kupeluk wati dari belakang, kulingkarkan tanganku keperutnya. kubisikkan sepatah kata ditelinganya.

"kayaknya enak ti?"

"eh mas…. kok….. tumben… mas mau…. ada kok pecahannya…"

"aku mau ini aja…" bisikku lagi sambil meremas susu wati yang agak besar, juga mengelus vagina wati dari luar dasternya.

"ahhh.. mas…. aku juga mau mass… tapi…. " kata wati pelan ditengah desahannya.

"tapi kenapa…."

"idah ku belum habis mas…. walau aku yakin mas rudi tidak akan keberatan"


mendengar alasan wati, sontak aku teringat rudi. sahabat baikku. kulepas dada dan vagina wati, kupeluk erat diperutnya lagi. wati memegang tanganku diperutnya, menyandarkan badannya di pelukanku, wajahnya sedikit menengadah, seperti pasrah dengan apapun pilihanku.


"memangnya mbak nur kemana?"

"ada, lagi halangan"

"oh, kalo mau, pake aku aja mas, gak papa kok, tapi jangan didalam ya keluarnya"

"gak papa ti. aku lagi bingung aja" kulepas pelukanku, kududuk dikursi dekat kami berdiri.


"kenapa mas," tanya wati sambil bersimpuh didepanku, wati meletakkan kepalanya di pahaku, sambil mengelus kontolku dari luar celana.

"nur berubah semenjak pulang. seperti ada yang dia sembunyikan. tidak seperti nur yang kemarin, ataupun nur yang dulu baru aku dapat."

"kecapean aja mungkin, atau masih terbawa suasana dengan keluarganya"

"entahlah, tapi lain, belum pernah aku temui nur seperti ini"

"ya sudah, moga besok sudah bisa seperti biasanya"

"iya"


"mau aku emut mas?" tanya wati

"iya, mau ti" jawabku

"atau mau diemut pakai bibir bawah?" goda wati

"bibir atas dulu aja ya" jawabku

"iya mas sayang…. "


wati dengan cekatan membuka celanaku sekaligus cd nya. kontolku langsung dikeluarkan, digenggamnya dengan satu tangan, sedikit kocokan ringan wati berikan. tak lama wati sedikit beranjak, dibukanya mulutnya, dilahapnya kontolku sekali hisap.


"ahhhh.. enak… " erangku

wati hanya tersenyum melirikku, kepalanya tetap naik turun mengoral batang kenikmatan kami.

sesekali wati melepas kontolku dari mulutnya, mengocoknya kencang namun lembut sembari mengatur nafas, lalu dioralnya kembali.


idah wati baru setengah jalan, aku akan berusaha menjaganya, namun keinginan ini sangat berat untuk ditinggalkan. bayangan nikmatnya vagina wati membayangiku disetiap sedotan mulutnya. keinginan mengangkangi selangkangannya selalu menyerbu setiap usapan lidah wati di kontolku.


kututup mataku, kupeluk kepala wati, kuremas kedua susunya yang cukup besar. kubayangkan oralan wati sebagai servis vagina.


"ahhh.. nikmat sekali….. ah….. " desahku


kutarik daster wati. wati mengangkat badannya, membantuku lebih mudah mengangkat pakaiannya hingga terlepas. kulirik sedikit, wati masih memakai bh dan cd berwarna coklat muda. kuremas kembali kedua susunya, kusibakkan keatas bh wati hingga susunya bebas aku remas.


wati melepas sendiri bh nya sambil tetap mengoralku. kepalanya naik turun melahap seluruh kontolku. sesekali wati menatapku, tersenyum manis sambil mengocok dan memamerkan buah dadanya yang sedang aku remas.


kembali kupejamkan mata ketika wati menelan kontolku, kurasakan kepala kontolku tertelan, seperti masuk ke kerongkongan, ada otot yang memijit dan mendorongnya masuk kedalam. benar-benar sensasi ditelan.


"ahh… aku mau keluar ti… enak banget kamu.. "


wati tau apa yang harus ia lakukan. dioralnya kencang namun tidak dalam. ditahannya kontolku agar tidak terlepas dari mulut nikmatnya.


"aku keluar… ahhhh……" teriakku


maniku menyembur bebas didalam mulut wati. ditelannya tanpa ragu, lalu dibersihkannya kontolku hingga mengkilat.


"enak ti, makasih ya"

"iya mas, makasih juga ya, pejuh nya mas enak juga. habis selesai aku nanti, masukin kesini ya?" pinta wati sambil mengelus vaginanya sendiri.

"iya"


wati tersenyum manis, mengecup kepala kontolku yang masih tegang. lalu berdiri. wati hampir telanjang, hanya sebuah cd yang masih melekat di tubuhnya, menutupi bagian terenak untuk disetubuhi.


tiba-tiba aku seperti melihat sekelebat bayangan dari arah dalam rumah wati.


"ada siapa ti?"

"eh, siapa?"


aku beranjak, memasukkan kontolku, lalu berjalan kearah bayangan tadi. tidak ada orang. aku cek pintu terkunci dari dalam, kulihat setiap kamar dan tempat yang memungkinkan untuk sembunyi. aldi tidur nyenyak, kamar ibu wati aku lewati, aku tak mungkin mengeceknya. wati mengikutiku dari belakang, masih telanjang.


"apa mas?" tanya wati dengan wajah penasaran. aku tau wati tidak pandai bersandiwara, jadi tak mungkin wati berbohong.

"seperti ada orang tadi"

"semua sudah tidur dari tadi mas" jawab wati sambil mencoba membuka kamar ibunya, aku lihat ibunya tidur dikasur kamar, kumasukkan kepalaku ke kamar ibu wati, tak ada orang lain, tak ada tempat yang bisa untuk sembunyi juga.


"mungkin cuma perasaanku saja" jawabku menenangkan hati, sambil memeluk wati dari depan, wati yang masih hampir telanjang juga memelukku, kami berciuman cukup ganas dan lama. lalu wati kembali berjongkok, mengeluarkan kontolku kembali, dan mengulumnya, hingga kontolku kembali mengeras. wati kembali mengulum dengan nikmat sampai aku keluar untuk kedua kalinya di mulut nikmat wati. semua kami lakukan didepan ibunya yang tebaring menghadap kami.


=


jumat pagi, sebuah suguhan kopi ita berikan dengan malu malu, mala ita tidak muncul setelah kejadian itu, katanya malu ketemu lagi karena seluruh badannya sudah aku lihat dan aku nikmati. ita tak lama diruanganku, hanya sekedar menyuguhkan kopi lalu pergi. aku kehilangan teman bergosip. malangnya aku.


pagi ini segelas kopiku ditemani sebagian para kasubid setelah sepeninggalan ita. mereka melaporkan segala kegiatan yang mereka kerjakan. laporan santai tanpa ada formal-formalnya, namun tetap terlaporkan dengan baik. memang gaya seperti ini yang aku suka.


setelah para kasubid keluar, giliran dina dan kevin menghadap. dua anak magang yang baru masuk beberapa waktu lalu. keduanya ingin melaporkan perkembangan magang mereka sekalian mohon izin tidak masuk selama satu minggu terhitung hari kedua puasa. alasannya ada acara dikampus dengan dibuktikan surat tugas mereka. dina seperti harus menyiapkan acara selama puasa di kampus, sedang kevin yang nonis adalah seorang anggota himpunan mahasiswa jurusan, jadi harus ikut bagian walau beda server. dan keduanya aku izinkan.


setelah keduanya selesai, aku tahan dina untuk tidak meninggalkan ruangan, sedang kevin keluar dan aku minta panggilkan bu ani.


keduanya aku minta merumuskan strategi penyusunan laporan semester pertama dan membuat prognosis nya, juga merumuskan kebutuhan untuk anggaran perubahan yang sebentar lagi mulai disusun. sebagai kata penutup kalau ada kendala jangan sungkan konsultasi. begini-begini saya pemegang tiga gelar sarjana, dan dua diantaranya sudah di upgrade ke magister, salah satunya yang berhubungan dengan keuangan daerah. mungkin tahun depan aku akan mengambil gelar s3, karena aku mau jadi dosen saja sambil menunggu pensiun, capek ngurusin pemerintahan yang makin rusak ini. imbuhku sombong.


jam kerja jumat hampir habis, ketika semua orang menunggu jam pulang dengan kesibukan yang dibuatnya, fitri dan risa mendatanguku. fitri langsung mengunci pintu, menyeret risa dan mendorongnya kearahku, fitri arahkan agar risa jatuh tepat dipangkuanku. aku bingung kenapa anak ini.


"kenapa kalian ini?" tanyaku

"tu tuan putri" jawab fitri ketus

"kenapa…….?"

"mosok dia mau pulang besok, tidak mau bantu dirumah suaminya"

"he?" aku makin binging

"acara besok senin" jawab fitri

"oh, kalo gak bantu gak papa, kan banyak orang"

"is… mosok tuan ada hajat, nyonya tak kelihatan" tambah fitri


risa memang selalu jadi bulan-bulanan fitri, tapi bukan sebuah bulian, namun seperti kasih sayang yang lebai. mereka seperti kakak adik yang pernah dipakai lelaki yang sama.


"is… benci aku, lagi dimarahi malah peluk peluk" ucap fitri melihat risa yang malah mencari posisi enak setelah terjatuh padaku

"kan kakak yang dorong aku" jawab risa

"awas ya kalo berani mesum didepanku"

"weeeeekkkkk" ejek risa sambil melet ke fitri

"ah, terserah lah, tapi awas ya kalo senin tidak nongol" tegas fitri sambil keluar ruangan dan menutup pintu. fitri seperti jengkel dan cemburu.

"kak tunggu…. " panggil risa tapi tidak bangkit dari badanku


setelah pintu ditutup fitri, risa memelukku makin erat, diciumnya bibirku, aku balas menciumnya juga, kuramas kedua dada risa yang selalu membuatku gemas. tidak lama, tapi sangat menggairahkan.


risa bangkit, berjongkok, membuka resleting celanaku, mengeluarkan kontol kesukaannya, satu satunya kontol yang pernah masuk kedalam vaginanya. dengan cekatan risa mengocoknya kemudian diemutnya seperti permen manis.


"aku ketagihan mas, pikiranku selalu ingin ini" ucap risa sambil menciumi kontolku


tak lama, risa bangkit, ditinggalkannya kontolku sendirian, risa mengangkat bajunya sedikit, langsung diangkat bersamaan kaos dalam dan bh nya. hingga satu dadanya keluar dan menampakkan puting indahnya. risa menyodorkan dadanya ke mulutku. kuhisap, ku sedot, kupilin puting nikmat itu didalam mulutku, kuremas yang satunya tanpa mengeluarkannya.


risa menyudahi minum susu siang ini, di rapikannya kembali bajunya hingga tidak berbekas habis di susu. sekarang risa mengangkat rok panjangnya, hingga celana panjangnya terlihat. ya risa didalam rok panjangnya selalu mengenakan celana panjang lagi, didalamnya baru cd. risa melepas celana panjangnya, dan kemudian melepas cd nya, keduanya dilipat dan disembunyikan dibawah meja.


risa menaikiku, diarahkannya kontolku ke vaginanya, aku tatap duduk dikursi, sedang risa duduk dipangkuanku.


belssss… sekali hujam masuk semua, risa bergoyang pelan sambil melingkarkan tangannya di leherku, tatapan nikmatnya selalu mengarah ke mataku, senyum kami beradu. semakin lama goyangan risa semakin cepat, dan semakin nikmat.


"cepat keluarin mas, ini jumat lho, nanti pada curiga" bisik risa ditengah desahan yg tertahan


kuremas dada risa, dia menciumku, aku balas ciumannya. kufokuskan agar aku cepat keluar, cepat selesai permainan ini.


hanya butuh lima manit, aku menyemburkan maniku di rahim risa. risa langsung mengecup keningku, dan bangkit turun dari pangkuanku. risa membersihkan kontolku yang masih basah dan kotor dengan tisu, sesekali dikulumnya. lalu mengambil tisu lagi untuk membersihkan vaginanya.


"dah ya, kalau mau lama, nanti aja, dirumah habis jumatan" goda risa


risa mengenakan lagi cd nya lalu celana panjangnya, dirapikan semuanya agar tidak menimbulkan kecurigaan. dikecupnya bibirku, lalu berlalu meninggalkan ruangan.


==


waktu berlalu, hari berganti. semenjak kejadian malam kentang bersama nur, aku tidak lagi menyentuh nur, aku tidak minta layanan badan apapun darinya. nur masih seaneh hari pertama ia pulang kamis kemarin. semua kebutuhanku aku salurkan ke badan risa dan mulut wati.


hari senin, hari pertama puasa tahun ini. walaupun aku nakal kepada para wanitaku, namun aku belum pernah batal puasa semenjak dewasa. sebagai gantinya malam harinya keinginanku menggali kenikmatan sangat menggebu. kadang aku butuh wanita yang bisa membantu kadang aku pendam sendiri. wati belum selesai waktu tunggunya. nur sangat menyebalkan sampai aku tidak bernafsu lagi dengannya.


hari ini hari pertama puasa, seperti biasa di kantor kami, kususnya di bidang yang aku pimpin, memiliki rutinitas buka puasa bersama di puasa pertama. dan itu dilakukan bergiliran, hingga tahun ini dirumahku.


dari sore banyak orang dirumahku membantu menyiapkan acara dan ada yang datang terlalu cepat. risa dan fitri juga jaka ikut menyiapkan walau beda bidang denganku. desas desus aku mau melamar risa sudah menjadi rahasia umum, entah dari mana mereka tahu, atau hanya sekedar menebak bebas.


sore ini nur semakin terlihat aneh, banyak melamun dan berhayal, otak dan badan tidak lagi singkron. kesalahan demi kesalahan ia lakukan ketika menyiapkan makanan. nur seperti robot tanpa ekspresi. risa dan fitri berkali-kali menanyaiku, akupun bingung mau jawab apa, karena aku juga tidak tahu.


buka puasa pertama bersama berakhir lancar. pak kepala badan dan ibu, kepala bagian lain beserta pasangannya, seluruh kasubid dan staf dibawahku hadir, beberapa membawa pasangannya, ada juga yang membawa anak. yang aku salut, bu ani dan pak mamat seperti orang yang baru kenal, cukup kaku dan formal. mungkin karena pak mamat ditemani bu mamat malam ini.


setelah buka bersama dilanjut makan bersama, kami sholat bergantian di lantai atas, di ruangan besar samping ruangan kerjaku.


menjelang isya, tamu membubarkan diri, tertinggal risa, fitri, bu ani, jaka, pak mamat, bu mamat, dan beberapa bawahanku yang semua laki-laki semua.


ketika azan isya terdengar, kami semua menuju masjid untuk sholat isya dan tarawih berjamaah. hanya risa dan fitri yang tidak ikut, membantu nur berberes-beres. padahal nur mendesak semuanya agar ikut kemasjid, nur bilang masih halangan dan bisa membereskan semuanya sendiri.


selesai tarawih kami berjalan pulang kerumah, aku jalan duluan, kangen bibir risa dan kenyalnya kedua buah dadanya yang bulat segar. jaka beberapa meter dibelakangku, dan bapak-bapak yang lain dibelakangnya lagi, serempak dengan bu mamat dan bu ani yang jalan agak pelan. turut juga wati dan aldi juga cici dirombongan itu.


didepan rumah aku terkejut, pintu pagar terbuka, pintu garasi rumah terbuka juga. aku bergegas lari masuk rumah, jaka memanggilku sambil bertanya ada apa.


aku langsung masuk kerumah, dari garasi tembus ke dapur, disana banyak orang yang tidak aku kenal, sekilas aku lihat nur bersimpuh diujung ruangan, sedang risa terbaring dipangkuan nur, fitri juga terbaring sedikit menindih risa. banyak warna merah mengelilingi mereka bertiga.


pandanganku kualihkan ke orang-orang yang berdiri disekitar wanitaku, tidak ada satupun yang aku kenali, tepatnya tak ada wajah yang terlihat, entah mereka tiga atau empat orang. aku berteriak kencang, tiba tiba ada sesuatu yang berat ditengkukku, ada sesuatu yang samar kurasa.


semua sangat cepat, beberapa detik tidak sampai. aku tersungkur tanpa aku tau apa yang aku alami. hanya sayup terdengar teriakan jaka dari arah luar, juga beberapa teriakan lain yang aku tidak kenal. mataku tertuju pada risa dan fitri yang tidak bergerak diantara warna merah yang menyelimutinya. nur terlihat seperti sedang diseret salah seorang dari mereka, sedang tangannya berpegang pada tangan risa.


semua terjadi begitu cepat, tak tau lagi apa yang aku dengar, semakin lama semakin sayup kudengar. pandanganku semakin kabur, semakin gelap. tengkukku semakin berat kurasa.


dan aku tak tau dimana dan kenapa juga bagaimama. ketika kubuka mataku, nyeri terasa ditengkukku, juga di dadaku, juga di pelipisku. mataku kubuka, langit-langit putih dengan lampu putih melingkar yang kulihat.


"aku…… dimana?"




.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd